Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAH HUTAN


ACARA VII
AKUMULASI SERESAH DI LANTAI HUTAN (AO HORIZON)

Oleh :
Nama : Dimas Agil Restu Karunia
NIM : 20/459091/KT/09256
Co-Ass : Aisyah Nur Bayti
Shift : Selasa, 15.15 WIB

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA VII

AKUMULASI SERESAH DI LANTAI HUTAN (AO HORIZON)

I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Agar mahasiswa mengetahui biomassa lantai hutan.
2. Agar mahasiswa mengetahui perlapisan lantai hutan dan tingkat
dekomposisinya.
3. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik tanah dan lantai hutan apabila
dibandingkan dengan tanah pertanian.
4. Agar mahasiswa mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang tepat
mewakili satuan tanah teruji.

II. DASAR TEORI


Kesuburan tanah beserta tanaman yang hidup diatasnya bergantung pada
produktivitas dan laju dekomposisi serasah (Aprianis, 2011).
Akumulasi bahan organik hasil dekomposisi serasah hutan mangrove
bermanfaat dalam menyediakan suplai unsur hara pada ekosistem mangrove yang
digunakan sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning
ground), dan perlindungan bagi biota perairan (Wibisana, 2004).
Faktor lain yang juga mempengaruhi produksi serasah adalah faktor musim
dan kecepatan angin (Widhitama et al, 2016).
Hampir semua spesies tumbuhan di kawasan hutan merupakan pohon
berdaun hijau (evergreen) dan menggugurkan daunnya ke permukaan (Pitchett dan
Richard, 1987).
Serasah merupakan bagian tanaman yang mati berupa daun, cabang, ranting,
bunga, dan buah yang gugur di permukaan tanah baik yang masih utuh maupun
yang telah mengalami pelapukan (Hairiah dkk., 2004).
Pohon serba guna bermanfaat dalam memperbaiki dan mempertahankan
kualitas tanah, sebagai penyedia bahan organik yang berasal dari serasah yang
mempunyai peranan dalam meningkatkan ketahanan struktur tanah, memperbesar
kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air hujan yang jatuh, serta
menambah kandungan unsur hara. (Arsyad, 2010)
III. ALAT DAN BAHAN
A. Pengambilan Sampel
1. Kawat kuadratik (50x50 cm)
2. Cethok
3. Plastik
4. Amplop (untuk tempat seresah)
5. Alat tulis
6. Sampel seresah
B. Pengolahan Seresah
1. Timabangan
2. Oven
3. Sampel seresah(dibedakan jenis dan lapisannya)
IV. CARA KERJA
A. Pengambilan Sampel
1. Kawat kuadratik dilemparkan secara sembarang agar hasilnya tidak subjektif.
2. Seresah diluar kawat kuadratik dibersihkan menggunakan cethok, dan
diusahakan posisi kawat tidak berubah.
3. Lapisan seresah dipisahkan satu-persatu, untuk dimasukkan ke dalam amplop.
- Lapisan 1(Liter)→Masih segar, bentuknya masih segar, dan dapat
dibedakan.
- Lapisan 2(F1/Fermentasi 1)→Kecoklatan, bentuknya aslinya masih
terlihat, dan sudah mengalami pengeroposan.
- Lapisan 3(F2/Fermentasi 2)→Saling menyatu, bentuk tidak utuh, bisa
dibedakan, dan sudah terdekomposisi.
- Lapisan Humus→Hitam, bentuk tak utuh, dan tak bisa dibedakan.
B. Pengolahan Seresah
1. Amplop kosong ditimbang beratnya.
2. Amplop berisi seresah dengan masing-masing jenis dan lapisan ditimbang
satu per satu, dan dicatat hasilnya sebagai berat basah.
3. Seresah dalam amplop yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam oven pada
suhu 65° C hingga mencapai berat konstan.
4. Seresah dalam amplop yang telah dioven, ditimbang kembali dan dicatat
hasilnya sebagai berat kering.
5. Berat konstan diperoleh ketika dalam 2x penimbangan tidak terjadi
perubahan berat.
6. Setelah semua data diperoleh dihitung kadar air, akumulasi seresah, dan
presentase akumulasi seresah.
V. HASIL PENGAMATAN DAN CONTOH PERHITUNGAN
VI. PEMBAHASAN
VII. DAFTAR PUSTAKA

VIII. LAMPIRAN
Pengambilan sampel saresah

Pengujian di laboratorium

Anda mungkin juga menyukai