Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SOSIOANTROPOLOGI KESEHATAN

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM


PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH
DENGUE DI KELURAHAN HEGARSARI KECAMATAN PATARUMAN KOTA
BANJAR

Dosen Pengampu : Suci Maisyarah Nasution S.ST, M.KM

KELOMPOK 7 (IKM A2) :


Asyfaa Khairani (2311212016)
Salsabila Putri Yuliadri (2311216003)
Nabila Dinara Veylerina (2311213060)
Vina Putri Septiani (2311211028)
Valdisya Azzahra A (2311212060)
Khairiya Nabila (2311213024)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
HUBUNGAN FAKTOR RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH
DENGUE DI KELURAHAN HEGARSARI KECAMATAN PATARUMAN KOTA
BANJAR
Fenty Rosmala, Idah Rosidah

Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Kelurahan
Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, merupakan salah satu daerah yang terus
menghadapi tantangan dalam pengendalian DBD. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang bertelur dan berkembang biak di
sekitar tempat – tempat dengan kondisi lingkungan tertentu. Penelitian oleh Rosmala dan
Rosidah pada tahun 2019 bertujuan untuk memahami hubungan antara faktor – faktor risiko
kesehatan lingkungan dalam pengelolaan sampah padat dan kejadian DBD di Kelurahan
Hegarsari.

Pengelolaan sampah adalah salah satu faktor resiko lingkungan. Faktor risiko
lingkungan dalam pengelolaan sampah yaitu kegiatan mengelola sampah dengan cara
meminimalkan barang atau material yang dipakai, memilih barang-barang yang dapat dipakai
lagi, menghindari penggunaan barang-barang yang hanya dipakai sekali, barang-barang yang
sudah tidak berguna lagi dapat didaur ulang, melakukan penghijauan lingkungan sekitar baik
lingkungan rumah, perkantoran, perkotaan dan lain-lain. Mengendalikan dan mengurangi
populasi nyamuk Aedes Aegypti adalah tujuan dari kegiatan pengelolaan sampah, sehingga
penularan DBD dapat dicegah dan dikurangi dengan pemberantasan jentiknya.

Sekitar tempat penampungan air diluar rumah, tempat minum hewan ternak dibiarkan dan
tidak dibersihkan, dan semua lubang di pohon yang bisa tergenang air tidak ditutup adalah
bentuk kurang pedulinya masyarakat pada lingkungan sekitar. Kegiatan Faktor Resiko
Lingkungan dalam pengelolaan sampah yang masih kurang tersebut perlu dilakukan perbaikan
terutama dalam penyuluhan kepada setiap kepala keluarga agar mereka menyadari dan
mengetahui mengenai pentingnya mencegah penularan penyakit DBD, kegiatan Penanganan
sampah 4-R adalah cara paling efektif untuk memotong siklus hidup perkembangbiakan nyamuk.
Upaya-upaya lain dapat dilakukan, seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
memakai kelambu saat tidur, memasang kasa, menyemprot insektisida, menggunakan obat
nyamuk, memakai lotion anti nyamuk, melakukan pemeriksaan jentik secara berkala, dan lain-
lain sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing, sehingga dapat menekan angka kejadian
penyakit DBD seminimal mungkin.

Tenaga kesehatan perlu melakukan upaya-upaya penyuluhan kepada masyarakat


mengenai cara mencegah penyakit DBD, gejala, dan penatalaksanaannya. Masyarakat perlu
diberikan penjelasan mengenai ap aitu penyakit DBD dan perlunya Reduce (mengurangi), Reuse
(menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah) secara konsisten agar dapat terhindar
dari penyakit DBD dan menjelaskan juga bagaimana upaya mengantisipasi tempat
perkembangbiakan nyamuk (mata rantai berkembangnya nyamuk).

Kejadian DBD Faktor Resiko Lingkungan dalam Pengelolaan Sampah paling banyak
termasuk DBD adalah sebanyak 82 orang (83,7%). Adanya kejadian DBD disebabkan masih
terdapat masyarakat yang tidak melakukan pengelolaan sampah sebanyak 30 orang (30,6%) yaitu
barang-barang bekas yang bisa menampung air tidak dibersihkan sehingga menjadi tempat
perindukan nyamuk. Selain itu, sampah-sampah plastik dan kaleng-kaleng bekas banyak
berserakan di halaman rumah dan juga disekitar lingkungan rumah dan disekitar rumahnya tidak
ditemui tempat pembuangan sampah. Selain itu, penyebaran nyamuk menjadi semakin mudah
sebab jarak antar rumah warga yang sangat rapat dan tempat pembuangan limbah yang tidak
lancar.

Manusia, virus, dan vector perantara adalah faktor utama dari proses penularan DBD.
Nyamuk vector DBD biasa menggigit saat pagi dan sore hari dan menyukai tempat yang sedikit
gelap. Setelah menggigit, nyamuk ini akan menggigit orang lain dan menulari orang selanjutnya.
Agar angka penularan dan angka kejadian ini tidak meningkat, perlu dilakukan upaya
pencegahan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara mencegah
kontak dengan manusia atau menghilangkan vektor serta mencegah kegawatan apabila terjadi
serangan baik dari segi jumlah kasus, penyebaran maupun tingkat kegawatan penderita dengan
tujuan mencegah terjadinya penularan yaitu dengan pengelolaan sampah.

Adapun bentuk upaya untuk mencegah penyakit DBD adalah dengan melakukan kegiatan
pemutusan mata rantai nyamuk, mencegah penularan penyakit oleh agen langsung (melalui
gigitan nyamuk betina dewasa yang mengandung virus Dengue) dan agen tak langsung (manusia
yang terinfeksi virus tetapi memiliki kekebalan terhadapnya) maupun penyebaran jentik atau
nyamuk akibat dari mobilisasi manusia. Sehingga diperlukan kesadaran dari tiap anggota
masyarakat untuk melindungi diri maupun masyarakat secara keseluruhan termasuk mencegah
penularannya.

Upaya pencegahan diutamakan pada pengelolaan sampah penular dengan membasmi jentik
nyamuk penular di tempat perkembangbiakannya. Selanjutnya penderita sebaiknya diisolasi dari
gigitan nyamuk sehingga bisa mencegah penularan pada orang lain. Jika tidak segera
ditanggulangi dan tidak dilakukan upaya pencegahan terhadap penyakit ini, akan berakibat buruk
untuk penderita, keluarga, maupun kelompok masyarakat di suatu daerah tersebut.

Selain itu perpindahan penduduk dari daerah terinfeksi, sistem pengelolaan limbah
dengan penyediaan air bersih yang tidak memadai, serta berkembangnya penyebaran dan sanitasi
lingkungan yang buruk adalah beberapa faktor penyebab munculnya DBD . Pencegahan DBD
bisa dilakukan dengan pemeliharaan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan guna memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh inidividu, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintahan, atau swadaya masyarakat.

Upaya guna mewujudkan tujuan tersebut dilihat dari empat aspek, yakni upaya
pemeliharaan kesehatan yang meliputi upaya kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan setelah sembuh dari sakit), upaya peningkatan kesehatan berupa upaya preventif
(pencegahan penyakit), dan upaya promotif (penyuluhan dan promosi kesehatan). Kegiatan
Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah) juga
bisa mengurangi populasi nyamuk dengan mengurangi kemungkinan adanya telur dan jentik.
Sedangkan dengan Faktor Resiko Lingkungan dalam pengelolaan Sampah yaitu dengan
meningkatkan kebiasaan penggunaan anti nyamuk, melakukan upaya pembersihan tempat
penampungan air, menggunakan kelambu, dan mengurangi kebiasaan menggantung pakaian di
ruangan rumah akan mencegah kemungkinan terjadinya kontak dengan nyamuk dewasa dan
mengurangi angka kejadian kasus DBD.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah sebagai salah satu faktor
resiko lingkungan paling banyak termasuk dilaksanakan yaitu sebanyak 68 orang (69,4%).
Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia, melalui pemukiman antara lain
rumah tinggal dan asrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara perkantoran dan
kawasan industri atau sejenis. Kegiatan mengelola sampah dengan cara minimalisasi barang atau
material yang digunakan, memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali, juga menghindari
pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang, memperhatikan barang yang digunakan sehari-hari agar tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk yang berpotensi menimbulkan penyakit DBD, karena hal itu dapat menjadi
salah satu tempat perkembangbiakan nyamuk sehingga meningkatkan kemungkinan penularan
penyakit DBD, membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran,
pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang
atau bahan yang diolah dari sampah. Masyarakat dianjurkan untuk selalu mengelolaa sampah
padat dengan baik melalui kegiatan reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle
(mendaur lang sampah) dan melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai