Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KIMIA

(PRAKTIKUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM)

OLEH

NONI NOVELA BABU


2009010027

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020
PRAKTIKUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Salah satu bagian penting yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan di
laboratorium adalah keamanan dan kenyamanan kerja,sehingga dapat bekerja secara efektif dan
efisien. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,maka diuraikan tentang bagaimana cara mengelolah
zat-zat kimia dan peralatannya.

Tugas praktikum di rumah (tugas individu)


Jelaskan mengenai pertanyaan di bawah ini,disertai contoh-contohnya
1. Pengelolaan zat-zat kimia yang korosif,beracun dan zat organic yang mudah terbakar
Jawaban:
a) Bahan Kimia Korosif
Bahan kimia korosif merupakan bahan kimia yang dapat mengakibatkan kerusakan
apabila terjadi kontak dengan bahan lain atau kontak dengan jaringan tubuh. Zat korosif
dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.  Kerusakan
dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat
peka terhadap bahan kimia).
Contoh Bahan Kimia Korosif

JENIS
BAHAYA CONTOH
BAHAN

Bahan korosif bila ada kontak dengan NaOH, KOH, Ca(OH)2, Fenol, asam
padat kulit atau mata. trikloro asetat

timbul bila kontak dengan


asam sulfat, asam klorida, asam
kulit atau mata yang akan
Bahan korosif nitrat, asam formiat, asam asetat,
menyebabkan proses 
cair karbon bisulfida, hidrokarbon
pelarutan ( denaturasi
terklorinasi
protein )

amoniak, asam klorida, formaldehid


( formalin ), asam fluorida, asam
Bahan korosif Bila terhirup akan merusak
asetat belerang dioksida, klor, brom
gas saluran pernafasan
fosgen , nitrogen oksida, ozon

Bahaya  zat  korosif  dapat  dihindari  dengan  menghindarkan  kontak  dengan


tubuh,  alat  proteksi  perlu  digunakan  adalah  sarung  tangan,  kacamata  pelindung,
pelindung muka. Pertolongan pertama selalu dilakukan dengan mencuci bagian yang
terkena dengan air yang cukup banyak sebelum dibawa ke dokter.
Syarat penyimpanan :
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan beretiket
 Dipisahkan dari zat-zat beracun

b) Bahan Kimia Beracun


Bahan kimia beracun merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila masuk atau terserap ke
dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya
zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau
menuju organ-organ tubuh tertentu.  Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu
organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain.  Tetapi dapat juga zat-
zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan 
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang.  Pengeluaran zat-zat beracun dari
dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.
Contoh Bahan Kimia Beracun

JENIS
NO. BAHAN JENIS BAHAN AKIBAT
BERACUN

Pb ( TEL, PbCO3 ) Syaraf, ginjal  dan darah


Hg ( Hg,senyawa Syaraf, ginjal dan darah
Logam dan anorganik dan organik ) Hati, ginjal, dan darah
1. Cadmium Kanker
metaloid
Krom Iritasi, kanker
Arsen Metabolisme karbohidrat,
Poffor lemak, protein
Hidrokarbon alifatik
( bensin, m. tanah ) Pusing dan koma
Bahan Hidrokarbon terhalogenasi Hati dan ginjal
2. ( kloroform ) Leukimia, saluran pencernaan
pelarut
Alkhohol dan syaraf pusat
( etanol, metanol ) Ginjal, hati , tumor
Glikol
Sesak nafas, berkurangnya
Aspiksian sederhana ( N2,
oksigen
Ar, He )
Pusing, sesak nafas
Gas – gas Aspiksian lain :
3 Sesak nafas, kejang, hilang
beracun – Asam sianida ( HCN )
kesadaran
– Asam sulfida (H2 S )
Sesak nafas, hilang
Karbon monoksida (CO)
kesadaran, otak , jantung
Nitrogen oksida (NO)X
Iritasi, kematian , sesak nafas
4 Karsinogenik Benzena Leukimia
Asbes Paru – paru
Kandung kemih
Benzidin
Paru – paru
Krom
Paru – paru
Naftil amin
Hati, paru – paru, pusing,
Vinil klorida
syaraf pusat
Organoklorin dan Pusing, kejang, hilang
5 Pestisida
organofosfat kesadaran, kematian
Semua bahan  kimia pada  dasarnya beracun, akan  tetapi bahaya  kesehatan bergantung
pada  jumlah zat  tersebut masuk ke dalam tubuh. Bahan kimia  masuk ke dalam tubuh
masuk ke dalam tubuh melalui tiga saluran, yaitu:
1. Melalui mulut  atau  tertelan,  halini  jarang  terjadi, kecuali karena  kesalahan memipet
dengan mulut atau makan dan minum di laboratorium.
2. Melalui kulit, misalnya anilin, nitrobenzena, fenol dan asam sianida.
3. Melalui pernafasan,  gas,  debu  dan  uap  seperti  SO2,  Cl2, gas HCN,  H2S,  uap  Pb dan
Zn akan masuk ke dalam darahkemudian terdistribusi ke seluruh organ tubuh.
Untuk menghindari keracunan zat-zat di atas sebaiknya: percobaan dilakukan dalam  lemari 
asam,  diperhatikan  sirkulasi  udara  di  ruangan  kerja,  memakai alat pelindung 
pernafasan  (masker),  memakai  sarung  tangan  (gloves)  dan kaca  mata pelindung
(goggles).
Syarat penyimpanan:
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauh dari bahaya kebakaran
 Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
 Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
 Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan

c) Bahan Kimia Mudah Terbakar


Bahan kimia mudah terbakar merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan
oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran.  Reaksi kebakaran yang sangat cepat
sehingga dapat menimbulkan ledakan. Berdasarkan teori segitiga api, kebakaran dapat
terjadi apabila tiga gaktor yaitu A (bahan  mudah  terbakar),  P  (panas  atau  energi 
cukup) dan  I  (oksigen  yang  cukup) berada  bersamaan. Dalam laboratorium,  oksigen 
tidak  dapat  ditiadakan.  Untuk menghindarkan  kebakaran  adalah  mencegah  adanya 
pertemuan  antara  panas  atau sumber  penyalaan  dan  bahan  mudah  terbakar.  Sumber 
penyalaan  dapat  berasal  dari api  terbuka,   logam   bersuhu  tinggi(permukaan  
pemanas),  reaksi  eksotermis  dan loncatan  listrik.
Contoh bahan kimia mudah terbakar
FASA CONTOH

Padat belerang, fosfor, kertas, hibrida logam, kapas

Cair eter, alkhohol, aseton, benzena, hexana, dll

Gas hidrogen, asetilen, etilen oksida


Urutan   tindakan–tindakan   yang   harus   di   lakukan   bila   terjadi kebakaran   di
laboratorium:
 Menolong korban
 Luka bakarnya kecil, dibasahi air mengalir
 Rambut atau pakaian korban terbakar, jangan berlarian tetapi bergulir dilantai atau
ditutup handuk basah akan lebih baik lagi memakai selimut kebakaran.
 Luka bakar sebaiknya minta diobati oleh tenaga medis.
 Melaporkan terjadinya kebakaran
 Mahasiswa lapor kepada pemimpin praktikum
 Kebakaran besar panggil barisan pemadam kebakaran
 Batasi Lingkup kebakaran
Syarat penyimpanan:
 Temperatur dingin dan berventilasi,
 Tersedia alat pemadam kebakaran,
 Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.

2. Pencegahan kecelakaan karena zat yang mudah terbakar


Jawaban:
a. Botol yang berisi zat yang mudah terbakar hendaknya jangan disimpan atau dibuka dekat
dengan nyala api
b. Sisa-sisa eksperimen yang masih panas sebaiknya dibakar sampai habis sebelum
dibersihkan
c. Sebelum meninggalkan laboratorium yakinlah bahwa semua api/pembakar telah
dipadamkan termasuk lampu penerangan
d. Jangan merokok kecuali di tempat yang diperbolehkan dan jangan lupa mematikan
punting rokok sebelum membuangnya
e. Gas yang dihasilkan saat pengisian baterai dapat terbakar,karena itu hindari percikan api
dari tempat tersebut. Dan jangan sekali-kali melepas kabel pengisian baterai sebelum
kontak dimatikan
f. Hendaknya kita mengetahui letak alat pemadam kebakaran dan cara penggunaannya

3. Mendeteksi kemungkinan-kemungkinan bahaya


Jawaban:
Salah satu tempat yang memiliki potensi bahaya tinggi adalah laboratorium. Bekerja
di laboratorium tidak boleh bertindak ceroboh.Hal ini bertujuan mengurangi kemungkinan
terjadinya kecelakaan di laboratorium. Oleh karena itu,diperlukan metode untuk mendeteksi
kemungkinan-kemungkinan bahaya.
Di laboratorium,upaya identifikasi bahaya dapat dikakukan melalui kerjasama antara
antara mahasiswa,dosen dan laboran. Hasil identifikasi bahaya harus dikomunikasikan
sebelum kegiatan laboratorium berjalan maupun pada saat aktivitas. Komunikasi dilakukan
dengan cara laboran memberikan safety induction sebelum bekerja. Selain itu dapat
ditambahkan poster K3 yang menunjukan adanya potensi bahaya dan upaya perlindungan
yang dilakukan. Mendeteksi bahaya merupakan konsep penting pemahaman jenis bahaya.
Tanpa mengenali jenis bahaya,maka tidak akan mampu mengenali bahaya dengan baik. Di
laboratorium,bahaya bersumber dari perilaku kerja dan lingkungan. Bahaya yang bersumber
dari perilaku kerja adalah sesuatu tindakan baik dosen,mahasiswa maupun laboran.
Sedangkan bahaya yang bersumber dari lingkungan kerja terdiri dari bahaya fisik
(pencahayaan,iklim kerja,kebisingan,getaran,radiasi),bahaya bahan kimia,bahaya biologi
yang berasal dari paparan bakteri,virus dan jamur,bahaya ergonomic yang berasal dari tubuh
dan bahaya psikologiss yang disebabkan oleh perilaku yang mengancam jiwa dan mental
manusia.
Melalui deteksi bahaya yang terperinci,maka segala bahaya dapat dikenali.Hal inilah
yang menjadi penting dalam rangkaian kerja agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman
ketika bekerja.

4. Pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium


Jawaban:
a. Umum
Jika terjadi kecelakaan hendaklah seseorang:
1. segera memberitahu bagian keamanan untuk segera mencari pertolongan;.
2. menyiapkan beberapa informasi yang meliputi:
 kondisi penderita
 perincian penyebab kecelakaan
 lokasi kecelakaan (nomor ruang dan nama gedung)
3. melakukan pertolongan pertama prosedur emergency:
 menjauhkan korban dari penyebab kecelakaan;
 mencari penyebab utama kecelakaan;
 memberikan pertolongan pertama; dan
 membawa korban ke rumah sakit.

Setiap laboratorium hendaklah mempunyai nama, nomor telepon dan alamat


dokter/rumah sakit yang dapat dipanggil setiap saat jika terdapat keadaan darurat. Untuk
membantu pekerjaan dokter/petugas medis, pada korban yang dibawa ke rumah sakit
berilah petunjuk tentang: nama, alamat rumah dan kantor, jenis/bahan penyebab
kecelakaan, serta penanganan yang telah diberikan.
Beberapa hal yang harus dilakukan pada keadaan gawat adalah sebagai berikut.
 Periksalah Airway, Breathing, dan Circulation (ABC) pada korban.
1. Airway (jalan nafas), pastikan bahwa jalan nafas koban tidak terhalang oleh lidah
atau benda lain.B
2. Breathing (pernafasan), periksa pernafasaanya, kalau perlu berikan pernafasan
buatan (teknik mulut ke mulut atau CPR = Cardio Pulmonary Resusciation).
3. Circulation (sirkulasi), periksalah nadi korban, bila denyut nadi tidak terasa, lakukan
teknik CPR.
 Bertindaklah dengan cepat, karena waktu walaupun satu detik sangat berarti dan berharga
bagi korban.
 Jangan mengangkat atau memindahkan korban yang luka pada leher atau tulang
belakang, kecuali dalam keadaan terpaksa.
 Mintalah seseorang untuk memanggil ambulan atau dokter, sementara itu lakukan
pertolongan pertama.
 Jangan menarik pakaian korban yang terkena luka bakar.
 Bersikap tenang dan tenangkanlah korban.
 Jangan memaksa memberi minuman atau obat pada korban yang kesadarannya menurun
atau tidak sadar.
 Jangan membangunkan korban yang pingsan dengan menggoncang-goncang badannya.
 Buatlah laporan kejadian.

b. Luka karena bahan kimia


Luka pada kulit
 Sebelum melakukan pertolongan, yakinlah bahwa lokasi aman untuk anda.
 Gunakan pakaian pelindung sebelum melakukan pertolongan.
 Periksalah ABC korban, dan beri tindakan jika diperlukan.
 Alirkan air hangat (suam-suam kuku) pada luka selama 15 menit.
 Lepaskan hati-hati pakaian yang terkena bahan kimia, sepatu atau perhiasan.
 Tutup luka dengan bahan yang steril.
 Jangan menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain.
 Jangan jangan mengoleskan cairan atau lemak pada luka.
 Bersikap tenang dan tenangkan korban selama menunggu pertolongan dokter.

Luka pada mata


SSPercikan bahan kimia pada mata dapat menimbulkan luka yang serius. Sebelum
melakukan pertolongan, yakin bahwa situasi aman untuk anda. Jangan pindahkan korban, dan
periksalah ABC-nya.
 Cuci mata yang terkena bahan kimia dengan air suam-suam kuku selama 15 menit, lebih
baik lagi jika menggunakan pencuci mata.
 Bantu korban agar menggerak-gerakkan bola matanya, sehingga mata dapat dicuci
dengan baik.
 Jaga agar air cucian tidak mengkontaminasi mata yang tidak terluka.
 Jika korban menggunakan contact lenses lepaskan segera.
 Jangan menetralkan luka dengan menambahkan bahan kimia lain.
 Jangan pula menambahkan salep pada mata yang terluka.
 Membawa korban ke dokter.

Keracunan karena bahan kimia tertelan


 Jangan membujuk korban agar muntah.
 Jika korban sadar, beri 2 gelas air. Jika bahan kimianya korosif, beri 1 gelas air setiap 10
menit. Jangan menetralisir dengan cara menambahkan bahan kimia lain.
 Jika korban tidak sadar, jangan berikan sesuatu melalui mulut. Lakukan CPR jika perlu.
 Tenangkan korban sampai mendapatkan pertolongan medis.

Menghirup bahan kimia


 Yakinlah bahwa anda sendiri aman sebelum melakukan pertolongan.
 Gunakan pelindung pernafasan sebelum melakukan pertolongan jika tempat kejadian di
ruang tertutup, sempit dan bahan beracun dalam konsentrasi tinggi.
 Pindahkan korban ke tempat yang berudara segar.
 Jika korban tidak bernafas, lakukan CPR sampai pertolongan medis datang.
 Jika korban bernafas, longgarkan pakaian dan perhatikan jalan nafasnya.
 Berikan dukungan agar korban tenang sampai mendapatkan pertolongan.
c. Luka karena bahan biologis berbahaya
 Cuci bagian luar dengan air sabun.
 Tutup luka dengan pembalut luka (perban).
 Jika korban mengalami perdarahan pada kaki/tangan, tekan dengan tangan anda di atas
perban. Jangan lakukan hal ini jika luka terdapat di kepala, leher atau bagian tubuh yang
lain.
 Jika perdarahan berhenti dan perban berdarah, tambahkan perban dan jangan menganti
dengan yang baru. Jangan terlalu kencang dalam mengikat dengan perban.
 Jika lukanya kecil, keluarkan bahan yang menancap (jika ada) dengan pinset steril, lalu
tutup luka dengan perban steril.
 Jagalah agar korban tidak sock atau pingsan.
 Jaga korban hingga mendapat pertolongan.

d. Sengatan listrik
 Jangan sentuh korban yang sedang terkena sengatan listrik.
 Putuskan segera kontak antara korban dengan sumber listrik degan cara paling cepat,
tepat dan aman.
 Jika tidak dapat, gunakan bahan yang tidak menghantar listrik untuk memisahkan korban
dari sumber listrik.
 Jika korban mengalami luka, rawatlah seperti pada korban yang terluka.
 Periksalah ABC-nya. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
Jika jantung berhenti, lakukan CPR.

Anda mungkin juga menyukai