Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AUDIT KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST


OPERASI CABG

Disusun Oleh:

Panitia Ad Hoc audit keperawatan CABG

KOMITE KEPERAWATAN
RSU SEMARANG

1
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan gaya hidup (Live style) di dunia semakin berkembang seiring


perkembangan teknologi. Kondisi ini menyebabkan timbulnya penyakit
degeneratif, salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner masih merupakan penyebab kematian pertama di dunia.
Sebanyak
1.500.000 penderita infark dilaporkan di Amerika dan meninggal sebanyak
500.000 orang setiap tahunnya.
Menurut laporan WHO, pada tahun 2004, penyakit infark miokard
akut merupakan penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2008). Terhitung
sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh
dunia. Penyakit ini adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa
dimana-mana (Garas, 2010). Infark miokard akut adalah penyebab kematian
nomor dua pada negara berpenghasilan rendah dengan angka mortalitas
2.470.000 (9,4%) (WHO, 2008). Di Indonesia pada tahun 2002, penyakit
infark miokard akut merupakan penyebab kematian pertama, dengan angka
mortalitas 220.000 (14%) (WHO, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia, penyakit jantung juga
masuk dalam 10 besar penyakit tidak menular penyebab kematian terbanyak
di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 sebagai peringkat ke 5 setelah stroke,
perdarahan intrakranial, septisemia, dan gagal ginjal. Lebih buruk lagi, dengan
semakin meningkatnya arus globalisasi dan berkembangnya teknologi
manusia telah membawa banyak perubahan dalam pola pikir, gaya hidup dan
lingkungan masyarakat. Perubahan tersebut juga mempengaruhi epidemiologi
jumlah penderita penyakit jantung di Indonesia, menyebabkan semakin
meningkatnya jumlah kasus penyakit tidak menular terutama penyakit jantung
di Indonesia karena berkurangnya aktivitas, polutan, dan asupan makanan-
makanan cepat saji yang cenderung tidak sehat.
Direktorat Jenderal Yanmedik Indonesia meneliti, bahwa pada tahun
2007, jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat
jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah
panyakit jantung iskemik, yaitu sekitar 110.183 kasus. Case Fatality Rate
(CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49%) dan kemudian
diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%)
2
(Depkes, 2009). Data Dinkes Jateng menyebutkan kasus tertinggi penyakit

3
tidak menular pada tahun 2011 adalah penyakit jantung dan pembuluh darah.
Dari total 1.409.857 kasus yang dilaporkan, sebesar 62,43% (880.193 kasus)
adalah penyakit jantung dan pembuluh darah.
Banyak gangguan jantung yang harus diselesaikan dengan tindakan
operasi, seperti penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, kelainan
katup maupun tumor dalam ruang jantung. Salah satu jenis operasi yang
dilakukan untuk mengatasi masalah obstruski atau stenosis koroner adalah
Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG merupakan sebuah tindakan
pembedahan untuk membuat konstruksi jalur (conduits) baru antara aorta
(atau arteri mayor lainnya) dan bagian arteri yang mengalami obstruksi atau
stenosis (Inwood, 2002). CABG bertujuan membuat jalan pintas untuk
mengatasi akibat dari obstruksi atau stenosis arteri pada otot jantung agar area
jantung yang mengalami infark akibat kekurangan oksigen dapat diatasi. Jalan
pintas biasanya menggunakan vena saphena dan arteri mamaria interna dari
kliennya sendiri (Smeltzer, 2008).
Dari studi literatur didapatkan data bahwa jumlah pasien yang
dilaksanakan tindakan operasi bedah jantung CABG di RSU
SemarangSemarang pada tahun 2014 - 2015 sebanyak 69 pasien. Dari jumlah
tersebut, tingkat keberhasilan operasi sebesar 81 %. Data menunjukkan. Data
tersebut harus selalu dievaluasi dan mendapatkaan perhatian khusus. Oleh
karena itu, RSU Semarang menjadikan operasi bedah jantung (CABG)
sebagai salah satu program unggulan rumah sakit.
Tujuan CABG adalah untuk menurunkan angka kematian akibat
gangguan jantung dan meningkatkan kualitas hidup klien. Selain itu CABG
juga ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi serangan angina
sehingga klien dapat bekerja kembali sesuai kemampuan, mendapatkan
ketenangan hidup, melakukan aktivitas seksual dan berada dalam mood yang
baik. Agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan CABG
memerlukan perawatan intensif, berkualitas dan kerja sama yang baik dari
klien dan keluarga. Peran perawat sangatlah besar untuk memberdayakan
keluarga dan klien sendiri dalam menjalani program yang direncanakan.
Dalam menjalankan perannya sebagai penyedia layanan kesehatan, perawat
memberikan intervensi keperawatan dimulai dengan pengkajian, merumuskan
diagnosa keperawatan, merumuskan intervensi, implementasi dan evaluasi.

4
Keterlibatan perawat dalam keberhasilan operasi CABG harus terus
dievaluasi dan ditingkatkan. Mutu profesi tenaga keperawatan akan
memberikan jaminan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Untuk
menjaga dan meningkatkan mutu profesi keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada pasien dengan post operasi CABG, komite keperawatan
melaksanakan sebuah audit keperawatan. Audit keperawatan pada pasien post
operasi CABG ini merupakan sebuah evaluasi secara profesional terhadap
kemampuan perawat dalam meberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan post operasi CABG.

1.2 TUJUAN
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada pasien post operasi CABG.
1.3 SASARAN
a. Untuk meyakinkan bahwa pengkajian keperawatan pasien dengan operasi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dilaksanakan sesuai clinical
pathway.
b. Untuk meyakinkan bahwa perencanaan keperawatan dan tindakan
keperawatan dilaksanakan sesuai SPO.
c. Untuk meyakinkan bahwa perawat melakukan tindakan / implementasi
keperawatan.
d. Untuk meyakinkan bahwa evaluasi keperawatan telah dilakukan sesuai
dengan SPO.

2. METODE
2.1 Penyusunan Pedoman Audit Keperawatan
Instrumen audit keperawatan disusun berdasarkan hasil diskusi dan
konsensus Tim Ad-Hoc yang terdiri:
a) S
b) J
c) A
d) B
e) F
f) R
g) S
h) S
i) S

5
Instrumen audit mengacu kepada referensi dari Clinical pathway CABG,
serta SAK dan SPO yang terkait dengan tindakan pembedahan CABG di RSU
Semarang. Instrumen audit klinik terdiri dari: Kriteria, Standar, Perkecualian
dan Petunjuk Pengambilan Data (Tabel 1).

Tabel 1. Pedoman Audit Keperawatan


No Kriteria Perkecualian Petunjuk pengumpulan data
1 Harus ada penghentian Program Lembar assesmen keperawatan pasien
terapi anti koagulan heparinisasi rawat inap (RM.00068(RM.16.Rev.1))
minimal 5 hari pre operasi sebelum Lembar asesmen awal pasien rawat inap
operasi (RMI.00013.Rev.1)
2 Harus ada orientasi pasien Tidak ada Lembar Harian Pasien rawat Inap
pre operasi di ruang ICU (RMI.00037(RM4.Rev.1))
Lembar catatan terintegrasi
(RMI.00037.Rev.1)
3 Harus ada hand over setiap Tidak ada Lembar transfer pasien internal
transfer pasien (RMI.00244.A.Rev.1)

4 Harus dilakukan preparasi Tidak ada Lembar verifikasi dan penandaan lokasi
kulit 30 menit sebelum prosedur pasien operasi (RMI:00165A
insisi. (RM21.1)Rev.1)
5 Harus ada cek kesiapan Tidak ada Rekaman asuhan keperawatan kamar bedah
alat defibrilator (RMI:00068C)

6 Harus dilakukan penilaian Tidak ada Lembar cardiac surgery Anesthetic recard
setiap 30 menit saat
operasi berlangsung
(hemodinamik, perdarahan,
balance cairan)
7 Harus dilakukan penilaian Tidak ada RMI.00079(RM.17)
setiap satu jam saat dirawat
di ICU (hemodinamik,
perdarahan, balance cairan)
8 Harus dilakukan Tidak ada RMI.00079(RM.17) : ICU/HCU
manajemen nyeri pada Lembar asesmen lanjut dan monitoring
pasien (RMI.00160(RM.5 Rev.1))
9 Harus dilakukan suctioning Jalan nafas RMI.00079(RM.17) : ICU/HCU
secara periodik saat di bersih
rawat di ICU
10 Harus dilakukan Tidak ada RMI.00079(RM.17) : ICU/HCU
fisioterapi dada (batuk Lembar Harian Pasien rawat Inap
efektif/ postural drainage) (RMI.00037(RM4.Rev.1))
setiap hari Lembar catatan terintegrasi
(RMI.00037.Rev.1)

6
11 Harus dilakukan penilaian Tidak ada RMI.00079(RM.17) : ICU/HCU
setiap 1-2 jam saat dirawat
di HCU (hemodinamik,
perdarahan, balance cairan)
12 Harus dilakukan perawatan Post op hari 1-2 RMI.00079(RM.17) : ICU/HCU
luka minimal setiap dua Lembar Harian Pasien rawat Inap
hari (RMI.00037(RM4.Rev.1))
Lembar catatan terintegrasi
(RMI.00037.Rev.1)
13 Harus dilakukan penilaian Tidak ada Lembar asesmen lanjut dan monitoring
setiap shift saat dirawat di (RMI.00160(RM.5 Rev.1))
RPO (hemodinamik,
perdarahan, balance cairan)
14 Harus dilakukan edukasi Tidak ada Lembar cheklist kepulangan
cara perawatan dirumah (RMI.00268(RM.47))
sebelum pasien pulang

Tabel 2.Instrumen Audit Keperawatan

No Kriteria

1. Harus ada penghentian terapi anti koagulan minimal 5 hari pre operasi

2. Harus ada orientasi pasien pre operasi di ruang ICU

Harus ada hand over setiap transfer pasien


3.

4. Harus dilakukan preparasi kulit 30 menit sebelum insisi

Harus ada cek kesiapan alat defibrilator


5.

6. Harus dilakukan penilaian setiap 30 menit saat operasi berlangsung (hemodinamik,


perdarahan, balance cairan)

7. Harus dilakukan penilaian setiap satu jam saat dirawat di ICU (hemodinamik,
perdarahan, balance cairan)

8. Harus dilakukan manajemen nyeri pada pasien

Harus dilakukan suctioning secara periodik saat di rawat di ICU


9.

10. Harus dilakukan fisioterapi dada (batuk efektif/ postural drainage) setiap hari

11. Harus dilakukan penilaian setiap 1-2 jam saat dirawat di HCU (hemodinamik,
perdarahan, balance cairan)

12. Harus dilakukan perawatan luka minimal setiap dua hari

7
13. Harus dilakukan penilaian setiap shift saat dirawat di RPO (hemodinamik,
perdarahan, balance cairan)

14. Harus dilakukan edukasi cara perawatan dirumah sebelum pasien pulang

2.2 Populasi dan Sampel Audit


Populasi Audit Keperawatan asuhan keperawatan pada pasien post
operasi CABG meliputi kunjungan pasien dengan penyakit jantung
yang dilaksanakan tindakan operasi CABG mulai bulan Januari 2014
sampai bulan Desember 2016. Berdasarkan data rekam medik
didapatkan jumlah populasi sebesar 69 pasien. Teknik pengambilan
sampel dalam audit ini menggunakan teknik total sampling, dimana
seluruh populasi dijadikan sampel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Umum
Audit klinik keperawatan asuhan keperawatan pada pasien post operasi
CABG dilaksanakan pada tanggal 25 Februari sampai 25 April 2016. Audit
klinik keperawatan ini dilakukan dengan mencari daftar pasien yang dirawat
dengan diagnosis penyakit jantung koroner dengan tindakan operasi CABG
pada bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2015. Jumlah pasien
yang dilakukan audit sebanyak 69 pasien. Pengambilan data dengan melihat
rekam medis pasien yang pernah dirawat. Dari 69 rekam medis pasien hanya
66 rekam medis yang dapat dilakukan audit. Hal ini dikarenakan ada 3
rekam medis tidak lengkap.
3.2 Karakteristik
Semua sampel rekam medis diambil dari pasien yang dirawat di RSU
Semarang dengan diagnosa penyakit jantung koroner post operasi CABG.
3.3 Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi variabel audit keperawatan sebagai berikut:
a) Distribusi frekuensi variabel berdasarkan umur
Diagram 1. Distribusi frekuensi variabel berdasarkan umur (n=66)

8
b) Distribusi frekuensi variabel berdasarkan jenis kelamin
Diagram 2. Distribusi frekuensi variabel berdasarkan jenis kelamin (n=66)

c) Distribusi frekuensi variabel berdasarkan Waktu Tunggu Operasi (WTO)


Diagram 3. Distribusi frekuensi variabel berdasarkan WTO (n=66)

d) Distribusi frekuensi variabel berdasarkan lama perawatan(LOS)


Diagram 4. Distribusi frekuensi variabel berdasarkan LOS (n=66)

9
e) Distribusi frekuensi variabel berdasarkan tingkat mortalitas
Diagram 5. Distribusi frekuensi variabel berdasarkan mortalitas(n=66)

f) Distribusi frekuensi variabel berdasarkan tingkat mortalitas di ruang


rawat.
Diagram 6. Distribusi frekuensi variabel berdasarkan mortalitas
di ruang rawat (n=13)

g) Distribusi frekuensi variabel berdasarkan tingkat mortalitas sesuai umur.


Diagram 7. Distribusi frekuensi variabel berdasarkan mortalitas
sesuai umur (n=13)

10
3.4 Tingkat Kesesuaian
Hasil audit meliputi tingkat kesesuaian setiap kriteria dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien fraktur. Analisa
audit keperawatan dilaksanakan pada kriteria yang masih berada di bawah
standar(< 85 %) yaitu kriteria 1 (19,7%), kriteria 2 (79 %), kriteria 4 (39 %),
kriteria 5 (9,1 %), kriteria 6 (67,7%), kriteria 9 (23 %), kriteria 10
(62,3%), kriteria 12 (77,1 %), dan 13(74,7%).Sedangkan untuk kriteria 3, 7,
8, 11 dan 14 tidak termasuk dalam kriteria audit karena tingkat
kesesuaiannya sudah mencapai batas minimal yaitu ≥85%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan

No Kriteria Tingkat
kesesuai
an (%)
Harus ada penghentian terapi anti koagulan minimal 5 hari pre 19,7
1. operasi
Harus ada orientasi pasien pre operasi di ruang ICU 79
2.
Harus ada hand over setiap transfer pasien 98,4
3.
Harus dilakukan preparasi kulit 30 menit sebelum insisi. 39
4.

5. Harus ada cek kesiapan alat defibrilator 9,1

6. Harus dilakukan penilaian setiap 30 menit saat operasi berlangsung 67,7


(hemodinamik, perdarahan, balance cairan)

7. Harus dilakukan penilaian setiap satu jam saat dirawat di ICU 100
(hemodinamik, perdarahan, balance cairan)

8. Harus dilakukan manajemen nyeri pada pasien 94,8

Harus dilakukan suctioning secara periodik saat di rawat di ICU 23


9.

10. Harus dilakukan fisioterapi dada (batuk efektif/ postural drainage) 62,3
setiap hari
Harus dilakukan penilaian setiap 1-2 jam saat dirawat di HCU 100
11.
(hemodinamik, perdarahan, balance cairan)
Harus dilakukan perawatan luka minimal setiap dua hari 77,1
12.

13. Harus dilakukan penilaian setiap shift saat dirawat di RPO 74,7
(hemodinamik, perdarahan, balance cairan)
Harus dilakukan edukasi cara perawatan dirumah sebelum pasien 88,7
14.
pulang

11
Data spesifik tingkat kesesuaian pada pasien yang meninggal
difokuskan pada nilai ekstrim di bawah 85 % (Diagram 7).

Diagram 7. Tingkat kesesuaian pada pasien yang meninggal (n=13)

3.5 Penyebab Ketidaksesuaian Terhadap Standar


Berdasarkan hasil diskusi,Tim Ad-Hoc menggunakan alat bantu
diagram fish bone berhasil diidentifikasi penyebab ketidaksesuaian terhadap
standar penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien post operasi CABG.
Penyebab ketidaksesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Penyebab Ketidaksesuaian terhadap Standar

NO KRITERIA PENYEBAB KETIDAKSESUAIAN


KRITE
RIA

1 Harus ada 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi


penghentian terapi penghentian terapi anti koagulan.
anti koagulan minimal 2. Sosialisasi regulasi penghentian terapi anti
5 hari pre operasi
koagulan belum optimal
(19,7 %)
3. Komunikasi perawat kepada medis terkait
penghentian terapi anti koagulan belum
optimal
4. Supervisi berjenjang perawat belum
optimal
5. Validasi kesiapan operasi CABG oleh
CCM belum optimal

12
6. Pasien tidak patuh instruksi
7. Pasien dan keluarga tidak menyampaikan
informasi kepemilikan dan konsumsi obat
anti koagulan
8. Pasien dan keluarga belum dijelaskan
9. Clinical pathways CABG belum berjalan.
10. Form rekonsiliasi obat belum spesifik
2 Harus ada orientasi 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi
pasien pre operasi di orientasi pre operasi pada pasien
ruang ICU (79%) 2. Pasien menunda karena belum siap dan
takut
3. SPO orientasi ICU pada pasien CABG
belum ada.
4. Belum ada jadwal orientasi pasien CABG.
5. Belum ada cek list orientasi ICU pada
pasien CABG
6. Pelaksanaan orientasi ICU pada pasien
CABG masih manual

4 Harus dilakukan 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi


preparasi kulit 30 preparasi kulit pre operasi.
menit sebelum insisi 2. Perawat tidak patuh dalam penerapan
(39%)
bundle pencegahan IDO
3. SPO preparasi kulit pre operasi belum ada.
4. Belum ada ruang prepare tindakan operasi
di IBS

5 Harus ada cek 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi


kesiapan alat melakukan cek kesiapan alat defibrilator
defibrilator (9,1%) pada pasien pre operasi.
2. Supervisi berjenjang perawat belum
optimal.
3. RM kamar bedah belum memfasilitasi
tindakan cek kesiapan alat defibrilator.
6 Harus dilakukan 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi
penilaian setiap 30 monitor hemodinamik, perdarahan dan
menit saat operasi balance cairan di kamar bedah.
berlangsung
2. Supervisi berjenjang perawat belum
(hemodinamik,
optimal.
perdarahan, balance
cairan) (67,7%) 3. Job deskripsi monitoring hemodinamik,

13
perdarahan dan balance cairan di kamar
bedah masih belum jelas(profesi medis atau
perawat)

9 Harus dilakukan 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi


suctioning secara tindakan suction
periodik saat di rawat 2. Regulasi di ICU tahun 2014 bahwa perawat
di ICU (23%)
tidak menulis di lembar catatan terintegrasi.
10 Harus dilakukan 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi
fisioterapi dada tindakan fisioterapi dada.
(batuk efektif/ 2. Fisioterapi dada sudah dilaksanakan oleh
postural drainage)
ahli fisioterapi
setiap hari (62,3%)
3. Supervisi berjenjang perawat belum
optimal.
4. SPO fisioterapi dada belum ada.
12 Harus dilakukan 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi
perawatan luka rawat luka.
minimal setiap dua 2. Perawat tidak patuh SPO rawat luka
hari (77,1%) 3. Kolaborasi perawat dengan medis yang
belum optimal.
4. Supervisi berjenjang perawat belum
optimal.

13 Harus dilakukan 1. Perawat tidak patuh dalam dokumentasi


penilaian setiap shift monitoring hemodinamik, perdarahan,
saat dirawat di RPO balance cairan pasien post op CABG.
(hemodinamik,
2. Adanya toleransi penggunaan simbol (+)
perdarahan, balance
dan (-) dalam dokumentasi balance cairan
cairan) (74,7%)
(tahun 2015)
3. Bed side monitor di Ruang pasca operasi
instalasi elang terbatas
4. Supervisi berjenjang perawat belum
optimal.

14
3.6 Rencana Tindak Lanjut
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka Tim Ad-Hoc
mengusulkan untuk melakukan tindak lanjut berupa menumbuhkan
kesadaran diri perawat dalam upaya meningkatkan kepatuhan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien post operasi CABG sesuai standar
asuhan keperawatan serta meningkatkan kelengkapan dan keakuratan catatan
asuhan keperawatan. Rencana tindak lanjut ini secara detail dapat dilihat
pada Tabel 5.

15
Tabel 5. Rencana Tindak Lanjut (POA) Peningkatan Mutu Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Operasi CABG
Di RSU SSemarang.

Jangka
No Kegiatan Tujuan Indikator Keberhasilan Penanggung jawab Biaya
Waktu
1 Supervisi berjenjang Meningkatkan kualitas Dokumentasi asuhan CCM 12 bulan Anggaran
dokumentasi dokumentasi asuhan keperawatan terisi lengkap Rumah Sakit
keperawatan pada keperawatan pada pasien 100%.
pasien operasi CABG operasi CABG
2 Sharing informasi Meningkatkan Perawat memahami Diklit 1 bulan Anggaran
persiapan dan pengetahuan perawat tentang persiapan dan Rumah Sakit
pelaksanaan operasi tentang persiapan dan pelaksanaan operasi
CABG bagi perawat pelaksanaan operasi CABG
rawat jalan, rawat CABG
inap, kamar bedah
dan kritis
3 Optimalisasi peran Meningkatkan kualitas Peran CCM optimal Ka. Bidang 1 bulan Anggaran
CCM dalam validasi asuhan keperawatan pelayanan Rumah Sakit
kesiapan operasi operasi CABG keperawatan
CABG
4 Penyusunan SPO Sebagai pedoman Ada SPO orientasi ICU Ka. Bidang 1 bulan Anggaran
orientasi ICU pelaksanaan orientasi pelayanan Rumah Sakit
pasien ke ICU keperawatan

5 Penyusunan SPO Sebagai pedoman Ada SPO preparasi kulit Ka. Bidang 1 bulan Anggaran
preparasi kulit pre pelaksanaan perapasi kulit pre operasi. pelayanan Rumah Sakit
operasi. di IBS keperawatan
15
6 Penyediaan ruang Sebagai tempat persiapan Ada ruang prepare Ka Instalasi Bedah 2 bulan Anggaran
prepare tindakan tindakan operasi tindakan operasi di IBS Sentral Rumah Sakit
operasi di IBS
7 Penyusunan Job Ada kejelasan tugas Ada Job deskripsi Ka Ruang 2 bulan Anggaran
deskripsi monitoring perawat dalam monitoring monitoring hemodinamik, Rumah Sakit
hemodinamik, hemodinamik, perdarahan perdarahan dan balance
perdarahan dan dan balance cairan di cairan di kamar bedah
balance cairan di kamar bedah (profesi medis atau
kamar bedah (profesi perawat)
medis atau perawat)

8 Penyusunan SPO Sebagai pedoman Ada SPO fisioterapi dada Ka. Bidang 1 bulan Anggaran
fisioterapi dada pelaksanaan fisioterapi pelayanan Rumah Sakit
dada pada pasien pasca keperawatan
operasi CABG
9 Penyusunan kriteria Sebagai pedoman Ada kriteria kategori CCM 1 bulan Anggaran
kategori pemakaian pemakaian bed side pemakaian bed side Rumah Sakit
bed side monitor monitor pada pasien pasca monitor pasien pasca
pasien pasca operasi operasi CABG operasi CABG
CABG

16
4. PENUTUP
Demikian hasil audit klinik keperawatan pada pasie operasi CABG
yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016. Semoga
hasil audit klinik keperawatan ini bisa bermanfaat bagi pengembangan
mutu profesi dan pelayanan keperawatan di RSU Semarang. Saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan proses
audit klinik keperawatan yang kami laksanakan.

Semarang,
Ketua Panitia Ad Hoc Audit
Keperawatan

...................................,M.Kes
NIP.

17

Anda mungkin juga menyukai