Anda di halaman 1dari 34

PENGELUARAN NEGARA

ENDRI SANOPAKA, S.Sos


STISIPOL RAJA HAJI

TEORI PENGELUARAN NEGARA

Musgrave dan Rostow


Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan
tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara
Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan
pengeluaran negara yang besar untuk investasi
pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur
seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi
tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun
diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai
berkembang
Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran
pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya
peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.
2

TEORI PENGELUARAN NEGARA

Wagner
Berdasarkan pengamatan dari negara-negara maju,
disimpulkan bahwa dalam perekonomian suatu negara,
pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan
dengan peningkatan pendapatan perkapita negara
tersebut.
Di negara-negara maju, kegagalan pasar bisa saja
terjadi, menimpa industri-industri tertentu dari negara
tersebut. Kegagalan dari suatu industri dapat saja
merembet ke industri lain yang saling terkait. Di sini
diperlukan peran pemerintah untuk mengatur hubungan
antara masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll

TEORI PENGELUARAN NEGARA

Peacock dan Wiseman


Kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara
tidak disukai oleh masyarakat, karena hal itu berarti
masyarakat harus membayar pajak lebih besar
Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak
sampai pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah
menetapkan jumlah pajak di atas batas toleransi masyarakat,
ada kecenderungan masyarakat untuk menghindar dari
kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan
pemerintah tidak bisa semena-mena menaikkan pajak yang
harus dibayar masyarakat
Dalam kondisi normal, dengan berkembangnya perekonomian
suatu negara akan semakin berkembang pula penerimaan
negara tersebut, walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif
pajak. Peningkatan penerimaan negara akan memicu
peningkatan pengeluaran dari negara tersebut.
4

TEORI PENGELUARAN NEGARA


Peacock dan Wiseman
Dalam kondisi tidak normal, misalnya dalam keadaan perang,
pemerintah memerlukan pengeluaran negara yang lebih besar.
Keadaan ini membuat pemerintah cenderung meningkatkan
pungutan pajak kepada masyarakat. Peningkatan pungutan
pajak dapat mengakibatkan investasi swasta berkurang, dan
perkembangan perekonomian menjadi terkendala.
Perang tidak bisa dibiayai dari pajak saja. Pemerintah terpaksa
cari pinjaman untuk biaya perang. Setelah perang selesai
pemerintah harus membayar angsuran pinjaman dan bunga.
Oleh karenanya pajak tidak akan turun ke tingkat semula
walaupun perang sudah selesai.
Setelah perang selesai, pengeluaran negara akan turun dari
tingkat pengeluaran negara saat perang, namun masih lebih
tinggi dari tingkat pengeluaran negara sebelum perang.
Sementara itu pengeluaran swasta akan meningkat, namun
masih masih dibawah tingkat pengeluaran swasta sebelum
perang
5

KEWAJIBAN NEGARA DAN KAITANNYA


DENGAN PENGELUARAN NEGARA
Kewajiban negara dalam rangka menjaga kelangsungan
kedaulatan negara (pemerintah) dan meningkatkan kemakmuran
masyarakat, mencakup:
mempersiapkan, memelihara, dan melaksanakan keamanan
negara
menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan
sosial dan perlindungan sosial, termasuk

fakir miskin
jompo
yatim piatu
masyarakat miskin
pengangguran

menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan


menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan
Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu
dana yang memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada
saatnya harus dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah
6

MACAM-MACAM PENGELUARAN
NEGARA
Menurut Organisasi
Pemerintah Pusat
Pemerintah Propinsi
Pemerintah Kabupaten/Kota

Menurut Sifat

Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran

Investasi
Penciptaan Lapangan Kerja
Kesejahteraan Rakyat
Penghematan Masa Depat
Yang Tidak Produktif
7

PENGELUARAN PEMERINTAH
PUSAT
Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan
menjadi:
Pengeluaran untuk Belanja
Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Bunga Utang
Subsidi
Belanja Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain

Dana yang dialokasikan ke Daerah


Dana Perimbangan
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
8

PENGELUARAN PEMERINTAH
PUSAT
Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan
menjadi:
Pengeluaran untuk Pembiayaan
Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
Pembiayaan lain-lain

PENGELUARAN PEMERINTAH
PROPINSI
Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
Pengeluaran untuk Belanja
Belanja Operasi, yang terdiri dari

Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja

Pegawai
Barang dan jasa
Pemeliharaan
perjalanan Dinas
Pinjaman
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Operasi Lainnya

Belanja Modal, terdiri dari:


Belanja Aset Tetap
Belanja aset lain-lain
Belanja tak tersangka
10

PENGELUARAN PEMERINTAH
PROPINSI
Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

Bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota/desa, terdiri dari


Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/Kota
Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota

Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari

Pembayaran Pokok Pinjaman


Penyertaan modal pemerintah
Belanja investasi Permanen
Pemberian pinjaman jangka panjang

11

PENGELUARAN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA
Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan
menjadi:
Pengeluaran untuk Belanja
Belanja Operasi, yang terdiri dari

Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja
Belanja

Pegawai
Barang dan jasa
Pemeliharaan
perjalanan Dinas
Pinjaman
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Operasi Lainnya

Belanja Modal, terdiri dari:


Belanja Aset Tetap
Belanja aset lain-lain

Belanja tak tersangka


12

PENGELUARAN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA
Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan
menjadi:

Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari


Bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan
Bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan
Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan

Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari


Pembayaran Pokok Pinjaman
Penyertaan modal pemerintah
Pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala
Daerah otonom Lainnya
13

JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA


MENURUT SIFATNYA

PENGELUARAN INVESTASI
Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan
ketahanan ekonomi di masa datang
Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol,
pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll

PENGELUARAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA


Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu
peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat

PENGELUARAN KESEJAHTERAAN RAKYAT


Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan
membuat masyarakat menjadi bergembira
Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi,
subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll
14

JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA


MENURUT SIFATNYA
PENGELUARAN PENGHEMATAN MASA DEPAN
Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat
langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat
ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang
lebih besar di masa yang akan datang
Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan
masyarakat, pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll

PENGELUARAN YANG TIDAK PRODUKTIF


Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara
langsung kepada masyarakat, namun diperlukan
oleh pemerintah
Misalnya pengeluaran untuk biaya perang
15

PENGELUARAN NEGARA DAN PENGARUHNYA


TERHADAP PEREKONOMIAN

Ada beberapa sektor perekonomian yang


umumnya terpengaruh oleh besar atau
kecilnya pengeluaran negara, antara lain

Sektor
Sektor
Sektor
Sektor

produksi
distribusi
konsumsi masyarakat
keseimbangan perekonomian

16

PENGARUH PENGELUARAN NEGARA


TERHADAP SEKTOR PRODUKSI
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa
Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan
faktor produksi (money), melengkapi faktor-faktor
produksi yang lain (man, machine, material, method,
management)
Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan
jasa akan berpengaruh secara langsung terhadap
produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah.
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap
perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan
SDM yang lebih berkualitas. Dengan SDM yang
berkualitas produksi akan meningkat.
17

PENGARUH PENGELUARAN NEGARA


TERHADAP SEKTOR DISTRIBUSI
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap sektor distribusi barang dan jasa
Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan
masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa
yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll
Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA
membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati
pendidikan yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SLTA).
Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat
tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan
datang
Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan
tersebut, maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan
berbeda. Hanya masyarakat mampu saja yang akan menikmati
tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara masyarakat kurang
mampu tidak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan tara
hidupnya.
18

PENGARUH PENGELUARAN NEGARA


TERHADAP SEKTOR KONSUMSI MASYARAKAT

Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung


berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas
barang dan jasa
Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak
hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat
menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan
masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi
produk/jasa lebih banyak lagi
Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan
menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan
menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun

19

PENGARUH PENGELUARAN NEGARA


TERHADAP SEKTOR KESEIMBANGAN
PEREKONOMIAN

Untuk mencapai target-target peningkatan PDB,


pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat
pengeluaran negara.
Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran
negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu),
pemerintah dapat mengatur tingkat employment
(menuju full employment)
Apabila target penerimaan tidak memadai untuk
membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah
dapat membiayainya dengan pola defisit
anggaran
20

ANALISIS KEBIJAKAN
PENGELUARAN NEGARA

Analisis kebijakan program pengeluaran negara


diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan equity
dari suatu kebijakan pengeluaran negara.

Analisis kebijakan pengeluaran negara dapat dilakukan


melalui 10 tahap kegiatan, mencakup:
perlunya program pengeluaran negara
kegagalan pasar yang terjadi pada program pengeluaran
negara
alternatif-alternatif intervensi pemerintah melalui program
pengeluaran negara
rancangan feature khusus dari program pengeluaran negara
respon sektor swasta
konsekuensi efisiensi
trade-off efisiensi-ekuiti
sasaran kebijakan publik
proses politik
21

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA:
PERLUNYA PROGRAM PENGELUARAN
NEGARA
Analisis kebijakan program pengeluaran negara
dapat diawali dengan melakukan investigasi
terhadap
riwayat dari program tersebut, apa yang
melatarbelakangi program tersebut
lingkungan sekitar atau kondisi yang membentuk dan
mempengaruhi program tersebut
Siapa yang menjadi target dari program tersebut
Kebutuhan apa yang ingin dicapai dari program
tersebut

22

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA:
PERLUNYA PROGRAM PENGELUARAN
NEGARA
Sebagai contoh, program pengeluaran pemerintah dalam
bentuk bantuan langsung tunai (BLT) pada tahun 2005:
Program tersebut dipicu kenaikan harga BBM di pasar
internasional yang jauh melampaui prakiraan harga BBM
yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2005
Kenaikan harga BBM akan mengakibatkan subsidi BBM
yang dikeluarkan pemerintah menjadi membengkak,
sementara pengguna BBM, terutama premium ke atas,
adalah masyarakat kelas menengah ke atas. Hanya sedikit
masyarakat kelas bawah yang menikmati subsidi BBM
Untuk mengurangi biaya subsidi BBM, pada 1 Oktober
2005 pemerintah menaikkan harga BBM. Kenaikan BBM
telah diprediksi akan memicu kenaikan harga barangbarang lain, termasuk barang kebutuhan pokok
masyarakat.
BLT dirancang untuk membantu masyarakat kelas bawah
untuk memperkecil kesulitan hidup, berkaitan dengan
kenaikan harga-harga barang
23

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: ANALISIS KEGAGALAN PASAR

Pada tahap ini perlu dicari jawaban atas pertanyaan:


apakah terjadi kegagalan pasar sehingga pemerintah
perlu turun tangan dengan program pengeluaran
tersebut?

Dalam contoh kasus program BLT, telah terjadi kegagalan


pasar di mana pasar tidak dapat mengendalikan harga
BBM di pasar internasional.

Kenaikan harga BBM di pasar internasional


mengakibatkan perbedaan harga BBM dalam negeri
dengan harga BBM di pasar internasional semakin besar,
yang selanjutnya berdampak subsidi BBM yang harus
dikeluarkan pemerintah semakin besar

24

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: ALTERNATIF INTERVENSI
PEMERINTAH
Pemerintah perlu mencari alternatif-alternatif
kebijakan untuk mengatasi kegagalan pasar yang
ada, dengan memperhatikan dampak dari masingmasing alternatif:
Alternatif intervensi pemerintah dapat berupa:
Apabila diproduksi oleh pemerintah, alternatif kebijakan
antara lain:
distribusi gratis
distribusi dengan harga di bawah harga produksi
distribusi dengan harga sama dengan harga produksi

Apabila Produksi oleh swasta/private, alternatif


kebijakan antara lain:

Subsidi pemerintah untuk produsen


Subsidi pemerintah untuk konsumen
Distribusi langsung dari pemerintah
Aturan pemerintah
25

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: ALTERNATIF INTERVENSI
PEMERINTAH
Dalam kasus program BLT, beberapa alternatif dapat
ditempuh pemerintah:
Pemerintah tidak melakukan kebijakan apa-apa, harga BBM
dalam negeri tidak dinaikkan:
kenaikan harga BBM di pasar internasional akan menyebabkan
pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM membengkak
tidak ada kenaikan harga BBM, serta harga barang-barang
lainnya
Kenaikan subsidi dinikmati masyarakat kelas menengah ke atas,
sementara hanya sedikit dari masyarakat kelas bawah yang ikut
menikmati subsidi BBM

Pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri, tanpa


memberikan BLT kepada masyarakat miskin:
Pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM dapat ditekan
Kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga barangbarang lain
Daya beli masyarakat akan berkurang, terutama masyarakat
kelas bawah paling menderita dengan adanya kebijakan ini
26

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: ALTERNATIF INTERVENSI
PEMERINTAH

Dalam kasus program BLT, beberapa alternatif dapat


ditempuh pemerintah:
Pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri, tanpa
memberikan BLT kepada masyarakat miskin:
Pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM dapat ditekan
Kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga
barang-barang lain
Daya beli masyarakat akan berkurang, terutama
masyarakat kelas bawah.
Untuk mengurangi penderitaan masyarakat kelas
bawah/miskin, pemerintah memberikan bantuan
langsung tunai (BLT)

27

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: RANCANGAN DENGAN FITURE
KHUSUS
Setelah dipilih satu alternatif intervensi
pemerintah melalu program pengeluaran
negara, perlu dilihat bagaimana rancangan rinci
dari program yang dipilih
Perlu ada keterbukaan dan efisiensi dalam
rancangan program, tentang:

siapa yang menjadi target program?


apa bentuk programnya?
bagaimana program tersebut akan dilaksanakan?
siapa yang bertanggungjawab melaksanakan program
tersebut?
dimana program tersebut akan dilaksanakan?
kapan program tersebut akan dilaksanakan?
28

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: RANCANGAN DENGAN FITURE
KHUSUS
Dalam kasus program BLT,
yang menjadi target program adalah masyarakat miskin. Di sini
perlu ada kejelasan kriteria-kriteria masyarakat miskin itu seperti
apa
bentuk programnya berupa pemberian uang tunai secara langsung
program tersebut akan dilaksanakan dengan membuat kriteria
tentang keluarga miskin, mengidentifikasi keluarga miskin,
menghitung kebutuhan pengeluaran program, mendistribusikan
uang tunai kepada keluarga miskin
yang bertanggungjawab melaksanakan program:
penentuan kriteria keluarga miskin oleh Menko Ekuin, Bapenas,
dan BPS
identifikasi keluarga miskin oleh BPS
pendistribusian keluarga miskin oleh kantor pos
pendistribusian bantuan langsung tunai oleh kantor pos
program BLT dilaksanakan segera setelah kenaikan BBM
29

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: RESPON SEKTOR SWASTA

Menilai respon sektor swasta terhadap kebijakan program


pemerintah merupakan bagian yang sulit untuk dikerjakan
Dalam sistem perekonomian campuran, pemerintah tidak
dapat sepenuhnya mengatur perilaku masyarakat atas
suatu kebijakan pemerintah
Pihak swasta dapat saja merespon negatif terhadap
kebijakan pemerintah. Dalam kasus BLT, banyak masyarakat
yang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah tidak
mendidik masyarakat. Banyak masyarakat yang mengaku
miskin dengan memanipulasi kondisi mereka sehingga
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sebagai keluarga
miskin
Dalam menilai konsekuensi dari suatu program, perlu dilihat
konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Seberapa
jauh BLT dapat membantu masyarakat miskin? Berapa lama
BLT harus diberikan? Bagaimana dampak BLT terhadap
kondisi keuangan negara?
30

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: KONSEKUENSI EFISIENSI
Hal yang perlu dikaji dari suatu kebijakan
pengeluaran pemerintah, apakah terjadi
peningkatan efisiensi atau inefisiensi setelah
kebijakan tersebut diimplementasikan?
Efisiensi bisa terjadi pada sektor produksi, bisa
pula pada sektor konsumsi
Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM
dibarengi dengan BLT diharapkan:
penggunaan BBM akan menurun, yang berdampak
pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM juga akan
turun
penerimaan masyarakat miskin akan meningkat,
pengeluaran masyarakat akan meningkat
31

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: TRADE-OFF EFISIENSI-EKUITI
Adakalanya, suatu program pengeluaran pemerintah dapat
membuat semua pihak bahagia, dalam arti terjadi efisiensi
dalam perekonomian, tidak ada pihak yang dirugikan
Namun dalam banyak hal, kebijakan pengeluaran
pemerintah harus mengorbankan efisiensi untuk membuat
semua pihak bahagia, atau mengorbankan pihak-pihak
tertentu agar terjadi efisiensi
Sebagai contoh, pungutan atas pengguna jalan tol
merupakan kebijakan yang mengorbankan efisiensi, karena
penggunanya tidak sebanyak kalau pungutan ditiadakan.
Namun pungutan tersebut dinilai adil, karena pengguna
harus membayar pungutan, yang tidak menggunakan tidak
dikenai biaya.
Contoh lain, kenaikan TDL membuat pengguna listrik akan
berhemat sehingga terjadi efisiensi penggunaan listrik,
namun kurang adil, karena ada sebagian masyarakat yang
tidak dapat menikmati listrik karena adanya kenaikan
tersebut.
32

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: SASARAN KEBIJAKAN PUBLIK
Adakalanya, kebijakan publik dibuat bukan
hanya didasarkan pertimbangan efisiensi
ekonomi dan keadilan/distribusi saja, tetapi ada
tujuan-tujuan khusus yang lain, misalnya untuk
meningkatkan kesejahteraan pribumi,
membantu sektor informal, dsb.
Dalam hal demikian, analisis kebijakan
pengeluaran pemerintah harus diarahkan untuk
mengukur seberapa jauh keberhasilan program
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

33

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELUARAN


NEGARA: PROSES POLITIK
Dalam negara yang demokratis, perancangan
program kebijakan pengeluaran pemerintah
akan melibatkan banyak kelompok, dengan
kepentingan yang berbeda
Program yang dibuat (merupakan hasil
kompromi) biasanya dipengaruhi oleh pihakpihak yang terlibat, terutama pihak-pihak yang
memiliki mayoritas suara
Analisis proses politik dari suatu kebijakan akan
memberikan pemahaman yang lebih baik,
kenapa program tersebut ada, kenapa program
dibuat seperti itu, dsb.
34

Anda mungkin juga menyukai