Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lutfi Hanafi Asisten praktikum:

NIM : G34180030 1. Lailatul Saadah (G34160018)


Kel/Lab : 6/2 2. M. Sholeh Kurnianto (G34160028)
Hari, tanggal : Selasa, 28 Januari 2020 3. Nova Hilery Tumangger (G34160111)

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha untuk mempertahankan kandungan hara dalam tanah menjadi hal yang
penting bagi ketersediaan nutrisi di hutan dan bahan organik menjadi salah satu bahan
pembentuk agregat tanah yang berperan dalam proses pembentukan tanah. Serasah
menjadi sumber bahan organik tanah yang didapatkan melalui proses dekomposisi
(Sudomo dan Widiyanto 2017). Serasah adalah bahan-bahan yang telah mati seperti
daun, ranting, cabang kecil, kulit hewan, bunga, dan buah dan terletak diatas permukaan
tanah dan mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Faktor yang mempengaruhi
produksi serasah yaitu keadan lingkungan (iklim, ketinggian, dan kesuburan tanah),
jenis tanaman, dan waktu (musim dan umur tegakan) (Aprianis 2011).

Serasah dibagi menjadi dua berdasarkan sumbernya, yaitu serasah hijau dan
serasah hewan. Serasah hijau adalah serasa yang berasal dari tumbuhan berkayu, semak,
tumbuhan merayap ataupun alga (Chimouriya et al. 2018). Serasah hewan adalah
serasah yang berasal dari hewan dalam bentuk feses, urin, ataupun bangkai (Pampuro et
al 2018). Dekomposisi serasah adalah proses perombakan serasah oleh mokroba
menjadi energi dan senyawa sederhana seperti karbon, nitogen, fosfor, belerang, kalium,
dan mineral lain (Aprianis 2011).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui cara menghitung produksi dan laju


dekomposisi serasah pada ekosistem terestrial.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang dibutuhkan pada praktikum ini meliputi jala nilon dengan ukuran pori
1 mm, ukuran 20x30 cm dan ukuran 100x100 cm, tali plastik pengikat, timbangan, oven
dan kertas pembungkus sample dalam oven. Bahan yang digunakan pada praktikum
adalah ekosistem yang diamati.

METODE

Pilih ekosistem yang Pasang perangkap Panen serasah lalu

akan diamati, serasah (jala nilon timb ang bobot basah

monokultur, campuran, 100x100cm) dan dan kering (setelah


dioven)

Letakkan kembali
Panen serasah Ambil serasah 5-10
serasah di atas tnah
setelah 5 minggu. gram lalu bungkus
pada lokasi yang sama
pada jala nilon
dengan pengambilan

Timbang bobot basah


dan kering(setelah Metode Olson
dioven)

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1 Bobot saat panen serasah

Panen
Plot Lokasi
Bobot basah (g) Bobot kering (g)

1 3,8 3,2 Hutan Kimia

2 9,6 8,2 Hutan Kimia

3 0,092 0,089 Hutan Kimia

4 5,03 4,525 Hutan Penelitian


Biologi

5 8,4 3,849 Hutan Penelitian


Biologi

6 10,067 9,592 Hutan Penelitian


Biologi

7 6,6 4,8 Pohon Pinus di depan


Laboratorium
Advance

8 5,38 4,8 Pohon Pinus di depan


Laboratorium
Advance

9 7,8 7 Pohon Pinus di depan


Laboratorium
Advance

Tabel 2 Keadaan tanah dan serasah saat panen dekomposisi serasah

Keadaan Lokasi dan jenis


Kelompok
Tanah Serasah tanah

I (1,2,3) Sedikit basah (lembab) Lembab hancur sebagian Hutan Kimia dan
monokultur

II (4,5,6) Lembek dan basah Lembab dan berbau amis Hutan Penelitian
Biologi dan campuran

III (7,8,9) Sedikit basah (lembab) Belum hancur Pohon Pinus di depan
Laboratorium
Advance dan sulit
terdegradasi

Tabel 3 Laju dekomposisi serasah

Kelompok Bobot Basah (g) Bobot Kering (g) Laju Dekomposisi

1 25,6 14,0 0,0335

2 36,9 32 0,006

3 21,8 9,6 0,045


Contoh perhitungan:

Xt = 14,0 Keterangan:
Xt = bobot kering serasah setelah
X0 = 25,6
waktu pengamatan ke-t (g)
t = 18 X0 = bobot serasah awal (g)

Xt = X0.e-kt .X.t e = logaritma natural


k= laju dekomposisi serasah
ln (Xt/X0) = -k.t
t = waktu pengamatan (hari)
ln (14,0/25,5) = -k.18
l/k = residence time
-60 = -k.18

k = -0,60/-18

k = 0,0335

PEMBAHASAN

Serasah ada yang berasal dari tumbuhan dan hewan.. Serasah hijau (green
manure) adalah serasa yang berasal dari tumbuhan berkayu, semak, tumbuhan merayap
ataupun alga (Chimouriya et al. 2018). Serasah hewan (animal manure) adalah serasah
yang berasal dari hewan dalam bentuk feses, urin, ataupun bangkai (Pampuro et al
2018). Proses dekomposisi dimulai dari proses penghancuran fisik oleh serangga kecil
terhadap tumbuhan dan sisa bahan organik mati menjadi ukuran lebih kecil, kemudian
dilanjutkan dengan proses biologi yang dilakukan oleh bakteri dan cendawan untuk
menguraikan prtikel-pertikel organik yang dibantu oleh enzim seperti protease,
karbohidrase dan enzim lainnya (Safriani et al 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan, produksi serasah terbesar ada di Hutan Penelitian


Biologi serta serasah mengalami dekomposisi dengan kecepatan yang berbeda,
tergantung tempat serasah dihasilkan. Penguraian serasah terjadi lebih cepat pada hutan
kimia daripada hutan penelitian bilogi dan hal ini tidak sesuai literatur. Menurut
Devianti dan Tjahjaningrum (2017), serasah campuran lebih cepat terdekomposisi
dibandingkan dengan serasah yang hanya satu tanaman saja.

SIMPULAN

Produksi serasah dan laju dekomposisi serasah bervariasi, tergantung tempat


dimana serasah itu dihasilkan. Produksi tertinggi ada di wilayah Hutan Penelitian
Bilogi, sedangkan laju dekomposisi tertinggi terjadi di Hutan Kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Aprianis Y. 2011. Produksi dan laju dekomposisi serasah. Tekno Hutan Tanaman. 4(1):
41-47.

Chimouriya S, Lamichhane J, Gauchan DP. 2018. Green manure for restoring and
improving the soil nutrients quality. International Journal of Research. 5 (10):
1064-1074.

Devianti OKA, Tjahjaningrum TD. 2017. Studi laju dekomposisi serasah pada hutan
pinus di Kawasan Wisata Taman Safari Indonesia II Jawa Timur. Jurnal Sains dan
Seni ITS. 6 (2) : 87-91.

Pampuro N, Caffaro F, Cavallo E. 2018. Reuse of animal manure: a case study on


stakeholders’ perceptions aboun pelletized compost in Northwestern Italy.
Sustainability. 10 (2028): 1-10.

Safriani H, Fajriah R, Sapnaranda S, Mirfa S, Hidayat M. 2017. Estimaswi biomassa


serasah daun di Gunung Berapi Seulawah Agam Kecamatan Seulimuem
Kbupaten Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik

Sudomo A, Widiyanto A. 2017. Produktifitas serasah sengon (Paraserianthes


falcataria) dan sumbanannya bagi unsur kimia makro tanah. Posiding Seminar
Nasional Geografi UMS 2017.

Anda mungkin juga menyukai