Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BAKTERIOLOGI II

“FLORA NORMAL SPESIFIK PADA ORGAN MANUSIA”

Disusun Oleh:
1. Alifia Ridzkhi N (1911050069)
2. Gina Novi Triana (1911050071)
3. Annisa Dhani R (1911050072)
4. Adela Ansoriah S.H (1911050073)
5. Nurmaida Arum (1911050074)
6. Meilina Widiyanti (1911050075)
7. Titin Faralinda (1911050076)
8. Nurhafidzah Kusumahati (1911050078)
Kelas : TLM 4B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK D4
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Flora normal spesifik pada organ manusia.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang flora normal spesifik pada
organ manusia ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Purwokerto, 17 Juni 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
2.1 Pengertian flora normal tubuh manusia ........................................................................ 2
2.2 Asal mula flora normal tubuh manusia ........................................................................ 2
2.3 Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia ............................................................... 4
2.4 Peran flora normal tubuh manusia ............................................................................... 4
2.5 Penyebaran flora normal pada tubuh manusia ............................................................ 6
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Bakteriologi II” yang
diberikan oleh Bapak Drs. Ikhsan Mujahid, M.Si.
Dalam makalah ini kita akan membahas tentang “Flora normal spesifik pada
organ manusia” yang mencakup pengertian flora normal itu sendiri, asal mula flora
normal, penggolongan flora normal, faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora
normal pada tubuh manusia, peran flora normal dan penyebaran flora normal pada tubuh
manusia.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup
yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya
kehidupan, di segala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di
lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan. Dan karena beberapa hal
mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal
menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara.
Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu
dapat juga menimbulkan penyakit. Untuk itu lah makalah ini disusun guna membahas
mikroorganisme alami penghuni tubuh manusia, sehingga kita dapat mengetahui
hubungan antara manusia dan flora normal tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian flora normal tubuh manusia ?
2. Asal mula flora normal tubuh manusia ?
3. Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia ?
4. Peran flora normal tubuh manusia ?
5. Penyebaran flora normal pada tubuh manusia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari bab ini kita sama-sama dapat memahami tentang flora normal
tubuh manusia serta hubungannya dengan manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Flora Norma Tubuh Manusia (Mikrobiota)


Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme.
Mikrobe tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia.
Mikrobe yang secara alamiah menhuni tubuh manusia disebut flora normal, atau
mikrobiota. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008:
545).
Selain itu juga disebutkan bahwa, flora normal adalah kumpulan mikroorganisme
yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora
normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa
virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat.
(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal).
Mikrobiota normal tubuh manusia yang sehat perlu diketahui karena alasan-
alasan berikut:
1. Diketahuinya hal ini dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin timbul
setelah terjadinya kerusakan jaringan pada situs-situs yang khusus.
2. Hal ini memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya
mikroorganisme yang teramati pada beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh,
Escherichia coli tidak berbahaya di dalam usus tetapi bila memasuki kandung kemih
dapat menyebabkan sistitis, suatu peradangan pada selaput lendir organ ini.
3. Hal ini dapat membuat kita menaruh perhatian lebih besar terhadap infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan mikrobiota normal atau asli pada
inang manusia. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi,
2008: 545).

B. Asal Mula Mikrobiota Manusia


Bila seekor hewan dilahirkan dengan pembedahan perut (caesarian operations),
dan dijaga supaya tidak terjadi kontaminasi oleh mikrobe, kemudian dipelihara di suatu
lingkungan bebas kuman serta diberi makan hanya makanan yang sudah disterilkan,
maka hewan tersebut tidak membentuk mikrobiota (Gambar 1). Ini merupakan bukti
bahwa sampai waktu dilahirkan, janin tidak mengandung mikroorganisme. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S. Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008: 546).
2
Gambar 1. Diagram skematik suatu unit isolator bebas kuman. Bagian dalamnya dapat
disterilkan sebelum pelaksanaan percobaan dan dipertahankan pada keadaan tersebut.

Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme


ketika lewat sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu diperolehnya melalui kontak
permukaan, penelanan atau penghisapan. Mikrobe-mikrobe ini segera disertai oleh
mikrobe-mikrobe lain dari banyak sumber yang langsung berada di sekeliling bayi yang
baru lahir tersebut. Mikroorganisme yang menemukan lingkungan yang sesuai, pada
permukaan luar atau dalam tubuh, dengan cepat berbiak dan menetap. Jadi di dalam
waktu beberapa jam setelah lahir, bayi memperoleh flora mikrobe yang akan menjadi
mikrobiota yang asli. Setiap bagian tubuh manusia, dengan kondisi lingkungan yang
khusus, dihuni berbagai macam mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh, di rongga
mulut berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus.
Dalam waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya
dibersihkan, nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka
anak tersebut akan mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang
ada pada orang dewasa. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mikrobiologi, 2008: 547).
Walaupun seorang individu mempunyai mikrobiota yang “normal”, seringkali
terjadi bahwa selama hidupnya terdapat fluktuasi pada mikrobiota ini disebabkan oleh

3
keadaan kesehatan umum, nutrisi, kegiatan hormon, usia, dan banyak faktor lain.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, 2008: 547)

C. Penggolongan Flora Normal Tubuh Manusia


Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)
yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh
tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap,
baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora
normal/tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal
yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari
sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin
atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih
bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya : Streptococcus
viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida albicans.
2. Mikroorganisme sementara (transient flora)
yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan
selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu.
Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan
oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora
sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah,
maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
(massofa.wordpress.com, 2008).

D. Peran Flora Normal Tubuh Manusia


Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat
komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor
biologis seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat
penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena
hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora yang hidup di
bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan
mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap
4
diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen
dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas.
Mungkin melalui kompetisi pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu,
kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun,
penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Supresi flora normal
akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme
dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa
menjadi patogen. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology), 2005: 277-279).
Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah
penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
(pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal)
Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu.
Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-invasive) karena hambatan-hambatan
yang diperankan oleh lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk
le dalam aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi patogen. (Jawetz,
Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 279).
Streptococcus viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas,
bila masuk ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup
jantung yang abnormal dan mengakibatkan subacute bacterial endocarditis. Bacteroides
yang normal terdapat di kolon dapat menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma.
(Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, Mikrobiologi Kedokteran, 1994: 30).
Spesies Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus
besar dan tidak membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga
peritoneum atau jaringan panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka
menyebabkan supurasi dan bakterimia. Terdapat banyak contoh tetapi yang penting
adalah flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat
yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan
penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat
faktor-faktor predisposisi. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran
(Medical Microbiology), 2005: 279).

5
E. Penyebaran dan Terjadinya Mikrobiota Manusia.
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak
langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital,
mata, dan telinga. Organ-organ dan jaringan biasanya steril.
1. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-
benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai
untuk pertumbuhannya. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mikrobiologi, 2008: 548).
Kulit manusia terlihat lebih mudah pecah atau rusak bila dibandingkan dengan
kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura-kura. Namun kulit manusia memiliki sifat
sebagai pertahanan (barier) yang sangat efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataanya,
tidak ada bakteri yang dapat menembus kulit utuh yang “telanjang” tanpa pelindung.
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 % dan memiliki temperatur kurang
dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara konstan
berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga
dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang-lubang alami yang terdapat di
kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar keringat memberikan suatu
lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun lubang-lubang tersebut
secara alami dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak peptidoglikan
bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif) dan
lipida toksik. (universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen adalah
mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri
nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu
mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus
mampu bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat
kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit
terutama terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti
Escherichia coli yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa terdapat pada
kulit manusia karena adanya kontaminasi kotoran manusia.
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id)

6
Walaupun ada pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri patogen dapat
berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat mengambil manfaat dari luka yang ada
pada permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah
kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang telah terspesifikasi
yang disebut dengan skin-associated lymphoid tissue (SALT). Fungsi SALT adalah
mencegah bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih jauh di bawah kulit dan
mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif sedikit yang diketahui tentang
sel-sel yang menyusun SALT. Salah satu tipe selnya adalah sel yang memaparkan
antigen yang terspesialisasi yang membantu tipe sel yang lain, specialized skin-
seeking lymphocyte, untuk memproduksi antibodi. Sel-sel limfosit tersebut juga
memproduksi sitokin, protein yang merangsang sel-sel dari sistem imun dan memiliki
sejumlah efek lain. Komponen SALT yang lain adalah keratinosit yang banyak
terdapat pada lapisan epidemis dan bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan
mikrokulit yang bersifat asam. Keratinosit memproduksi sitokin dan juga mampu
untuk ingesti dan membunuh bakteri. (universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan pengaruh luka
bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit termasuk
SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang ekstensif dan
orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan dengan luka bakar
masih belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena infeksi
bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan. Hilangnya
pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan di bawah kulit yang basah dan
kaya nutrien merupakan hal yang ideal untuk kolonisasi bakteri pada area yang
terbakar. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terbakar adalah
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang
terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal
resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling efektif bila aksi antibakterial mereka
didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun. Efek kombinasi dari
kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri telah membuat infeksi luka bakar sulit
untuk ditangani dengan efektif. Infeksi tersebut merupakan suatu penyebab utama
kematian di antara penderita luka bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi
bakterial pada jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan
mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
7
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan
hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar
keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding
sel bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin
diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya
sangat beracun bagi bakteri-bakteri lain.
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik
(lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati.
Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis
dan S. aureus) dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak
dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes,
penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian. Timbulnya
organisme ini diperlihatkan pada Tabel 1 ; Gambar 6 Melukiskan morfologi dan
sifat-sifat mikroorganisme yang predominan di dalam mikrobiota. Letak bakteri-
bakteri ini pada atau di dalam kulit diperlihatkan pada Gambar 2. (Michael J. Pelczar,
Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549)

Gambar 2. Letak-letak bakteri dalam kulit.

8
Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat
menimbulkan penyakit saat mencapai tempat-tempat tertentu seperti katup jantung
buatan dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit
dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus.
Secara keseluruhan ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak
pada stratum (lapisan) korneum. (Wikipedia.org).

Dibawah ini adalah gambar bakteri Staphylococcus epidermidis (sumber:


Wikipedia.org)

Gambar 3. Staphylococcus epidermidis dilihat dengan mikroskop electron.

Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah


pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang
berlebihan atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara
signifikan flora tetap. Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan
menggosok secara kuat setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen
atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea
dan keringat, meskipun tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain
maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit cenderung menyebabkan
populasi mikrobiota secara keseluruhan sangat meningkat dan dapat menimbulkan
perubahan kualitatif flora kulit. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi
Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 279).
Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi
sinergistik (gangrene, fasciitis nekrotik = necrotizing fasciitis), selulitis dari kulit dan
jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bagian dari flora normal. Sering
sulit menentukan suatu organisme yang spesifik bertanggungjawab terhadap lesi

9
progresif, karena terdapat banyak organisme yang berperan. (Jawetz, Melnick, dan
Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 279-280).
2. Hidung dan Nasofaring (“nasopharynx”)
Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus (S. epidermidis, S.
aureus) dan streptokokus. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi
Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 280).
Didalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella
catarrhalis (suatu kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang
gram negatif). (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi,
2008: 549).
(Lihat Tabel 1, Gambar 5, dan Gambar 6).
Pemusnahan flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat
menyebabkan over growth: bakteria negatif Gram seperti Escherichia coli,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur. (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran
UI, Mikrobiologi Kedokteran, 1994: 31).
3. Mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan
juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal
bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam;
banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549).
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut pada
hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang
mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein,
lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium
yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi
mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,
Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme
sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi
rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces, dan Lactobacillus. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 551).

10
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta
hubungan antara bayi tersebut dengan bayinya, pengasuhnya, dan benda-benda
seperti handuk serta botol-botol susunya. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh
dari rongga mulut, bahkan sedini hari kedua setelah air, ialah Streptococcus
salivarius. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008:
552).
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah
aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti
Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena
jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobik. (Michael J. Pelczar, Jr.
dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552).
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua
spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus
sanguis dan S. mutans. Yang disebutkan terakhir ini diduga merupakan unsur
etiologis (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi. Tertahannya kedua
spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein
liur maupun polisakaride bakteri. Sifat menempel ini sangat penting bagi
kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri-
bakteri tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi. (Michael J. Pelczar, Jr.
dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552).
Perhatikan gambar berikut.

Gambar 4. Bakteri yang melekat pada permukaan gigi sebagaimana nampak pada
mikrograf electron payar. Terlihat kokus menyelubungi beberapa bakteri filamentus,
sehingga memberikan penampilan “tongkol jagung”.

11
Baik S. sanguins maupun S. mutans menghasilkan polisakaride ekstraselular
yang disebut dekstrans yang bekerja seperti perekat, mengikat sel-sel bakteri menjadi
satu dan juga melekatkan mereka pada permukaan gigi. Tertahannya bakteri dapat
juga terjadi karena terperangkapnya secara mekanis di dalam celah-celah gusi, atau di
dalam lubang dan retakan gigi. Agregasi bakteri semacam itu serta bahan organik
pada permukaan gigi disebut plak (“plague”). (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S
Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552).

Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah matriks
polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan secara
teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu, terutama
Streptococcus mutans, dapat menyebabkan kerusakan gigi (rongga). Prevalensi karies
berhubungan dengan diet. (pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal).

Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan
berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga tergantung pada faktor-faktor
genetik, hormonal, gizi, dan faktor lainnya. Pengendali karies gigi meliputi
pembuangan plak, pembatasan makanan yang mengandung sukrosa, gizi yang baik
mengandung cukup protein dan pengurangan pembentukan asam dalam mulut
dengan cara membatasi keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut yang sering.
Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan jumlah fluor pada air mengakibatkan
peningkatan resistensi email terhadap asam. Pengendalian penyakit periodontal
memerlukan pembuangan karang gigi dan kebersihan mulut. (Jawetz, Melnick, dan
Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology), 2005: 280).
4. Orofaring (“oropharinx”)
Orofaring (bagian belakang mulut juga dihuni sejumlah besar bakteri
Staphylococcus aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok
bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah streptokokus α-
hemolitik, yang juga dinamakan Streptokokus viridans. Biakan yang ditumbuhkan
dari orofaring juga akan memperlihatkan adanya Branchamella catarrhalis, spesies
Haemophilus, serta gular-galur pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia).
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 554-
555).
(Lihat Tabel 1, Gambar 5, dan Gambar 6)

12
Bagian terdalam saluran pernapasan (ranting tenggorok atau bronkiole yang
lebih halus serta alveoli atau gelembung paru-paru) tidak mengandung
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia,
yaitu embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan-bahan
lain dari bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang. Rambut
bersama dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama membantu
melindungi saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara yang
dihirup. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008:
555).
5. Perut
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di
dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi
segera menurun kembali dengan disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut
pun menurun. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi,
2008: 555).
6. Usus Kecil
Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri.
Di antara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam
jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, di antara usus dua belas
jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies
enterokokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga
dijumpai pada bagian usus kecil ini. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-
Dasar Mirobiologi, 2008: 555).
Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang
dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam
jumlah besar. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi,
2008: 555).
7. Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi
mikrobe yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam
spesimen tinja adalah kurang lebih 1012 organisme per gram. (Michael J. Pelczar, Jr.
dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 556).

13
Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides (B.
fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus gram positif
diwakili oleh spesies-spesies Clostridium (termasuk Cl. Perfringens yang mempunyai
kaitan dengan kelemayuh, suatu infeksi jaringan disertai gelembung gas dan keluar
nanah) serta spesies-spesies Lactobacillus. (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,
Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 557).
Sangatlah menarik perhatian bahwa mikrobiota usus seorang bayi yang disusui
oleh ibunya hampir seluruhnya terdiri dari laktobasilus. Dengan diberikan susu botol,
jumlah laktobasilus menurun dan akhirnya, dengan diberikannya makanan padat serta
nutrisi tipe dewasa, maka mikrobiota gram negatif menjadi predominan. (Michael J.
Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 557).
Spesies-spesies anaerobik fakultatif yang dijumpai di dalam usus tergolong
dalam genus Escherichia, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Peptostreptokokus
(streptokokus anaerobik) juga umum. Khamir Candida albicans juga dijumpai.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552).
Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen
empedu dan asam empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba patogen.
8. Saluran Kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan
kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai
pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria
maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya
disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan
seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi
daur haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap
asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium vagina, dan di dalam
proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina
disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig
ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan glikogen, maka
pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6. Mikrooganisme yang
mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan
mencakup enterokokus, Candida albicans, dan sejumlah besar bakteri anaerobik.
(Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 557-558).

14
Sistem urinari dan genital secara anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit
yang menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi sistem yang lain khususnya pada
laki-laki. Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan normal.
Saluran uretra mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus, Bacteriodes,
Mycobacterium, Neisseria dan enterik. Sebagian besar mikroorganisme yang
ditemukan pada urin merupakan kontaminasi dari flora normal yang terdapat pada
kulit. Keberadaan bakteri dalam urine belum dapat disimpulkan sebagai penyakit
saluran urine kecuali jumlah mikroorganisme di dalam urine melebihi 105 sel/ml.
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
9. Mata (Konjungtiva) dan Telinga
Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium
xerosis), S. epidermidis dan streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram
negatif yang menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora
konjungtiva dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang
mengandung lisozim. (Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran
(Medical Microbiology), 2005: 283).
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat
dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Mycobacteria saprofit.
Telinga bagian tengah dan dalam biasanya steril. (Staf Pengajar Fakultas Kedokteran
UI, Mikrobiologi Kedokteran, 1994: 31).
10. Bakteri di Darah dan jaringan
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadang-kadang karena
manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora
komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah. Dalam keadaan normal
mikroorganisme tersebut segera dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hal
seperti itu dapat terjadi pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran kemih.
Pada keadaan abnormal seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain,
bakteremia di atas dapat mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi. (Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran UI, Mikrobiologi Kedokteran, 1994: 32).
Uraian penyebaran bakteri di atas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

15
16
17
Atau perhatikan gambar tubuh manusia dibawah ini.

Gambar 5. Penyebaran mikrobiota normal tubuh manusia.

18
Dan di bawah ini dapat kita lihat sifat-sifat organisme yang telah disebutkan di atas.

19
20
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang flora normal tubuh manusia di atas ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada
tubuh manusia normal dan sehat.
2. Pada keadaan alamiah, janin manusia mula-mula memperoleh mikroorganisme ketika
lewat sepanjang saluran lahir. Jasad-jasad renik itu diperolehnya melalui kontak
permukaan, penelanan atau penghisapan.
3. Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu : Mikroorganisme tetap/normal (resident
flora/indigenous) dan Mikroorganisme sementara (transient flora)
4. Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan
penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa) dan
kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah penyakit
akibat gangguan bakteri. Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik
dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh
normal. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen.
5. Kebanyakan bakteri di kulit adalah spesies Staphylococcus (kebanyakan S.
epidermidis dan S. aureus) dan sianobakteri aerobik, atau difteroid.
6. Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus (S. epidermidis, S. aureus)
dan streptokokus.
7. Ada dua spesies bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi:
Streptococcus sanguis dan S. mutans.
8. Kelompok bakteri terpenting yang merupakan penghuni asli orofaring ialah
streptokokus α-hemolitik, yang juga dinamakan Streptokokus viridians.
9. Isi perut yang sehat pada praktisnya steril karena adanya asam hidroklorat di dalam
sekresi lambung.
10. Di dalam jejunum atau usus halus kosong (bagian kedua usus kecil, di antara usus
dua belas jari dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies
enterokokus, laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga
dijumpai pada bagian usus kecil ini.

21
11. Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikrobe yang
terbanyak.
12. Penghuni utama vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap asam.
13. Saluran uretra mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus, Bacteriodes,
Mycobacterium, Neisseria dan enterik.
14. Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.
epidermidis dan streptokukus non hemolitik.
15. Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpai
Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Mycobacteria saprofit. Telinga bagian
tengah dan dalam biasanya steril.
16. Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadang-kadang karena
manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora
komensal dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah.
17. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-faktor biologis
seperti suhu, kelembapan dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Jawetz, Melnick and Adelberg’s, 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology).


Jakarta: Salemba Medika.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta:
Bina Rupa Aksara.
Michael J. Pelczar and E.C.S Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-
Press
pemburumikroba.blogspot.com/2010/09/flora-normal.
universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id.
massofa.wordpress.com/2008.
Wikipedia.org.

23

Anda mungkin juga menyukai