Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan. Hal ini
berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam
pelaksanaannya. Langkah- langkah tersebut dapat berupa penataan ketenagaan dan pasien,
penerapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim
kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya
adalah saat pergantian shift, yaitu saat operan klien.Operan merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Operan klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan dilakukan oleh
perawat primer antar shiftsecara tulisan dan lisan.
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima informasi
yang berkaitan dengan keadaan klien. Operan harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan dilakukan oleh
perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.

1
Selama ini operan sudah dilakukan. Isi dan substansi operan yang dilakukan selama
ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatam, program terapi yang
sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Operan dilakukan secara lisan
dan tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Operan perlu terus ditingkatkan baik teknik
maupun alurnya karena operan merupakan bagian penting dalam menginformasikan
permasalahan klien sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat operan sangat penting, karena dengan operan ini
maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara
berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggunggugat dari seorang perawat.
Bila operan tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan
keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai
dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan
keperawatan dan menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan operan yang telah dilakukan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
B. Tujuan
Menurut Nursalam (2014), tujuan operan sebagai berikut :
Tujuan Umum
Setelah dilakukan operan,maka mahasiswa dan perawat mampu mengkomunikasikan
hasil pelaksanaan asuhan keperawatan kliendengan baik,sehingga kesinambungan informasi
mengenai keadaan klien dapatdipertahankan.
Tujuan Khusus
a) Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan pada
klien.
c) Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinasberikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

C. Manfaat
Menurut Nursalam (2014), manfaat operan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bagi Perawat
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.

2
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Menurut Patton (2007) mengatakan bahwa operan dikenal sebagai “penyerahan”
atau “pemindahan perawatan pasien” yang merupakan proses aktif dengan mentransfer
informasi pasien yang spesifik dari satu perawat ke perawat lain untuk tujuan menjamin
kelangsungan dan kemanan perawatan pasien.
Menurut Patterson (2010) mengatakan bahwa operan adalah proses penyerahan
kewenangan dan tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis pada pasien dari
satu departemen keperawatan ke keperawatan selanjutnya.
Menurut Nursalam (2014) operan pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
B. Tujuan.
Menurut Nursalam (2014), tujuan operan sebagai berikut :
Tujuan Umum
Setelah dilakukan operan,maka mahasiswa dan perawat mampu mengkomunikasikan
hasil pelaksanaan asuhan keperawatan kliendengan baik,sehingga kesinambungan informasi
mengenai keadaan klien dapatdipertahankan.
Tujuan Khusus
a) Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan pada
klien.
c) Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinasberikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

C. Manfaat Operan
Menurut Nursalam (2014), manfaat operan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bagi Perawat
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
3
b) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.

D. Metode Operan
Menurut Kassesan dalam Lailiyyati (2013), metode operan dibagi menjadi 2 sebagai
berikut:
a. Operan dengan Metode Tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dalam Lailiyyati (2013),
mengatakan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
1) Operan hanya dilakukan di meja perawat atau nurse station.
2) Operan menggunakan komunikasi satu arah sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
3) Pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
4) Tidak terdapat kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
b. Operan dengan Metode Bedside Handover
Menurut Kassean dalam Lailiyyati (2013), handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat
tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk
mendapatkan feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga
baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover
memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
2) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
3) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus.
Menurut Joint Commission for Transforming Healthcare (2014), menyusun pedoman
implementasi untuk operan sebagai berikut:
4
a) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan dari
penerima informasi tentang informasi pasien.
b) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi, pelayanan,
kondisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantisipasi.
c) Proses verifikasi harus ada tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima dengan
melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.
d) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan dan
terapi sebelumnya.
e) Handover tidak dapat disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.

E. Alur Operan

Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut (Achmad, dkk., 2012) adalah
sebagai berikut:

Nurse Station:
1. Operan dipimpin kepala ruangan
2. Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi pasiennya berdasarkan
dokumentasi keperawatan.
3. Ketua Tim/Penanggung jawab sif dan perawat pelaksana dalam tim mencatat
hariannya
4. Proses klasifikasi informasi.

Bedside
1. Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien
2. Validasi data pasien.

Nurse Station
1. Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan balik dan
saran tidak lanjut.
2. Menutup operan (doa dan bersalaman).

Nurse Station
Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan pre-conference bersama anggota
tim/perawat pelaksana.

5
F. Prosedur Operan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Operan dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.
2) Di nursestation perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan adalah :
a) Identitas klien dan diagnose medis.
b) Masalah keperawatan yang masih ada.
c) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
e) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi Tanya jawab
terhadap hal hal yang di operkan dan berhak menanyakan mengenai hal hal yang
kurang jelas.
6) Penyampaian saat operan secara jelas dan singkat.
7) Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
6
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukanvalidasi
data
9) Pelaporan untuk operan ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat primer
G. Mekanisme Kegiatan Operan

Tabel 1.3 : Mekanisme kegiatan operan menurut Nursalam (2014)


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Pra Operan a. Kedua kelompok 10 menit Nurse Station Karu,Katim,Pa


dinas sudah siap dan
berkumpul di Nurse
Station
b. Karu mengecek
kesiapan operan tiap
PP
c. Kelompok yang
akan bertugas
menyiapkan catatan
(Work Sheet),
d. PP yang akan
mengoperkan,
menyiapkan buku
operan & nursing kit
e. Kepala ruangan
membuka acara
operan dilanjutkan
dengan doa.

7
Pelaksanaan PP dinas pagi 5 menit Di Ruangan Karu,Katim,Pa
Operan melakukan operan Pasien
kepada PP dinas
sore. Hal-hal yang
perlu disampaikan
PP pada saat operan
:
1. Identitas klien dan
diagnosa medis
termasuk hari rawat
keberapa.
2. Masalah
keperawatan.
3. Data yang
mendukung.
4. Tindakan
keperawatan yang
sudah/belum
dilaksanakan.
5. Rencana umum
yang perlu
dilakukan:
Pemeriksaan
penunjang, konsul,
prosedur tindakan
tertentu.
6. Karu membuka
dan memberi salam
kepada klien, PP
pagi menjelaskan
tentang klien, PP
sore mengenalkan
anggota
timnya dan
melakukan validasi

8
data.
7. Lama operan
setiap klien kurang
lebih 5 menit,
kecuali kondisi
khusus yang
memerlukan
keterangan lebih
rinci.

Post Operan Klarifikasi hasil 10 menit Nurse Station Karu,Katim,Pa


validasi data oleh PP
sore.
1. Penyampaian alat-
alat kesehatan
2. Laporan operan
ditandatangani oleh
kedua PP dan
mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
4. Reward Karu
terhadap perawat
yang akan dan
selesai bertugas.
5. Penutup oleh
karu.

9
I. Format Operan
FORMAT OPERAN PENDERITA
Nama : Kamar :
Pasien
Umur : Dx. :
Medis
Tanggal :

Asuhan Operan
Keperawatan Sift Pagi Sift Sore Sift Malam

Masalah Keperawatan

S: S: S:
Data Fokus O: O: O:
(Subyektif & Obyektif) A: A: A:
P: P: P:

Intervensi yang sudah


Dilakukan

Intervensi yang belum


Dilakukan

Hal-hal yang perlu di


Perhatikan (Lab, Obat,-
Advis Medis)

Tanda Tangan PP PP Pagi: PP Sore: PP Malam:

PP Sore: PP Pagi:
PP Malam:

Karu: Karu:

Nursalam (2014)

10
BAB III
ANALISA MASALAH

A. Pengkajian

1) Strategi komunikasi
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang di
Ruangan Dewi Kunti di dapatkan hasil bahwa strategi komunikasi di ruang
dewi kunti dilakukan secara langsung. Operan sudah dilakukan tetapi diruang
dewi kunti belum memiliki panduan SOP operan,dan jarang di damping oleh
karu.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa strategi
komunikasi di ruang dewi kunti sudah dilakukan tetapi untuk operan jarang di
lakukan dan tidak mengikuti SOP.
c) Kuesioner
Untuk hasil kkuesioner tentang evaluasi pendekatan Manajemne :
pengarahan (operan) dari KARU sendiri sebanyak 100% sudah dilakukan
dengan baik, dari KATIM sebanyak 100% sidah dilakukan dengan baik.
Kemudian untuk pre conference itu sendiri, menurut KARU sebanyak 100%
sudah dilakukan dengan baik. Dan menurut KATIM sebanyak 80% sudah
melakukan dengan baik

11
SIKLUS PEMECAHAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
B. ANALISA SWOT

Aspek Yang Dikaji Strength (Kelebihan) Weakness (Kekurangan) Opportunity (Peluang) Threat (Anacaman)
Operan sudah  Dari hasil wawancara  Dari hasil observasi Karu  Adanya kesepakatan  Kurang terpantaunya
dilakukan tetapi dengan Karu, karu jarang mengikutit operan antara perawat yaitu kondisi klien pada
belum maksimal.
mengatakan bahwa di  Dari hasil observasi tidak Karu, KaTim, dan PA pergantian shift karena
ruangan sudah pernah ada kesepakatan antara Untuk melakukan jarangnya ada operan di
dilakukan operan Karu, KaTim, dan PA operan ruang Dewi Kunti
sebelumnya untuk melakukan operan
 Dari hasil observasi dan  Dari hasil observasi
wawancara dengan belum ada jadwal untuk
Karu , tingkat kegiatan operan.
pendidikan Karu adalah
S1 keperawatan

17
C. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

No. Data Fokus Masalah

1. Wawancara : Operan sudah dilakukan tetapi belum maksimal


 Kepala ruangan dan ketua tim bangsal Dewi Kunti
mengatakan sudah dilakukan operan tetapi belum maksimal
Observasi :

 Operan sudah dilakukan tetapi belum maksimal.

 Belum terisinya dokumentasi mengenai operan.

18
D. DIAGRAM FISHBONE

MAN : MATERIALS :
 Dari hasil observasi Karu  Dari hasil observasi
jarang mengikuti operan. ruangan belum
 Perawat sering datang mempunyai jadwal
tidak tepat waktu operan

Belum optimalnya
proses operan pada
bangsal dewi kunti

METODE :
 Dari hasil observasi tidak
ada kesepakatan antara
Karu, KaTim, dan PA untuk
melakukan operan
 Operan sudah dilakukan
tetapi belum maksimal.

19
E. PRIORITAS MASALAH

PrioritasMasalah Jumlah
Prioritas
NO Masalah Importancy T R
1xTxR MASALAH
P S RI DU SB PB PC

1. Operan belum dilakukan secara


maksimal.

Keterangan :
I : Importancy (prioritasmasalah)
P : Prevalence (besarnyamasalah)
S : Severity (akibat yang di timbulkanolehmasalah)
RI : Rate of Increase (kenaikanbesarnyamasalah)
DU : Degree of unmeet need (derajatkeinginanmasyarakat yang tidakterpenuhi)
SB : Sosial benefit (keuntungansosialkarenaselesainyamasalah)
PB : Public concern (rasa prihatinmasyarakatterhadapmasalah)
PC : PoliticalClimate (suasanapolitik)
T : Technologi
R : Resources availability (sumber daya)

20
F. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH

No Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah

1. Operan sudah dilakukan tetapi belum maksimal a. Studi Literatur tentang operan menurut Nursalam (2014)
a. Belum adanya penjadwalan operan b. Konsul dengan pembingbing mengenai materi operan
b. Belum adanya kedisiplinan waktu pegawai dalam melakukan operan c. Diskusi dengan karu sebelum dilakukan resosialisasi operan
d. Resosialisasi tentang prosedur operan yang benar
c. Pelaksanaan operan belum secara formal sesuai SPO
e. Role play Operan bersama perawat ruangan Dewi Kunti

21
BAB IV

POA

C. RENCANA PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH (POA)

No Rencana Tindakan Metode Sasaran Bahan dan Alat Waktu Tempat Pelaksana

1. a. Studi Literatur tentang operan menurut Action Karu, Katim Instrument Senin, 28 Ruang IB. Putu
Nursalam (2014) dan Pa Ruang November Dewi Suarsawan
Dewi 2017 Kunti
Kunti,RSJD.Dr
Arif Zaenudin
Surakarta

b. Konsul dengan pembingbing mengenai Action Karu dan Materi Selasa, 29 Ruang IB. Putu
materi operan katim Ruang November Dewi Suarsawan
Dewi Kunti
2017
Kunti,RSJD.Dr
Arif Zaenudin
Surakarta

c. Diskusi dengan karu sebelum Action Karu Materi,Instrument Rabu, 30 Ruang IB. Putu
dilakukan resosialisasi operan November Dewi Suarsawan

22
2017 Kunti

d. Resosialisasi tentang prosedur operan Presentasi Karu dan Instrument Sabtu, 09 Ruang IB. Putu
yang benar materi katim Ruang Desember Dewi Suarsawan
operan Dewi 2017 Kunti
Kunti,RSJD.Dr
Arif Zaenudin
Surakarta

e. Role play Operan bersama perawat Action Karu, Katim & Instrument Sabtu, 09 Ruang IB. Putu
ruangan Dewi Kunti Pa Desember Dewi Suarsawan
2017 Kunti

23
D. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN

No Tindakan Waktu Tempat Peserta Hasil Pelaksana

1. Studi Literatur Senin 28 Dewi Pelaksana Berdasarkan hasil studi IB. Putu Suarsawan
tentang operan November kunti literatur, pelaksana
menurut Nursalam 2017 menggunakan buku Nursalam
(2014)
(2014)

2. Mengkonsulkan selasa 29 Dewi Pembingbing, Berdasarkan hasil konsul IB. Putu Suarsawan
dengan pembingbing November kunti dengan pembingbing materi
mengenai materi 2017 operan masih perlu beberapa
operan
perbaikan

3. Mendiskusikan Snin 28 Dewi Kepala Ruang Berdasarkan hasil diskusi IB. Putu Suarsawan
dengan karu sebelum November kunti dengan Karu , Karu
dilakukan 2017 mengatakn operan sudah
resosialisasi tentang
dilakukan tetapi belum
operan
maksimal, karu mengatakan
kurang optimalnya operan
dikarenakan kurangnya
kesadaran dan kemauan dari

24
perawat dan tidak tersedianya
SOP operan di ruang Dewi
Kunti

4. Meresosialisasikan Sabtu 09 Dewi Kepala Kepala ruang, kepala tim dan IB. Putu Suarsawan
tentang prosedur Desember kunti Ruang, kepala 3 perawat pelaksana tampak
operan yang benar 2017 tim, perawat mengikuti resosialisasi
operan, dan setelah dilakukan
resosialisasi , perawat yang
mengikuti resosiaalisasi
tampak mulai melaksanakan
operan walaupun belum
sepenuhnya sesuai prosedur
5. Melakukan Role play Sabtu 09 Dewi Kepala Setelah melakukan Role play IB. Putu Suarsawan
Operan bersama Desember kunti Ruang, kepala operan bersama sama ,
perawat ruangan 2017 tim, perawat perawattampak melaksanakan
Dewi Kunti
operan jaga selanjutnya
dengan prosedur yang benar
sesuai role play yang
dilakukan sesuai prosedur
operan Nursalam (2014)

25
E. EVALUASI
KESIMPULAN
1. Setelah diberikan resosialisasi ke Kepala Ruang, Katim, perawat pelaksana dan
Mahasiswa tentang operan yang sesuai prosedur, pelaksanaan operan sudah sesuai
dengan prosedur. Setelah melakukan implementasi selama 2 minggu, dan evaluasi
di minggu ke 4 pemantauan operan sudah berjalan dari hari senin, 11 Desember
sampai sekarang.
2. Setelah dilakukan implementasi dalam pelasksanaan operan yang sesuai prosedur
di Ruang Dewi Kunti, operan sudah berjalan dengan sesuai prosedur.

RENCANA TINDAK LANJUT


1. Membuat kesepakatan dengan Karu, Katim, dan Pa untuk tetap melakukan operan
sesuai prosedur .
2. Mendisiplinkan waktu perawat dalam melakukan operan sesuai jadwal
3. Mendelegasikan ke KaTim atau perawat lain bila KaRu tidak dapat memimpin
operan karena suatu hal
4. Membuat pendokumentasian hasil dari operan dengan baik sesuai dengan format
operan

26
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam,(2002).Manajemen Keperawatan:Aplikasi Dalam Praktik KeperawatanProfesional.


Salemba Medika. Jakarta.

Gillies,(1989).Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem,Edisi


Terjemahan.Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

Friesen, M.A, White, S.V, & Byers, J.F. (2008). Handoff: Implications for Nurses, Nurses First,
Volume 2, Issue 3 May/June 2008.

Lailiyyati, A. 2013. Studi Deskriptif Pelaksanaan Timbang Terima di Unit Rawat Inap RST
Bhakti Wira Tamtama Semarang. Thesis. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang. Diakses melalui web
http://UNIMUS%20Digital%20Library(br)Universitas%20Muhammadiy

Patterson, E. 2010. Patient Handoff: Standardized and Reliable Measurement Tools Remain
Elusive [Serial Online]. Diakses melalui web
http://medicine.osu.edu/hrs/research/Documents/02-patterson.pdf

Patton, K. 2007. Handoff Communication: Safe Transitions in Patient Care [Serial Online].
Diakses melalui web
http://www.usahealthsystem.com/workfiles/com_docs/gme/2011%20Wo
rkfiles/Handoff%20CommunicationSafe%20Transitions%20in%20Patien
t%20Care.pdf

Myta Kirana D. 2016. Hubungan Sikap Disiplin Perawat Dengan Efektivitas Pelaksanaan
Timbang Terima Di Rsud Dr. Abdoer Rahem Situbondo. Universitas Jember

27
LAMPIRAN

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai