Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN TM 4

SEKTOR PEMERINTAH / GOVERMENT

Ekonomi Makro Islam

Disusun Oleh :

Hanafi Al Rasyid 042111433033


Fajar Putra Nugraha 042111433245
Hilmi Dzaki Muhammad 042111433047
Muhammad Daryal Aufhar Masri 042111433250

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022 / 2023
GOVERNMENT (SEKTOR PEMERINTAHAN)
Dalam konteks ekonomi makro, government expenditure (pengeluaran pemerintah) adalah
salah satu variabel pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) selain dari permintaan sektor
rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan sektor bisnis
untuk barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (G) dan
pengeluaran sektor luar negeri untuk ekspor dan impor (X-M). Secara matematis dapat
dirumuskan: Y = C + I + G + (X-M) (Dumairy, 2006).

Secara teori, kebijakan pengeluaran pemerintah ini merupakan bagian dari kebijakan fiskal
sebagai salah satu wujud intervensi pemerintah di dalam perekonomian. Fungsi-fungsi yang
diemban pemerintah dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal (dengan salah satu
penekanannya) melalui kebijakan pengeluaran atau belanja pemerintah. Dari sini, pemerintah
melalui kebijakannya dapat melakukan belanja dalam rangka memperoleh barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan publik melalui mekanisme pengadaan barang/jasa pemerintah.
Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat
digolongkan sebagai berikut :
- Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
- Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai. Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh
terhadap proses makro ekonomi, di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi
tingkat permintaan secara tidak langsung.
- Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment bukan pembelian barang
atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian
langsung kepada warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan
langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga
untu pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment
mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara
administrasi keduanya berbeda.

Konsep governance (tata kelola pemerintahan) merupakan perluasan dari konsep


government (pemerintahan), karena di dalam governance terkandung pengertian bahwa
pemerintahan (goverment) tidak hanya diselenggarakan oleh pemerintah sendiri, tetapi
bersama- sama dengan aktor-aktor di luar pemerintah, yaitu masyarakat luas sebagai
stakeholders. Dari sinilah adanya anggapan bahwa pemerintah dirasakan tidak memadai
dalam menyelesaikan kompleksitas yang ada di masyarakat, sehingga di sinilah letak
pentingnya peran good governance untuk membagi otoritas pemerintah dengan masyarakat
secara proporsional. Istilah good governance ini banyak menjadi kajian dari berbagai sudut
pandang, baik sosial, politik, ekonomi, dan bahkan sosial keagamaan.

Menurut United Nations Development Program (UNDP), salah satu badan PBB, governance
(kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu :

- Economic Governance, meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi kegiatan


ekonomi di dalam negeri dan transaksi di antara penyelenggara ekonomi, serta mempunyai
implikasi terhadap kesetaraan, kemiskinan, dan kualitas hidup.
- Political Governance, mencakup proses pembuatan keputusan untuk perumusan kebijakan
politik negara.
- Administrative Governance, berupa sistem implementasi kebijakan.

Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan ak untabel, dengan mengacu


pada UNDP, Lembaga Adminitrasi Negara RI (LANRI) merumuskan sembilan (9) aspek
fundamental (asas/prinsip) yang harus diperhatikan, yang ditambahi satu aspek oleh Wirman
Syafri, sehingga menjadi sepuluh (10) aspek, yaitu :

1. Partisipasi (participation), yaitu keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan


keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah dan mewakili
kepentingan mereka. Bentuk partisipasi dimaksud dibangun atas dasar prinsip demokrasi,
yakni kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat secara konstruktif.
2. Penegakan hukum (rule of law), kerangka hukum haruslah adil dan dilaksanakan tanpa
pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia.
3. Transparancy, transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses lembaga
dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi
harus dapat dipahami dan dipantau.
4. Responsiveness, lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani setiap stakeholder.
5. Consensus orientation, good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda
untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal
kebijakan maupun prosedur.
6. Equality, semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan
untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and efficiency, proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang
telah digariskan dengan menggunakan sumber yang tersedia sebaik mungkin.
8. Accountability, para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta, masyarakat
(civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga stakeholder. Akuntabilitas ini
tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, misalnya apakah keputusan
tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.
9. Strategic vision, para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance
dan pengembangan manusia yang luas, serta jauh ke depan sejalan dengan apa yang
diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
10. Kejujuran, serta pemeliharaan terhadap sembilan karakteristik ini dengan cara upaya yang
dilakukan secara terus-menerus, sehingga nilai-nilai tersebut di atas tidak jauh panggang dari
api.
FUNGSI PEMERINTAH SEBAGAI PEMANGKU KEBIJAKAN FISKAL

1. Penerimaan Pemerintah
- Pajak Langsung
● Dipungut dengan tujuan utama menambah penerimaan negara
● Wajib pajak adalah juga membayar pajak
● Pajak langsung ini mencakup zakat. Infaq tidak, karena memang hanya
zakat yang dipungut oleh pemerintah.
● Merupakan fungsi dari (atau besarnya ditentukan oleh) GNP dan zakat,
sehingga merupakan variabel endogen.

- MPT (marginal propensity to tax) menunjukkan bagian dari


tambahan GNP yang dipakai untuk membayar pajak dan zakat
- MPT (atau tz) adalah slope atau koefisien kemiringan kurva T
- Pajak Tak Langsung
● Dipungut bertujuan untuk mengatur perilaku masyarakat
● Wajib pajak bukan pembayar pajak
● Bukan fungsi dari GNP; variabel eksogen
● Contoh: Sebenarnya zakat fitri masuk dalam kategori PTL ini, tetapi
karena muzakki membayarkannya sendiri kepada mustahiq, maka
bukan merupakan bagian dari PTL

2. Pengeluaran Pemerintah
- Pengeluaran Pemerintah,
● Bertujuan:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat
2. Alat sebagai redistribusi pendapatan
3. Alat kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi permintaan
agregat dalam rangka mitigasi down-swing dari business cycle

Upswing : revival dan recovery


Downswing : crisis dan recession
4. Salah-satu alat kebijakan anti-inflasi
● Peraturan Syariah terkait Pengeluaran Pemerintah:
- Pengeluaran APBN terdiri dari pengeluaran umum dan
pengeluaran kesejahteraan
1. Pengeluaran kesejahteraan bersumber dari zakat dan
non-zakat
2. Jika dana zakat habis, dibolehkan mengambil dari dana
non-zakat. Tidak sebaliknya, karena sasaran distribusi
(yakni mustahiq) zakat sudah tertentu (yakni 8 asnaf)
3. Secara keseluruhan, belanja pemerintah hanya dipakai
untuk membiayai objek yang mubah dan halal.
4. Berkomitmen untuk mendahulukan dharuriyah
- Transfer payment Pemerintah
● Subsidi pemerintah untuk berbagai keperluan.
● Bukan merupakan pengeluaran balas jasa
● Didalamnya tercakup zakat.
● Merupakan variabel eksogen
BEBERAPA KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

● Balanced Budget Multiplier


Balanced-budget multiplier atau pengganda anggaran berimbang
(kBB) terjadi ketika pemerintah mengubah pengeluaran dan pungutan pajak
pemerintah dengan jumlah yang setara.

● Stimuli and Deficit


Stimulus yang dilakukan pemerintah dapat berupa potongan pajak,
peningkatan pengeluaran pemerintah, maupun keduanya secara bersamaan.
Stimulus potongan pajak jika dibarengi dengan penurunan belanja negara
menjadi tidak efektif; tergantung pada besarnya kBB, begitupun sebaliknya.
Jika pengeluaran pemerintah lebih besar dari pajak (G > T), maka negara akan
mengalami defisit dan ini memicu inflasi.
● Domestic State Revenue
Pemerintah mendapatkan pendapatan internal (domestic state revenue)
yang bersumber dari:
❖ Pajak
❖ Penerbitan obligasi
❖ Laba BUMN
● Foreign Financing
Selain dari pendapatan domestik, pendapatan pemerintah juga bersumber dari
utang luar negeri. Beberapa resiko foreign financing:
❖ Jika terjadi krisis global maka mendapatkan revenue dengan utang
luar-negeri akan sulit dilakukan.
❖ Adanya resiko kurs, dimana jika nilai tukar uang dalam negeri
melemah maka pembayaran kembali akan meningkat.
● Printing Money
Printing money adalah seni mencetak uang baru yang digunakan untuk
pengeluaran pemerintah atau menutup defisit APBN. hal ini merupakan salah
satu upaya untuk menyelamatkan perekonomian suatu negara dari krisis.
Namun juga memiliki resiko terjadinya inflasi.
● Budget Surplus
Surplus APBN (G < T) harus dilakukan pada saat masa recovery dan
revival. Surplus anggaran sendiri berfungsi untuk membayar kembali
pembiayaan defisit dan sekaligus meredam peningkatan permintaan agar tidak
lebih cepat dari peningkatan kapasitas produksi, sehingga tidak terjadi inflasi.
Jika defisit dibiayai dari pencetakan uang, saat anggaran surplus, jumlah uang
beredar akan kembali berkurang sehingga menetralisir efek inflasi dari
pencetakan uang di masa resesi.

Anda mungkin juga menyukai