1. Latar Belakang
Adanya malaria dan DBD yang berumber dari nyamuk merupakan salah
dunia termasuk Indonesia. Jenis nyamuk penular DBD antara lain Aedes aegypti,
Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi
vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes aegypti (Fathi, 2005). Ada
hidup terhadap suatu dosis insektisida yang dalam keadaan normal dapat
evolusi yang disebabkan oleh seleksi serangga hama yang diberi perlakuan
insektisida secara terus menerus. Secara prinsip mekanisme resistensi ini akan
menjadi mampu untuk mengurai bahan aktif insektisida sebelum sampai pada titik
sasaran. Jenis atau tingkatan resistensi itu sendiri meliputi tahap rentan, toleran
Menurut Herat (1997) yang dikutip oleh Sucipto (2015) bahwa status
uji Susceptibility, yaitu metode standar yang tepat untuk mengukur resistensi
insektisida khususnya di lapangan. Maka dari itu dilakukan metode tersebut agar
efektif atau tidaknya insektisida yang digunakan terhadap vektor malaria dalam
Indoor Residual Spray (IRS) adalah aplikasi insektisida yang tahan lama
pada tempat-tempat potensial vektor malaria istirahat seperti dinding, atap, dan
kecepatan angin.
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
A. Pengertian
C. Cara Kerja
A. Pengertian
C. Cara Kerja
A. Pengertian
C. Cara Kerja