PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang beriklim tropis, memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dan memungkinkan untuk
dijadikan sebagai pusat dari keanekaragaman jenis hewan maupun
tumbuhan. Akan tetapi publikasi dan laporan mengenai
kenekaragaman hayati di Indonesia masih sedikit dilakukan
(McKinnon, 2000). Indonesia juga merupakan salah satu negara yang
sedang berkembang, yang menghadapi berbagai permasalahan.
Salah satu diantaranya adalah permasalahan tentang hama. Hama
yang terdapat di rumah tangga merupakan suatu hal yang umum
terjadi, salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah faktor
perekonomian dan ilmu pengetahuan masyarakat yang masih belum
memenuhi standar yang baik. Sehingga mengakibatkan terjadinya
berbagai macam penyakit pada masyarakat Hama yang banyak
ditemukan di rumah tangga disebabkan oleh beberapa jenis serangga
(Lee, 2002).
Serangga yang paling dominan adalah serangga sosial dengan
struktur kehidupannya yang kompleks, termasuk di dalamnya semut
(Wilson, 1979). Semut merupakan serangga yang dapat ditemukan
dimana-mana. Semut memiliki habitat yang bervariasi, dari padang
pasir, savanna, hutan hujan tropis, sampai pada area yang dihuni oleh
manusia. Semut memiliki peranan yang positif dan negatif bagi
kehidupan manusia. Semut dianggap sebagai hama, karena semut
merupakan hewan pengganggu yang mempengaruhi aktivitas
manusia dari sisi negatif. Jenis-jenis semut yang bersifat hama
berjumlah 0.5% dari jumlah semut yang telah dideskripsikan
keseluruhannya. Semut adalah serangga sosial yang hidupnya dalam
sarang yang lebih kurang bersifat permanen. Semut dikenal dengan
koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari
ribuan semut per koloni. Satu koloni dapat menguasai dan memakai
sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut
kadangkala disebut super organisme karena koloni-koloni mereka
yang membentuk sebuah kesatuan. Ada koloni yang melakukan
pekerjaan dengan pertanian atau peternakan (sativa, 2011).
Semut dapat membuat sarang di sekitar tempat tinggal kita
misalnya di atas gundukan tanah, sampah, pot bunga, pohon, sudut
rumah dan lain-lain. Semut adalah serangga yang dapat memakan
bunga tanah atau tumbuhan yang membusuk. Semut dapat pula
memakan tamanan dan hewan di atas lahan dan menjadikan tanah
tempat bersarang dan menyimpan makanan (Borror et al., 2005).
Sebagai kelompok, maka semut tergolong serangga yang paling
sukses.
Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh hama semut adalah
kontaminasi pada makanan, kontaminasi pada peralatan steril yang
terdapat di rumah sakit dan di laboratorium, digigit, disengat, alergi,
dan semut juga menjadi vektor penyakit karena berasosiasi dengan
beberapa mikroorganisme pathogen yang menyebabkan penyakit bagi
manusia (Lee, 2002). Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan serta
keberadaannya yang mudah dijumpai dalam lingkungan masyarakat,
maka sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian terhadap
vektor semut.
B. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dan morfologi dari semut
2. Mengetahui jenis jenis semut
3. Mengehtahui siklus hidup dari semut
4. Mengetahui perilaku dan kebiasaan semut
5. Mengetahui hubungan semut dengan kesehatan masyarakat
6. Mengetahui pencegahan dan pengendalian semut
BAB II
ISI
A. Klasifikasi dan Morfologi Semut
1. Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Blattaria Maurice & Harwood (1969)
Dicyioptera Smith (1973) & Rose (1965)
Orthoptera (Umum digunakan)
Terdiri dari 3500 spesies dan 5 spesies diantaranya umum
ditemukan di dalam rumah.
2. Morfologi
3. Semut Rangrang
Nama latin dari semut rangrang, yaitu Oechophylla
smaragdina. Semut rangrang merupakan salah satu jenis
musuh alami. Selain perilakunya yang khas dalam membuat
sarang, tubuh semut rangrang lebih besar dan perilakunya lebih
agresif daripada semut lainnya. Oecophylla smaradigna
menyukai lingkungan dengan suhu antara 26 0-340C dan
kelembaban relatif antara 62 sampai 92%. Tahap pertumbuhan
semut dimulai dari telur menjadi larva, pupa,kemudian semut
dewasa. Seperti pada serangga-serangga predator yang telah
disebutkan pada Bagian 1, bentuk larva semut (semut muda)
sangat berbeda dengan semut dewasa atau induknya.
Larvanya mempunyai kulit yang halus, putih seperti susu, tidak
berkaki dan tidak bersayap (Suhara, 2009).
A. Kesimpulan
1. Semut termasuk ke dalam famili Formicidae dengan ordo
Hymenoptera. Subordonya adalah Apocrita ditandai dengan
menyatunya segmen pertama dari abdomen dengan segmen pada
thoraks yang disebut dengan Propodeum sehingga membentuk
mesosoma atau alitrunk. Semut mempunyai tiga bagian tubuh
yang jelas, yaitu kepala, toraks dan abdomen.
2. Semut terdiri dari beberapa jenis yaitu semut api, semut hitam,
semut rangrang, semut bau, dan semut hitam.
3. Semut mengalami metamorfosis sempurna yang terdiri dari 4 fase,
yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Siklus hidupnya mulai dari
telur hingga dewasa memakan waktu antara 6 minggu hingga 2
bulan.
4. Perilaku dan kebiasaan semut, yaitu semut mempunyai Sistem
kasta semut terdiri atas tiga bagian besar dalam koloni. Anggota
kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan serta anggota
kasta kedua adalah prajurit yang bertugas untuk mencari makan
untuk koloninya.
5. Hubungan semut dengan kesehatan masyarakat mampu
menyebabkan penyakit antara manusia dan hewan melalui gigitan
yang dapat menyebabkan reaksi yang merugikan bagi mereka
yang alergi dan akhirnya menyebabkan komplikasi serius.
6. Pengendalian semut dapat dilakukan melalui beberapa cara,
antara lain pengendalian kimia dapat menggunakan zat alami non-
organik, menghindari adanya sisa-sisa makanan dalam rumah,
makanan yang disimpan terlalu lama dan perangkap semut. Semut
pekerja beraktifitas untuk mencari makan dengan menyebar untuk
mendapatkan sumber makanan dengan membuat rute jalan
makan.
DAFTAR PUST AKA
Akre, Roger D., et al. 2006. Odorous House Ants. Washington State
University Extension.
Ashwini, Linnet, dkk. 2006. The Effect Of Boric Acid As A Repellent For
Fire Ants. Malang: Program Studi Pendidikan Dokter FKUB.
Briano, Juan, et al. 2012. Review Article: Fire Ants (Solenopsis spp.) and
Their Natural Enemies in Southern South America. Argentina: USDA-
ARS-South American Biological Control Laboratory.
Fauzan, U. 2006. Siklus Hidup Semut Dan Cara Pembrantasannya
(Online). http://positivethink.in/positive-story/96-belajar-dari-filosofi-
semut. html. Diakses 26 Mei 2014.
Hadi, Upik Kesumawati. 2012. Serangga Pengganggu Kesehatan
(Nyamuk, Lalat, Kecoa, Semut, Labah-labah). Modul. Bagian
Parasitologi & Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan IPB
Ismantono, R. 2005. Fisiologi dan Kebiasaan Semut ( Online ).
http://burungkicauan.net/news-siklus-hidup-semut. Diakses tanggal
26 Mei 2014
Klotz, John H., et al. 2006. Ant Control Issue: Ants and Public Health. PCT
Magazine
Krishnan, Divyaamala, dkk. 2010. The Effect of Lemon Peel (Citrus
Limon), Extract As a Repellent Towards The Red Ant, Solenopsis
Sp.. Malang: Program Studi Pendidikan Dokter FKUB.
Lee, Y. C. 2002. Tropical Household Ants: Pest Status, Species Diversity,
Foraging Behavior and Baiting Studies. Proceeding of the 4th
International Conference On Urban Pests.
McKinnon. 2000. Jenis-jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI: Jakarta
Sativa, R. 2011. Prilaku Makan Semut Hitam.
http://www.semut_serangga_sosial.com. Diakses 3 Juni 2014
Setford, S. 2005. Hewan Merayap. Erlangga. Jakarta
TUGAS TERSTRUKTUR
Disusun oleh :
2014