Anda di halaman 1dari 17

Panduan Praktikum : Ekologi

Hutan

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HUTAN

Oleh
ELSI AMELIA
2254251048
HADINOTO, S.Hut., M.Si.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN
SAINS UNIVERSITAS LANCANG
KUNING

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 1


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

KATA PENGANTAR

Panduan praktikum ini disusun untuk keperluan praktikum mata kuliah


Ekologi Hutan mahasiswa Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanandan
Sains Universitas Lancang Kuning. Penuntun praktikum ini disusun
berdasarkan kurikulum mata kuliah dan ketersediaan peralatan di
laboratorium Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Sains Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru Riau .
Panduan ini merupakan bahan pedoman praktikum mahasiswa di
lapangan atau di laboratorium dalam rangka untuk memberikan pengetahuan
tambahan tentang materi-materi yang telah diajarkan di kelas, disamping itu
juga dengan adanya praktikum ini mahasiswa memiliki keterampilan kerja
seperti pengenalan ekosistem hutan, pengukuran biomassa tumbuhan bawah,
analisis vegetasi hutan alam dan teknik pembuatan profil arsitektur pohon.
Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan dan penambahan berbagai materi. Segala saran dan
kritikan yang positif sangat kami harapkan dari semua pihak, semoga buku
penuntun ini bermanfaat. terima kasih.

Pekanbaru, juli 2023

ELSI AMELIA

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 2


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

DAFTAR ISI

Halaman

Praktikum I. Pengenalan Ekosistem Hutan 4

…………………
Praktikum II. Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah ….. 9

Praktikum III. Analisis Vegetasi Hutan Alam ………………… 13

Praktikum IV. Teknik Pembuatan Profil Arsitektur Pohon ... 18

DAFTAR PUSTAKA 23
………………………………………………………
LAMPIRAN 24
………………………………………………………………….

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 3


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

PRAKTIKUM II
PENGUKURAN BIOMASSA TUMBUHAN BAWAH

A. Pendahuluan
Biomassa, yang mengacu pada bobot hidup organisme, menawarkan gambaran
integral dalam memahami ekosistem dan keseimbangan alam. Terutama diterapkan
dalam konteks tumbuhan, biomassa tumbuhan mencerminkan bobot kering total dari
berbagai bagian tumbuhan hidup, menjadi kunci untuk menganalisis produktivitas dan
dinamika populasi dalam suatu ekosistem. Dalam upaya memahami fenomena ini,
pendekatan utama adalah melihat laju produktivitas primer bersih, yaitu seberapa
efisien energi matahari diubah menjadi bahan organik oleh tumbuhan.
Penting untuk dicatat bahwa biomassa tidak hanya mencerminkan keberadaan
fisik, tetapi juga berfungsi sebagai indikator penting dalam mengevaluasi kesehatan
ekosistem. Produktivitas primer bersih, sebagai subkomponen kritis, memberikan
pandangan tentang seberapa efektif tumbuhan mengubah karbon dioksida menjadi
energi, menjelaskan dinamika pertumbuhan, dan menggambarkan tingkat kepadatan
tumbuhan.
Meskipun laju produktivitas primer bersih tertinggi cenderung ditemukan di
hutan muda, di mana pertumbuhan masih pesat, penting untuk memahami bahwa
kepadatan dan biomassa yang tinggi di hutan dewasa tidak selalu berkorelasi dengan
produktivitas primer bersih yang tinggi. Kematian bagian-bagian tumbuhan akibat
serangan hewan atau jamur dapat menyebabkan penurunan biomassa, meskipun
produktivitas primer bersih tetap relatif stabil.
Dalam konteks pengelolaan sislvikultur di hutan alam atau tanaman, fokus
utama adalah meningkatkan produktivitas sampai pada puncaknya, memanfaatkan
periode pertumbuhan cepat sebelum terjadi penurunan produktivitas primer bersih.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang biomassa dan produktivitas menjadi
landasan untuk merancang strategi pengelolaan berkelanjutan di berbagai ekosistem.
Dengan mendasarkan pemahaman ini, penelitian ini bertujuan untuk merinci
dan menggali lebih dalam tentang konsep biomassa dan produktivitas primer bersih
serta implikasinya dalam pengelolaan hutan dan tanaman.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara-cara pengukuran
biomassa dan mengetahui biomassa tumbuhan bawah per satuan luas per
satuan waktu untuk biomassa keseluruhan jenis atau per jenis, terutama
biomassa di atas permukaan tanah.

C. Alat dan Bahan

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 4


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


- Padang rumput dan semak belukar atau tegakan hutan
- Patok
- Golok dan cangkul
- Label
- Kantong koran
- Gunting
- Meteran besar
- Timbangan
- Oven
- Tali rafia
- Alat tulis
- Manual pengenalan jenis tumbuhan bawah

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 5


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

D. Prosedur Kerja
□ Buatlah patok bujur sangkar dengan ukuran 1 x 1 m di dua tempat sebagai
petak ukur, yaitu padang rumput dan semak belukar atau di bawah tegakan
hutan
□ Batasi petak tersebut dengan tali rafia dan pada setiap sudutnya di beri patok
□ Buang semua tumbuhan yang terdapat pada petak ukur tersebut dengan cara
memotong tepat di atas permukaan tanah
□ Ukur intensitas cahaya di masing-masing petak ukur
□ Biarkan petak ukur yang sudah dibersihkan tersebut selama 2 (dua) bulan
□ Setelah 2 (dua) bulan, identifikasi semua tumbuhan yang tumbuh di dalam
petak dan kemudian semua tumbuhan yang tumbuh tersebut dipotong tepat
di atas permukaan tanah
□ Pisahkan bagian batang, cabang dan daun per jenis tumbuhan
□ Masukkan ke dalam kantong koran ukuran 2 kg-an bagian batang, cabang dan
daun per jenis per petak dan berikan label jenis rumput dan lokasi
pengukuran (petak ukurnya)
□ Keringkan dengan oven pada suhu 105±2oC selama 24 jam, kemudian itimbang

E. Analisis Data
□ Hitung biomassa per satuan luas per satuan waktu untuk:
1. Rata-rata per jenis:
- Batang - Cabang
- Daun - Total
2. Rata-rata seluruh jenis:
- Batang - Cabang
- Daun - Total
□ Buat grafik histogram hubngan antara biomassa batang, cabang, daun dan
total tumbuhan

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 6


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

F. HASIL

HASIL TALLY SHEET

Kelompok : 1

Judul Praktikum : Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah

Tanggal Pengamatan : 29 September 2023

A. Lokasi I (Hutan Tanaman Industri)

Jenis Berat Batang Berat Berat Daun Berat Total


(gr) Ranting (gr) (gr) (gr)

Rumput 0,1 0,2 0,1 0,4


panderman

Richardia scraba 0,1 0,1 0,2 0,4

Total 0,2 0,3 0,3 0,9

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 7


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

B. Lokasi II (Belakang Fakultas Kehutanan dan Sains)

Jenis Berat Batang Berat Berat Daun Berat Total


(gr) Ranting (gr) (gr) (gr)

Elesse indica 0,4 0,3 0,1 0,8

Themedia trianda 0,1 0,1 0,2 0,4

Phyllanthus 0,30 0,36 0,03 0,69


urinania

Mikania 0,06 0,2 0,19 0,45


micrantha

Total 0,86 0,96 0,52 02,34

G. PEMBAHASAN

PEMBAHASAN HASIL TALLY SHEET PENGUKURAN BIOMASSA TUMBUHAN


BAWAH
1. Lokasi I (Hutan Tanaman Industri):
 Jenis Tumbuhan: Pada Lokasi I, terdapat dua jenis tumbuhan, yaitu Rumput
Panderman dan Richardia Scraba.
 Bobot Tumbuhan: Biomassa total untuk Lokasi I adalah 0,9 gram, dengan
kontribusi Rumput Panderman sebesar 0,4 gram dan Richardia Scraba sebesar
0,4 gram.
2. Lokasi II (Belakang Fakultas Kehutanan dan Sains):
 Jenis Tumbuhan: Lokasi II memiliki empat jenis tumbuhan, yaitu Elesse
Indica, Themedia Trianda, Phyllanthus Urinania, dan Mikania Micrantha.
 Bobot Tumbuhan: Biomassa total di Lokasi II mencapai 2,34 gram, dengan
kontribusi terbesar dari Elesse Indica sebesar 0,8 gram dan Phyllanthus
Urinania sebesar 0,69 gram.
Analisis:
1. Perbandingan Biomassa Lokasi I dan II:
 Lokasi II memiliki biomassa tumbuhan yang lebih tinggi (2,34 gram)
dibandingkan dengan Lokasi I (0,9 gram).
 Elesse Indica di Lokasi II merupakan kontributor terbesar terhadap biomassa,
sedangkan di Lokasi I, Rumput Panderman dan Richardia Scraba memberikan
kontribusi setara.
2. Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan:
 Perbedaan Jenis Tumbuhan: Keanekaragaman jenis tumbuhan di Lokasi II

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 8


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

dapat menyebabkan variasi biomassa yang lebih tinggi.


 Kondisi Lingkungan: Faktor lingkungan seperti ketersediaan air, sinar
matahari, dan nutrisi tanah dapat memengaruhi pertumbuhan dan biomassa
tumbuhan.
3. Relevansi Hasil dengan Tujuan Praktikum:
 Mengetahui Biomassa Tumbuhan Bawah: Hasil pengukuran memberikan
gambaran tentang seberapa besar biomassa tumbuhan bawah di kedua lokasi
tersebut.
 Penting untuk Ekologi: Informasi ini penting untuk pemahaman ekologi
lokasi dan dapat menjadi dasar untuk analisis lebih lanjut terkait keberlanjutan
dan biodiversitas.
Kesimpulan: Hasil pengukuran biomassa tumbuhan bawah di Lokasi I dan II menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Analisis ini memberikan wawasan tentang kontribusi masing-
masing jenis tumbuhan terhadap biomassa total dan faktor-faktor lingkungan yang mungkin
memengaruhi hasil tersebut. Data ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan dan
pemahaman ekosistem di kedua lokasi.

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 9


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

PRAKTIKUM III
ANALISIS VEGETASI HUTAN ALAM

A. Pendahuluan
Analisis vegetasi adalah suatu studi untuk mengetahui komposisi dan
struktur hutan. Untuk melakukan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua
macam metoda yang dapat dilakukan, yaitu (1) metoda dengan petak, dan (2)
metoda tanpa petak. Salah satu ‘metoda dengan petak, yang banyak digunakan
adalah kombinasi antara metoda jalur (untuk risalah pohon) dengan metoda
garis berpetak (untuk risalah permudaan). Berdasarkan data pada unit contoh
vegetasi tersebut dapat diketahui jenis dominan dan kodominan, pola asosiasi,
nilai keragaman jenis, dan atribut komunitas tumbuhan lainnya yang berguna
bagi pengelolaan hutan.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur
hutan alam.

C. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Ekosistem hutan alam
2. Peta lokasi, peta kerja dan/atau peta penutupan lahan (peta penafsiran
vegetasi).
3. Tali plastik (60 m per regu)
4. Patok dengan tinggi 1 meter, dimana ujung bawah runcing dan ujung atas
sepanjang 30 cm di cat merah atau putih
5. Kompas
6. Hagameter
7. Diameter-tape (phi band) atau pita meter 100 cm
8. Meteran 10 m atau 20 m
9. Perlengkapan herbarium untuk metoda basah
10. Tally sheet dan alat tulis-menulis

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 10


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

D. Prosedur
1. Pembuatan regu kerja, setiap regu beranggotakan 6 – 10 orang
2. Menentukan lokasi jalur (unit contoh) di atas peta, panjang masing-
masing jalur ditentukan berdasarkan lebar hutan (dalam praktikum ini
panjang jalur sebesar 100 m per regu). Jalur dibuat dengan arah tegak
lurus kontur.
3. Membuat unit contoh jalur dengan desain seperti Gambar 1.
4. Mengidentifikasi jenis dan jumlah individu untuk semai dan pancang.

Sedangkan untuk tiang dan pohon, selain dihitung jumlahnya juga diukur
diameternya (diameter setinggi dada) dan tingginya (tinggi total dan tinggi bebas
cabang). Data hasil pengukuran lapangan tersebut dicatat pada tally sheet.
Dalam praktikum ini digunakan kriteria pertumbuhan sebagai berikut:
a. Semai (seedling) yaitu permudaan mulai kecambah sampai tinggi
1,5 m
b. Pancang (Sapling) yaitu permudaan yang tingginya > 1,5 m dan
berdiameter < 10 cm
c. Tiang (pole) yaitu pohon-pohon muda yang berdiameter 10 cm – < 20 cm
d. Pohon dewasa yang berdiameter ≥ 20 cm

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 11


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

E. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan formulasi metoda
dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekwensi, dan
dominsi (m2/ha) dan indek nilai penting dari masing-masing jenis.
Dari hasil pengukuran dapat dihitung besaran-besaran sebagai berikut :

Indeks Nilai Penting/INP


(Importance Value Index) = Kerapatan Relatif + Dominansi Relatif +
Frekuensi Relatif

20 m

10 m 20m

Arah rintisan
D 2m
5m
C 10 m
B A
5m

Keterangan
Petak A dengan ukuran petak 20 m x 20 m
Petak B dengan ukuran petak 10 m x 10 m
Petak C dengan ukuran petak 5 m x 5 m
Petak D dengan ukuran petak 2 m x 2 m

Gambar 1. Desain Analisis Vegetasi Cara Garis Berpetak.

