Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BAKTERIOLOGI DAN MIKOLOGI

UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK

OLEH:
Rambu Kudu Ananda Pingak (209010051)
Dheaustyn Lilo Meisye Christian (2009010042)
Gradinito Josua E. Toy (2009010008)
Maria Septiani Medor (2009010049)
Noni Novela Babu (2009010027)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERISTAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Uji Sensitivitas Antibiotik..............................................................................................5
2.2 Alat dan Bahan...............................................................................................................6
2.3 Metode.............................................................................................................................7
2.4 Hasil Pembahasan..........................................................................................................8
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri (Waluyo, 2008).
Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur
Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini
adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang
terbentuk bakteri tersebut semakin sensitive (Waluyo, 2008).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik
atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya
hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat
menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba
(Djide, 2008).
Namun dalam hal ini perlu diwaspadai munculnya keadaan resisten yaitu keadaan
dimana obat tidak mampu lagi menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Resisten adalah
ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau antibiotik tertentu. Resisten
dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan
resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten (resistensi ekstrakrosomal) atau
dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba,
karena mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2008).

1.2 Tujuan
Untuk memahami Uji Sensitivitas Antibiotik yang dilakukan khususnya pada bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, dengan metode Uji Kualitatif Kirby-Bauer dan
Metode Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Uji Sensitivitas Antibiotik


Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari
prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri (Waluyo,
2008).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik
atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya
hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat
menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu
penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat
ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi
dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide, 2008).
Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu
keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotic (Djide, 2008).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau
antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya mutasi
spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten
(resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten
terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2008).
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik
yang tidak tepat, misalnya  penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian  yang
tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk
mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik
perlu diperhatikan (Djide, 2008).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: Tetracycline, Erytromycin, dan
Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Djide, 2008).
Menurut Soekardjo (1995), suatu antibiotik dikatakan ideal apabila memenuhi syarat-
syarat berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme secara luas.
2. Tidak menyebabkan terjadinya resistant terhadap mikroorganisme patogen.
3. Tidak menimbulkan efek samping yang buruk pada host, seperti reaksi alergi,
kerusakan saraf, iritasi lambung dan sebagainya.
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora normal, seperti flora usus atau flora kulit.
Menurut Erlindawati (2015), kemampuan antibiotik dalam melawan bakteri dapat
diukur menggunakan dua metode, yaitu :
a. Metode konvensional, contohnya dilusi (agar atau kaldu), difusi (Kirby-Bauer)
dan Etest.
b. Metode komersial. Contoh metode komersial menurut Singleton (2006), yaitu:
1. Metode mikrodilusi perbenihan cair (broth microdilution methods)
2. Agar dilusi derivatif (agar dilution derivations)
3. Difusi pada agar derivatif (diffusion in agar derivations)
4. Sistem pengujian otomatis (automated antimicrobial susceptibility test system)

2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam uji sensitivitas kali ini adalah :
- cawan petri
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Jarum inokulasi
- Kertas cakram diameter 6 mm yang mengandung 8 macam antibiotic
- Penggaris
- Forsep
- Drugalski
- Kertas label/spidol transparansi
- Microwell plate (24 well)
- Pipet.
- Bakteri Gram Negatif (Escherichia coli)
- Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus)
- Akuades
- Medium Nutrient Agar (NA) dan Nutrient Broth (NB)
- Etanol
- Larutan blanko 5 mL steril, larutan blanko 9,9 mL steril
- Amoxicilin
- Eritromisin.

2.3 Metode
Metode Uji Kualitatif Kirby-Bauer:
1. Disiapkan masing-masing satu biakan pour plate Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
2. Cawan petri dibagi enjadi dua bagian, masing-masing bagian tersebut untuk ekdua
jenis Antibiotic yang digunkan yaitu amoxicillin dan eritromysin.
3. Setiap bagian diberi satu kertas cakram yang mengandung antibiotik di bagian
tengahnya. Pengujian dilakukan pada biakkan E. coli dan S. aureus.
4. Cawan uji diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24-48 jam.
5. Setelah masa inkubasi, diukur zona penghambatan yang terbentuk pada masing-
masing antibiotik terhadap biakan bakteri S. aureus dan E. coli.
6. Hasil pengukuran dibandingkan dan ditentukan dengan standar zona penghambatan
dari maing-masing antibiotik dan ditentukan pengaruh sensitivitas, resisten, dan
intermediet dari bakteri uji terhadap masing-masing antibiotik.

Metode Minimum Inhibitory Concentration (MIC):


1. Secara aseptis 0,8 mL medium NB dimasukkan ke dalam tiap sumuran dalam 24
sumuran microwell plate steril.
2. Setiap kultur ditambahkan 0,1 mL ke dalam 9,9 mL larutan blanko steril sehingga
diperoleh pengenceran 10-2.
3. Sebanyak 0,1 mL pengenceran 10-2 dari S. aureus ditambahkan ke dua baris 6
sumuran, sehingga diperoleh baris A dan baris B diinokulasi dengan S. aureus.
4. Pekerjaan yang sama dilakukan inokulasi E.coli terhadap dua baris 6 sumuran yang
lain, sehingga diperoleh baris C dan D diinokulasi dengan E.coli.
5. Disiapkan pengenceran masig-masing Antibiotic sehingga diperoleh konsentrasi 640,
320, 160, 80, 40 , dan 20 μg/mL. pengenceran dibuat dengan cara: 64 mg antibiotik
ditambahkan ke dalam 10 mL air steril, dikocok agar larut. Kemudian ditambahkan 1
mL larutan ini ke 9 mL air steril untuk menghasilkan konsentrasi 640 μg/mL.
sebanyak 5 mL larutan ini ke 5 mL air steril untuk mendapatkan konsentrasi 320
μg/mL. Dmikian seterusnya untuk konsentrasi lainnya.
6. Sebanyak 0,1 mL larutan amoxicillin ditambahkan ke baris A dan C dengan urutan
konsentrasi tertinggi A1 dan C1 dan konsentrasi terendah pada A6 dan C6.
7. Pekerjaan yang sama dilakukan untuk larutan eritromicyn terhadap baris B dan D,
dengan konsentrasi tertinggi pada B1 dan D1 sedangkan konsentrasi terendah pada B6
dan D6. Dengan menambahkan 0,1 mL ke 0,9 mL maka akan diperoleh baris dengan
konsentrasi antibiotik 640, 320, 160, 80, 40, dan 20 μg/mL.
8. Plate diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam.
9. Setelah masa inkubasi, setiap sumuran diamati terjadinya kekeruhan. Bila terbentuk
kekeruhan/terjadi pertumbuhan menunjukkan bahwa organisme resisten terhadap
antibiotik pada konsentrasi yang dicobakan
10. Dari hasil pengamatan dapat ditentukan konsentrasi minimum (MIC) setiap antibiotik
terhadap spesies bakteri. MIC diinterpretasikan pada sumuran pertama yang
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan dan bukan pada sumuran terakhir dimana
pertumbuhan terjadi

2.4 Hasil Pembahasan


Eritromisin adalah macrolide antibiotika yang memiliki sifat anti mikroba dengan
spektrum lebih luas dari penisilin. Antibiotik ini sering digunakan untuk orang-orang yang
alergi terhadap penisilin, infeksi saluran pernapasan. Eritromisin bertindak dengan menembus
membran sel bakteri dan mengikat ribosom pada subunit 50 bakteri atau situs donor.
Sehingga pengikatan tRNA ke situs donor diblokir (Shweta, et al., 2012). Amoxycilin
merupakan antibiotik yang umum digunakan untuk menonaktifkan bakteri penyebab
penyakit. Amoxycillin merupakan antibiotik golongan penicillin yang mekanisme kerjanya
dengan jalan merusak sintesis dinding sel bakteri. Antibiotik ini efektif untuk bakteri H.
Influenzae, N. Gonorrhoea, E. Coli, Pneumonia, Streptococcus dan beberapa Staphylococcus
(Pelczar dan Chan, 2005).
Menurut Singleton (2006), salah satu metode konvensional yang digunakan untuk
menentukan sensitivitas bakteri adalah metode difusi kertas cakram. Metode ini merupakan
metode pengujian sensitivitas bakteri secara kualitatif. Menurut Cappucino dan Sherman
(1983), metode kertas cakram merupakan metode yang biasa digunakan untuk menguji
aktivitas antimikroba suatu antibiotik terhadap mikroorganisme patogen penyebab penyakit.
Metode ini lebih dikenal dengan metode Kirby-Bauer. Inokulum bakteri pada metode ini
ditanam secara merata pada permukaan agar. Kertas cakram yang mengandung antibiotik
diletakkan pada permukaan agar dan dibiarkan berdifusi ke dalam media sekitarnya. Hasilnya
dilihat zona hambat antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri. Ukuran zona jernih tergantung
kepada kecepatan difusi antibiotik, derajat sensitivitas mikroorganisme dan kecepatan
pertumbuhan bakteri. Zona hambat cakram antibiotik pada metode difusi berbanding terbalik
dengan MIC, semakin luas zona hambat maka semakin kecil konsentrasi daya hambat
minimum MIC. Adanya zona hambat pada media menunjukkan aktivitas antibiotik dalam
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Metode Kirby-Bauer atau kertas cakram memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari metode ini adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan
relatif murah, sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk
tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan
medium. Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode kertas cakram
relatif sulit untuk diintepretasikan. Selain itu, metode kertas cakram ini tidak dapat
diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang
bersifat anaerob obligat (Hastowo, 1992).
Resistant adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk menahan
efek antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa
hingga dapat mengurangi efektivitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang
sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi. Akibatnya
bakteri tersebut tetap dapat bertahan hidup & bereproduksi sehingga makin membahayakan.
Menurut Soleha (2015), resistensi bakteri dapat terjadi melalui mekanisme berikut ini:
a. Pengurangan akses antibiotik ke target porin pada membran luar.
b. Inaktivasi enzim β-lactamase.
c. Modifikasi atau proteksi target resistantsi terhadap β-lactamase.
d. Kegagalan aktivasi antibiotik.
e. Efluks aktif antibiotik.
Pengenceran antibiotik pada metode MIC dilakukan dengan penurunan setengah
konsentrasinya. Wellplate diinkubasi pada suhu 370C selama 2 x 24 jam dan diamati
terjadinya kekeruhan pada well. Konsentrasi terendah antibiotik pada masing-masing well
ditunjukan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba)
(Singleton, 2006). Menurut Soleha (2015), metode dilusi seperti metode MIC memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode ini adalah memungkinkan penentuan
sensitivitas antibiotik secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-sama. MIC dapat
membantu dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk penggunaan
antibiotik. Kekurangan metode ini adalah tidak efisien karena pengerjaannya yang rumit,
memerlukan banyak alat dan bahan serta dalam pengerjaannya memerlukan konsentrasi
antibiotik yang bervariasi.

 Berdasarkan hasil pengamatan uji sensitivitas bakteri menggunakan metode


Kirby-Bauer didapatkan zona jernih pada S. aureus baik menggunakan antibiotik
Amoxycilin dan Erythromycin lebih besar dengan zona bening yang dihasilkan
oleh E. coli. Hasil interpretasi zona jernih E.coli pada kelompok 1,3 dan 5 baik
menggunakan amoxycilin maupun erythromycin adalah resistant. Zona bening S.
aureus pada kelompok 2, 4 dan 6 menggunakan amoxycilin secara berturut-urut
adalah susceptible, intermediet dan susceptible. Sensitivitas bakteri S.aureus
pada antibiotik erythromycin kelompok 2 dan 4 adalah resistant, sedangkan pada
kelompok 6 susceptible.
 Berdasarkan hasil pengamatan uji sensitivitas bakteri menggunakan metode MIC,
konsentrasi terendah penghambatan bakteri pada kelompok 1 dengan isolat S.
aureus menggunakan antibiotik amoxycilin adalah 80 µg (susceptible), sedangkan
E.coli 160 µg (susceptible), pada antibiotik erythromycin baik S.aureus maupun
E.coli hasilnya adalah resistant. Konsentrasi terendah penghambatan bakteri pada
kelompok 2 dengan isolat S. aureus maupun E.coli menggunakan antibiotik
amoxycilin adalah 40 µg (susceptible), sedangkan konsentrasi hambat terendah
pada S.aureus dengan antibiotik erythromycin adalah 20 µg, sedangkan pada
E.coli 640 µg. Hasil kelompok 3 menggunakan antibiotik amoxycilin baik pada
S.aureus maupun E.coli hasilnya susceptible. Konsentrasi antibiotik terendah
dalam penghambatan S.aureus yaitu 80 µg, E.coli 160 µg, sedangkan pada
antibiotik erythromycin baik pada S.aureus maupun E.coli hasilnya resistant.
Konsentrasi terendah penghambatan bakteri pada kelompok 4 dengan isolat S.
aureus menggunakan antibiotik amoxycilin adalah 320 µg (susceptible),
sedangkan E.coli 160 µg (susceptible), pada antibiotik erythromycin baik S.aureus
maupun E.coli konsentrasi hambat terendahnya adalah 320 µg. Konsentrasi
terendah penghambatan bakteri pada kelompok 5 dengan isolat S. aureus
menggunakan antibiotik amoxycilin adalah 40 µg (susceptible), sedangkan E.coli
160 µg (susceptible), pada antibiotik erythromycin S.aureus hasilnya resistant dan
E.coli susceptible dengan konsentrasi hambat terendahnya adalah 640 µg.
Konsentrasi terendah penghambatan bakteri pada kelompok 6 dengan isolat S.
aureus menggunakan antibiotik amoxycilin adalah 80 µg (susceptible), sedangkan
E.coli 160 µg (susceptible), pada antibiotik erythromycin baik S.aureus maupun
E.coli hasilnya adalah resistant. Resistant dikategorikan apabila medianya keruh,
sedangkan susceptible dikategorikan apabila medianya jernih.
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek
(kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. E.coli memiliki flagel dan beberapa
strain memiliki kapsul. E. coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium mikrobiologi. E. coli bersifat mikroaerofilik. E. coli
bersifat aerob dan juga fakultatif anaerob serta dapat memfermentasi laktosa
(Levinson, 2004). Beberapa strain E. coli menghasilkan hemolisis agar darah
(Jawetz et al., 2005).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bola dengan
diameter 1 μm yang tersusun dalam bentuk cluster yang tidak teratur seperti
anggur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai juga tampak
dalam biakan cair. S.aureus bersifat patogen, nonmotil dan memproduksi katalase.
S.aureus tumbuh baik dalam kaldu pada suhu 37°C. Batas-batas suhu
pertumbuhannya ialah 15°C dan 40°C, sedangkan suhu pertumbuhan optimum
ialah 35°C, bakteri ini bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara
yang hanya mengandung hidrogen dan pH optimum untuk pertumbuhan ialah 7,4
(Jawetz et al., 2005).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji sensitivitas bakteri secara kualiatatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode
difusi kertas cakram (Kirby-Bauer), sedangkan uji sensitivitas bakteri secara kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan metode MIC.
2. Hasil yang diperoleh pada uji sensitivitas menggunakan metode Kirby-Bauer yaitu E.coli
lebih resistant daripada S.aureus baik pada antibiotik amoxycilin maupun erythromycin,
begitupun dengan metode MIC yaitu E.coli rata-rata lebih resistant dibandingkan dengan
S.aureus yang susceptible.
DAFTAR PUSTAKA

https://asm.org/getattachment/2594ce26-bd44-47f6-8287-0657aa9185ad/Kirby-Bauer-Disk-
Diffusion-Susceptibility-Test-Protocol-pdf.pdf

Erlindawati, Puji A., & Afghani J. 2015. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri dari Tiga
Isolat Tanah Gambut Kalimantan Barat. JKK. 4 (1): 12-16.
Pelczar, M.J., E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta

Soekardjo, S., B. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga University Press, Jakarta.

Cappuccino, J. G., & Sherman N. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. New York:
Addison-Wesley Publishing Company.

Soleha, T.U. 2015. Uji Kepekaan terhadap Antibiotik. Juke Unila . 5 (9): 118-123.

Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. UMM Press.
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar Bakteri Escherichia coli

Anda mungkin juga menyukai