Kelompok 2
1. Shintia Gita R
2. Erinada Niditya P
3. Tasya F P
4. Amelia P S
5. Nur Alfiyah
6. Amelia A
7A
FIKES UMT
2020
KEPERAWATAN PERIOPERATIF
• Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan
yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga fase
pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra
operatif dan post operatif.
TUJUAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
• Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien atau tim bedah yang
lain.
• Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien
perioperatif
• Memahami dan mengetahui daerah dan prosedur pembedahan
• Mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan
terhadap pasien.
• Mengobservasi kesulitan yang timbul
• Mengevaluasi pengadaan, pemeliharaan alat serta tindakan secara
berkesinambungan
Fase intra operatif
• Dimulai ketikan pasien masuk/pindah ke instansi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
atau ruang perawatan intensif (Hipkabi, 2014).
• Peran perawat :
pemasangan IV cath, pemberian medikasi, intravensi,
melakukan pemantauan kondisi fisiologi yang menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien.
Prinsip-prinsip Umum
• Prinsip asepsis ruangan
alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, personal
operasi, sandal, baju, masker dan topi.
• Prinsip asepsis personil
1. Scrubbing (cuci tangan steril)
2. Gowning (teknik pemakaian gaun operasi)
3. Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril)
Prinsip-prinsip umum…
• Prinsip asepsis pasien
1. Kebersihan pasien
2. Desinfeksi lapangan operasi
3. Tindakan drapping
• Prinsip asepsis instrumen
sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat
pembedahan yang digunakan teknik-teknik tertentu tanpa
singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-
benda non steril.
Aktivitas keperawatan
• Safety Management
• Monitoring Fisiologis
• Monitoring Psikologis
• Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
TIM OPERASI
Steril :
a. Ahli bedah
b. Asisten bedah
c. Perawatan Instrumentator (Scrub Nurse)
Non Steril :
d. Ahli anastesi
e. Perawat anastesi
f. Circulating nurse
g. Teknisi (operator alat, ahli patologi, dll)
TUGAS TIM OPERASI
2. On pump CABG
Operasi ini dilakukan dengan memakai mesin pintas jantung paru atau
CPB. Dengan teknik ini jantung tidak berdenyut, dengan menggunakan
obat yang disebut cardioplegik. Sementara itu, peredaran darah dan
pertukaran gas diambil alih oleh mesin pintas jantung paru.
MANAJEMEN KEPERAWATAN INTRA-
OPERATIVE
1. Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra,
arteri line dan saturasi oksigen.
2. Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.
3. Pasang kateter vena dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri
pasien dan diplester. Pasang plate diatermi di daerah pantat / pangkal femur
bawah.
4. Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan
diikat dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling
kecil. Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft
vena.
5. Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar. Petugas anestesi
memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
6. Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu dibawah bibir
kesamping leher melewati mid aksila samping kanan kiri, kedua kaki sampai batas
malleolus ke pangkal paha (kedua kaki diangkat) kemudian daerah pubis dan
kemaluan didesinfeksi terakhir selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1%
seperti urutan tersebut diatas dan dikeringkan dengan kasa steril.
7. Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai memeriksa
jantung.
8. Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini antara lain ;
arteri thoracic internal, arteri radial, dan vena saphena.
9. Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin untuk mencegah
pembekuan darah.
10.Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan jantung.
11.Pada operasi “on Pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam jantung dan
menginstruksikan kepada petugas perfusionist untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB).
12.Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic cross clamp) diseluruh aorta
dan mengintruksikan perfusionist untuk memasukkan cardioplegia untuk menghentikan jantung.
13.Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria diluar daerah yang diblok dan
ujung alin dihubungkan pada aorta. Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump”
alat stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung sebagian oleh klem C-
Shaped, jantung dihidupkan kembali dan penjahitan jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari
jantung berdenyut.
14.Protamin diberikan untuk menghentikan efek heparin. Sternum dijahit bersamaan dan insisi
dijahit kembali.
15.Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk penyembuhan. Setelah keadaan
sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa dipindah ke ruang rawat sampai pasien siap
untuk pulang
Keperawatan intraoperasi
1. Posisi : supin,
2. Pengkajian: monitoring EKG, tanda –tanda vital, menyiapkan defibrillator. Jika jantung fibrilasi dan tidak
dapat diresusitasi maka segera dilakukan pijatan langsung pada jantung.
3. Insisi : median sternotomy. Kulit diinsisi dari sternal notch sampai ke linea alba dibawah prosesus xipoidius.
4. Pemilihan saluran (conduit): arteri mamaria interna, vena saphena, arteri radialis, arteri gastroepiploik, arteri
epigastrik inferior.
5. Pintasan jantung paru : pada pendekatan ini kanula dimasukkan melalui atrium kanan ke vena kava
superior dan inferior untuk mengalirkan darah dari tubuh ke system pintasan. System pompa menciptakan
vakum,menarik darah ke reservoir vena; darah dibersihkan dari gelembung udara, bekuan darah dan
partikulatnya dengan filter. Darah kemudian dialirkan ke oksigenator, melepaskan karbondioksida dan
mendapat oksigen. Darah ditarik ke pompa dan kemudian didorong ke penukar panas, dimana
temperaturnya diatur, dan kemudian dikembalikan ke tubuh melalui aorta asendens (Smeltzer, 2002).
6. Komplikasi intraoperatif yang mungkin terjadi: aritmia, perdarahan, infark miokard, cedera pembuluh darah
otak, emboli, syok
ASKEP
No DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Risiko Infeksi (D. Selama dilakukan tindakan
0142) b/d tindakan operasi tidak terjadi transmisi
invasif (Op CABG) agent infeksi.
Kriteria Hasil: 1. Pencegahan Infeksi (I.14539)
• Tingkat infeksi menurun 2. Manajemen Lingkungan (I. 14514)
(L.14137)
2 Risiko Cedera (D. Selama dilakukan tindakan 1. Manajemen kenyamanan lingkungan (I.08237)2.
0136) b/d resiko operasi tidak terjadi injuri. 2. Pencegahan risiko lingkungan (I.14545)
terpapar nosokomial Kriteria Hasil:
• Tingkat cedera menurun.