Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN KEPERAWATAN

RESUME HANDOVER (TIMBANG TERIMA)

Oleh:
MEGA MEILANI
071212008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
A. Konsep Handover
1. Definisi Handover/Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah
komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian
shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang
pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab
utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya
perawatan.
Agustin, Wijaya, & Habibi, (2014) timbang terima adalah proses transfer atau
perpindahan informasi penting untuk asuhan keperawatan pasien secara holistic dan aman
yang bertujuan agar pelayanan yang diberikan oleh setiap perawat saling berkesinambungan.
Overan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Overan pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Overran dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan (Nursalam, 2012).

2. Tujuan Handover/Timbang Terima


Menurut Nursalam (2012) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah :
a. Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting
b. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
c. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada
pasien.
d. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
e. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Kemudian adapun tujuan:
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi Pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.

3. Prinsip Handover/Timbang Terima


Menurut penelitian Kamil (2011) Prinsip serah terima pasien, meliputi;
kepemimpinan, pemahaman, peserta, waktu, tempat, dan proses serah terima pasien. Jenis
serah terima pasien yang berhubungan dengan keperawatan, meliputi: serah terima pasien
antar shift, serah terima pasien antar unit keperawatan, serah terima pasien antara unit
perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik, serah terima pasien antar fasilitas kesehatan,
dan serah terima obat-obatan. Pentingnya pemahaman perawat tentang serah terima pasien
dalam pelayanan keperawatan dapat mencegah kerugian dalam keselamatan pasien yang
disebabkan oleh kesalahan/hambatan karena faktor individu, kelompok, dan organisasi,
maupun karena tata cara serah terima pasien yang tidak tepat.

4. Prosedur dalam Timbang Terima


Timbang terima memiliki 3 tahap yaitu:
a. Persiapan
1) Operan (Handover) dilaksanakan setiap pergantian shif/operan.
2) Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan
operan khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3) PP menyampaikan operan pada PP berikutnya mengenai hal yang perlu disampaikan
dalam operan antara lain:
a) Jumlah pasien.
b) Identitas pasien dan diagnosa medis.
c) Data (keluhan/subjektif dan objektif).
d) Masalah keperawatan yang masih muncul. Intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan (secara umum).
e) Intervensi kolaborasi dan independen.
f) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain).
b. Pelaksanaan
1) Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga).
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3) Kepala ruangan membuka acara operan.
4) Perawat yang melakukan acara operan dapat melakukan klarifikasi.
5) Tanya jawab dan melakukan validari terhadap hal-hal yang telah di operkan dan berhak
menanyakan mengenai di hal-hal yang kurang jelas.
6) Kepala ruangan atau PP menanyakan kebutuhan dasar pasien.
7) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
8) Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah/belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya selama masa perawatan.
9) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat
secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
10) Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari lima menit kecuali pada kondisi khusus
dan memerlukan keterangan yang rumit.
c. Post Timbang Terima (handover)
a) Diskusi.
b) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format operan yang ditanda
tangani oleh pp yang jaga saat itu dan pp yang jaga berikutnya diketahui oleh Kepala
Ruang.
c) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format operan yang ditanda
tangani oleh pp yang jaga saat itu dan pp yang jaga berikutnya diketahui oleh Kepala
Ruang.
d) Ditutup oleh Karu. (Nursalam, 2012)
5. Metode Dalam Timbang Terima
a. Timbang terima dengan metode tradisional Bedasarkan peneitian yang dilkukan oleh
Kassen dan Jagoo (2005) dalam Nursalam (2012) di sebutkan bahwa operan jaga
(Handover) yang masih tradisional adalah :
1) Dilakukan hanya di meja perawat.
a) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
b) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum
c) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date
b. Timbang terima dengan metode bedside Handover
Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside
Handover yaitu Handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara
tradisional maupun bedside Handover tidak jauh berbeda, hanya pada Handover memiliki
beberapa kelebihan diantaranya: -Mengingatkan keterlibatan pasien dalam mengambil
keputusan terkait kondisi penyakit secara up to date, -Mengingatkan hubungan caring dan
komunikasi antara pasien dengan perawat, -Mengurangi waktu untuk melakukan
klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara khusus
Bedside Handover juga tetap diperhatikan aspek kerahasian pasien jika ada informasi
yang ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.
c. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya
1) Menggunakan tape recorder Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan saat jaga selanjutnya datang.Metode itu berupa one way
communication (komunikasi satu arah)Menggunakan komunikasi oral atau spoken
(lisan)Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi
2) Menggunakan komunikasi tertulis Melakukan pertukaran informasi dengan melihat
pada medical record (rekam medis) saja atau media tertulis lain,Berbagai metode
yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit
menggunakan ketiga metode untuk dikombinasikan

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbang Terima


Faktor penghambat terdiri dari delapan elemen utama yaitu :
a. Hambatan komunikasi
b. Masalah yang berhubungan dengan standar
c. Ketersediaan sumber daya
d. Faktor lingkungan
e. Efektifitas waktu
f. Kesulitan yang berhubungan dengan kompleksitas keadaan pasien
g. Pendidikan dan pelatihan yang kurang serta faktor individu
Sedangkan faktor pendukung pendukung terdiri dari tujuh elemen utama yaitu :
a. Ketrampilan komunikasi
b. Strategi/standar timbang terima
c. Penggunaan teknologi
d. Dukungan lingkungan
e. Pendidikan dan pelatihan
f. Keterlibatan staf serta kepemimpinan (Agustin, Wijaya, & Habibi 2014)

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Timbang Terima


a. Dilaksanakan tepat waktu pergantian shif.
b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau pergantian jawab pasien (PP).
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Operan (handover) harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup sehingga
pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat pasien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan syok sebaiknya dibicarakan di nurse
station. (Nursalam, 2012).

8. Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Struktur (Input).
Pada operan, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain: catatan
operan, status pasien dan kelompok shif operan. Kepala ruang selalu memimpin kegiatan
operan yang dilakukan pada pergantian shif yaitu malam ke pagi, pagi ke sore.
Kegiatan operan pada shif sore ke malam dipimpin olehperawat primer yang
bertugas saat itu.
b. Proses.
Proses operan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang
bertugas maupun yang akan mengganti shif. Perawat primer mengoperkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shif. Operan pertama kali dilakukan di nurse
station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi operan
mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.
Setiap pasien tidak lebih dari lima menit saat klarifikasi ke pasien.
c. Hasil.
Operan dapat dilaksanakan setiap pergantian shif. Setiap perawat dapat mengetahui
perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. (Nursalam,
2012).
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Viera., Wijaya, Arif., & Habibi Y.Y., 2014, „Nurse Knowledge With Acceptance Weigh
Implementation‟, Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, vol.08 no.002,
h.2

Friesen, M.A., White, S.V., Byers, J.F., 2008. Chapter 34. Handoffs: Implications for Nurses. In Agency
for Healthcare Research and Quality. Patient Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook
for Nurses. [e-book] U.S: AHRQ Publication. Tersedia di:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/?report=printable.

Kaasean M, Jagoo ZB. (2005). Managing change in the nursing handover from traditional to bedside
handover- a case study from Mauritius. BMC Nursing 4

Kamil. (2011). HANDOVER DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Handover In Nursing Care. Idea
Nursing Journal. ISSN: 2087 – 2879. Diakses pada 13 Juli 2020.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6491/5326

Nursalam, 2012, Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional, 3 edn.,
Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai