Anda di halaman 1dari 12

HANDOVER/TIMBANG TERIMA

Tujuan Instruksional Umum

Setelah menyelesaikan Bab ini, peserta pelatihan diharapkan mampu

mendemonstrasikan handover/timbang terima dalam pelayanan keperawatan.

Tujuan Instruksional Khusus

 Peserta pelatihan dapat menjelaskan konsep timbang terima

 Peserta pelatihan dapat menguraikan langkah-langkah dalam timbang terima

 Peserta pelatihan Menjelaskan isi timbang terima

 Peserta pelatihan dapat mendemonstrasikan timbang terima dalam pelayanan

keperawatan

A. Pengertian

Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifan

adalah saat pergantian shift (operan). Operan merupakan teknik atau cara

untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan

dengan keadaan pasien. Timbang terima memiliki beberapa istilah lain.

Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report,


signout, signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi

oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat

pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi

dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab

dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan

yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi

tentang pasien. Handover juga meliputi mekanisme transfer informasi

yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari

perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan. Nursalam

(2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam

menyampaikan sesuatu laporan) yang berkaitan dengan keadaan


1
klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau

transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat

yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi

yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi

terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

Operan pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan

menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri

perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta

perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat

sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan

sempurna.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang

penting

2. Tujuan khusus

1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

2) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada pasien.

3) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh

perawat dinas berikutnya.

4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,

mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan

yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan

keefektifan dalam bekerja. Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi

utama yaitu: a) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan

mengekspresikan perasaan perawat, b) Sebagai sumber informasi yang


2
akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan

keperawatan.

C. Manfaat

1. Bagi perawat

 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

 Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.

 Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan

 Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna

2. Bagi pasien

Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum

terungkap

D. Metode dalam Timbang Terima

1. Timbang terima dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005)

disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:

a. Dilakukan hanya di meja perawat.

b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak

memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi.

c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan

kondisi secara umum.

d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,

sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status

kesehatannya tidak up to date.

2. Timbang terima dengan metode bedside handover

3
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan

sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu

handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan

melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk

mendapatkan feedback. Secara umum materi yang disampaikan

dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside


handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya:

a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan

terkait kondisi penyakitnya secara up to date.

b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien

dengan perawat.

c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada

kondisi pasien secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang

kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait

adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.

Selain metode tradisional dan bedside handover, metode timbang terima

juga dapat dikelompokkan berdasarkan media yang digunakan yaitu:

a. Menggunakan Tape recorder, melakukan perekaman data tentang

pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga

selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way


communication.
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken, yaitu melakukan

pertukaran informasi dengan berdiskusi.

4
c. Menggunakan komunikasi tertulis (written), melakukan pertukaran

informasi dengan melihat pada medical record saja atau media

tertulis lain.

Berbagai metode yang dijelaskan diatas, masih relevan untuk dilakukan

bahkan beberapa rumah sakit menggunakan berbagai metode untuk

dikombinasi.

E. Prinsip-Prinsip Timbang Terima

Agar tujuan timbang terima dapat tercapai, ada beberapa prinsip dalam

melaksanakannya yaitu: keterlibatan pasien, konsistensi struktur dan isi,

kepemimpinan dan keterlibatan tim secara penuh, kesepakatan tentang

tanggungjawab dan tanggunggugat, ketepatan metode, ketepatan lingkungan,

dokumentasi pendukung, focus pada pasien, pendidikan.

Selain hal-hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan timbang terima, yaitu:

a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift

b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab pasien (PP)

c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas

d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien

e. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien

f. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang

cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang

rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak

dibicarakan secara langsung di dekat klien

g. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok sebaiknya

dibicarakan di nurse station


5
Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam timbang terima

adalah: komunikasi yang obyektif antar sesama petugas kesehatan,

pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan, kemampuan

menginterpretasi medical record, kemampuan mengobservasi dan

menganalisa pasien, pemahaman tentang prosedur klinik.

Joint Commission Hospital Patient Safety menyusun pedoman

implementasi untuk timbang terima sebagai berikut:

 Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk

adanya pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.

 Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date


meliputi terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus

diantipasi.

 Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat

penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang

atau mengklarifikasi.

 Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit,

termasuk perawatan dan terapi sebelumnya.

 Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk

meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.

F. Alur operan

PASIEN

6
DIAGNOSA MEDIS
MASALAH KOLABORATIF DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TINDAKAN

TELAH BELUM
DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/
KEADAAN PASIEN

MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

G. Prosedur

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA


persiapan 1. Operan dilaksanakan 5 menit Nurse Katim dan
setiap pergantian shift station PA
2. Prinsip operan, terutama
pada semua pasien baru
masuk dan pasien yang
dilakukan operan
khususnya pasien yang
memiliki permasalahan
yang belum/dapat
teratasi serta yang
membutuhkan observasi
lebih lanjut
3. Katim menyampaikan
operan pada Katim
7
berikutnya mengenai hal
yang perlu disampaikan
dalam operan:
a. jumlah pasien;
b. identitas kilen dan
diagnosis medis;
c. data
(keluhan/subjektif dan
objektif)
d. masalah keperawatan
yang masih muncul:
e. intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum);
f. intervensi kolaborasi
dan dependen
g. rencana umum dan
persiapan yang
perludilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan
penunjang, dan lain-
lain);
pelaksanaa 1. Kedua kelompok dinas 20 Nurse KARU,
n sudah siap (sift jaga). menit station, katim dan
2. Kelompok yang akan Ruang PA
bertugas menyiapkan perawata
buku catatan. n
3. Kepala ruang membuka
acara operan.
4. Perawat yang melakukan
operan dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah dioperkan dan
berhak menanyakan
mengenal hal-hal yang
kurang jelas.
5. Kepala ruangan atau

8
katim menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
7. Perawat yang
melaksanakan operan
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan
dan tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan serta hal-
hal penting lainnya
selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
9. Lama operan untuk tiap
pasien tidak lebih dan
lima menit kecuali pada
kondisi khusus dan
memerlukan keterangan
yang rumit
Post 1. Diskusi. 5 menit Nurse KARU,
operan 2. Pelaporan untuk operan station katim dan
dituliskan secara PA
langsung pada format
operan yang
ditandatangani oleh
katim yang jaga saat itu
dan katim yang jaga
berikutnya diketahui oleh
Kepala Ruang.
3. Ditutup oleh Karu

H. Uraian kegiatan

a. Prolog

9
Pada hari....... jam........ seluruh perawat (katim dan PA) shift pagi dan

sore serta kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan

operan.

b. Sesi I di Nurse station

Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului

dengan doa dan kemudian mempersilakan katim dinas pagi untuk

melaporkan keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas kepada

katim yang akan berdinas selanjutnya (sore). katim dan PA shift sore

memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan

belum dilaksanakan (secara umum). Intervensi kolaboratif dan dependen,

rencana urnum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,

pemeriksaan penunjang dan lain-lain), serta hal yang belurn jelas atas

laporan yang telah disampaikan. Setelah melakukan operan di nurse

station berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang


perawatan pasien.

c. Sesi II di ruang perawatan pasien

Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sarna melihat ke

tempat pasien. katim dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi

data langsung kepada pasien atau keluarga yang mengalami masalah

khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami masalah khusus, kunjungan

tetap dilaksanakan. Lama umum kunjungan tidak lebih lima menit per

pasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien yang dan

keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse station setelah

kunjungan ke pasien berakhir.

d. Epilog

Kembali ke Nurse Station. Diskusi tentang keadaan pasien yang

bersifat rahasia. Setelah proses operan selesai dilakukan, maka kedua

katim menandatangani laporan operan dengan diketahui oleh kepala

ruang.
10
I. Evaluasi Timbang Terima

a. Struktur

Pada operan, sarana dan prasarana yang menunjang telah

tersedia antara lain: catatan operan, status klien dan kelompok

shiftoperan. Kepala ruang selalu memimpin kegiatan operan yang

dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke pagi, pagi ke sore.

Kegiatan operan pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer

yang bertugas saat itu.

b. Proses

Proses operan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh

seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Ketua

tim rnengoperkan ke ketua tim berikutnya yang akan mengganti shift.

Operan pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan

I pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi operan mencakup jumlah

pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.

Setiap pasien tidak lebih dan lima menit saat klarifikasi ke II pasien

c. Hasil

Operan dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap

perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar

perawat berjalan dengan baik.

J. Dokumentasi dalam Timbang Terima

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam

komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan

keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan

11
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan

dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan

kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah,

sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.

Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain: Identitas

pasien, Diagnosa medis pesien, Dokter yang menangani, Kondisi umum

pasien saat ini, Masalah keperawatan, Intervensi yang sudah dilakukan,

Intervensi yang belum dilakukan, Tindakan kolaborasi, Rencana umum dan

persiapan lain, Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah: a) Dapat digunakan lagi untuk keperluan

yang bermanfaat, b) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga

kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada

pasien, c) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai

informasi mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan, 2009).

12

Anda mungkin juga menyukai