Anda di halaman 1dari 1

1.2.

Sejarah Psikiatri Forensik


Forensik berasal dari bahasa Yunani Forensik yang berarti debat atau perdebatan.
Dalam konteks keilmuan, forensik bisa diartikan sebagai sebuah bidang ilmu pengetahuan
yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui penerapan ilmu dan
sains. Forensik sering berhubungan dengan persoalan kejahatan atau tindak pidana.
Hubungannya dengan psikiatri berkaitan dengan kasus gangguan jiwa dalam sebuah tindak
pidana. Umumnya tindak pidana yang dimaksud adalah tindak pidana yang dilakukan
seseorang yang diduga mengalami atau dalam keadaan terganggu jiwanya. Psikiatri forensik
sangat berperan bagi penyidik untuk membantu dalam menemukan kebenaran material suatu
kejahatan. Penyidik sangat memerlukan ilmu psikiatri forensik untuk melakukan penyidikan
dan pengusutan terhadap suatu perbuatan apakah merupakan perbuatan pidana dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Di indonesia perkembangan psikiatri forensik bermula pada 1970 saat dr. Wahyadi
Dharmabrata dan Prof. Dr. Dr. Dadang Hawari mendapat tugas belajar ke Inggris yang
betujuan untuk mempelajari Psychiatry Community. Saat Wahyadi kembali ke Indonesia,
beliau terus mengembangkan psikiatri forensik yang didasarkan pada kenyataan bahwa
banyak kesulitan yang dihadapi para profesional saat menangani masalah pidana.

Terbitnya Buku Pedoman Pembuatan Visum et Repertum Psychiatricum yang


mengutamakan bukan diagnosis semata, tetapi menetapkan kemampuan/ ketidakmampuan
seseorang melakukan suatu tujuan secara sadar, serta menetapkan kemampuan/
ketidakmampuan seseorang dalam mengarahkan tindakannya. Artinya penentuan
kemampuan pertanggungjawaban seseorang terhadap suatu perbuatan dalam sebuah kasus
pidana harus disimpulkan lewat visum et repertum psychiatrum yang dilakukan oleh seorang
psikiater forensik.

Anda mungkin juga menyukai