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 12


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

F. HASIL
Hasil Tally Sheet
Tingkat Pohon dan Tiang

Lokasi : Arboretum Koordinat : …………

Tanggal Risalah : 29 Oktober 2023 Regu : 1

Tipe/Formasi Hutan : Hutan alam

Ukuran Petak : 20mx20m

No.Petak/ Diameter TT/TBC


No. Nama Jenis Ket.
Interval ( cm ) (m)
1 1 Karet 27 cm 26m/24m Pohon

2 Karet 21,4cm 24m/16m Pohon

3 Karet 36,1cm 34m/9m Pohon

4 Karet 21cm 25m/3m Pohon

5 Karet 26,6cm 22m/9m Pohon

6 Karet 22,3cm 20m/11m Pohon

7 Laban 23,5cm 27m/2m Pohon

8 Laban 21cm 25m/5m Pohon

9 Karet 38,6cm 30m/7m Pohon

10 Karet 24,6cm 13m/8m Pohon

11 Karet 23,5cm 18m/6m Pohon

12 Laban 20,5cm 19m/7m Pohon

13 Cempedak 22cm 27m/5m Pohon

14 Karet 23cm 20m/13,2m Pohon

15 Sungkai 32,5cm 21,3m/10m Pohon

16 Karet 28,3cm 19,1m/9m Pohon

17 Saga 35,3cm 22,3m/10m Pohon

18 Karet 16cm 18m/10m Tiang

19 Karet 19.6cm 15m/5m Tiang

20 Karet 8.7cm 11m/4m Tiang

21 Rambutan 5.7cm 9m/5m Tiang

22 Karet 11.5cm 15m/8 Tiang

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 13


Panduan Praktikum : Ekologi
Hutan

Tally Sheet
Tingkat Pancang, Semai/Tumbuhan Bawah

Lokasi : Arboretum Koordinat : ……………

Tanggal Risalah : 29 Oktober 2023 Regu : ……………

Tipe/Formasi Hutan : Alam

Ukuran Petak : 20mx20m

No.Petak/
No. Nama Jenis Jumlah Ket.
Interval
1. Karet 2 Semai

2. Laban 4 Semai

3. Rambutan 2 Semai

4. karet 1 Pancang

5. saga 3 Semai

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 14


G. PEMBAHASAN
Tingkat Pohon dan Tiang:
1. Komposisi dan Karakteristik Pohon:
Dari data tingkat pohon dan tiang di Arboretum, dapat disimpulkan bahwa
komposisi jenis pohon cukup beragam, dengan dominasi jenis Karet pada
tingkat pohon dan tiang. Pohon-pohon tersebut memiliki variasi diameter
yang signifikan, mencerminkan perbedaan usia dan pertumbuhan antar
individu. Sebagai contoh, pohon Karet nomor 3 menunjukkan diameter yang
paling besar (36,1 cm), sedangkan tiang Karet nomor 20 memiliki diameter
terendah (8,7 cm).
2. Distribusi Spasial Pohon dan Tiang:
Distribusi spasial pohon dan tiang diukur melalui posisi relatif mereka
dalam petak arboretum. Misalnya, pohon Karet nomor 7 terletak pada
koordinat (23,5m, 27m) dengan diameter 23,5 cm. Distribusi ini dapat
memberikan wawasan tentang preferensi jenis tertentu terhadap kondisi
tertentu di lingkungan arboretum.
3. Tinggi Pohon:
Variasi tinggi pohon juga teramati, dengan pohon Terap (nomor 11)
mencapai tinggi 50m, sementara tiang Rambutan (nomor 21) hanya
mencapai 9m. Perbedaan ini dapat mencerminkan adanya variasi kondisi
tumbuh yang memengaruhi pertumbuhan vertikal.
Tingkat Pancang, Semai/Tumbuhan Bawah:
1. Distribusi Semai dan Pancang:
Hasil Tally Sheet pada tingkat semai dan pancang menunjukkan bahwa jenis
Karet dan Laban mendominasi dalam kategori ini. Pengamatan jumlah
semai dan pancang memberikan gambaran tentang regenerasi alam di area
tersebut.
2. Peran Tiang dalam Struktur Hutan:
Kehadiran tiang, terutama tiang Karet nomor 18, 19, dan 20, menunjukkan
keberagaman struktur hutan. Perhatian khusus perlu diberikan pada jenis-
jenis yang memiliki representasi dalam tingkat tiang karena mereka dapat
berperan dalam mendukung struktur vertikal ekosistem hutan.
3. Potensi Pertumbuhan Masa Depan:
Jumlah semai, terutama Karet, menunjukkan potensi pertumbuhan jenis
tertentu di masa depan. Hal ini bisa menjadi indikator keberlanjutan dan

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 15


perkembangan ekosistem hutan tersebut.
Kesimpulan:
Hasil ini memberikan gambaran yang kaya tentang komposisi,
distribusi, dan struktur hutan di Arboretum Unilak. Data tingkat pohon dan
tiang serta tingkat pancang, semai/tumbuhan bawah memberikan dasar yang
baik untuk memahami dinamika ekosistem dan potensi regenerasinya.
Informasi ini dapat digunakan dalam perencanaan konservasi, keberlanjutan,
dan manajemen ekosistem hutan.

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 16


DAFTAR PUSTAKA

Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Odum, EP. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 1998. Gajah Mada University Prees
Yogyakarta

Onrizal. 2008. Petunjuk Praktikum Ekologi Hutan. Departemen Kehutanan


Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Soeryanegara A dan Ishemat. 1990. Ekologi hutan. Bogor: Fakultas


Kehutanan

Soerianegara, I dan A. Indrawan. 1995. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas


Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Whitmore, T.C. (1998). An Introduction to Tropical Rain Forests. Oxford University
Press.
Janzen, D.H. (1988). Tropical Dry Forests: The Most Endangered Major Tropical
Ecosystem. In Biodiversity (pp. 130-137). National Academy Press.
Myers, N., Mittermeier, R.A., Mittermeier, C.G., da Fonseca, G.A.B., & Kent, J.
(2000). Biodiversity hotspots for conservation priorities. Nature, 403(6772),
853-858.
Putz, F.E., & Redford, K.H. (2010). The Importance of Defining “Forest”: Tropical
Forest Degradation, Deforestation, Long-Term Phase Shifts, and Further
Transitions. Biotropica, 42(1), 10-20.
Chazdon, R.L., & Coe, F.G. (1999). Ethnobotany of Woody Species in Second-
Growth, Old-Growth, and Selectively Logged Forests of Northeastern Costa
Rica. Conservation Biology, 13(6), 1312-1322.
Primack, R.B., & Rodrigues, E. (2001). Biologia da Conservação. Editora Planta.

FAKULTAS KEHUTANAN DAN SAINS UNILAK 17

Anda mungkin juga menyukai