Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ELEMINASI BAK

Disusun Oleh:
MEGA MEILANI
071212008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAK

A. KONSEP
1. Pengertian
Miksi (berkemih)adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat di atas nilai ambang yang kemudian mencetuskan langkah,
kedua timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih)
yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks
ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.
2. Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf Pada Kandung Kemih
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua
bagian besar:
a.Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin
berkumpul dan
b. Leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk
corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga
urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah
dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya
dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya
meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan
dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian,
kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan
kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama
lain sehingga timbul aliranlistrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke

1
sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh
otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi
kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.
Pola dinding posterior kandung kemih, tepat di atas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum.
Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagian kandung kemih yang
membuka menuju leher masuk ke dalam uretra posterior, dan kedua ureter
memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat
dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang
berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat
memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor
dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi di bawah mukosa kandung
kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2-3 cm, dan
dindingnya terdiri dari otot detrusur yang bersilangan dengan sejumlah
besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat
tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra
posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah
pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung
kemih meningkat di atas ambang kritis.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma
urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna
kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbed dengan otot
pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos.
Otot sfingter eksterna bekerja dibawah kendali system saraf volunter dan
dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila pengendali
involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
Secara umum cara kerja otot detrusor adalah berlawanan dengan
sfingter urinari. Apabila otot detrusor kontraksi maka sfingter urinari
relaksasi begitu juga sebaliknya.
a. Persarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang
berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis,
terutama berhubungan dengan medulla spinalis segmen S-2 dan S-3.
Berjalan melalui nervus pelvikus adalah serat saraf sensorikdan serat
saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat renganagan pada
dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior
bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk
mencetuskan refleks yang menyebabakan pengosongan kandung
kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat
parasimpatis. Serat ini berakhi pada saraf ganglion yang terletak pada
dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian
mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang
penting untuk fungsi kandung kemih.Yang terpenting adalah serat otot
lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus
kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatic yang mempersarafi dan
mengontrol otot lurik sfingter. Juga, kandung kemih menerima saraf
simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus,
terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat
simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan
sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf
sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting
dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan,
rasa nyeri.
b. Transport Urin dari Ginjal Melalui Ureter dan Masuk ke dalam
Kandung Kemih
Urin yang keluar melalui kandung kemih mempunyai komposisi
utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes,
tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak
mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis.
Meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang
kemudian mencetuskan kontraksi peristaltic yang menyebar ke pelvis
renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian
mendorong urin dari pelvis renalis kearah kandung kemih. Dinding
ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis seperti juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan
serat saraf yang meluas di seluruh panjang ureter.
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis
dan dihambat oleh perangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di
daerah trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara
oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih.
Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih
cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik
urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat
selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap
gelombang peristaltic yang terjadi di sepanjang ureter akan
meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus
dinding kandumg kemih membuka dan memberi kesempatan urin
mengalir ke dalam kandung kemih.
Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding
kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung
kemih selama berkemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter
secara sempuna. Akibatnya sejumlah urin dalam kandung kemih
terdorong kembali ke dalam ureter, keadaan ini disebut refluks
vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran
ureter, dan jika parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis
dan struktur-struktur di medulla spinalis, mengakibatkan kerusakan
daerah ini.
c. Sensasi Rasa Nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.
Ureter dipersyarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila
ureter tersumbat ( contoh : oleh batu ureter ), timbul reflek konstriksi
yang kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri
juga menyebabkan reflek simpatis kembali ke ginjal untuk
mengkonstriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan demikijan
menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks
ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang
berlebihan ke dalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.
d. Refleks Berkemih
Merujuk kembali pada gambar, kita dapat melihat bahwa selama
kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih
mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan
garis putus-putus. Keadaan ini diebabkan oleh refleks peregangan yang
dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih,
khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai
terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal
sensorik dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen
sacral medulla spinalis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara
refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf parasimpatis
,elalui saraf yang sama ini.
Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih
ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot
detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turunkembali ke garis
basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi
nertamabah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih
kuat.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan
menghilang sendiri. Artinya, kontraksi awal kandung kemih
selanjunya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan
peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan
uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi
kandung kemih lebih lanjut. Jadi siklus ini berulang dan berulang lagi
sampai kandug kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian,
setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang
menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari
refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi
Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :
Peningkatan tekanan yang cepat dan progesif. Periode tekanan
dipertahankan dan kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.
Sekali reflaks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil
mengosongkan kandung kemih, eleman saraf dari refleks ini biasanya
tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam
atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung
kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin
sering dan semakin kuat.
Sekali reflaks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga
menimbulkan refeleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke
sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat
dalam otak darip[ada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna,
berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi
sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi
semakin kuat.
e. Perangsangan Atau Penghambatan Berkemih oleh Otak
Refleks berkemih adalah refleks medula spinalis yng seluruhnya
bersifat autonomic, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat
dalam otak.
Pusat-pusat ini antara lain: Pusat perangsang dan penghambat
kuat dalam batang otak, terutama terletak di pons dan beberapa pusat
yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai
penghambat tetapi dapat juga menjadi perangsang.
Refleks berkemih merupakan dasar terjadinya berkemih, tetapi
pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai
pengendali akhir dari berkemih, sebagai berikut :
Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan
refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki. Pusat
yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks
berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada
sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang
baik untuk berkemih. Jika tiba waktu untuk berkemih, pusat kortikal
dapat merangsang pusat berkemih sacral untuk membantu
mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu bersamaan
menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa
berkemih dapat terjadi.
Berkemih dibawah keinginan biasanya tercetus dengan cara
berikut :
Pertama seseorang secara sadar mengkontraksikan otot-otot
abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan
mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan
uretraposterior dibawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.
Hal ini menstimulasikan reseptor regang, yang merangsang refleks
berkemih dan mennghambat sfingter eksternus uretra secara stimulant.
Biasanya, seluruh urin akan keluar, terkadang lebih dari 5 sampai 10
ml urin tertinggal di kandung kemih.
f. Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
Usia Jumlah / hari
1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
2. Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
3. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
4. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
5. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
7. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
9. 14 tahun – dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua 1500 ml / kurang
g. Karakteristik Urin Normal
Urin normal berwarna jenih transparan. Jika urin berwarna
kuning muda maka hal tersebut dikarenakan urin mengandung zat
warna empedu ( bilirubin dan biliverdin) yang dihasilkan dari
perombakan eritrosit di hati. Komposisi urin bervariasi tergantung
pada jenis makanan serta air yang diminum. Urin normal pada manusia
mengandung air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat,
asam fosfat, asam sulfat, dan klorida. Selain itu juga terdapat zat-zat
yang kadar berlebihan di dalam darah, misalnya vitamin c dan obat-
obatan. Urin normal pH nya adalah 4,6-8 tetapi rata-ratanya adalah 6.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Berkemih.
a. Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi out put urin, seperti protein dan sodium mempegaruhi
jumlah urin yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urin intake
cairan dari kebutuhan, akibatnya out put urin lebih banyak.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon
awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih
menjadi lebih kuat. Aakibatnya urin banyak tertahan di kandung
kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang
lebih dari normal.
c. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam
eliminasi urin. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat
mempengaruhi tingkah laku.
d. Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan
meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena
meningkatnya sensitive untuk keinginan berkemih dan atau
meningkatnya jumlah urin yang diproduksi.
e. Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonu sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot
kandung kemih terjadi pada klien yang menggunakan kateter untuk
periode yang lama. Karena urin secara terus menerus dialirkan keluar
kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah meregang dan dapat menjadi
tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah
urin yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besarnya
metabolisme tubuh .
f. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan
mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung
kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih
sering berkemih.
g. Kondisi patologis
Demam dapat menurunkan produksi urin ( jumlah dan karakter ).
Obat diuretic dapat meningkatkan out put urin. Analgetik dapat terjadi
retensi urin.
4. Masalah-Masalah Dalam Eliminasi BAK
Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola urin ( frekuensi, keinginan/urgensi, poliurin dan urin
suppression ).
Penyebab umum masalah ini adalah :
a.Obstruksi
b. Pertumbuhan jaringan abnormal
c.Batu
d. Infeksi
e.Masalah-masalah lain
a.Retensi
Adanya penumpukan urin dalam kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
Menyebabkan distensi kandung kemih. Normal urin berada di kandung
kemih 250-450 ml. Urin ini merangsang refleks untuk berkemih.
Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urin
sebanyak 3000-4000 ml urin.
Tanda-tanda klinis retensi :
1) Ketidaknyamanan daerah pubis
2) Distensi kandung kemih
3) Ketidak sanggupan untuk berkemih
4) Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit ( 25-50 )
5) Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan intakenya
6) Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
Penyebab :
1) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,
uretra
2) Pembesaran kelenjar prostat
3) Structure uretra
4) Trauma sumsum tulang belakang
b. Inkontinensi urin
Ketidak sanggupan sementara atau permanent otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urin dari kandung kemih. Jika
kandung kemih dikosongkan secara totl selama inkontinensi disebut
inkontinensi komplit. Jika kandung kemih tidak secara total
dikosongkan disebut inkontinensi sebagian.
Penyebab ;
1) Proses menua
2) Pembesaran kelenjar prostate
3) Spasme kandung kemih
4) Menurunnya kesadaran
5) Menggunakan obat narkotik sedative
c.Enuresis
Sering terjadi pada anak-anak. Umumnya terjadi pada malam
hari ( noctural enuresis ). Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam
semalam.
Penyebab enuresis :
1) Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
2) Anak-anak yag tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi
keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan
terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
3) Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung
urin dalam jumlah besar.
4) Suasan emosional yang tidak menyenangkan di rumah
5) Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurology system
perkemihan
6) Makanan yag banyak mengandung garam dan mineral atau
makanan pemedas
7) Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk ke kamar mandi.
d. Perubahan pola kemih
Frekuensi Normal, meningkatnya frekuensi berkemih karena
meningkatnya cairan. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake
cairan dapat diakibatkan karena cystitis
e.Urgency
Adalah perasaan seseorang untuk berkemih. Sering orang
menyebutnya dengan anyang-anyangen. Sering seseorang tergesa-gesa
ke toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemih. Pada
umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter
eksternal.
f. Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. Dapat terjadi
karena : striktura uretra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung
kemih dan uretra
g. Polyuria
Produksi urin abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
2500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
Dapat terjadi karena : DM, defidiensi ADH, penyakit ginjal kronik
Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat
badan.
h. Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urin. Secara normal urin
diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120
ml/jam ( 720-1440 ml/hari ) dewasa. Produksi urin abnormal dalam
jumlah sedikit oleh ginjal, disebut oliguria misalnya 100-500 ml/hari.
Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka
baker dan shock.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola berkemih
Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual
b. Frekuensi
1) frekuensi untuk berkemih tergantung
kebiasaan dan kesempatan.
2) Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari
pad waktu tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada
malam hari.
3) Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
c. Volume
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam
pada orang dewasa, maka perlu lapor.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan membran mukosa, kandung
kemih, ginjal, uretra.
2. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Dx keperawatan
1 Gangguan eliminasi Eliminasi urin (0503): Manajemen eliminasi
urin (00016) Kriteria hasil yang diharapkan perkemihan (0590) :
Definisi : disfungsi atau skala target outcome : 1. Monitor eliminasi urin
eliminasi urin dipertahankan pada... (frekuensi, konsistensi,
Batasan karakteristik : ditingkatkan ke... Skala 1-5 bau, volume, warna)
DS : --------------------- (sangat terganggu, banyak 2. Pantau tanda dan gejala
DO : terganggu, cukup terganggu, retensi urin
 Anyang- sedikit terganggu, tidak 3. Identifikasi faktor-
anyangan terganggu) faktor yang berkontribusi
 (050301) pola terhadap terjadinya
 Disuria eliminasi episode inkontinensia
 Dorongan  (050303) jumlah urin 4. Catat waktu eliminasi
berkemih  (050304) warna urin urin terakhir
 Inkontinensia  (050306) kejernihan 5. Batasi cairan sesuai

 Nokturia urin kebutuhan

 Retensi urin  (050307) intake cairan 6. Bantu pasien untuk

 (050313) mengembangkan rutinitas


 Sering
mengosongkan kantog eliminasi dengan tepat
berkemih
kemih sepenuhnya 7. Ajarkan pasien
Faktor yang
mengenai tanda dan gejala
berhubungan :  (050314) mengenali
infeksi saluran kemih
 Gangguan keinginan untuk
8. Anjurkan
sensori berkemih
pasien/keluarga untuk
motorik Skala 1-5 (berat, cukup berat,
mencatat output urin yang
 Infeksi saluran sedang, ringan, tidak ada)
sesuai
kemih  (050329) darah terlihat
9. Instruksikan untuk
 Obstruksi dalam urin
segera merespon
anatomik  (050309) nyeri saat
keinginan mendesak untuk
 Penyebab kencing
berkemih
multipel  (050330) rasa terbakar
10. Anjurkan pasien untuk
saat berkemih
memantau tanda-tanda dan
 (050331) frekuensi
gejala infeksi saluran
berkemih
kemih
 (050332) retensi urin
11. Ajarkan pasien untuk
 (050333) nokturia
minum 8 gelas per hari
 (050312) inkontinensia
pada saat makan, diantara
urin
jam makan dan di sore
 (050335) inkontinensia hari.
berkemih
 (050336) inkontinensia
fungsional
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Peace, Evelyn c. 1992. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka utama.

Potter dan Perry. 2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai