NIM : 120220187 Kelas : RB UAS Pembiayaan Pembangunan
1. Pembiayaan pembangunan di Indonesia seharusnya berjalan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku, yaitu UUD 1945, pasal 35. Yang berisikan “perekonomian disusun sebagai usaha Bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.” Namun pada akhirnya (de facto) , sejak 1970 Indonesia telah bergerak kearah liberasi dengan dikeluarkannya UU PMA yang memberi fasilitas lengkap pada PMA. Hal ini lah yang membuat faktanya tidak sesuai dengan UU (de Jure).
2. Pembiayaan common pool goods/services lebih di perketat lagi dalam hal
pembangunan berkelanjutan. Karena, common pool goods /services ini konsumsinya sangat rivalry. Dan untuk menghindari tragedy of commons terjadi. Diperlukan Tindakan pengendalian SDA yang ada.
3. Pelaksanaan system anggaran surplus / deficit di Indonesia dilakukan secara terpusat
dan tidak terpusat. Seperti dalam APBN dan APBD. Pemerintah dapat merencanakan surplus dan deficit. Namun pada kenyataanya, dalam APBD seringkali terjadi deficit, dalam pos penerimaan, pemerintah menutup deficit daerah dari sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) tahun anggaran sebelumnya, dan bisa melalui peminjaman daerah. Dalam pos pembiayaan, pemerintah daerah menggunakan penyertaan modal, dan pembayaran pokok utang, fungsi poos pembiayaan diterapkan dalam investasi dan pembayaran utang daerah.
4. Instrument pembiayaan pembangunan konvensional dan non-konvensional
Konvensional : pendapatan daerah (Kota, pajak, retribusi) Non-konvensional : pembiayaan melalui pendapatan - Development impact fee - Bettermeants level Pembiayaan melalui hutang - Obligasi - Excess condernation Pendapatan melalui kekayaan - Concessions - Sumber dana masyarakat
Pemerintah perlu melakukan pembiayaan secara non-konvensional karena
pembiayaan secara konvensional kerap digunakan oleh oknum yang memanfaatkan situasi tersebut seperti penggelapan uang negara/korupsi. Pembiayaan secara non-konvensional juga dapat mengurangi beban pemerintah karena dalam pelaksanaanya pembiayaan non-konvensional ini tidak menggunakan kas negara dan melibatkan pihak swasta.
5. Kebijakan yang perlu di prioritaskan adalah pembiayaan pembangunan kesejahteraan
kota dan wilayah, yaitu pembiayaan Pendidikan, Kesehatan, rakyat miskin, asuransi sosial. Mengapa pada masa pandemi ini harusnya memprioritaskan kesejahteraan karena dalam pembiayaan pembangunan kesejahteraan terdapat point-point yang dapat memulihkan ekonomi sosial, seperti : Pembiayaan Kesehatan - Alat Kesehatan - Jasa pelayanan Pembiayaan rakyat miskin - Mengurangi beban pengeluaran - Meningkatkan kemampuan dan pendapatan - Mengembangkan UMKM - Mensinergikan kebijakan dan program kemiskinan
Masyarakat di Indonesia, lebih banyak masyarakat miskin, sehingga peningkatan
kualitas SDA akan memulihkan ekonomi di Indonesia.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro