Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar

luas, dibandingkan organisme lainnya dibumi (Laiya, N, dkk. 2017). Bakteri

dapat ditemukan pada berbagai tempat, seperti pada udara, peralatan

laboratorium, tangan dan pada rongga mulut. Dalam praktikum kali ini

dilakukan beberapa uji mikroba, diantaranya uji mikroba pada udara, uji rongga

mulut, uji kebersihan alat dan uji kebersihan tangan.

Mikroba tidak dapat bertahan lama di udara tetapi dapat berpindah ke inang

yang lain dan akan berkembang biak. Keberadaan mikroba di udara dipengaruhi

oleh berbagai keadaan seperti suhu dan kelembaban yang menjadi faktor penting

dalam pertumbuhan mikroba dan paling banyak ditemukan dalam ruangan, salah

satunya pada peralatan laboratorium yang selama ini sebagiannya hanya terletak

pada ruangan yang bebas terbuka. Meskipun tidak ada mikroorganisme yang

mempunyai habitat asli udara, tetapi udara di sekeliling kita sampai beberapa

kilometer di atas permukaan bumi mengandung berbagai macam jenis mikroba

dalam jumlah yang beragam.

Pada uji mikroba rongga mulut dilakukan karena, rongga mulut merupakan

tempat berkumpulnya bakteri. Biofim adalah kumpulan sel mikroorganisme,

khususnya bakteri, yang melekat erat di suatu permukaan yang disertai dengan

bahan-bahan organic dan diselimuti oleh matriks polimer ekstraseluler yang

1
dikeluarkan oleh bakteri. (Dewi, dkk, 2015). Begitu pula pada uji kebersihan

tangan yang diduga pada tangan itu terdapat berbagai macam bakteri dan akan

dilakukan pada tangan yang sebelumnya belum di cuci dan pada tangan yang

sudah di cuci menggunakan antiseptik.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan uji kontaminasi udara, uji kebersihan tangan, uji

mikroba dalam mulut, serta uji kebersihan alat?

1.3 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui uji kontaminasi udara, uji kebersihan tangan, uji mikroba

dalam mulut, serta uji kebersihan alat

1.4 Manfaat Pratikum

Agar mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan uji kontaminasi udara, uji

kebersihan tangan, uji mikroba dalam mulut, serta uji kebersihan alat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroba

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat

kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme

ada yang tersusun atas satu sel (uniseluler) dan ada yang tersusun atas satu sel,

namun mikroorganisme tersebut menunjukkan semua karakteristik organisme

hidup, yaitu bermetabolisme, bereproduksi, berdiferensial, melakukan

komunikasi, melakukan pergerakan,dan berevolusi (Pratiwi, 2008 dalam Pratiwi,

2015).

2.1.1 Jenis

Organisme yang termasuk ke dalam golongan mikroorganisme adalah

bakteri, archea, fungi (kapang dan khamir), protozoa, dan virus. Virus,

bakteri dan archea termasuk ke dalam golongan prokariot, sedangkan fungi

dan protozoa termasuk ke dalam golongan eukariot (Pratiwi, 2008 dalam

Pratiwi, 2015).

a. Bakteri

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniseluler dan tidak

mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya.

Sel-selnya secara khas, berbentuk bola seperti batang atau spiral,

mempunyai diameter sekitar 0,5 sampai 1,0 µm., dan panjangnya 1,5

µm sampai 2,5 µm Reproduksi terutama dengan pembelahan biner

3
sederhana yaitu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh pada suhu

0o.C, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang

suhunya 90oC atau lebih. Kebanyakan tumbuh pada berbagai suhu

diantara kedua ekstrim ini. Beberapa jenis menimbulkan penyakit pada

binatang (termasuk manusia), tumbuhan dan protista lainnya. Organisme

ini sangat luas penyebarannya dalam dan pada permukaan bumi,

atmosfer dan lingkungan sehari-hari (Pelczar, 1988 dalam Arif, 2009).

b. Kapang

Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dan

ilmu yang mempelajari mengenai fungi disebut mikologi. Selain

kapang, organisme lainnya yang tergolong fungi dan penting dalam

mikrobiologi pangan adalah khamir dan jamur (Srikandi, 1992 dalam

Arif, 2009).

Fungi mempunyai dinding sel dan inti yang jelas berupa filamen

yang disebut hype. Hype ini bercabang-cabang terbentuklah miselium.

Fungi berkembang biak dengan jalan membelah diri, bertunas atau

dengan spora (Entjang, 2003 dalam Arif, 2009).

2.2 Sumber Kontaminasi Mikrobe di Udara

Mikroorganisme dalam saluran pernafasan sangat mudah ditularkan melalui

udara. Infeksi pernafasan dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan orang

yang terinfeksi. Dapat juga secara tidak langsung menghirup udara yang

terkontaminasi, proses ini dinamakan proses tetesan. Tetesan yang lebih berat

4
cenderung mengendap lebih cepat, tetapi yang lebih kecil kehilangan cairan dan

tetap terapung diudara, tetesan tersebut dinamakan inti tetesan. Sewaktu batuk

atau bersin, mikroorganisme mungkin disebarkan hingga 15 kaki (Waluyo L,

2005).

Beberapa infeksi oleh bakteri yang disebarkan melalui udara adalah infeksi

Streptococcus tonsil dan tenggorokkan, difteria, batuk rejan dan meningitis

epidemik, Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis dapat hidup lama diluar

tubuh, tahan terhadap kekeringan dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan

dalam air liur yang mongering atau partikel debu. Virus yang disebarkan melalui

udara antara lain adalah selesma gabag, gabag Jerman, gondong, influenza dan

cacar air. Selain virus dan bakteri, jamur juga dapat terbawa oleh debu.

Kokidiomikosis dan histoplasma merupakan penyakit yang paling umum, yaitu

penyakit ringan dan jarang menimbulkan infeksi berat (Waluyo L, 2005).

2.3 Pengendalian Uji Mikroba di Udara

2.3.1 Sterilisasi

Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.

Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas (Arif A,

2009).

2.3.2 Teknik Desinfeksi Udara

a. Menggunakan penyaring yang sangat halus untuk membuang partikel

berdiameter 1-3µm untuk mengalirkan udara melalui penyaring tersebut

5
memerlukan sistem ventilasi yang kompleks ditambah penggunaan

energy yang besar (Waluyo L, 2005).

b. Pemakaian penutup hidung disarankan untuk mencegah terjadinya

penularan untuk menghidarkan penghirupan pathogen (Waluyo L,

2005).

c. Menggunakan sinar ultraviolet dengan dua teknik yaitu :

1. Penyinaran udara atas dengan menggunakan peralatan dinding yang

dipasang paling rendah 7 kali di atas lantai, diarahkan ke langit-

langit, udara akan ditarik keluar, alat ini efektif untuk membinasakan

virus dan bakteri.

2. Penyinaran udara yang diputar ulang dengan memasang lampu UV

dalam saluran ventilasi adalah juga cara yang paling efektif untuk

desinfeksi udara (Waluyo L, 2005).

d. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi

Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah

populasi bakteri pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi

adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber

nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar

populasi mikroba (Arif A, 2009).

e. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas

Misalnya dengan pasteurisasi, tyndalisasi, boiling, red heating, dan

flaming (Arif A, 2009).

6
2.4 Uji Mikroba dalam Mulut

Kelembapan yang tinggi adanya makanan terlarut secara konstan dan juga

partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi

pertumbuhan bakteri. air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang

dapat dipergunakan sebagai sumber nutrient bagi mikroba di dalam mulut. Ada

dua spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi yaitu

Streptococcus sanguis dan Streptococcus mutans (Iriato K, 2007).

2.5 Uji Kebersihan Tangan

2.5.1 Definisi mencuci tangan

Menurut Cordita R, N. 2017 mencuci tangan merupakan proses yang

secara mekanik melepaskan kotoran dari kulit tangan dengan menggunakan

sabun atau deterjen yang mengandung agen antiseptik serta air yang

mengalir dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara

tertentu sesuai dengan kebutuhan. Mencuci tangan sangat berfungsi untuk

berbagai keperluan dalam pengaturan perawatan kesehatan.

Hal-hal yang perlu diingat saat mencuci tangan

a. Bila jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang

mengandung protein, tangan harus dicuci dengan sabun dan air

mengalir.

b. Bila tangan tidak jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus

digunakan antiseptik berbasis alkohol untuk dekontaminasi tangan rutin.

c. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.

7
2.5.2 Indikasi melakukan cuci tangan

Menurut Cordita R, N. 2017 indikasi seseorang harus mencuci tangan

yaitu :

a. Lakukan segera setelah tiba di tempat kerja

b. Lakukan sebelum

1. Kontak langsung dengan pasien

2. Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan

invasif (pemberian suntikan intra vaskuler), menyediakan atau

mempersiapkan obat-obatan

3. Mempersiapkan makanan

4. Memberi makan pasien

5. Meninggalkan rumah sakit

c. Lakukan diantara prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana

tangan terkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi silang.

d. Lakukan setelah

1. Kontak dengan pasien

2. Melepas sarung tangan

3. Melepas alat pelindung diri

4. Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat luka

dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi

dengan darah, cairan tubuh, ekskresi (bedpen, urinal) apakah

menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan

8
5. Menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan.

2.5.3 Flora normal di kulit

Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah

tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling

umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia

luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan

dan saluran urogenital. Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua

jenis yaitu flora normal atau mikroorganisme sementara (transient

microorganism) dan mikroorganisme tetap (resident microorganism). Flora

transien terdiri atas mikroorganisme non patogen atau potensial patogen

yang tinggal di kulit atau mukosa selama kurun waktu tertentu (jam, hari

atau minggu), berasal dari lingkungan yang terkontaminasi atau pasien.

Kuman patogen yang mungkin dijumpai di kulit sebagai mikroorganisme

transien adalah Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium

perfringens, Giardia lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A

(Rahmawaty, dkk. 2008).

9
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Uji Kontaminasi Mikroba”

dilaksanakan pada hari Sabtu, 09 Maret 2019, pada pukul 13.00 wita. Bertempat

di Laboratorium Mikrobiologi Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

Pada pemeriksaan ini menggunakan 4uji yaitu uji kontaminasi udara, uji

kebersihan tangan, uji mikroba dalam mulut dan uji kebersihan alat.

3.3 Pra Analitik

3.3.1 Alat

1. Cawan Petri

2. Inkubator

3. Colony counter

3.3.2 Bahan

1. Media Nutrien Agar (NA)

2. Potato dextrose agar (PDA)

3. Eosin methyle blue agar (EMBA)

4. Larutan NaCl

10
3.4 Analitik

3.4.1 Uji Kontaminasi Udara

1. Letakkan cawan petri yang berisi media Nutrien Agar dan Potato

dextrose agar dalam suatu ruangan tertutup dalam kondisi cawan petri

terbuka.

2. Biarkan dalam keadaan terbuka selama 30-60 menit.

3. Cawan ditutup dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1-2 x 24 jam.

Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik.

4. Koloni yang tumbuh pada agar cawan dihitung. Kemudian dihitung

jumlah koloni bakteri (pada Nutrien Agar) dan jumlah koloni

khamir/kapang (PDA).

3.4.2 Uji Kebersihan Tangan

1. Siapkan metode EMBA 2 cawan.

2. Sentuhkanlah tangan pada media EMBA. Cawan petri EMBA sentuhkan

pada tangan sebelum dicuci. Cawan petri EMBA yang lain disentuhkan

pada tangan sesudah dicuci dengan sabun antiseptik.

3. Semua cawan di inkubasi secara terbalik pada suhu 30o C selama 1-2

hari. Amati pertumbuhan mikroba tersebut. Perhatikan koloni hijau

metalik dan merah muda pada EMBA.

11
Bakteri Warna Koloni Hijau Metalik

Escherichia coli Ungu +

Enterobacter cloacae Pink, hitam ditengah +/-

Salmonella typhimurium Transparan -

Shigella flexneri Transparan -

Klebsiella pneumoniae Pink, hitam ditengan +/-

Tabel 3.4.1 (Interpretasi hasil Uji Kebersihan Tangan)

3.4.3 Uji Mikroba dalam Mulut

1. Letakkan cawan petri yang berisi media Nutrien Agar tepat berhadapan

dengan mukut dalam kondisi cawan petri terbuka.

2. Hembuskan nafas serta berbicara di hadapan media tersebut.

3. Cawan ditutup dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 1-2 x 24 jam.

Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik.

4. Koloni yang tumbuh pada agar cawan dihitung. Kemudian dihitung

jumlah koloni bakteri (pada Nutrien Agar).

3.4.4 Uji Kebersihan Alat

1. Siapkan swab yang telah direndam dalam larutan buffer fosfat/ NaCl

0,85%

2. Swab diperas dengan cara menekankan pada dinding tabung kemudian

dipakai untuk menyeka permukaan alat-alat gelas seluas 10 cm.

12
3. Selanjutnya diusapkan secara merata pada seluruh permukaan media

cawan petri berisi medium Nutrien Agar dan diinkubasi pada suhu 30 o

C selam 24 jam.

4. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan cawan.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari Pemeriksaan Uji Kontaminasi Bakteri Yang Dilakukan Di Laboratorium

Mikrobiologi Di Kampus STIKES Bina Mandiri Gorontalo Tanggal 09 Maret

2019 Pada Hasil Tabel Berikut:

No Uji Media Yang


Hasil Ciri-ciri Koloni Gambar
. Kontaminasi Digunakan

a. Memiliki warna

krem dan

kecoklatan.
NA
171 b. Permukaan
(Nutrient
koloni berlendir.
Agar)
c. Tepian koloni
1. Udara bergerigi dan

tak beraturan.

a. Berbentuk
PDA
seperti kapas.
(Potato
47 koloni b. Memiliki garis
Dextrose
radial.
Agar)
c. Mempunyai

14
zona

pertumbuhan.

Sebelum a. Bentuk koloni

cuci sedang,

EMBA tangan = cembung,

(Eosin 1 koloni smooth.


2. Tangan
Methylen b. Berwarna hijau
Sesudah
Blue Agar) methalik.
cuci
Tepinya
tangan =
berkabut.
1 koloni

a. Berukuran small.
Sampel
b. Permukaan halus
A = 35
mengkilap.
koloni
c. Berwarna putih.
NA
d. Terdapat satu
3 Mulut (Nutrien
bulatan putih
Agar) Sampel
yang tidak
B = 22
terlalu kecil
koloni
dibagian

tengahnya.

15
a. Berukuran small.
Cawan 1
b. Permukaan halus
= 64
mengkilap.
koloni
c. Berwarna putih.
NA
d. Terdapat satu
4. Alat (Nutrient
bulatan putih
Agar) Cawan 2
yang tidak
= 15
terlalu kecil
koloni
dibagian

tengahnya.

Tabel 4.1.1 (Hasil Uji kontaminasi udara, uji kebersihan tangan, uji mikroba

dalam mulut, dan uji kebersihan alat)

4.2 Pembahasan

Mikroba adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar

luas dibumi. Mikroba dapat ditemukan pada berbagai tempat, seperti pada udara,

peralatan laboratorium, tangan dan pada rongga mulut. Mikroba tidak dapat

bertahan lama diudara tetapi dapat berpindah keinang yang lain dan akan

berkembang biak.

Pada praktikum kali ini kita melakukan uji kontaminasi mikroba dimana ada 4

uji yang kita lakukan yaitu ada uji kontaminasi udara, uji kebersihan tangan, uji

mikroba dalam mulut, dan uji kebersihan alat.

16
Pada uji pertama yaitu uji kontaminasi udara dimana hasil yang didapatkan

dapat dinyatakan bahwa ruangan laboratoriun yang dijadikan tempat sampel

untuk percobaan dinyatakan terkontaminasi mikroorganisme berupa bakteri dan

kapang. Dan pada percobaan ini menggunakan dua media yaitu media NA dan

media PDA. Fungsi dari media NA yang digunakan yaitu untuk melihat adanya

bakteri yang tubuh dan digunakan media PDA untuk melihat adanya kapang

yang tumbuh pada percobaan ini. Dan perlakuan yang pertama dilakukan adalah

meletakkan cawan petri yang berisi media Nutrien Agar dan Potato dextrose agar

dalam suatu ruangan tertutup dalam kondisi cawan petri terbuka kemudian

membiarkan caawan petri dalam keadaan terbuka selama 30-60 menit. Kemudian

perlakuan yang kedua yaitu menutup cawan dan menginkubasi pada suhu 37oC

selama 1-2 x 24 jam. Kemudian setelah 1-2 x 24 koloni yang tumbuh pada agar

cawan dilihat. Kemudian menghitung jumlah koloni bakteri (pada Nutrien Agar)

dan jumlah koloni khamir/kapang (PDA). Dan hasil yang didapatkan pada uji

kontaminasi udara didapatkan hasil 171 koloni pada media NA (Natrium Agar)

dan 47 koloni pada media PDA (Potato Dextrose Agar), hal ini menunjukkan

bahwa pada ruangan yang digunakan banyak bakteri maupun kapang/khamir

hidup di udara bebas.

Kemudian pada uji kebersihan tangan menggunakan media EMBA (Eosin

Methylen Blue Agar), dimana pada percobaan tersebut diberi perlakuan dengan

cara menyentuhkan tangan yang sebelum dicuci dengan tangan yang setelah

dicuci pada kedua cawan yang berbeda tetapi berisi media yang sama. Dan hasil

17
yang diperoleh pada uji kebersihan tangan adalah didapatkan 1 koloni pada

masing-masing cawan petri yang telah diberi perlakuan. Dan hasil tersebut

menunjukkan bahwa tangan yang telah dicuci saja masih memiliki bakteri hal ini

membuktikan bahwa praktikan tersebut tidak mencuci tangan dengan baik

sehingga masih ada bakteri yang didapatkan setelah dilakukan percobaan ini atau

bisa jadi hasil yang didapat tersebut karena adanya kontaminasi dari hal lain

yaitu air yang digunakan pada saat mencuci tangan sehingga hasil yang yang

didapatkan masih memiliki bakteri setelah pengamatan yang telah dilakukan

bakteri yang ada pada tangan atau kulit yaitu S. aures, dimana bakteri ini

merupakan mikroflora normal kulit.

Selanjutnya pada uji mikroba dalam mulut, dimana pada percobaan ini

menggunakan media NA (Nutrien Agar) dan menggunakan dua sampel untuk

dilakukan percobaan uji mikroba dalam mulut ini. Yang dimana dalam

percobaan ini diberi perlakuan yaitu dengan langkah awah adalah meletakkan

cawan petri yang berisi media Nutrien Agar tepat berhadapan dengan mulut

dalam kondisi cawan petri terbuka. Kemudian menghembuskan nafas serta

berbicara di hadapan media tersebut. Lalu menutup cawan petri dan

menginkubasi pada suhu 37o C selama 1-2 x 24 jam. Inkubasi dilakukan dengan

posisi cawan terbalik. Kemudian menghitung jumlah koloni bakteri (pada

Nutrien Agar). Dan hasil yang didapatkan pada sampel A yaitu 35 koloni dan

sampel B 22 koloni pada media yang sama yaitu sama-sama menggunakan

media. Hal ini menunjukkan kebersihan mulut kurang bersih sesuai dengan hasil

18
yang telah didapatkan. Dimana adanya flora normal pada bagian tubuh tidak

selalu menguntungkan. Dalam kondisi tertentu flora normal dapat menimbulkan

penyakit, misalnya bila terjadi substrat atau berpindah dari habitat yang

semestinya. Gigi merupakan tempat menempelnya bakteri. Ada dua macam

bakteri yang menetap di gigi, dan merupakan penyebab kerusakan gigi (karies),

yaitu Sreptococcus sanguinis dan Streptococcus mutan, yang menghasilkan

polisakarida ekstra seluler sebagai perekat bakteri pada permukaan gigi yang

disebut Plak. Dalam keadaan tertentu lain, bakteri-bakteri tersebut bisa berubah

menjadi patogen karena adanya pengaruh dari faktor kebersihan rongga mulut.

Dan terakhir pada uji kebersihan alat yaitu hasil yang didapatkan adalah pada

cawan pertama ada 64 koloni dan pada cawan kedua terdapat 15 koloni yang

ditumbuhkan pada media yang sama yaitu NA (Nutrien Agar). Langkah awal

yang dilakukan yaitu menyiapkan swab yang telah direndam dalam larutan buffer

fosfat/ NaCl 0,85%, lalu memeras swab dengan cara menekankan pada dinding

tabung kemudian dipakai untuk menyeka permukaan alat-alat gelas seluas 10 cm.

Selanjutnya mengusapkan secara merata pada seluruh permukaan media cawan

petri berisi medium Nutrien Agar dan diinkubasi pada suhu 30 o C selam 24 jam.

Kemudia menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan cawan. Dan

hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa alat yang sering digunakan dalam

praktikum masih kurang bersih karena masih terdapat mikroorganisme yang ada

setelah dilakukan uji percobaan ini. Hal ini ditandai dengan adanya kontaminasi

19
dari air yang digunakan pada saat mencuci alat tersebut atau bisa jadi karena

tempat yang gunakan pada saat penyimpanan alat ini.

Secara alami udara tersebut tidak mengandung mikroflora alami, tetapi

kontaminasi dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung

berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dan penderita

yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam

fermentasi dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat diudara biasanya

melekat pada bahan padat misalnya debu, atau terdapat droplet air.

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kontaminasi mikroba bisa terjadi

setiap saat hal tersebut menandakan bahwa tangan, mulut, alat yang sering kita

gunakan maupun udara yang ada didalam ruanganpun dapat terkontaminasi

mikroorganisme. Maka dari itu kebersihan atau sanitasi lingkungan sangat perlu

diperhatikan terutama pada ruangan yang gunakan seperti laboratorium

mikrobiologi.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum uji kontaminasi mikroba, dapat disimpulkan bahwa

bakteri dapat ditemukan pada berbagai tempat, seperti pada udara, peralatan

laboratorium, tangan dan pada rongga mulut. Dalam pelaksanaan uji kontaminasi

udara, menggunakan media NA terdapat koloni bakteri yang beragam dan

banyak jumlahnya, mulai dari bakteri hingga kapang dan jamur, sama halnya

dengan uji pada peralatan alat yang sering kita gunakan terlihat koloni sangat

beragam dan banyak jumlah dari bakteri hingga kapang dan jamur. Pada uji

kebersihan tangan, dilakukan perbandingan sampel tangan yang belum dicuci

terdapat koloni bakteri agak banyak sedangkan pada sampel setelah mencuci

tangan jumlah koloni terlihat berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan

sebelum mencuci tangan. Dan pada saat dilakukan uji kontaminasi mulut

terdapat koloni bakteri pada media NA yang mengindikasi bahwa dalam mulut

terdapat flora normal bakteri dan juga pada alat yang sering kita gunakan,

terlihat koloni bakteri sangat beragam dan banyak jumlahnya, mulai dari bakteri

hingga kapang atau jamur.

5.2 Saran

Saran pada praktikum selanjutnya, sebaiknya dalam proses perlakuan uji

kontaminasi mikroba, menggunakan perlakuan yang sudah sesuai prosedur kerja

agar bakteri yang diharapkan dapat tumbuh pada media yang dikehendaki.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Panduan Praktikum Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Arif, Armiati. 2009. Uji Mikrobiologis Beberapa Produk Krim Pemutih Yang

Beredar Di Makassar. [Skripsi]. Makassar: UIN Makassar.

Cordita R, N. 2017. Perbandingan Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Hand

Sanitizer dengan Sabun Antiseptik pada Tenaga Kesehatan di Icu Rsud dr. H.

Abdul Moeloek. [Skripsi]. Lampung: Fakultas Kedokteran.

Dewi, Z. D. dkk. 2015. Efek bakteri dan penghambatan biofilm ekstrak sreh terhadap

bakteri Streptococcus mutans. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah

Mada : Yogyakarta, Indonesia.

Iriato K, 2007. Mikrobiologi. Bandung: CV. Ryama Widya.

Laiya, N. dkk. 2017. Analisis Bakteri secara Kuantitatif pada Jajanan Kue Ku di

Pasar Tradisional Bersehati Kota Manado. Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT.

Manado.

Maruni, M. 2019. Penuntun Praktikum Bakteriologi III. Makassar: Pustaka As Salam

Pratiwi, AE. 2015. Isolasi, Seleksi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Mikroba Endofit

Dari Daun Tanaman Garcinia benthami Pierre Terhadap Staphylococcus

22
aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Shigella Dysenteriae, Dan

Salmonella typhimurium. [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rahmawaty J, F. Triyana S, Y. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci

Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Vol. 5.

Makassar: Jurnal Penelitian dan Pengabdian.

Waluyo L, 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang.

23

Anda mungkin juga menyukai