Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN Pengetahuan tentang bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan oleh tingkah laku merokok telah

banyak diketahui oleh masyarakat bahkan seorang perokok itu sendiri, namun perilaku ini tetap saja dilakukan. Meski semua orang tahu akan bahaya merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat. Menurut WHO, 80% perokok di dunia berdomisili di Negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Merokok telah teridentifikasi sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah dan kematian dini. Dua dari tiga perokok seumur hidup akan mati karena penyakit yang berhubungan dengan merokok. Perkiraan tingkat kematian tiap tahun akibat merokok di Amerika adalah 440.000. jika kebiasaan merokok terus dilakukan, maka perkiraan lima juta penduduk Amerika yang berusia 1-17 tahun akan mengalami kematian akibat merokok. Merokok merupakan contoh dari perilaku, bukan merupakan suatu penyakit (Wallace, 2007). Bagi masyarakat Indonesia, merokok dewasa ini telah menjadi konsumsi umum yang bahkan tidak lagi memandang segi umur. Banyak masyarakat baik yang tua maupun muda yang terbiasa hidup dengan menghisap rokok karena telah candu dengan rokok. Data Biro Pusat Statistik (SUSENAS) menunjukkan jumlah perokok pemula usia 5-9 tahun meningkat tajam dari 0,4% (2001) menjadi 2,8% (2004). Trend perokok pemula pada usia 10-14 tahun pun meningkat tajam, dari 9.5% (Susenas, 2001) menjadi 17.5% (Riskesdas, 2010). Menurut data hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, persentase perokok aktif di Indonesia mencapai 67% (laki-laki ) dan 2.7% (perempuan) dari jumlah penduduk, terjadi kenaikan 6 tahun sebelumnya perokok laki-laki sebesar 53 %. Data yang sama juga menyebutkan bahwa 85.4% orang dewasa terpapar asap rokok ditempat umum, di rumah (78.4%) dan di tempat bekerja (51.3%) (Depkes, 2012). Penyakit Jantung Koroner, Kanker, dan bermacam jenis penyakit pernapasan sebagian besar kematiannya dianggap berhubungan dengan merokok. Dari 480.000 kematian akibat penyakit jantung iskemik pada tahun 2003, diperkirakan 80.300 (17%) disebakan karena kebiasaan merokok. Kemudian, 156.000 (28%) dari 556.000 kasus kanker disebabkan oleh kebiasaan merokok. 158.000 kematian disebabkan oleh kanker paru-paru pada tahun 2003 (28% dari seluruh jenis kanker), dan 79% kematian ini disebabkan oleh perilaku merokok (Wallace, 2007).

BAB II PERMASALAHAN A. Morbiditas Prevalensi penyakit jantung pada perokok adalah sebesar 9,7 %. Prevalensi PPOK Asia Tenggara diperkirakan sebesar 6,3% dengan prevalensi tertinggi ada di negara Vietnam (6,7%) dan RRC (6,5%) (Ratih, 2013). B. Mortalitas Menurut Tobacco Control Support Center (TCSC)-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), pada tahun 2005 jumlah kematian akibat 3 kelompok penyakit utama yaitu kanker, penyakit jantung dan penyakit pernapasan kronik obstruktif diperkirakan sebesar 400.000 orang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Amerika. Pada tahun 2003, sebanyak 896.000 (38%) dari 2.333.000 kematian di antara orangorang Amerika yang berusia 35 tahun keatas adalah karena penyakit sistem kardiovaskular dan sebesar 17% yang dikaitkan dengan merokok. Jumlah kematian akibat kanker paru-paru di Amerika Serikat meningkat tajam dari 18.300 pada 1950 menjadi 19.800 pada tahun 1969 dan sekitar 12 juta orang di Amerika telah terdiagnosa mengalami Penyakit Pernapasan Obstruktif Kronik (PPOK). Diperkirakan 122.000 orang Amerika meninggal karena penyakit pernapasan kronik obstruktif pada tahun 2003, dan 76% kasus kematian tersebut berkaitan dengan merokok (Wallace, 2007).

BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Rokok Rokok dibedakan atas jenisnya, yaitu: 1. Kretek adalah campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Rokok kretek mempunyai banyak varian rasa dan jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia. 2. Sigaret Kretek Tangan (SKT): proses pembuatannya dengan cara digiling dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa jenis rokok ini lebih alami dan dianggap aman, namun sesungguhnya mengandung bahan yang sama. 3. Sigaret Kretek Mesin (SKM): proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. 4. Cerutu merupakan tembakau yang dibungkus dalam daun tembakau. Cerutu melewati proses gulung, pengeringan dan fermentasi. 5. Bidi merupakan tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. bidi berbentuk tipis, berupa lintingan dan rokok tanpa filter dapat mempunyai rasa atau tidak mempunyai rasa. Bidi dianggap kurang berbahaya atau lebih alami daripada rokok konvensional namun tenyata bidi mempunyai kandungan tar dan karbon monoksida yang lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasanya ditemukan di Asia Tenggara dan India (). B. Kandungan Zat dalam Rokok Merokok sangat berbahaya dan merusak bagi kesehatan. Asap rokok mengandung beribu-ribu bahan kimia, dan diantaranya banyak yang beracun. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, karbonmonoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan lain yang tak kalah beracunnya. Zat-zat kimia beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut: 1. Nikotin: Obat adiktif yang ditemukan dalam asap tembakau. Nikotin dapat meningkat tekanan darah, yang membuat jantung bekerja lebih keras dan juga mempengaruhi otak dan otot. 2. Karbon monoksida: Membuat jantung berdetak lebih cepat dan mengambil tempat oksigen dalam darah.

3. Tar: Melapisi paru-paru seperti jelaga di cerobong asap sehingga sulit untuk bernapas. tar di tembakau berisi puluhan bahan kimia yang menyebabkan kanker. 4. Beberapa racun lainnya dalam asap tembakau yang dihirup oleh perokok dan perokok pasif, Termasuk nitrogen oksida, hidrogen sianida, arsen (ant putih racun), amonia (pembersih lantai), fenol (cat), naftalen (kapur barus), kadmium (aki mobil), urethane aseton (cat penari telanjang), karbon monoksida (mobil knalpot), DDT (insektisida) dan butana (bahan bakar korek api) (HeartFoundation, 2002). Meskipun bahan kimia dalam asap rokok secara langsung bertanggung jawab untuk kerusakan kesehatan yang terkait dengan merokok, adalah penting untuk memahami kimia tembakau produk itu sendiri, termasuk sifat aditif. Banyak aditif ini digunakan untuk mempengaruhi rasa dan aroma rokok dan asap rokok. Bahan kimia lainnya menaikkan pH asap rokok, sehingga meningkatkan penyerapan nikotin. Berikut ini adalah beberapa aditif dalam tembakau produk, yaitu: 1. Pemanis Pemanis yang digunakan untuk mempengaruhi rasa , membuat rokok lebih menarik bagi beberapa konsumen. Ada kekhawatiran bahwa penambahan gula untuk rokok bisa mendorong kaum muda untuk memulai dan terus merokok. Tampak bahwa lebih dari 10 % berat rokok bisa menjadi gula dan berbagai pemanis. Misalnya adalah sukrosa dan sirup sukrosa, yang dapat digunakan sampai dengan 10 % berat. 2. Menthol Mentol dalam rokok memiliki efek mati rasa pada ujung saraf sensorik di saluran pernapasan dan membantu untuk menenangkan sensasi ketidaknyamanan sementara di daerah peradangan dan iritasi. Jumlah mentol dalam rokok dapat mencapai 0,71 % berat, menurut data industri dipasok ke Departemen Kesehatan NZ. 3. Amonia Nikotin yang paling mudah diserap dari saluran pernapasan,. ini tercapai keadaan ketika asap yang dihirup pada kondisi basa (pH tinggi), dan asap konstituen , seperti amonia (dari amonium hidroksida dan amonium fosfat), memfasilitasi konstituen kimia, rokok & asap rokok (Fowles, Jefferson and Michael Bates, 2000). C. Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah menghirup asap dari pembakaran tembakau terbungkus dalam rokok, pipa, dan cerutu. Rokok kasual adalah tindakan merokok hanya sesekali, biasanya dalam situasi sosial atau untuk menghilangkan stres.

Sebuah kebiasaan merokok adalah kecanduan fisik untuk produk tembakau. Banyak pakar kesehatan sekarang menganggap kebiasaan merokok sebagai kecanduan psikologis, juga, dan satu dengan konsekuensi kesehatan yang serius. Perilaku merokok ini mulai muncul ketika masa anak-anak atau remaja, dimana pada masa ini ini banyak anak-anak yang ingin mencoba untuk merokok. Adanya interaksi yang kompleks dari faktor-faktor yang secara langsung dan tidak langsung juga dapat mempengaruhi mempengaruhi seseorang untuk menggunakan tembakau. Ini termasuk prestasi akademik rendah, demi pencitraan diri agar diterima oleh suatu kelompok, keyakinan tentang nilai-nilai positif dari merokok, baik di lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat, serta didukungnya dengan ketersediaan rokok di masyarakat yang dengan mudahnya dapat dibeli oleh semua golongan unur. Seorang perokok aktif didefinisikan sebagai orang yang saat ini merokok sedikitnya satu batang rokok sehari. Seorang mantan perokok didefinisikan sebagai orang yang secara teratur merokok tapi yang tidak merokok pada bulan sebelumnya (Bonita, et.al, 1999). Resiko perokok tinggi lebih tinggi dari perokok pasif untuk terkena kanker. Hal ini tidak berarti bahwa perokok pasif tidak akan mendapatkan kanker. Perokok pasif adalah istilah yang digunakan untuk paparan asap tembakau, atau bahan kimia dalam asap tembakau, tanpa benar-benar Rokok. Biasanya mengacu pada situasi di mana bukan perokok menghirup asap rokok yang dipancarkan di lingkungan orang lain yang merokok. Asap ini dikenal sebagai lingkungan asap tembakau. Jika perokok pasif sekitarnya oleh perokok aktif sehari-hari dan sepanjang waktu, kemungkinan untuk dia / dia untuk mendapatkan kanker yang ada. Jika dia memiliki sejarah keluarga, kemungkinan untuk mendapatkan kanker lebih tinggi.(Australian Health Ministers Advisory Council, 2000). Berdasarkan intensitas merokok, kategori perilaku merokok menurut jumlah rokok yang dihisap setiap hari, yaitu: 1. Perokok ringan adalah perokok yang menghabiskan rokok jarang yaitu sampai 19 bungkus rokok pertahun. 2. Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan rokok cukup yaitu 20-39 bungkus rokok pertahun. 3. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan rokok sangat sering yaitu lebih dari 40 bungkus rokok pertahun (Cena,et.al,2013). Sedangkan menurut Tomkins (1966) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah 1. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan merokok Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.

Dalam kebiasaan merokok, individu awalnya mungkin telah merokok untuk mengurangi dampak negatif nya atau mengalami pengaruh positif tapi dia sudah lama berhenti untuk melakukannya. Dia hampir tidak mungkin menyadari bahwa ia memiliki rokok di mulutnya. Tipe merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Di sini telah dibedakan menjadi dua subtype: a. Merokok sebagai stimulan, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan b. Merokok sebagai relaksasi, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat. Terjadi pada orangorang yang bersifat merokok dalam keadaan yang menyenangkan yang santai- seperti pada akhir makan, setelah minum kopi, atau di tengahtengah menyenangkan percakapan. 2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif Dalam hal ini individu merokok terutama untuk mengurangi perasaan negatif, yaitu ketika perasaannya tertekan, ketakutan, malu, atau gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya bukan untuk merangsang atau bersantai sendiri. Selama semuanya berjalan baik ia mungkin tidak merokok. Hanya ketika ia berada dalam kesulitan bahwa ia berpikir dengan merokok dapat mengurangi perasaan negatifnya sehingga dia bisa menghadapi masalah dan menyelesaikannya. 3. Perilaku merokok yang adiktif Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walau tengah malam sekalipun. D. Pencegahan Merokok Pencegahan perilaku merokok hanya akan efektif apabila lingkungan eksternal ikut mendukung. Pencegahan perilaku merokok harus dilakukan dari kedua aspek yaitu internal yaitu individu dan eksternal yaitu lingkungannya. Bedasarkan Litbang (2004:85) diuraikan metoda dalam menangani perilaku merokok di masyarakat umum, diantaranya: 1. Memberikan pemahaman mengenai bahaya merokok, Pemahaman yang kurang mengenai bahaya merokok ikut mempengaruhi perilaku merokok. Dengan memberikan pemahaman mengenai bahaya merokok seperti merokok dikaitkan dengan 90% kanker paru, 40% kematian karena kanker kandung kencing dan 30% dari semua kematian akibat kanker akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap rokok.

2. Kelompok-kelompok advokasi andalan, beberapa kelompok seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, tokoh pendidikan, dan guru merupakan kelompok kunci yang dipandang oleh masyarakat sebagai panutan, tokoh-tokoh diharapkan untuk tidak merokok sehingga masyarakat terutama remaja akan menginternalisasi bahwa kesuksesan dapat dicapai tanpa merokok. 3. Advokasi melalui media, media seperti papan reklame, radio, televisi dan surat kabar merupakan jalur penting untuk pendidikan masyarakat. Media juga merupakan alat yang ampuh untuk mempengaruhi opini masyarakat. Tujuannya adalah untuk merubah persepsi masyarakat tentang merokok dari sesuatu yang normal dan populer menjadi pengertian bahwa tembakau adalah berbahaya dan merugikan. 4. Iklan kontra, iklan rokok selama ini disinyalir mendorong meningkatnya perilaku merokok di masyarakat. Sementara ini belum diberlakukan pelarangan total terhadap iklan rokok. Untuk itu, iklan kontra bisa dilakukan untuk menciptakan suatu lingkungan informasi yang berimbang yang memberikan gambaran seimbang tentang merokok yang selama ini tidak ditampilkan oleh iklan rokok bahwa merokok bisa berdampak pada gangguan kesehatan. Pencegahan Perilaku Merokok melalui Program Pendidikan di Sekolah, antara lain: a. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok b. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang bagaimana mengatasi pengaruh teman sebaya c. Membantu siswa untuk mengetahui praktek-praktek pemasaran industri tembakau d. Mempromosikan berhenti merokok di kalangan guru sebagai tokoh panutan e. Memberikan keterampilan yang penting dalam kehidupan secara umum yaitu: keterampilan untuk membuat keputusan dan bersikap tegas dalam menolak pengaruh teman sebaya, pengaruh iklan dan tokoh panutan yang buruk. Pencegahan perilaku merokok di sekolah melalui program pendidikan hanya akan efektif apabila diintegrasikan ke dalam kampanye yang menyeluruh. Pendidikan kesehatan di sekolah harus masuk dalam sebuah program komprehensif dan lingkungan eksternal yang mendukung. Diuraikan lingkungan eksternal yang mendukung program pendidikan penanganan perilaku tentang perilaku merokok di sekolah adalah: a. Mempertahankan harga tembakau (rokok) tetap tinggi b. Memberlakukan pelarangan iklan dan promosi yang menyeluruh c. Memberlakukan kawasan tanpa rokok d. Memberikan pendidikan tentang resiko dan kerugian akibat rokok e. Membantu berhenti merokok (Litbang, 2004)

BAB IV PENUTUP Merokok telah teridentifikasi sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah dan kematian dini. Rokok dibedakan atas jenisnya, yaitu kretek, Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek Mesin (SKM), cerutu dan bidi. Merokok sangat berbahaya dan merusak bagi kesehatan. Asap rokok mengandung beribu-ribu bahan kimia, dan diantaranya banyak yang beracun. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, karbon monoksida. Resiko perokok tinggi lebih tinggi dari perokok pasif untuk terkena kanker. Perilaku merokok adalah menghirup asap dari pembakaran tembakau terbungkus dalam rokok, pipa, dan cerutu. Pencegahan perilaku merokok harus dilakukan dari kedua aspek, yaitu internal yaitu individu dan eksternal yaitu lingkungannya.

BAB V DAFTAR PUSTAKA Australian Health Ministers Advisory Council.2000. National response to passive smoking in enclosed public places and workplaces: A Background Paper. Http://www. Nphp. Gov.au/publications/legislation/smoke_passive.pdf. Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 08.00 WIB. Bonita, Ruth, et. al. 1998. Passive smoking as well as active smoking increases the risk of acute stroke. Tob Control 8: 156 160. http://tobaccocontro .bmj.com/content/8/2/156.full. Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 07.00 WIB. Cena, et. al. 2013. Prevalence rate of Metabolic Syndrome in a group of light and heavy smokers. Diabetology & Metabolic Syndrome, 5:28. Http://www. Dmsjournal.com/content/pdf/1758-5996-5-28.pdf. Diakses pada tanggal 30 September pukul 09.00 WIB. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Bab 1 Konsumsi rokok dan prevalensi merokok.http://www.litbang.depkes.go.id/.../media/.../ch.1march.ino_SB1.mar04. Diakses pada 19 November 2013. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Anak dan Remaja Rentan Menjadi Perokok Pemula. Http://depkes.go.id. Diakses pada 19 November 2013. Editor, 2007. Chemical Components of Cigarette Smoke. Http://www.knowledge publisher.co m /article-393.html. Diakses pada tanggal 28 September 2013 pukul 19.00 WIB. Fowles, Jefferson and Michael Bates. 2000. The Chemical Constituents in Cigarettes and Cigarette Smoke: Priorities for Harm Reduction A Report to the New Zealand Ministry of Health. Http://www.moh.govtnz/moh.nsf/pagescm/ 1003/ $File/chemicalconstituentscigarettespriorities.pdf. Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 20.30 WIB. Hecht, Stephen S. 1999.Tobacco Smoke Carcinogens and Lung Cancer.Journal of the National Cancer Institute, Vol. 91, No. 14, July 21.http://jnci.oxfordjournals.org/ contnent/ 91/14/1194.full.pdf+html.Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 20.00 WIB. Media Litbangkes Vol. 23 No. 2, Juni 2013: 82-88

Oemiati, Ratih. 2013. Epidemiologic Study of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).

Tobacco Control Support Center (TCSC)-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI). 2009. Jakarta: Profil Tembakau Indonesia. Tomkins, Silvan S. 1966. Psychological Model For Smoking Behaviour. Vol.56, No.12, A.J.P.H.http://ajph.aphapublications.org/doi/pdf/10.2105/AJPH.56.12_Suppl.17 Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 09.30 WIB. Wallace, etc. 2007. Public Health and Preventive Medicine 15th Edition. USA: The mcgraw-Hill Companies. WHO. 2012. Gender, Women, and the Tobacco Epidemic: 7. Addiction to Nicotine. http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241599511_eng.pdf. Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 20.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai