Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PRAKTIKUM MANAGEMENT RESIKO K3L

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAN SARI KUSUMADEWI

NIM : 061181013

KELAS :A

PRODI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat karyawan
maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakan dan penyakit akibat kerja. potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Usaha Mikro Kecil Masyarakat (UMKM) Karya Mandiri dengan nama “Mutiara Tahu”
yaitu usaha dari salah satu masyarakat dalam pembuatan tahu. UMKM pembuatan tahu tersebut
milik Bapak Slamet Suandi yang beralamat di Pringkudo, Kalimanggis, Kaloran, Temanggung.
Dalam usaha tersebut Bapak Slamet Suandi lebih banyak mengolah tahu putih, namun terdapat
produk olahan lain pula yaitu tahu merah dan tempe gembus. Produksi tempe gembus hanya
memanfaatkan sisa pengolahan dari tahu putih sehingga hasil produksinya tidak begitu banyak.
Dalam satu hari usaha milik bapak Slamet Suandi mampu memproduksi 1500 potong tahu kotak
putih dan biasanya sebagian digoreng untuk mendapatkan tahu merah. Untuk produksi tempe
gembus dalam sehari kurang lebih mencapai 200 buah tergantung sisa bahan dari pembuatan
tahu.

Bahan baku usaha pembuatan tahu milik Bapak Slamet Suandi ini berasal dari pemasok
yang berada di pasaran yaitu kedelai berkualitas baik. Setelah kedelai mengalami pemrosesan
dan menjadi tahu dan tempe gembus yang siap di perjual belikan, maka proses distribusi yang
terjadi yaitu di berikan kepada agen pemesan yang sudah terbiasa berlangganan setap harinya
untuk menjual hasil produksi dari usaha milik Bapak Slamet Suandi. Biasnya, agen distribusi
tahu dan tempe langganan Bapak Slamet Suandi yaitu di pasar Kaloran dan pasar Kliwon.
Namun, terkadang Bapak Suandi mendapatkan pesanan untuk memasok luar daerah
Temanggung seperti Magelang dan Secang.
BAB II

METODE PENELITIAN

Metode HIRARC merupakan proses mengidentifikasi bahaya (Hazard Identification)


yang bisa terjadi dalam seluruh aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan, dimana melakukan
penilaian risiko (Risk Assessment) dan membuat pengendalian bahaya (Risk Control) agar dapat
meminimalisir tingkat terjadinya risikonya terjadi nya kecelakaan.

HIRARC adalah serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam
aktifitas rutin ataupun non rutindi perusahaan kemudian melakukan penilaian risiko dari bahaya
tersebut lalu membuat program pengendalian bahaya tersebut agar dapat diminimalisir tingkat
risikonya ke yang lebih rendah dengan tujuan mencegah terjadi kecelakaan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hazard Identification

Pada hasil pengamatan pada beberapa aktivitas di Pabrik Tahu, terdapat beberapa bahaya
yang ditemukan. Adapun hasil identifikasi bahaya yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Identifikasi Hazard

No Potensi Bahaya Penyebab Potensi Bahaya


1. Terpeleset / jatuh Kondisi lantai yang masih tanah yang licin
karena terkena air dan minyak cukup banyak
2. Menghirup debu Penggorengan tahu merah menggunakan
kayu sehingga debu dari proses
menghidupkan api cukup banyak
3. Paparan uap / bau Ventilasi pada ruangan penmrosesan bahan
baku utama cukup, namun ventilasi pada
proses akhir (pengemasan) kurang
4. Kaki terkena benda – benda keras Pengaturan tata letak ruangan dapur kurang
sesuai sebab masih belum sesuai alur layout
dapur
5. Tersembur minyak panas Pada proses pengempaan menghasikan uap
panas dan pekerja berada di posisi yang
tidak aman
3.2 Survey Penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dan GRP (Good
Retail Practices)
Tabel 2. Survei GMP

Parameter Kondisi

Lokasi,  Pencahayaan di beberapa tempat redup


Lingkungan,  Ventilasi pada ruangan penmrosesan bahan baku utama
Bangunan cukup, namun ventilasi pada proses akhir (pengemasan)
kurang
 Pengaturan tata letak ruangan dapur kurang sesuai sebab
masih belum sesuai alur layout dapur
Fasilitas Sanitasi  Tidak memiliki tempat cuci tangan seperti wastafel, namun
terdapat sumur kecil buatan untuk pencucian
 Tidak terdapat kamar mandi di area proses produksi
 Pencucian alat – alat untuk persiapan pengolahan menjadi
satu di sumur kecil buatan
 Ruang produksi tidak memiliki alas keramik
 Pembuangan langsung keluar
Peralatan Produksi  Mempunyai rak penyimpanan yang cukup besar
 Penampungan hasil penggilingan menggunakan ember putih
besar
 Pembuatan tahu merah untuk menggoreng menggunakan
wajan jumbo dan tunku besar
Bahan Baku dan  Bahan baku pasokan berasal dari pasar
Pengolahan  Pengolahan dilakukan oleh 3 orang (1 pemilik dan 2
karyawan)
Kebersihan  Tidak menggunakan sarung tangan, masker, penutup
Sumber Daya kepala, clemek, hanya menggunakan alas kaki secara
Manusia bergantian
yaitu sandal dan sepatu boot
 Selalu mencuci tangan setelah melakukan satu proses
pengolahan
Penyimpanan  Tidak ada ruangan khusus penyimpanan bahan baku, namun
terdapat rak penyimpahan hasil tahu
Pengemasan  Plastik biasa untuk tempe dan ember untuk tahu
 Tanpa label khusus
 Pendistribusian tahu menggunkan ember langsung,
sedangkan untuk tahu menggunakan kardus
Keselamatan,  Tidak ada kotak untuk P3K
Kesehatan, dan  Tidak ada alat pemadam api
Keamanan Kerja
3.3 Risk Assessment (Penilaian Risiko)

Tabel 3. Penilaian Risiko

Potensi Bahaya Likelihood (L) Consequences (C)


Terpeleset / jatuh 5 2
Menghirup debu 4 2
Paparan uap / bau 3 1
Kaki terkena benda – benda 2 3
keras
Tersembur minyak panas 1 4

Tabel 4. Skala Likelihood

Tingkat Diskripsi Keterangan


5 Almost certain Dapat terjadi setiap saat Setiap saat
4 Likely Sering terjadi
3 Possible Dapat terjadi sekali – sekali
2 Unlikely Jarang terjadi
1 Rare Hampir tidak pernah terjadi

Tabel 5. Skala Consequences

Tingkat Diskripsi Keterangan


1 Insinificant Tidak terjadi cedera, kerugian finansial sedikit

2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedikit

3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian


finansial besar
4 Major Cedera berat > 1 orang, kerugian besar, gagngguan
produksi
5 Catastrophic Fatal > 1 orang, kerugian sangat besar dan dampak sangat
luas, terhentinya seluruh kegiatan
3.4 Risk Control
Tabel 6. Perankingan Risiko (Risk Level)
Potensi Bahaya L C LXC Warna Risk Level
Terpeleset / jatuh 5 2 10 KUNING Tinggi
Menghirup debu 4 2 8 HIJAU Sedang
Paparan uap / bau 3 1 3 BIRU Rendah
Kaki terkena benda 2 3 6 HIJAU Sedang
– benda keras
Tersembur minyak 1 4 4 BIRU Rendah
panas

Tabel 7. Risk Control

Potensi Bahaya Dampak/Resiko Pengendalian


Terpeleset / jatuh Cedera ringan Rutin melakukan
pembersihaan lantai sesudah
digunakan untuk proses
produksi
Menghirup debu Gangguan pernafasan Selalu menggunakan masker
safety
Paparan uap / bau Ganguan pernafasan Selalu menggunakan masker
safety dan membuat sirkulasi
udara yang baik
Kaki terkena benda – benda Cedera sedang Mengatur tata letak dapur dan
keras peralatan lain
Tersembur minyak panas Luka bakar Menggunakan alat pelindung
diri

.
KESIMPULAN

Berdasarkan survey dan wawancara yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa upaya pelaksanaan produksi bersih pada UMKM salah satunya Industri kecil pembuatan
tahu harus melaui strategi – strategi yang efisien untuk mengurangi hambatan kerjanya. Namun,
Penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dan GRP (Good Retail Practices) menjadi hal
yang penting bagi pelaku usaha. Hasil dari GMP dan GRP mampu meningkatkan mutu produk
dan tingkat keamanan pangan. Hasil dari GMP mampu meningkatkan perbaikan mutu dari sisi
lokasi dan lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, sarana prasarana
penyediaan airbersih, fasilitas dan kegiatan higine sanitasi, Kesehatan dan keselamatan pekerja,
pengendalian proses, penyimpanan, hingga pendistribusian produk. Penerapan prinsip – prinsip
good practices pada penanganan produk pangan yang diproduksi kemudian dipasarkan harus
aman dan terjaga kualitasnya ketika sampai ke tangan konsumen.

Potensi bahaya yang terdapat di pabrik tahu bapak Slamet yaitu ; terpeleset/jatuh, terhirup
debu, paparan udara atau bau, kaki terkena benda – benda keras, dan terkena semburan minyak
panas. Hasil perangkingan dengan menggunakan matriks risk level dengan memperhatikan nilai
likelihood dan concequence diketahui terdapat 2 jenis kecelakaan yang berada pada tingkat risiko
rendah yaitu terkena minyak panas dan paparan uap atau bau. Untuk tingkat risiko sedang yaitu
paparan uap atau bau. Untuk tingkat risiko tinggi terdapat 1 kecelakaan kerja yaitu
terpeleset/jatuh. Untuk tingkat risiko ekstrim tidak terdapat dalam kecelakaan kerja.
Pengendalian resiko yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan APD berupa Masker,
sarung tangan, dan helm safety, sepatu, wearpack. Selain itu juga diperlukan penambahan
display tentang kecelakaan kerja.
REFERENSI

Rostwentivaivi, Vela, & Fizriani, Atia. 2019. Penerapan Good Mnufacturing Practices (GMP)
Pada Pengerajin Tahu Jojoh Kabupaten Garut. Seminar Nasional Abdimas. (907 – 918).

Widiaswati, Dewi, & Sawitri, Dian Ratna. 2017. Perilaku Pro Lingkungan Sebagai Tindakan
Pendukung Pelaksanaan Produksi Bersih Industri Kecil Tahu Di Indonesia. Seminar
Nasional Teknologi Industri Hijau 2. (1 – 6).

Nur, Muhammad. 2021. Analisi Tingkat Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan
Menggunakan Metode HIRARC di PT.XYZ. Jurnal Teknik Industri Terintegras. Vol 4 :
No. 1.
LAMPIRAN

DOKUMENTASI KETERANGAN
Pemilik Usaha

Posisi cerobong asap dan


keadaan lingkungannya

Wawancara dengan pemilik dan pekerja


Proses pengolahan tahu putih

Penyimpanan Tahu putih

Penggorengan tahu merah


Proses pengolahan tempe gembus

Pengemasan tempe gembus

Anda mungkin juga menyukai