Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS K3 DI INDUSTRI KERIPIK

TEMPE “DINDA”
Wahyu fajri R (195070209111004)
Ravika Purwanti (195070209111009)
Wardah Agustin Iriani (195070209111013)
Nindy Claudia Abrianti (195070209111019)
Dinda Amalia Okvie P (195070209111022)
Anis Mahruniya (195070209111027)
M. Irbat Malan (195070209111033)
Profil Pabrik
Nama : Pabrik Keripik Tempe “Dinda”
Alamat : Jl. Sanan No.36 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan
Blimbing, Kota Malang
Pemilik : Bapak Lukman
Berdiri sejak : Maret 2014
Jumlah pekerja : 7 orang
Proses Produksi

Tempe akan dipotong/diiris


Bahan baku yang menjadi sangat tipis agar Bumbu-bumbu
digunakan merupakan kualitas dalam keripik tempe dicampurkan dengan
bahan baku yang menjadi renyah dan gurih.
larutan santan kelapa
Pemotongan atau pengirisan
mutunya baik agar tempe yang paling baik tujuannya agar
produk yang dihasilkan adalah ketika tempe selesai adonan tercampur
juga berkualitas dipotong/diiris segera dengan rata
digoreng

1. Pemilihan Bahan Baku 2. Pemotongan Tempe 3. Pembuatan Adonan

Tempe yang sudah Proses ini merupakan


dipotong kemudian proses pengemasan dan Proses pengantaran
dicelupkan ke dalam memberikan label dilakukan untuk
keterangan yang
adonan dan digoreng menjelaskan isi, kegunaan
mengantarkan
di minyak yang sudah lain-lainnya yang dirasa pesanan ketempat
dipanaskan terlebih perlu disampaikan tujuan.
dahulu kepada para konsumen.

4. Pencelupan dan 5. Pengemasan 6. Pengiriman


Penggorengan
Analisis Hazard di Tempat Kerja

A. Bahaya Fisik Potensial

B. Bahaya Fisik Biologi

C. Bahaya Fisik Ergonomis


A. BAHAYA FISIK POTENSIAL
1. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmennaker,
1999). Suara bising yang terdapat dalam proses pembuatan keripik tempe
berasal dari proses pengeringan kripik tempe yang sudah digoreng dan
proses pembuatan adonan dengan menggunakan blender. Dari hasil
wawancara yang telah dilakukan kepada pekerja menurutnya tidak
mengganggu karena telah terbiasa. Selama bekerja di tempat kerja para
pekerja tidak ada kelainan pada alat pendengarannya.
2. Pencahayaan
• Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Dari
pencahayaan sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain untuk menghemat
energi listrik juga dapat membunuh kuman.

• Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami.
Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan tidak mencukupi dalam
pencahayaan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, usaha ini menggunakan 2 sumber


penerangan yaitu pencahayaan alami yang digunakan pada pagi-siang hari dan
pencahayaan buatan pada sore hari dengan menggunakan lampu.
B. BAHAYA FISIK BIOLOGI
Bakteri

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak


memiliki membran inti sel. Beberapa kelompok
bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi
dan penyakit. Bakteri dapat menempel pada
proses memotong/mengiris tempe, pembuatan
adonan dan proses pengemasan keripik tempe.
C. BAHAYA FISIK ERGONOMIS
Potensial hazard lingkungan Ergonomis disebut
sebagai human factor yang berarti menyesuaikan
suasana kerja dengan manusianya. Penerapan
ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas dalam
rancangan pembangunan (desain) ataupun
rancangan ulang (redesain). Dalam kaitannya dengan
pembuatan keripik tempe, ergonomis juga
mempunyai peranan penting. Ini dapat dilihat dari
kesesuaian tempat bekerja dan alat yang kurang
baik.
RESIKO MASALAH KESEHATAN
A. Faktor Fisik
• Suara bising dapat menyebabkan ketulian

• Pencahayaan yang kurang efektif dapat menyebabkan


gangguan pada penglihatan

• Risiko luka bakar pada saat proses penggorengan


keripik tempe karena tidak menggunakan pelindung diri
B. Faktor Biologi
• Dapat menginfeksi pekerja sebagai akibat kecelakaan
kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau terkena
sayatan pisau dan bakteri dapat masuk ke luka tersebut.

• Penampungan tepung yang belum digunakan menjadi 1


pada ruang penggorengan yang tidak dibersihkan yang
akan dapat menjadi sarang bakteri
C. Faktor Ergonomi
• Sakit punggung yang disebabkan posisi yang tidak
ergonomis pada pekerja pemotong tempe dan
penggoreng keripik
Sistem Manajemen
Resiko/Standar Pelayanan K3
A. Faktor Fisik
• Pengendalian cahaya di ruang
penggorengan/pengirisan tempe, pembuatan
adonan dan penggorengan minyak.

• Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum


yang cukup memadai.
B. Faktor Biologi
• Kebersihan diri dari petugas

• Kebersihan ditempat kerja

• Penggunaan masker, sarung tangan, sepatu, dan


celemek
C. Faktor Ergonomi
• Terdapat waktu istirahat selama beberapa menit

• Tidak terlalu membungkuk pada saat


pemotongan/pengirisan tempe

• Menyesuaikan tinggi meja pemotongan tempe


dengan postur tubuh pekerja
Kesimpulan
Tempat industri ini memiliki kondisi lingkungan kerja yang memberikan
kontribusi terhadap potensial hazard. Seperti potensial hazard lingkungan
(panas), potensial hazard lingkungan fisiologis (ergonomi), serta potensial
hazard lingkungan biologi (mikroorganisme dan debu). Pengetahuan tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dimiliki pemilik dan tenaga kerja
masih minim terlihat dari pemilik dan pekerja yang mengabaikan APD (alat
pelindung diri) dalam bekerja seperti dalam kegiatan pemotongan dan
penggorengan.
Saran
Diharapkan kepada pengusaha keripik tempe lebih memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerja terutama dalam hal APD (alat pelindung
diri), kebersihan, dan penataan tempat bekerja sehingga dapat meminimalkan
resiko yang akan tejadi.
Remember…
Safety First!
Thank you

Anda mungkin juga menyukai