Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOGEOGRAFIPENILAIAN UJIAN TENGAH SEMESTER 117

“ PENTINGNYA HUTAN MANGROVE BAGI LINGKUNGAN SEKITAR”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ode Sofyan, M.Pd., M.Si.

DISUSUN OLEH KELOMPOK III:


1. Filzah Khairunnisa 1402621057
2. Fryda Lucyana 1402621015
3. Haifa Nabila 1402621047
4. Maulinda Sari 1402621008
5. Renata Marcelina 1402621076

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Biogeografi berupa
makalah yang membahas mengenai Biogeografi Ekologi, dimana kelompok kami mengambil
judul yaitu Pentingnya Hutan Mangrove bagi lingkungan sekitar. Makalah ini disusun guna
sebagai penilaian ujian tengah semester mata kuliah Biogeografi semester 117.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ode Sofyan, M.Pd., M.Si.
selaku dosen mata kuliah Biogeografi yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami
sehingga kami dapat menambah pengetahuan serta wawasan mengenai Biogeografi Ekologi
tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari
dosen dan teman-teman untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga
tugas makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembacanya. Terima
kasih.

Jakarta, 20 Oktober 2022

Kelompok III

II
DAFTAR ISI

MAKALAH BIOGEOGRAFI I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Penulisan 2
BAB II 3
2.1. Ekologi Biogeografi 6
2.2. Definisi Hutan Mangrove 6
2.3. Ciri - Ciri Hutan Mangrove 7
2.4. Jenis - Jenis Hutan Mangrove 7
2.5. Persebaran Hutan Mangrove 9
2.6. Rantai Makan dalam Ekosistem Hutan Mangrove 10
2.7. Manfaat dan Fungsi bagi Ekosistem di sekitar Hutan Mangrove 11
2.8. Iklim Hutan Mangrove 13
2.9. Habitat yang terdapat di Hutan Mangrove 14
BAB III 15
3.1. Kesimpulan 15
3.2. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan


interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air
laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun
di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya
dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup
di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah
melewati proses adaptasi dan evolusi.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Hutan Mangrove?


2) Apa saja ciri - ciri dari Hutan Mangrove?
3) Apa saja jenis - jenis Hutan Mangrove?
4) Bagaimana persebaran Hutan Mangrove?
5) Bagaimana rantai makanan dalam ekosistem Hutan Mangrove?
6) Apa saja manfaat dan fungsi dari ekosistem Hutan Mangrove?
7) Bagaimana iklim yang terjadi di Hutan Mangrove?
8) Bagaimana habitat yang terdapat di Hutan Mangrove?
9) Bagaimana proses evolusi yang terjadi di Hutang Mangrove?

1
1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi Hutan Mangrove


2. Mengetahui ciri - ciri dari Hutan Mangrove
3. Mengetahui jenis - jenis Hutan Mangrove
4. Mengetahui persebaran Hutan Mangrove
5. Mengetahui rantai makanan dalam ekosistem Hutan Mangrove
6. Mengetahui apa saja manfaat dan fungsi dari ekosistem Hutan Mangrove
7. Mengetahui bagaimana iklim yang terjadi di Hutan Mangrove
8. Mengetahui habitat yang terdapat di Hutan Mangrove
9. Mengetahui proses evolusi yang terjadi di Hutan Mangrove

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Ekologi Biogeografi

1. Eko - Energetika

Ekoenergetika adalah sebuah bidang ekologi yang membahas tentang sebuah


peran energi dan transformasinya dalam ekologi. Menurut Begon dkk pada 1990
mengatakan bahwa setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk membentuk
tubuhnya dan memerlukan sebuah energi untuk menjalankan segala aktivitasnya.
Tubuh dari tumbuhan maupun hewan di dalam satuan luasan merupakan sebuah
biomassa yang merupakan standing crop. Biomassa tersebut adalah suatu massa
makhluk persatuan luasan tanah atau perairan dan biasanya dinyatakan dengan satuan
energi (misalnya joule m-2) atau bahan organic kering. Sebagian biomassa dalam
sebuah komunitas hampir selalu terbentuk oleh tumbuhan dan tumbuhan dan
tumbuhan merupakan produsen primer biomassa karena kemampuan tumbuhan
hampir unik untuk menambatkan karbon dalam fotosintesis.

Piramida makanan menunjukan sebuah aliran energi dan kimia melewati


berbagai macam tingkatan. Produsen primer bersifat autotrof yang biasanya
menggunakan energi matahari untuk proses fotosintesis gula, yang digunakan sebagai
bahan bakar pada proses respirasi dan materi penyusun tubuh untuk senyawa organic
lain. Konsumen primer adalah herbivora yang makan tumbuhan dan algae. Konsumen
sekunder adalah karnivora yang memangsa herbivora. Sedangkan konsumen tersier
adalah pemangsa karnivora yang lain.

Rantai makanan menunjukkan transfer makanan dari berbagai tingkatan dalam


piramida makanan. Omnivora memangsa berbagai tingkatan dalam piramida
makanan. Hampir semua ekosistem mempunyai rantai dengan percabangan yang
sangat kompleks sehingga disebut jaring – jaring makanan.

2. Komponen Penyusun Ekosistem

3
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik antara
lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi
juga berhubungan erat dengan tingkatan – tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai
produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai
dekomposer. Faktor biotik juga meliputi tingkatan – tingkatan organisme yang
meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan – tingkatan
organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling
mempengaruhi, dan membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Individu merupakan organisme tunggal seperti seekor tikus, seekor kucing,


sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam
mempertahankan hidup, setiap jenis dihadapkan pada masalah – masalah hidup yang
kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri
terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah
tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti duri, sayap, kantung, atau
tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang
atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku
demikian disebut adaptasi.

Ada bermacam – macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya,


yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku.

1) Adaptasi Morfologi : adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh


untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi antara lain sebagai
berikut.

4
a. Gigi – gigi khusus. Gigi hewan karnivora atau pemakan daging
beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk
menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang
tajam untuk mencabik – cabik mangsanya.
b. Moncong. Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di
hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah
semut, sayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai
moncong Panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi, dengan lubang
berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini
mempunyai lidah Panjang dan bergetah yang dapat dijulurkan jauh
keluar mulut untuk menangkap mangsa.
c. Paruh. Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang
melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkram
korbannya.
d. Daun. Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga) misalnya
kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan
dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang
hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga
tersebut akan dilumatkan sehingga ini memperoleh unsur yang
diperlukan.
e. Akar. Akar tumbuhan gurun kuat dan Panjang yang berfungsi untuk
menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah . sedangkan akar hawa
pada tumbuhan mangrove untuk bernafas.
2) Adaptasi Fisiologi : adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi fisiologi
tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut:
a. Kelenjar bau. Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara
menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Hal itu berfungsi
untuk menghindarkan diri dari musuhnya.
b. Kantong tinta. Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang
berisi cairan hitam. Bila musuh dating, tinta disemprotkan ke dalam air
sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi
dan gurita.

5
c. Mimikri pada kadal. Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen
yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor
dalam berupa hormone, serta faktor luar berupa suhu dan keadaan
sekitarnya.
3) Adaptasi Tingkah Laku : adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang
didasarkan pada tingkah laku. Contohnya adalah sebagai berikut:
a. Pura-pura tidur atau mati. Beberapa hewan berpura-pura tidur atau
mati, misalnya tupai virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya
dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b. Migrasi. Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk
mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut.
Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh
tahun berkumpul di teluk sepanjang pantai barat Amerika Utara untuk
menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan
sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu, ikan dewasa
biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air
tawar. Setelah menjadi lebih besar, mereka bergerak ke bagian hilir dan
akhirnya ke laut.

2.2. Definisi Hutan Mangrove

Secara pengertian, beberapa ahli mendefinisikan "mangrove" secara berbeda-beda.


Namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Pada tahun 1983, Saenger, dkk.
mendefinisikan mangrove sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai
daerah tropis dan subtropis yang terlindung. Sedangkan menurut Soerianegara (1987)
mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur
aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri
atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,
Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphiphora dan Nypa.

Adapun landasan hukum internasional terkait pengelolaan ekosistem mangrove


diantaranya sebagai berikut: 1) UNCED (Rio de Janeiro 3-14 June 1992), 2) World Heritage
Convention, 3) The International Convention on Wetlands (Ramsar), 4) The Convention on
Biological Diversity. Sedangkan dalam pengelolaan ekosistem mangrove nasional telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sebagai berikut: 1) UU No. 5
Tahun 1994, 2) Keppres No. 48 Tahun 1991, 3) Perpres No. 121 Tahun 2012, 4) Perpres No.

6
73 Tahun 2012, 5) Permen KP No. 24 Tahun 2013, 6) Permenko Perekonomian No. 4 Tahun
2017.

2.3. Ciri - Ciri Hutan Mangrove

Setiap jenis hutan tentulah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika suatu hutan tidak
berbeda satu dengan yang lainnya, tentu tidak akan ada jenis- jenis hutan. Setiap hutan pasti
mempunyai karakteristik atau ciri-cirinya masing- masing, begitu pula dengan hutan
mangrove ini. Hutan mangrove mempunyai karakteristik atau ciri- ciri tertentu. Beberapa
karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan mangrove ini antara lain adalah sebagai
berikut:

● Didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni tumbuhan


yang mempunyai akar mencuat ke permukaan,
● Tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran
air tawar dan air asin,
● Sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
● Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan juga
terjadi akumulasi bahan organik,
● Seringkali termasuk jenis hutan homogen karena tumbuhan yang hidup relatif
berasal dari genus yang sama.

2.4. Jenis - Jenis Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan hutan yang memiliki banyak jenis. Sekilas tampak sama
saja apabila kita perhatikan. Namun dibalik itu semua ada jenis- jenis tertentu yang dimiliki
oleh hutan mangrove ini. Beberapa jenis dari hutan mangrove akan kita jelaskan dibawah ini.

● Rhizophoraceae

Jenis hutan mangrove pertama yang dapat kita temukan, khususnya di Indonesia adalah
Rhizophoraceae atau yang sering disebut dengan pohon Bakau. Pohon bakau biasa kita
temukan di pesisir pantai. Pohon bakau terdiri atas beberapa keluarga. Adapun beberapa
keluarga dari pohon bakau antara lain adalah Bakau / Stilted Mangrove (Rhizophora),
Tancang / Orange Mangrove (Bruguiera), dan Tangere / Yellow Mangrove (Ceriops).

7
● Sonneratiaceae (Perepat atau Gogem)

Jenis hutan mangrove kedua yang bisa kita temui adalah jenis Sonneratiaceae. Jenis
Sonneratiaceae ini hanya ada satu macam yaitu Sonneratia atau yang biasa disebut dengan
Mangrove Apple. Pohon ini dapat hidup di area yang terendam air hanya 10 hingga 19 kali
saja dalam satu bulan. Sehingga dapat kita katakan bahwa habitat dari pohon ini bukanlah di
area yang selalu basah atau terendam air. Terkadang kita akan menjumpai akar tanaman -
tanaman ini selalu mencuat ke atas (di atas permukaan tanah) ketika wilayah habitatnya tidak
terendam oleh air.

● Avicenniaceae (Pohon api- api)

Jenis mangrove yang selanjutnya adalah Avicenniaceae atau yang dikenal dengan sebutan
pohon api - api. Pohon api - api merupakan salah satu jenis pohon Mangrove. Pohon api - api
ini memiliki kesamaan karakteristik dengan pohon di atas yaitu Mangrove Apple. Pohon api-
api memiliki satu jenis saja yaitu Avicennia yang terdiri atas white atau grey mangrove.
Pohon Mangrove api - api ini juga memiliki habitat yang sama dengan Pohon Mangrove
Apple, yaitu di area yang terendam air sebanyak 10 hingga 19 kali per bulan. Jenis pohon api
- api ini paling banyak tumbuh dan kita temukan di daerah yang paling dekat dengan laut,
media tumbuh pohon ini adalah tanh yang agar bepasir.

● Famili Meliaceae (Nyirih)

Jenis hutan mangrove yang keempat adalah hutan mangrove yang ditumbuhi oleh Famili
Meliaceae atau tanaman Nyirih. Tanaman ini merupakan salah satu jenis mangrove yang
terbagi atas dua jenis lagi yaitu Xylocarpus dan Hibiscus spp. Jenis Xylocarpus ini berasal
dari Keluarga Nypa spp dan dapat kita jumpai di daerah - daerah tertentu, yaitu di daerah
yang masih dipengaruhi oleh pasang - surut air laut. Sementara Hibiscus spp merupakan

8
jenis mangrove yang paling sering dan paling banyak kita jumpai di area - area yang
terendam air secara musiman, karena tanaman ini mendominasi area tersebut.

2.5. Persebaran Hutan Mangrove

Hutan Mangrove ini bukanlah hutan yang sulit untuk ditemui keberadaannya. Hal ini
dikarenakan ada berbagai wilayah di Indonesia memiliki hutan mangrove. Perlu diketahui
bahwa hutan mangrove ini tersebar luas di bagian yang memiliki iklim cukup panas di dunia.
Maka dari itu, hutan mangrove ini banyak ditemui didaerah sekitar garis khatulistiwa atau
ekuator, yakni daerah yang memiliki iklim tropis, dan sedikit di daerah yang memiliki iklim
subtropis.

Sementara di Indonesia, adalah negara yang memiliki hutan mangrove terluas di


dunia, yaitu antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar. Luas sekian ini melebihi hutan mangrove yang
ada di Brazil yakni 1,3 juta hektar, Nigeria yakni 1,1 juta hektar, dan Australia yakni 0.97
hektar. Luas hutan mangrove yang dimiliki Indonesia ini memenuhi 25% dari total semua
hutan mangrove yang ada di dunia. Meskipun jumlahnya banyak, namun sebagian dari
kondisi hutan mangrove tersebut kondisinya rusak.

Selanjutnya, di Indonesia sendiri, hutan mangrove yang paling luas terdapat disekitar
Dangkal Sunda. Dimana tempat ini, merupakan tempat bermuaranya berbagai sungai - sungai
besar yakni di pantai timur Sumatera dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Selain itu
hutan mangrove terdapat di pantai utara Pulau Jawa, namun di wilayah ini kondisi hutan
mangrove yang ada telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan yang
ada.

9
2.6. Rantai Makan dalam Ekosistem Hutan Mangrove

Keberadaan dan luas hutan mangrove adalah sangat penting sebagai faktor penunjang
keseimbangan dalam ekosistem. Aliran energi dan rantai makanan yang berlangsung di hutan
mangrove, dapat digambarkan terdapat dua tipe rantai makan:

● Rantai makanan langsung dan


● Rantai makanan detritus.
Di ekosistem mangrove rantai makanan yang ada untuk biota perairan adalah rantai makanan
detritus. Detritus diperoleh dari guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan kemudian
mengalami penguraian dan berubah menjadi partikel kecil yang dilakukan oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
Hutan mangrove merupakan sumber makanan bagi organisme air (produksi
sekunder). Sehingga kelestarian hutan mangrove merupakan kunci dalam memelihara
keseimbangan spesies yang merupakan bagian dari ekosistem yang penting. Mangrove
mempunyai peran penting dalam ekosistem. Beberapa peranan penting ekosistem mangrove
adalah:
(1) sebagai tempat pemijahan (nursery ground),
(2) tempat mencari (feeding ground), dan
(3) tempat perlindungan (shelter) beberapa organisme perairan, satwa liar, primata, serangga,
burung, reptil dan amphibi (Nontji, 1993).
Rantai makanan detritus dimulai dari proses penghancuran luruhan dan ranting mangrove
oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus. Hancuran bahan organik (detritus)
ini kemudian menjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi cacing, crustacea, moluska, dan
hewan lainnya (Nontji, 1993).
Kelestarian hutan mangrove menjadi penting untuk menjaga keseimbangan spesies
dalam rantai makanan tersebut karena mangrove yang merupakan penghasil detritus dan
fungsi yang lain akan terganggu apabila ekosistem mangrove terganggu. Hutan mangrove
yang pada awalnya dengan fungsinya sebagai penghasil detritus yang merupakan sumber
makanan bagi organisme perairan (produsen), lalu hilang akibat konversi lahan, berakibat
pada perubahan yang sangat besar pada berbagai tingkatan trofik lainnya.
Sisa organik dari serasah, ranting daun bakau, dan rumput laut pada ekosistem
mangrove, menjadi produsen primer dalam jaring-jaring makanan. Kemudian sisa organik
daun bakau diuraikan oleh detrivor menjadi detritus. Rumput laut dan detritus kemudian

10
dimakan oleh cacing dan udang kecil. Selanjutnya udang kecil dimakan oleh kepiting, ikan
kecil dan ikan besar; dan kerang-kerangan di makan oleh ikan kecil. Setelah itu ikan kecil
dimakan oleh ikan besar, ikan besar dan kepiting kemudian dimakan oleh burung bangau.
Akhirnya, burung bangau di makan oleh burung elang sebagai konsumen puncak atau
predator.
Jaringan makanan merupakan konsep ekologis penting. Pada dasarnya, jaringan
makanan merupakan hubungan makan dalam suatu komunitas (Smith & Smith 2009). Hal ini
juga menyiratkan transfer energi makanan dari sumbernya pada tumbuhan melalui herbivora
karnivora (Krebs, 2009).

2.7. Manfaat dan Fungsi bagi Ekosistem di sekitar Hutan Mangrove

1. Manfaat dari Hutan Mangrove yaitu :


● Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai

Sistem perakaran mangrove yang kompleks, rapat, dan lebat dapat menangkap sisa
bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari daratan. Proses ini akan membuat
air laut menjadi bersih serta memelihara kehidupan padang lamun dan terumbu karang.
Mangrove seringkali disebut sebagai pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang
ditahan akan menumbuhkan perkembangan garis pantai. Akar mangrove juga dapat
menjaga daerah pinggir pantai dari bahaya erosi.

● Menjernihkan air

Akar tanaman mangrove berperan tidak hanya sebagai alat bernafas tanaman saja.
Namun berfungsi akar tersebut juga bisa menangkap endapan dan membersihkan
kandungan zat kimia dalam air yang berasal dari daratan menuju laut.

● Berperan dalam rantai makanan

Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke air akan terurai oleh mikroorganisme.
Hasilnya akan menjadi makanan bagi larva dan hewan kecil. Lalu berlanjut ke sistem
rantai makanan di laut. Sehingga dengan kata lain hutan mangrove memberikan manfaat
untuk membuat rantai makanan di ekosistem laut dan sekitarnya.

11
● Melindungi dan memberikan nutrisi

Akar tanaman mangrove yang lebat dan rapat dapat menjadi tempat berlindung ikan,
udang, dan hewan kecil lainnya. Akar tersebut juga berperan dalam menyediakan
makanan untuk hewan laut tersebut.

● Bermanfaat bagi manusia

Pohon mangrove memiliki kayu yang kuat dan kokoh sehingga dapat digunakan untuk
berbagai keperluan.

● Tempat tambat kapal

Daerah pesisir yang terlindungi menjadi terbaik untuk berlabuh perahu. Jika cuaca
kurang baik, pohon mangrove dapat menjadi tempat berlindung. Kapal-kapal biasanya
diikatkan pada batang pohon ini sehingga tidak hanyut ke laut. Namun cara menambat
kapal seperti ini tidak boleh dilakukan terlalu sering sebab dapat merusak batang pohon
tersebut.

● Sebagai obat

Beberapa bagian tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kulit batang pohon
ini dapat digunakan sebagai pengawet, obat gatal, dan obat radang. Tanaman mangrove
juga dipercaya bisa mengobati gigitan ular, rematik, gangguan pencernaan, dan masalah
kesehatan lainnya. Getah tanaman ini juga bermanfaat untuk mengobati sakit akibat
sengatan hewan laut. Namun ketika getah tanaman tersebut juga bisa menyebabkan
kebutaan sementara apabila terkena mata. Sehingga penggunaan sebagai obat harus
hati-hati.

● Pengawet

Pohon buah bisa dimanfaatkan sebagai pewarna dan pengawet kain dan jaring.
Pewarnaan ini juga biasa digunakan untuk mewarnai batik. Air rebusan kulit pohon ini
juga bisa mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan.

12
● Pakan dan makanan

Daun tanaman yang ada di hutan mangrove ternyata mengandung banyak protein.
Sehingga biasa digunakan untuk tambahan pakan ternak. Bunga mangrove jenis api - api
juga mengandung nektar yang bisa dikonversi menjadi madu dengan bantuan tawon.
Buahnya pahit namun jika memasaknya dengan benar dapat menjadi makanan.

● Bahan bakar dan bangunan

Batang pohon mangrove biasanya digunakan sebagai bahan bakar dengan diolah
menjadi arang untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri kecil. Selain itu, batang
pohonnya juga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Apabila ukurannya sudah
cukup besar, tanaman tersebut juga bisa digunakan sebagai tiang utama atau lunas kapal.
Batang kayu ini kuat dan tahan air sehingga cocok untuk bahan bangunan dan penguat
tanah.

2. Fungsi dari Hutan Mangrove:


❖ Dapat menahan arus air laut yang dapat mengikis daratan pantai.
❖ Penyerap gas karbon dioksida dan penghasil oksigen.
❖ Tempat hidup biota laut seperti ikan kecil untuk berlindung dan mencari makan.

2.8. Iklim Hutan Mangrove

Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang dalam suatu
tempat. Iklim diukur berdasarkan suhu, kelembaban, tekanan atmosfer, curah hujan dan arah
angin. Namun, tidak hanya itu saja, perlu diketahui bahwa iklim dipengaruhi oleh garis
lintang, medan, ketinggian dan perairan di dekatnya.

Hutan Mangrove ini berkembang di iklim tropis dan sub tropis, dengan curah hujan
dan suhu yang bervariasi. Biasanya curah hujan (CH) di hutan Mangrove ini berkisar dari 100
- 150 mm per tahunnya sampai 3.500 mm. Selanjutnya, pada suhu udara yang berada di
sekitar hutan Mangrove sekitar 23 - 48 C.

13
2.9. Habitat yang terdapat di Hutan Mangrove

Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri


tumbuhan yang hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau
dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantaidan habitat darat yang
keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam
menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar. Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor).

Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang
miskin oksigen atau bahkan anaerob. Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan fauna hidup
saling memberi dan menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem tersendiri. Hutan
Mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan tempat
berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan, dan lain-lain.
Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel
bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (seperti daun,
ranting dan bunga).

Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan
subtropis, ia dapat dikatakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang
luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap kondisi alam
yang ekstrim seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan
menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada duanya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pemaparan materi diatas, dapat kita simpulkan bahwa hutan mangrove ini adalah
sekumpulan pepohonan yang tumbuh di area sekitar garis pantai yang dipengaruhi oleh
pasang surutnya air laut serta berada pada tempat yang mengalami akumulasi bahan organik
dan pelumpuran.

Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan
subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan
adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap
kondisi alam yang ekstrim seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat
unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada duanya.

Selain itu, hutan mangrove ini memiliki fungsi, yang dimana dengan adanya hutan
mangrove tersebut dapat dijadikan sebagai sebagai tumbuhan yang mampu menahan arus air
laut yang mengikis daratan pantai, sebagai penyerap gas karbondioksida (CO2) dan penghasil
oksigen (O2), sebagai tempat hidup berbagai macam biota laut seperti ikan-ikan kecil untuk
berlindung dan mencari makan.

3.2. Saran

Untuk melestarikan keberadaan hutan mangrove, maka kami menyarankan supaya


masyarakat menghentikan segala bentuk aktivitas yang dapat merusak hutan bakau dan
melakukan usaha rehabilitasi baik untuk mencegah kerusakan hutan bakau maupun
memulihkan kembali kondisi hutan bakau yang telah rusak. Disamping itu pemerintah juga
perlu mempertegas undang-undang yang mengatur tentang perusakan kawasan hutan dan
menggalakkan program-program penyelamatan hutan bakau.

15
DAFTAR PUSTAKA

4 Jenis Hutan Mangrove yang Ada di Dunia - IlmuGeografi.com. (2018, March 7).

IlmuGeografi.com -. Retrieved December 20, 2022, from

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/jenis-hutan-mangrove

Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove Bagi Lingkungan - Nasional Katadata.co.id. (2021,

October 22). Katadata. Retrieved December 20, 2022, from

https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/6172a66ec77ea/fungsi-dan-manfaat-hutan-man

grove-bagi-lingkungan

Hutan Mangrove : Pengertian, Ciri-ciri, Ekosistem, Fungsi dan Persebarannya -

IlmuGeografi.com. (2016, June 15). IlmuGeografi.com -. Retrieved December 20,

2022, from https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove

KKP. (n.d.). KKP | Kementerian Kelautan dan Perikanan. Retrieved December 20, 2022,

from https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4283-definisi-dan-jenis-mangrove

9 APLIKASI KONSEP KONSERVASI MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN

EKOWISATA DI PANTAI SELATAN LOMBOK TIMUR Agil Al Idrus1), Kesipudin2),.

(n.d.). JURNAL FKIP UNIVERSITAS MATARAM. Retrieved December 20, 2022,

from https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPPM/article/download/480/427/926

16

Anda mungkin juga menyukai