Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hama permukiman (urban pest) merupakan salah satu masalah yang
sering dihadapi masyarakat. Secara umum, hama permukiman dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu: serangga dan tikus. Berbagai jenis hama seperti tikus,
nyamuk, kecoa, rayap, lalat, dan sebagainya, bisa dijumpai di sebagian besar
gedung perumahan, apartemen, perkantoran, maupun pabrik. Bila musim hujan
tiba, keberadaan dan populasi hama tersebut jumlahnya semakin tinggi, namun
masih sedikit orang yang peduli untuk mengendalikan hama tersebut. Ketika
menjumpai nyamuk di rumah misalnya, umumnya pemilik rumah hanya
membasmi dengan obat anti nyamuk cair ataupun bakar, yang sebenarnya hanya
bersifat sementara. Epidemi demam berdarah yang kini melanda dan mengancam
warga di berbagai wilayah Indonesia, adalah sebuah contoh masih lemahnya
pengendalian hama lingkungan (Darandono 2004).
Kehadiran organisme pengganggu seperti nyamuk, tikus, kecoa, rayap, dan
lalat mulai dirasakan menimbulkan masalah bila populasinya telah melampaui
batas dan menimbulkan problematika kesehatan serta aspek kesehatan lingkungan,
berbagai kerugian ekonomi dapat ditimbulkan, demikian pula berbagai penyakit
tanaman, hewan ataupun manusia dapat ditularkan oleh hama tersebut, antara lain
dengan timbulnya berbagai macam penyakit seperti typhus, cholera, pes, malaria,
dan demam berdarah yang dibawa oleh hama-hama tersebut. Tindakan antisipatif
untuk menekan akibat langsung ataupun tidak langsung perlu diupayakan agar
tidak menimbulkan banyak kerugian (Anonim 2007). Banyaknya perumahan
yang dibangun di atas lahan bekas rawa-rawa berpotensi sebagai tempat
perkembangbiakan hama permukiman seperti tikus. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya dicarikan solusi mengenai pencegahan hama-hama tersebut di
permukiman (Ahmad 2003).
Berbagai permasalahan dapat ditimbulkan akibat kehadiran hama
permukiman, diantaranya timbulnya berbagai penyakit dan merusak estetika.
Beberapa penyakit yang ditimbulkan karena kehadiran tikus dan hama
2

permukiman yang lain diantaranya plague, murine typus, salmonellosis, rat-bite


fever, leptospirosis, diare, thypoid, demam, dan kolera (Anonim 2007).
Adanya perbedaan tingkatan ekonomi masyarakat, sedikit banyak
berpengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam mengatasi hama permukiman.
Beberapa masyarakat ekonomi menengah ke atas banyak yang menggunakan jasa
pembasmi hama (pest control). Selain itu, perumahan, apartemen, pertokoan,
perkantoran, dan pergudangan juga sering menggunakan jasa pest control
(Darandono 2004).
Permasalahan hama permukiman timbul tergantung dari tingkat bahaya,
kerugian atau gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh hama tersebut, tingkat
populasi hama di lingkungan perumahan, dan tingkat toleransi pemukim terhadap
keberadaan hama di lingkungannya (Sigit 2006).
Menurut Sigit (2003) masyarakat di permukiman dapat mencegah
timbulnya masalah hama yang mengganggu penghuninya, dengan cara menjaga
dan mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi
keberadaan hama, selain itu peniadaan tempat-tempat yang dapat menjadi habitat
dan persembunyian serta pengelolaan limbah yang tertib dan teratur merupakan
cara-cara yang pada dasarnya dapat dilaksanakan secara individual atau kolektif.
Namun, pada kenyataannya kebanyakan dari masyarakat lebih memilih sikap dan
akan bertindak ketika terjadi masalah. Sikap tersebut dilandasi kenyataan bahwa
sarana antihama mudah diperoleh di pasaran, atau dapat menggunakan jasa
pengendalian hama yang dewasa ini mulai banyak beroperasi.
Penggunaan pestisida baik oleh kalangan individu permukiman atau para
pengusaha pengendalian hama dapat menimbulkan resiko. Resiko itu diantaranya
kemungkinan bahaya keracunan langsung, pencemaran lingkungan yang berakibat
keracunan kronis, serta timbulnya galur-galur hama resisten (Sigit 2003).
Sementara itu, pihak operator pengendalian hama mencoba mengatasinya
dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, sedangkan pada tingkat pemerintahan
sebagai pembina, melakukan penertiban regulator dan pengawas dengan peraturan
perundangan (Sigit 2003).
Masalah hama di lingkungan perumahan sebenarnya merupakan akibat
dari ulah manusia sendiri yang menyediakan tempat untuk berkembangbiak,
3

mencari makan, dan tempat berlindung bagi hama-hama permukiman. Cara


pengendalian yang tepat adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungan agar tidak menjadi sarang bagi hama (Sigit 2006).

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat
terhadap kehadiran dan pengendalian hama permukiman yang banyak merugikan
masyarakat serta mengetahui peranan perangkap, pestisida serta pest control di
masyarakat dalam mengendalikan hama permukiman.

Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan
agar tidak menjadi sarang bagi hama-hama permukiman serta mengetahui jenis-
jenis hama permukiman yang merugikan masyarakat dan cara-cara pengendalian
yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai