PENGENDALIAN VEKTOR
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko
untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak
masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.
Tujuan upaya pengendalian vektor adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya
penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah, sehingga penyakit tersebut dapat dicegah
dan dikendalikan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. (Heni
Sunaryanti & Iswahyuni, 2020)
Pengendalian vektor DBD adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan DBD oleh
nyamuk Aedes aegypti dengan cara meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor,
menurunkan kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antar vektor dengan manusia,
dan memutus rantai penularan penyakit. Pengendalian vektor DBD meliputi penyelidikan
epidemiologi, penyuluhan, larvasidasi, pemeriksaan jentik rutin, pemeriksaan jentik berkala,
pemberantasan sarang nyamuk, fogging, susceptibility test dan bioassay test (Kemenkes RI,
2017).
HAL 2
Demam Berdarah Dengue atau disingkat DBD disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegipty atau Aedes albopictus berkelamin betina.
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan
oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di
banyak negara di Asia Tenggara.
Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968,
dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia dengan
angka kematian 41,3 % dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia
(Buletin Jendela Epidemiologi DBD 2010).
Angka kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue meningkat drastis di seluruh dunia
selama beberapa dekade terakhir. Jumlah kasus meningkat dari 2,2 juta pada tahun 2010
hingga menjadi 3,34 juta kasus pada tahun 2016 (WHO, 2018). Berdasarkan data
Kemenkes, hingga minggu ke-22 tahun 2023, jumlah kumulatif kasus dengue di
Indonesia sebanyak 35.694 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 270.
Kasus demam berdarah terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan lingkungan.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu
diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dan dapat terjadi karena
lingkungan yang kurang bersih.
Upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk pengendalian DBD adalah
dengan cara
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu
caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus.
DAFTAR PUSTAKA
- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
374/MENKES/PER/III/2010 TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR
- Kemenkes (2023). “Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus”.
https://ayosehat.kemkes.go.id/pemberantasan-sarang-nyamuk-dengan-3m-plus.
diakses 28 September 2023
- WHO (2018) ‘Dengue and Severse Dengue’
- Direktorat P2PM Kemenkes (2023). Infografis DBD 4 Juli 2023.
https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/infografis/info-dbd-hingga-minggu-ke-26.
diakses 28 September 2023
Heni Sunaryanti, S. S., & Iswahyuni, S. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
Terhadap Perilaku Dalam Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di
Desa Jelok Cepogo Boyolali. Avicenna : Journal of Health Research, 3(1), 92–104.
https://doi.org/10.36419/avicenna.v3i1.347