Anda di halaman 1dari 22

I.B.

GD SURYA PUTRA P
Disampaikan dalam kuliah Fakultas Hukum UGM,
TUJUAN ATAU TARGET
Mengetahui peranan ilmu kedokteran forensik dalam
penegakan hukum pidana
Di Bidang Peradilan pidana
Ilmu pengetahuan yang digunakan
tidak hanya ilmu HUKUM
Ada ilmu-ilmu lain, yaitu :
Ilmu-ilmu dasar (Basic sciences),
seperti : ilmu fisika, kimia dan farmasi,
biologi molekuler
Ilmu-ilmu perilaku (Behavioural
sciences), seperti : ilmu psikiatri dan
psikologi.
Ilmu Kedokteran (kedokteran
forensik)
PENGERTIAN
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Salah satu cabang spesialistik ilmu
kedokteran yang memanfaatkan ilmu
kedokteran untuk membantu
penegakkan hukum dan masalah-
masalah dibidang hukum.
Sering disebut legal medicine
Juga jembatan ilmu kedokteran dan
ilmu hukum
Penyelenggaraan Pelayanan
Forensik :
Di bidang kedokteran forensik :
 Dilaksanakan di rumah sakit
pemerintah (Obyektif dan Impartial)

Di bidang ilmu-ilmu forensik


lainnya :
 Dilaksanakan di kepolisian atau pusat
pelayanan kedokteran forensik (RS
Pemerintah).
SEJARAH
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Sejarah Mesir 2980-2900 SM : ahli medikolegal
pertama : Imhotep (dokter sekaligus hakim bagi
pharaoh zoser).
Zaman Babilonia : code of Hammurabi (1700 SM) dan
code of the hitties (1400 SM)
Tahun 44 SM : Anthitius (dokter romawi kuno) : yg
memeriksa jenasah Julius Caesar. Beliau mengatakan
dari 21 luka tusuk hanya satu yang mematikan dalam
suatu forum
Tahun 600 M : tulisan medikolegal pertama di Cina.
Tahun 1302 : otopsi medikolegal pertama di Bologna.
Abab 18 dan 19 : ilmu kedokteran forensik semakin
berkembang terutama di Eropa
Tahun 1958 : baru ada spesialisasi patologi forensik.
Tahun 1980 : sejajar dgn spesialistik yg lain.
Prinsip Kerja dokter forensik:
Sumpah Hippocrates
Etika kedokteran dan standar perilaku profesi
kedokteran
Patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Reasonable medical certainty (pendapat medis yg
tidak terbantahkan/berdasarkan bukti ilmiah)
LINGKUP KERJA :
Kepentingan Peradilan :
 Dimanfaatkan untuk membuat
terangnya perkara pidana yg
menimbulkan korban manusia, baik
hidup maupun mati.

Kepentingan Non Peradilan :


 Pemeriksaan bercak semen, bercak
darah, penentuan paternitas, dan
lain-lain.
PERANAN
DALAM PENEGAKAN HUKUM
Dalam sistem peradilan pidana di Indonesia :
 Ilmu kedokteran forensik : menyumbangkan Ipteknya
untuk memperoleh pembuktian ”sesuatu perihal”
secara ilmiah.
 Bisa memberikan keterangan ahli untuk memperjelas
suatu perkara di persidangan maupun di dalam tahap
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum
(pasal 186 KUHAP)
 Melakukan pemeriksaan forensik terhadap barang
bukti dan kemudian menuangkannya ke dalam alat
bukti yang sah surat (pasal 187 KUHAP).
PEMERIKSAAN FORENSIK
FORENSIK KLINIK
FORENSIK JENASAH
DASAR HUKUM
PASAL 133 KUHAP :
(1)Dalam hal penyidik utk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yg diduga karena peristiwa yg
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Lanjutan.........................................
(2)Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yg dalam
surat itu disebutkan dgn tegas untuk pemeriksaan luka
atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah
mayat.
Lanjutan.....................................
Pasal 179 KUHAP (1) :
Setiap orang yg diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demi peradilan
PASAL 184 KUHAP
Ada lima alat bukti yang syah :
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Petunjuk
Keterangan terdakwa
ALUR PEMERIKSAAN FORENSIK
SPV DARI PEMERIKSAAN
PENYIDIK KORBAN
MATI/HIDUP

IJIN
PASIEN/KLG

PENYUSUNAN
VISUM ET REPERTUM
PEMERIKSAAN FORENSIK
KLINIK
Pemeriksaan pasien/korban (setelah ada surat
permintaan visum/belum ada /KUHAP PS.133 (1 & 2))
Inform consent
Anamnesis/alloanamnesis
Pemeriksaan fisik (klinis & forensik)/dokumentasi
Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
Menentukan diagnosis
Memberikan terapi/pengobatan
Menyusun visum et repertum
PEMERIKSAAN JENASAH FORENSIK
Ada surat permintaan dari penyidik
(pemeriksaan luar atau luar dan
dalam/otopsi/KUHAP PS.133 (1 &2)
Jika ada keluarga korban, diberitahu penyidik
Ada berita acara penyerahan jenasah
Pemeriksaan sesuai permintaan penyidik
Penyerahan barang bukti ke penyidik
Penyusunan Visum et repertum (VER)
Penyerahan VER ke penyidik peminta
PEMERIKSAAN JENASAH FORENSIK
Doa
Keadaan jenasah (label, & yg melekat )
Sikap jenasah
Pengukuran Panjang badan dan berat badan
Penilaian Tanda-tanda kematian sekunder (lebam
mayat, kaku mayat dan pembusukan)
Penilaian ada tidaknya kelainan dari kepala sampai
kaki, bagian depan & belakang
Doa penutup
KESIMPULAN
Peranan ilmu kedokteran forensik dalam penegakkan
hukum adalah membantu pengadaan alat bukti yaitu
keterangan ahli dan surat (visum et repertum).
REFERENSI
Sampurna, B dan Samsu, Z. 2004, Peranan ilmu
forensik dalam penegakan hukum, sebuah pengantar,
Edisi kedua, Jakarta.
Budiyanto, A, dkk. 1997, Ilmu Kedokteran Forensik,
Edisi pertama, Cetakan kedua, Bagian Kedokteran
Forensik FK UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai