Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia yang beriklim tropis, memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dan memungkinkan untuk
dijadikan sebagai pusat dari keanekaragaman jenis hewan maupun
tumbuhan. Akan tetapi publikasi dan laporan mengenai
kenekaragaman hayati di Indonesia masih sedikit dilakukan
(McKinnon, 2000). Indonesia juga merupakan salah satu negara yang
sedang berkembang, yang menghadapi berbagai permasalahan.
Salah satu diantaranya adalah permasalahan tentang hama. Hama
yang terdapat di rumah tangga merupakan suatu hal yang umum
terjadi, salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah faktor
perekonomian dan ilmu pengetahuan masyarakat yang masih belum
memenuhi standar yang baik. Sehingga mengakibatkan terjadinya
berbagai macam penyakit pada masyarakat Hama yang banyak
ditemukan di rumah tangga disebabkan oleh beberapa jenis serangga
(Lee, 2002).
Serangga yang paling dominan adalah serangga sosial dengan
struktur kehidupannya yang kompleks, termasuk di dalamnya semut
(Wilson, 1979). Semut merupakan serangga yang dapat ditemukan
dimana-mana. Semut memiliki habitat yang bervariasi, dari padang
pasir, savanna, hutan hujan tropis, sampai pada area yang dihuni oleh
manusia. Semut memiliki peranan yang positif dan negatif bagi
kehidupan manusia. Semut dianggap sebagai hama, karena semut
merupakan hewan pengganggu yang mempengaruhi aktivitas
manusia dari sisi negatif. Jenis-jenis semut yang bersifat hama
berjumlah 0.5% dari jumlah semut yang telah dideskripsikan
keseluruhannya. Semut adalah serangga sosial yang hidupnya dalam
sarang yang lebih kurang bersifat permanen. Semut dikenal dengan
koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari
ribuan semut per koloni. Satu koloni dapat menguasai dan memakai
sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut
kadangkala disebut super organisme karena koloni-koloni mereka
yang membentuk sebuah kesatuan. Ada koloni yang melakukan
pekerjaan dengan pertanian atau peternakan (sativa, 2011).
Semut dapat membuat sarang di sekitar tempat tinggal kita
misalnya di atas gundukan tanah, sampah, pot bunga, pohon, sudut
rumah dan lain-lain. Semut adalah serangga yang dapat memakan
bunga tanah atau tumbuhan yang membusuk. Semut dapat pula
memakan tamanan dan hewan di atas lahan dan menjadikan tanah
tempat bersarang dan menyimpan makanan (Borror et al., 2005).
Sebagai kelompok, maka semut tergolong serangga yang paling
sukses.
Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh hama semut adalah
kontaminasi pada makanan, kontaminasi pada peralatan steril yang
terdapat di rumah sakit dan di laboratorium, digigit, disengat, alergi,
dan semut juga menjadi vektor penyakit karena berasosiasi dengan
beberapa mikroorganisme pathogen yang menyebabkan penyakit bagi
manusia (Lee, 2002). Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan serta
keberadaannya yang mudah dijumpai dalam lingkungan masyarakat,
maka sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian terhadap
vektor semut.

B. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dan morfologi dari semut
2. Mengetahui jenis jenis semut
3. Mengehtahui siklus hidup dari semut
4. Mengetahui perilaku dan kebiasaan semut
5. Mengetahui hubungan semut dengan kesehatan masyarakat
6. Mengetahui pencegahan dan pengendalian semut

BAB II

ISI
A. Klasifikasi dan Morfologi Semut
1. Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Blattaria Maurice & Harwood (1969)
Dicyioptera Smith (1973) & Rose (1965)
Orthoptera (Umum digunakan)
Terdiri dari 3500 spesies dan 5 spesies diantaranya umum
ditemukan di dalam rumah.

2. Morfologi

Gambar 1. Morfologi Kecoa


(Sumber: internet.web.id)
a. Kepala
Bagian-bagian dari kepala semut yang diperhatikan dalam
proses identifikasi diantaranya; antena, antennal scrobe, mata,
clypeus, frontal carina, mandibula dan palp formula. Antenna
merupakan organ sensor yang bersegmen dari semut yang
terletak di antara mata majemuk, yang terdiri dari tiga bagian,
yaitu Clypeus (CP) merupakan sklereit anterior pada bagian
dorsal kepala. Pada bagian posterior dibatasi oleh frontal
clypeal suture (clypeal margin posterior, FS). Sedangkan pada
bagian anterior clypeal margin merupakan bagian tepi anterior
dari bentuk kepala secara keseluruhan. Frontal carina (FC)
merupakan sepasang bubungan pada kepala, terletak pada
bagian dorsal disamping clypeus.
Sedangkan Frontal lobe (FB) pada umumnya merupakan
perluasan dari bagian kepala yang menutupi sepenuhnya
antennal socket. Bagian mulut merupakan anggota tubuh yang
digunakan untuk makan, yang termasuk di dalamnya labrum,
hypopharynx, mandibula, maxilla dan labium. Labial palps (LP)
merupakan palpus bersegmen yang terdapat pada labium yang
digunakan sebagai sensor. Labrum (LB) bagian dari mulut yang
berupa sklereit seperti engsel pada bagian anterior dari margin
clypeus dan biasanya melipat ke belakang dan ke bawah,
ketika mulut tidak digunakan (Bolton, 1994).
b. Thoraks
Alitrunk (Mesosoma) merupakan bagian kedua dari tubuh
serangga yang terletak diantara kepala dan abdomen. Alitrunk
terdiri dari 3 segmen thoraks yaitu, prothoraks, mesothoraks
dan metathoraks. Alitrunk sampai pada bagian propodeum
yang mengalami reduksi (bagian tergit pada segmen pertama
dari abdomen). Segmen kaki terdiri dari basal coxa (BC) yang
bersambungan dengan alitrunk, trochanter (TR), femur (FE),
tibia (TB) dan tarsus (TA). Sedangkan pada bagian apical dari
kaki yang terdiri dari lima segmen yang berukuran kecil disebut
dengan claw (CA). Tibia spurs (TBS) merupakan taji yang
terletak pada bagian apex dari tibia, kaki bagian depan memiliki
sebuah tibia spurs yang berbentuk Pectinate yang termodifikasi
untuk membersihkan antena (strigil) (Yoshiaki, 2003).
c. Abdomen
Abdomen pada semut pekerja (minor worker) terdiri dari 7
buah segmen (A1-A7). Segmen abdomen yang pertama adalah
propodeum (PPD, A1) yang tereduksi dan menyatu dengan
thoraks. Segmen yang ke-2 adalah petiole (PT, A2). Segmen
abdomen yang ke-3 adalah segmen gastral yang pertama,
apabila segmen ini utuh dan tidak mengalami reduksi.
Sedangkan apabila segmen ini mengalami penyusutan dan
tereduksi disebut dengan post petiole (PPT). Segmen yang ke-
3 atau yang ke-4 sampai dengan segmen yang ke-7 disebut
dengan gaster (GA). Tergit dari segmen ke-7 abdomen disebut
dengan pigydium (PY), sedangkan sternit dari segmen yang ke-
7 atau segmen yang terakhir disebut dengan hypopygidium
(HY). Acidopore merupakan saluran atau organ untuk
mengeluarkan asam format, yang terletak pada bagian ujung
dari hypopygidium, biasanya pada acidopore terdapat setae
yang pendek (Yoshiaki, 2003).

B. Jenis Jenis Semut


1. Semut Api (Solenopsis sp)
Nama latin semut ini adalah Solenopsis sp. Semut ini
berwarna kuning pucat sampai kuning kemerahan (pekerja),
dan berukuran 3,0-4,5 mm. ciri utamanya petiol mempunyai
dua node (tonjolan), antenna 10 ruas, dua ruas terakhir
membentuk club di ujungnya. Pada ujung abdomen terdapat
alat penyengat (sting) yang dapat menyakiti orang yang
berkontak dengan semut ini. Semut api memiliki lubang-lubang
pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi
udara dalam sistem respirasi mereka. Pada kepala semut api
terdapat banyak organ sensor. Semut api memiliki mata
majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil
dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik.
Jenis yang umum dijumpai diluar pemukiman di Indonesia
adalah Solenopsis germinata. Racun yang dikeluarkan
kebanyakan terdiri atas alkaloid, berbahaya bagi orang yang
hiperalergi (Setford, 2005).

Gambar 2. 2. Semut Api


(Sumber: tempo.co)
2. Semut Pharaoh
Semut Pharaonis monomorium (Linnaeus) umumnya
dikenal sebagai semut Faraoh. Semut Faraoh ini suka tempat
yang lembab (80%) daerah dan dekat sumber makanan atau
air, contohnya seperti di dinding. Semut Faraoh ini berwarna
kuning terang sampai coklat kemerahan, ukurannya 2,5-3 mm
(pekerja). Ciri utama mempunyai dua node dan antena yang
terdiri dari 12 ruas dengan tiga ruas ujung menggembung.
Masa telur 7,5 hari, peroide larva 18,5 hari, periode prepupa 3
hari, periode pupa 9 hari. Periode telur sampai menjadi pekerja
38 hari. Pekerja dapat hidup 9-10 minggu, sedangkan ratu bisa
hidup 39-56 minggu di laboratorium. Rata-rata selama hidupnya
dapat bertelur 25-35 per hari. Semut ini dapat bersarang
dimanapun,bersifat omnivor terutama yang manis dan
mengandung protein (Setford, 2005).

Gambar 2. 3. Semut Pharaoh


(Sumber: majalahserangga.wordpress.com)

3. Semut Rangrang
Nama latin dari semut rangrang, yaitu Oechophylla
smaragdina. Semut rangrang merupakan salah satu jenis
musuh alami. Selain perilakunya yang khas dalam membuat
sarang, tubuh semut rangrang lebih besar dan perilakunya lebih
agresif daripada semut lainnya. Oecophylla smaradigna
menyukai lingkungan dengan suhu antara 26 0-340C dan
kelembaban relatif antara 62 sampai 92%. Tahap pertumbuhan
semut dimulai dari telur menjadi larva, pupa,kemudian semut
dewasa. Seperti pada serangga-serangga predator yang telah
disebutkan pada Bagian 1, bentuk larva semut (semut muda)
sangat berbeda dengan semut dewasa atau induknya.
Larvanya mempunyai kulit yang halus, putih seperti susu, tidak
berkaki dan tidak bersayap (Suhara, 2009).

Gambar 4. Semut Rangrang


(Sumber: majalahserangga.wordpress.com)
4. Semut Bau
Nama latin semut ini adalah Tapinoma sessile (odorous
house ant), berwarna hitam kecoklatan, berukuran 3,3 mm. ciri
utamanya petiol mempunyai satu node (tonjolan), antenna 12
ruas tanpa club di ujungnya. Tonjolan tersebut tidak Nampak
dari atas, dan tertutup oleh bagian depan abdomen yang
terangkat. Semut ini berbau seperti kepala busuk, ketika
dihancurkan. Saat terganggu biasanya pekerja akan lari secara
tidak menentu sambil mengangkat abdomennya. Bersarang di
dalam dan di luar rumahnya (Setford, 2005).

Gambar 2. 5. Semut Bau


(Sumber: kfk.kompas.com)
5. Semut Hitam
Nama latin semut ini adalah Dolichoderus thoracicus.
Semut hitam dewasa berukuran 4-5 mm. Semut pekerja
mempunyai mulut penjepit yang tidak mempunyai bulu. antena
terdiri dari 12 segmen tanpa pembesaran diujungnya. Antara
abdomen dan thorax tidak memiliki simpul. Semut hitam hidup
berkoloni. Tiap koloni bisa mencapai 20.000-50.000 ekor.
Setiap satu ekor betina mempunyai 100-200 ekor semut
pekerja (jantan). Dalam satu tahun semut betina dapat
menghasilkan 1.300-1.700 telur yang menetas dalam waktu 14
hari. Koloni-koloni semut hitam tidak bersifat saling membatasi
satu sama lain, sehingga dapat mencapai populasi yang sangat
padat dalam suatu kebun. Semut pekerja memiliki panjang
sekitar 1/16 inchi dengan warna tubuh dari coklat sampai hitam
(Akre, 2006).

Gambar 2. 6. Semut Hitam


(Sumber: kfk.kompas.com)
C. Siklus Hidup
Gambar 2. 7. Siklus Hidup Semut
(sumber: askabiologist.asu.edu, 2008)

Semut mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri dari 4


fase, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Proses terjadinya bakal
telur dan akhirnya menjadi telur ini umumnya membutuhkan waktu
3-4 minggu. Telur semut berbentuk oval, berwarna putih bening dan
berukuran sangat kecil. Larva berwarna putih. Pada fase larva,
semut tidak memiliki mata dan kaki. Fase larva ini larva hanya akan
tumbuh pada tempat yang lembab. Larva tersebut tidak dapat
bergerak. Selama fase tersebut, larva dipelihara dan diberi makan
oleh semut pekerja. Sama halnya dengan larva, pada saat fase
pupa pun tidak dapat bergerak. Namun, sebaliknya pada fase pupa
membutuhkan tempat yang kering.
Pupa berwarna putih kekuningan. Pada fase ini bentuknya
sudah tampak seperti serangga dewasa, namun tidak dapat
bergerak, tidak berwarna dan masih lunak. Pada fase pupa, semut
tidak melakukan aktifitas makan. Siklus hidupnya mulai dari telur
hingga dewasa memakan waktu antara 6 minggu hingga 2 bulan.
Meski prosesnya sama, sebagian semut akan menjadi semut
pekerja, semut pejantan dan ratu (Fauzan, 2006).

D. Perilaku dan Kebiasaan Semut


Menurut Ismantono (2005), Kebiasaan dan perilaku semut
terdiri dari:
1. Sistem kasta
Semut merupakan serangga sosial yang mengenal system
kasta. Sistem kasta semut terdiri atas tiga bagian besar dalam
koloni. Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut
jantan, yang memungkinkan koloni berkembang biak. Dalam
satu koloni bisa terdapat lebih dari satu ratu. Ratu mengemban
tugas reproduksi untuk meningkatkan jumlah individu yang
membentuk koloni. Tubuhnya lebih besar daripada tubuh semut
lain. Sedang tugas semut jantan hanyalah membuahi sang ratu.
Hampir semua semut jantan ini mati setelah kawin.
Anggota kasta kedua adalah prajurit. Mereka mengemban
tugas seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru
untuk hidup, dan berburu. Kasta ketiga terdiri atas semut
pekerja. Semua pekerja ini adalah semut betina yang steril.
Mereka merawat semut induk dan bayi-bayinya; membersihkan
dan memberi makan. Selain semua ini, pekerjaan lain dalam
koloni juga merupakan tanggung jawab kasta pekerja. Mereka
membangun koridor dan serambi baru untuk sarang mereka;
mereka mencari makanan dan terus-menerus membersihkan
sarang.
Di antara semut pekerja dan prajurit juga ada sub-kelompok.
Sub-kelompok ini disebut budak, pencuri, pengasuh,
pembangun, dan pengumpul. Setiap kelompok memiliki tugas
sendiri-sendiri. Sementara satu kelom-pok berfokus sepenuhnya
melawan musuh atau berburu, kelompok lain membangun
sarang, dan yang lain lagi memelihara sarang (Yahya 2004).
2. Perilaku makan
Semut pekerja beraktifitas untuk mencari makan. Mereka
akan menyebar untuk mendapatkan sumber makanan. Terdapat
beberapa makanan yang dikonsumsi oleh semut yaitu semut
memakan serangga kecil yang ditemuinya, bangkai serangga
yang ditemukannya, nektar atau madu. Semut membutuhkan
keseimbangan antara karbohidrat dan protein. Protein
khususnya dibutuhkan oleh queen untuk memproduksi telur dan
untuk pertumbuhan larva. Semut yang telah menemukan sumber
makanan akan kembali menuju sarang sambil menandai rute
jalan menuju sumber makanan tersebut. Hal ini dilakukan untuk
memberi tahu temannya rute jalan yang harus ditempuh.
Sehingga aktifitas semut tersebut membentuk jalur yang
menghubungkan antara sarang dengan sumber makanan.
Makanan yang disukai oleh semut sangat beragam, hal ini
tergantung pada spesies semut tersebut (UCDAVIS, 2008).
Semut di iklim kering atau semut honeypot Myrmecocystus
harus menyimpan makanan untuk bertahan hidup lama dari
kelangkaan, tubuh mereka membengkak karena cairan
cadangan dan dibawa ke sarang pasangan. Semut api menyukai
madu, gula, protein, berbagai minyak, benih tanaman, tumbuhan
dan serangga lainnya. Semut paraoh menyukai gula, protein,
berbagai minyak, dan serangga. Crazy ant sangat menyukai
gula, protein dan serangga. Sedangkan semut carpenter sangat
suka dengan gula dan serangga. Perilaku semut pekerja dalam
pencarian makan dan pengangkutannya ke sarang berbeda-
beda, tergantung spesies. Pada umumnya terdapat dua prilaku
yaitu ada yang membentuk alur dalam pergerakannya dan ada
pula yang tidak. Contoh semut yang pergerakannya membentuk
alur adalah odorus ant, pharaoh ant, sedangkan contoh semut
yang tidak membentuk alur adalah crazy ant (Yahya, 2004).

E. Hubungan Semut dengan Kesehatan Masyarakat


Odorous house ants (semut bau) merupakan jenis semut
yang mengganggu masyarakat dengan memakan berbagai macam
makanan, termasuk daging, sayuran, makanan hewan peliharaan,
dan buah-buahan. Mereka tertarik terutama pada gula, madu,
sereal manis, kue-kue, sirup, dan makanan manis lainnya (Akre et
al., 2006). Selain menimbulkan gangguan terhadap lingkungan dan
orang-orang dari masyarakat, semut juga mampu menyebabkan
penyakit antara manusia dan hewan melalui gigitan yang dapat
menyebabkan reaksi yang merugikan bagi mereka yang alergi dan
akhirnya menyebabkan komplikasi serius. Semut spesies seperti
Solenopsis germinata dan Solenopsis invicta adalah salah satu
diantara jenis semut yang menimbulkan rasa sakit akibat
gigitannya. Solenopsis sp. adalah spesies semut yang dapat
dianggap sebagai penghalang bagi umat manusia. Rentang warna
antara kuning pucat dan merah kekuningan dengan panjang antara
3,0-4,55 mm. Gigitan semut ini sangat menyakitkan dan dapat
beracun. Dengan demikian, dapat menyebabkan reaksi alergi pada
mereka yang hipersensitif karena menghasilkan racun alkaloid
melalui gigitannya (Ashwini, 2006).
Di Amerika Serikat, semut api menyebabkan banyak
masalah di tenggara dan di beberapa daerah di California. Semut
ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena
perilaku agresif menyengat mereka. Meskipun, bagi sebagian besar
individu hanya gangguan menjengkelkan, beberapa ratus ribu
orang di Amerika Serikat peka terhadap semut api atau sangat
alergi, sengatan dapat menyebabkan reaksi yang parah dan
akhirnya kematian. Semut api juga melukai hewan peliharaan,
ternak, satwa liar mempengaruhi, semut asli, dan arthropoda
lainnya. Struktur, perangkat listrik, dan tanaman pertanian juga
dapat rusak (Briano, 2012).
Di Georgia Selatan diidentifikasi semut jenis Pseudomyrmex
ejectus yang menyebabkan reaksi anafilaksis di petani (Klotz et al.,
2005). Pseudomyrmex ejectus biasa disebut semut tawon memiliki
ukuran yang kecil dengan mata majemuk besar. Akibat yang
dirasakan setelah tersengat semut ini para petani menderita empat
reaksi anafilaksis terhadap sengatan oleh semut ini yaitu
mengalami kesulitan bernapas, tubuh membiru dan menjadi pusing.
Selain itu, lidahnya menjadi bengkak dan ia mengalami perasaan
"azab". Petani yang terkena sengatan tersebut kemudian diobati
dengan epinefrin dan steroid. Kasus lain alergi yang disebabkan
semut jenis Pseudomyrmex ejectus terjadi di Lakeland, Florida,
seorang wanita yang juga mengalami beberapa reaksi anafilaksis
terhadap sengatan oleh spesies yang sama dari semut. Dalam dua
insiden ia disengat oleh semut yang jatuh dari sebuah pohon.
Koloni mereka kecil, sekitar 100 individu dan sarang yang berlokasi
di ranting, biasanya dalam pohon oak (Klotz et al, 2006).
Beberapa spesies, seperti semut pemanen kasar,
Pogonomyrmex rugosus, Maricopa harvest ant, P. Maricopa juga
memiliki sengatan yang berbahaya. Sengatan semut pemanen
dianggap yang paling menyakitkan dari semua semut di Amerika
Utara dan yang paling beracun dari semua racun serangga. Drop
untuk menjatuhkan racun mereka lebih beracun daripada banyak
ular berbisa. Sengatan mereka telah digambarkan sebagai
"merobek otot atau tendon" dan seperti " memutar sekrup dalam
daging ". Racun menyebabkan individu berkeringat lokal dan
merinding di lokasi sengatan dan sering disertai dengan rasa sakit
dan nyeri pada kelenjar getah bening di dekatnya. Tes imunologi
telah menunjukkan cross- sensitivitas pasien terhadap racun dari
berbagai spesies Pogonomyrmex. Ada setidaknya dua kematian
disebabkan oleh sengatan oleh semut pemanen merah P. barbatus.
Kedua kasus terjadi di Oklahoma. Semut pemanen P. badius di
Florida adalah satu-satunya spesies timur dan meskipun jinak ,
ketika terganggu, dapat memberikan sengatan yang menyakitkan
(Klotz et al., 2006).

F. Pencegahan dan Pengendalian


Pengendalian semut dapat dilakukan melalui beberapa cara,
antara lain:
a) Pengendalian Kimia
Pengendalian kimia dapat menggunakan zat alami non-organik.
Zat alami non-organik adalah salah satu bahan alternatif yang
digunakan untuk penolak semut. Salah satunya adalah
penggunaan Boric Asam asam borat atau juga dikenal sebagai yg
berkenaan dgn boraks asam asam atau orthoboric adalah senyawa
mengandung unsur boron, oksigen, dan hidrogen (H3BO3). Boric
Asam dapat digunakan dalam pengawetan makanan, sebagai
bahan dalam mandi, membersihkan agen, kosmetik dan juga
sebagai antiseptik. Semut api dapat dikendalikan dengan
menggunakan umpan semut, tanah drenches dan atau insektisida.
Jenis insektisida seperti minohydrozone, fenoxycarb, klorpirifos,
Bendiocarb, diazinon, carbaryl dan asefat dipercaya dapat menjadi
control kimia pada semut. Insektisida ini digunakan dalam bentuk
cair dengan cara penyemprotan pada sarang semut (Ashwini,
2006).
b) Pengendalian Fisik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Krishnan (2010)
menunjukkan ekstrak kulit lemon memiliki efek penolak terhadap
Solenopsis Sp. Pengaruh ekstrak kulit lemon dengan konsentrasi
0,5% memiliki potensi tinggi sebagai penolak dibandingkan dengan
0,3% dan 0,1%. Dan semakin lama durasi paparan penolak untuk
lingkungan,lebih rendah berpotensi sebagai penolak. Durasi waktu
terbaik untuk repellency adalah antara 0 jam sampai 2 jam.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menghindari adanya sisa-
sisa makanan dalam rumah, makanan yang disimpan terlalu lama,
dan makanan hewan. Lindungi segala hal yang memungkinkan
untuk dimakan oleh semut. Semut jenis odorous house ants
(OHAs) sangat menyukai permen, OHAs akan mengambil umpan
manis mudah, terutama umpan cair. Umpan ini dapat membantu
mengontrol OHAs. Di rumah, OHAs yang paling sering ditemukan
di area dapur/pantry, tetapi mereka dapat terjadi di mana saja di
rumah di mana ada sumber makanan yang menarik, seperti di
mana hewan peliharaan diberi makan, di mana makanan hewan
disimpan, atau di mana tempat sampah disimpan (Akre, 2006).
Pemasangan perangkap semut juga dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkap jebak (pitfall) yang merupakan perangkap
efektif untuk mengoleksi semut karena bisa menggambarkan
kelimpahan individu yang ada pada suatu habitat. Perangkap pitfall
yang dipasang berupa gelas plastik berukuran diameter 7.5 cm dan
tinggi 10.5 cm yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah.
Gelas plastik selanjutnya diisi dengan air sabun sebagai media
pelicin bagian dalam gelas sehingga semut tidak dapat kembali ke
atas, pada bibir gelas diberikan gula, madu, atau makanan lain
yang dapat digunakan sebagai penarik bagi semut. Gelas tersebut
selanjutnya dibiarkan selama 24 jam, untuk kemudian dikoleksi
semut yang terperangkap di dalamnya (Ward et al. 2001).
c) Pengendalian Biologi
Penelitian yang dilakukan oleh Sodiq (2009) menunjukkan
jamur jenis Beauveria bassiana mampu mematikan stadium larva
dan pupa predator semut rangrang O. smaragdina, tetapi tidak
mampu mematikan stadium imago. Penyemprotan jamur dengan
konsentrasi 108 spora/ml jamur B. bassiana merupakan
konsentrasi yang paling mematikan larva dan pupa predator semut
rangrang. Aplikasi jamur B. bassiana dapat digunakan untuk
mengendalikan hama Helopeltis sp. pada tanaman kakao dan tidak
berpengaruh negatif terhadap imago semut rangrang.
Pengendalian biologi lain yang terbatas digunakan yaitu predator
seperti antlions dan vertebrata pemakan semut seperti trenggiling
yang memiliki dampak baik minimal pada populasi besar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Semut termasuk ke dalam famili Formicidae dengan ordo
Hymenoptera. Subordonya adalah Apocrita ditandai dengan
menyatunya segmen pertama dari abdomen dengan segmen pada
thoraks yang disebut dengan Propodeum sehingga membentuk
mesosoma atau alitrunk. Semut mempunyai tiga bagian tubuh
yang jelas, yaitu kepala, toraks dan abdomen.
2. Semut terdiri dari beberapa jenis yaitu semut api, semut hitam,
semut rangrang, semut bau, dan semut hitam.
3. Semut mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri dari 4 fase,
yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Siklus hidupnya mulai dari
telur hingga dewasa memakan waktu antara 6 minggu hingga 2
bulan.
4. Perilaku dan kebiasaan semut, yaitu semut mempunyai Sistem
kasta semut terdiri atas tiga bagian besar dalam koloni. Anggota
kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan serta anggota
kasta kedua adalah prajurit yang bertugas untuk mencari makan
untuk koloninya.
5. Hubungan semut dengan kesehatan masyarakat mampu
menyebabkan penyakit antara manusia dan hewan melalui gigitan
yang dapat menyebabkan reaksi yang merugikan bagi mereka
yang alergi dan akhirnya menyebabkan komplikasi serius.
6. Pengendalian semut dapat dilakukan melalui beberapa cara,
antara lain pengendalian kimia dapat menggunakan zat alami non-
organik, menghindari adanya sisa-sisa makanan dalam rumah,
makanan yang disimpan terlalu lama dan perangkap semut. Semut
pekerja beraktifitas untuk mencari makan dengan menyebar untuk
mendapatkan sumber makanan dengan membuat rute jalan
makan.
DAFTAR PUST AKA
Akre, Roger D., et al. 2006. Odorous House Ants. Washington State
University Extension.
Ashwini, Linnet, dkk. 2006. The Effect Of Boric Acid As A Repellent For
Fire Ants. Malang: Program Studi Pendidikan Dokter FKUB.
Briano, Juan, et al. 2012. Review Article: Fire Ants (Solenopsis spp.) and
Their Natural Enemies in Southern South America. Argentina: USDA-
ARS-South American Biological Control Laboratory.
Fauzan, U. 2006. Siklus Hidup Semut Dan Cara Pembrantasannya
(Online). http://positivethink.in/positive-story/96-belajar-dari-filosofi-
semut. html. Diakses 26 Mei 2014.
Hadi, Upik Kesumawati. 2012. Serangga Pengganggu Kesehatan
(Nyamuk, Lalat, Kecoa, Semut, Labah-labah). Modul. Bagian
Parasitologi & Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan IPB
Ismantono, R. 2005. Fisiologi dan Kebiasaan Semut ( Online ).
http://burungkicauan.net/news-siklus-hidup-semut. Diakses tanggal
26 Mei 2014
Klotz, John H., et al. 2006. Ant Control Issue: Ants and Public Health. PCT
Magazine
Krishnan, Divyaamala, dkk. 2010. The Effect of Lemon Peel (Citrus
Limon), Extract As a Repellent Towards The Red Ant, Solenopsis
Sp.. Malang: Program Studi Pendidikan Dokter FKUB.
Lee, Y. C. 2002. Tropical Household Ants: Pest Status, Species Diversity,
Foraging Behavior and Baiting Studies. Proceeding of the 4th
International Conference On Urban Pests.
McKinnon. 2000. Jenis-jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI: Jakarta
Sativa, R. 2011. Prilaku Makan Semut Hitam.
http://www.semut_serangga_sosial.com. Diakses 3 Juni 2014
Setford, S. 2005. Hewan Merayap. Erlangga. Jakarta

Sodiq, Mochammad, dkk. 2009. Pengaruh Beauveria bassiana terhadap


Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.)
(Hymenoptera: Formicidae). Jurnal Entomologi Indonesia vol. 6(2):
53-59.
Wilson, E.O. 1979. Some Ecological Characteristics of Ants in New
Guinea Rain Forest. Journal by The Biological Laboratories. Harvard
University: Cambridge
Tarumingkeng, Rudy. 2001. Serangga dan Lingkungan dalam:
http://www.nysaes.cornell.edu/ent/biocontrol/info/primer.html.
Diakses tanggal 3 Juni 2014
Yahya, Harun. 2004. Menjelajah Dunia Semut dalam PDF. Diakses
tanggal 3 juni i 2014
Yoshiaki, Hasimoto. 2003. Identification Guide To The Ant Subfamili Of
Borneo. Tools for Monitoring Soil Biodiversity in The ASEAN Region.
Darwin Initiaive
Ward DF, New TR, Yen AL. 2001. Effects of pitfall trap spacing on the
abundance, richness and composition of invertebrate catches. J
Insect Conservation 5: 47- 53.

TUGAS TERSTRUKTUR

PENGENDALIAN VEKTOR EPIDENIOLOGI


SEMUT DAN PENGENDALIANNYA

Disusun oleh :

1. Awal Ramanda S G1B010039


2. Hanum Choirunisa G1B011014
3. Ajeng Prastiwi S G1B011019
4. Rizqi Utami G1B011053
5. Herdi Setya G1B011058

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO

2014

Anda mungkin juga menyukai