Anda di halaman 1dari 41

BAB I

(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang Masalah
Karena adanya kebutuhan hidup, manusia selalu memiliki minat yang
sangat kuat pada organisme lain dan lingkungannya. Sebagai pemburu dan
pengumpul, orang-orang prasejarah harus mempelajari dimana binatang buruan
dan tumbuhan yang dapat dimakan dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak.
Para naturalis mulai dari Aristoteles hingga Darwin membuat proses pengamatan
dan pemerian organisme di habitat alamiahnya sebagai tujuan akhir, alih-alih
sebagai sekedar cara untuk bertahan hidup. Pandangan yang luar biasa masih
dapat diperoleh melalui pendekatan deskriftif ini, dan dengan demikian sejarah
alam masih mendasari ilmu ekologi.
Meskipun ekologi memiliki sejarah panjang sebagai suatu ilmu deskriftif,
sekarang sifatnya menjadi semakin eksperimental. Meskipun terdapat kesulitan
dalam melakukan percobaan yang seringkali melibatkan banyak sekali ruang dan
waktu, banyak di antara ahli ekologi menguji hipotesis di laboratorium dan di
lapangan. Satu contoh awal adalah suatu kajian klasik tahun 1969 oleh Daniel
Simberloff dan E.O. Wilson yang melibatkan penghilangan semua serangga pada
sebuah pulau kecil di Florida Keys untuk mempelajari rekolonisasi pulau itu dari
populasi daratan di dekatnya. Contohnya, seorang peneliti mengumpulkan hewan
invertebrata dalam perangkap di sepanjang garis pantai sebuah danau sebagai
bagian dari suatu kajian eksperimental mengenai pengaruh logam berat pada
perilaku ikan.
Sebagai suatu bidang kajian ilmiah, ekologi menggabungkan pendekatan
hipotesis-deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Banyak ahli
ekologi merancang model matematis yang memungkinkan mereka membuat

simulasi eksperimen dalam skala besar yang tidak mungkin dilakukan di


lapangan. Dengan pendekatan ini, variabel penting dan hubungan hipotesisnya
dijelaskan melalui persamaan matematis. Cara-cara yag mungkin bagi variabelvariabel itu untuk berinteraksi kemudian dapat dipelajari. Sebagai contoh, banyak
ahli ekologi, ahli klimaton, ahli paleontologi, dan saintis lain menggunakan
program

komputer

yang

canggih

untuk

mengembangkan

model

yang

memperkirakan pengaruh yang akan ditimbulkan oleh aktivitas manusia pada


musim, dan bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi ekosistem.
Tentunya, simulasi seperti itu hanya sebaik informasi dasar yang mendasari model
tersebut, dan untuk memperoleh informasi lebih lanjut masih diperlukan kerja
lapangan yang ekstensif.
Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor kimiawi dan fisik
tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrien. Yang juga penting pengaruhnya
pada organisme adalah komponen biotik (hidup) semua organisasi lain yang
merupakan bagian dari lingkungan suatu individu. Organisme lain bisa
berkompetisi dangan suatu individu untuk mendapatkan makanan dan sumber
daya lainnya, memangsanya atau mengubah lingkungan fisik dan kimiawi. Seperti
akan kita lihat, pertanyaan mengenai kepentingan relatif berbagai komponen
lingkungan seringkali merupakan inti kajian-kajian ekologis dan kontroversi yang
menyertainya.
Akhirnya, dengan pengamatan yang lebih dekat pada definisi ekologi
tersebut, kita akan menyoroti interaksi antara organisme dan lingkungannya.
Organisme dipengaruhi oleh lingkungannya (baik komponen abiotik dan biotik),
akan tetap dengan kehadiran dan aktifitasnya organisme itu juga akan mengubah
lingkungannya yang seringkali terjadi secara dramatis. Kemungkinan pengaruh
yang paling dramatis yang diakibatkan oleh organisme pada lingkungannya terjadi
sekitar tiga miliar tahun yang silam, ketika bakteri fotosintetik pertama mulai
menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi dan menghasilkan oksigen
(O2) sebagai hasil sampingan fotosintesis. Atmosfer aerobik yang dihasilkan dari
perubahan ini sangat berpengaruh terhadap keseluruhan planet. Pada tingkat yang
lebih terbatas, pohon-pohon mengurangi cahaya pada bagian dasar hutan ketika

pohon-pohon

itu tumbuh, yang kadang-kadang akan membuat lingkungan

menjadi tidak cocok bagi pertumbuhan keturunannya.


Banyak di antara ahli biologi mengakui Charles Darwin sebagai salah satu
ahli ekologi pertama (meskipun ia mendahului lahirnya kata ekologi itu sendiri).
Sesungguhnya distribusi geografis organisme dan adaptasi yang sangat baik
terhadap lingkungan yang spesifik membuktikan bukti-bukti lagi Darwin tentang
adanya evolusi. Penyebab penting (meskipun bukan penyebab satu-satunya)
perubahan evolusioner adalah interaksi organisme dengan lingkungannya. Dengan
demikian, kejadian yang terjadi dalam suatu kerangka yang kadang-kadang
disebut waktu ekologis, berpengaruh selama skala waktu evolusioner yang lebih
lama. Sebagai contoh, burung elang yang memakan tikus ladang mempunyai
dampak pada kumpulan gen (gene pool) populasi mangsa dengan cara membatasi
keberhasilan reproduksi individu tertentu. Satu pengaruh jangka panjang dari
interaksi pemangsa dan mangsa seperti itu adalah prevalensi populasi tikus
dengan warna bulu yang dapat membantu penyamaran hewan tersebut.
Di seluruh uni mengenai ekologi ini kita akan melihat lebih banyak lagi
contoh-contoh bagaimana organisme dan lingkungannya berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu sama lain, baik dalam waktu ekologis maupun dalam waktu
evolusioner. Kita juga dapat menghubungkan penelitian ekologis dengan
kepedulian mengenai dampak interaksi manusia dengan lingkungan.
Karena terdapat banyak tingkatan dan jenis interaksi antara organisme dengan
lingkungannya, pertanyaan yang dikemukakan oleh para ahli ekologi memiliki
kisaran yang luas dan kompleks. Ekologi dapat dibagi menjadi em,pat tahap
kajian yang semakin menyeluruh sifatnya, mulai dari interaksi individu organisme
dengan lingkungan abiotik hingga ke dinamika ekosistem.
Ekologi organisme (organismal ecology) berhubungan dengan cara-cara
berprilaku, fisiologis, dan morfologis yang digunakan suatu organisme individual
dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan abiotiknya.
Distribusi organisme dengan lingkungan dibatasi oleh lingkungan abiotik yang
dapat ditolerir oleh organisme tersebut.

Tingkat organisasi berikutnya dalam ekologi adalah populasi, yaitu suatu


kelompok individu dari spesies yang sama yang hidup dalam daerah geografis
tertentu. Ekologi populasi sebagian besar terpusat pada faktor-faktor yang
mempengaruhi ukuran dan komposisi populasi.
Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu
daerah tertentu, komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.
Pertanyaan pada tingkat analisis ini meliputi cara berinteraksi antara organisme,
seperti predasi, kompetisi, dan penyakit yang mempengaruhi struktur dan
organisasi komunitas.
Kajian ekologi pada ekosistem meliputi semua faktor-faktor abiotik selain
komunitas spesies yang ada dalam suatu daerah tertentu. Beberapa pertanyaan
penting pada tingkat ekosistem berhubungan dengan aliran energi dan pendauran
zat-zat kimia pada berbagai komponen biotik dan abiotik.
Para ahli ekologi seringkali menghadapi tantangan yang luar biasa dalam
penelitiannya karena kerumitan pertanyaan mereka, keberagaman subjek mereka,
dan tentang waktu serta tempat yang sangat besar untuk melaksanakan penelitian
tersebut. Ekologi juga sangat menantang karena sifatnya yang multidispliner,
pertanyaan-pertanyaan ekologi membentuk suatu kesatuan dengan pertanyaanpertanyaan dari bidang biologi lainnya, yang meliputi genetika, evolusi, fisiologi
dan prilaku dan juga pertanyaan-petanyaan dari sains lainnya, seperti kimia,
fisika, geologi, dan meteorologi. Kita akan melihat banyak sekali contoh dari sifat
multidispliner ekologi, khususnya ketika kita mempelajari ilmu biologi konservasi
pada bab terakhir. Dengan tujuan menghentikan hilangnya berbagai spesies akibat
perbuatan manusia dan untuk membangun suatu masa depan yang berkelanjutan,
bidang ilmu yang relatif masih muda ini menggabungkan ekologi dan bidangbidang ilmu yang terkait dengan bidang-bidang di luar biologi yang kisarannya
sangat luas, termasuk sosiologi, ekonomi dan hukum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat
kami susun adalah sebagai berikut:

a. Pengertaian Ekologi Biosfer


b. Faktor abiotik dalam biosfer
c. Bioma akuatik dan teresterial
d. Konsep ekologi organisme
C. Tujuan Penulisan
Dalam rumusan masalah diatas terdapat beberapa tujuan antara lain:
a.

Untuk menegtahui pengertaian Ekologi Biosfer

b.

Untuk mengetahui faktor abiotik dalam biosfer

c.

Untuk mengetahui bioma akuatik dan teresterial

d.

Untuk mengetahui konsep ekologi organisme

BAB II
PEMBAHASAN
Matahari, planet, satelit dan benda langit lainnya bergerak dalam garis edarnya
masing-masing. Alquran surat Al Anbiya ayat 33 dan surat Yaasin ayat 38
menjelaskan mengenai fakta ilmiah itu dan terbukti kebenaranya.
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (QS Al
Anbiya:33)
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS Yaa Siin: 38)
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia
sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua. (QS Yaa Siin: 39)
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS Yaa Siin:
40)
A. Pengertian faktor abiotik dalam biosfer
Biosfer adalah ekosistem global jumlah seluruh ekosistem planet, atau
seluruh makhluk hidup dan tempatnya hidup. Biosfer merupakan tingkatan
yang paling kompleks dalam ekologi. Biosfer meliputi atmosfer hingga
ketinggian beberapa kilometer, daratan sampai ke dan termasuk bebatuan
yang mengandung air yang berada paling tidak 1500 meter di bawah
tanah, danau, dan aliran sungai, gua, dan larutan hingga kedalaman
beberapa kilometer.
Para ahli ekologi telah lama menyadari adanya pola global dan regional
yang mengagumkan dalam persebaran organisme di dalam biosfer. Pola ini
sebagian besar mencerminkan perbedaan iklim secara regional dan faktor-

faktor abiotik lainnya dalam suatu lingkungan. Sebagian besar organisme


pada dasarnya memperoleh energi dari cahaya matahari, dan organisme
tersebut harus tahan terhadap kisaran suhu, kelembapan, kadar garam, dan
cahaya dalam lingkungannya. Pada subbab ini kita akan menganalisis
bagaimana beberapa faktor abiotik penting, misalnya suhu, mempengaruhi
persebaran organisme. Kita juga akan membahas fariasi global, regional
dan minum dalam iklim, suatu sifat lingkungan yang menggabungkan
beberapa faktor abiotik, yang meliputi suhu dan curah hujan. Diseluruh
pembahasan ini sangat penting untuk tetap mengingat bahwa lingkungan
fisik bervariasi menurut ruang maupun menurut waktu. Meskipun dua
daerah di bumi ini bisa mengalami kondisi yang berbeda dalam waktu
tertentu, fluktuasi harian dan tahunan dalam faktor abiotik kadang-kadang
mengaburkan atau menonjolkan perbedaan daerah-daerah tersebut.
B. Faktor Abiotik Dalam Biosfer
1. Suhu.

Suhu

lingkungan

merupakan

faktor

penting

dalam

persebaran organisme karena pengaruhnya pada proses biologis dan


ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu
tubuhnya secara tepat. Sel bisa pecah jika air yang terdapat di
dalamnya membeku pada suhu dibawah 00 C, dan protein pada
sebagian besar organisme akan mengalami denaturasi pada suhu di atas
450C. Selain itu, sejumlah organisme dapat mempertahankan suatu
metabolisme yang cukup aktif pada suhu yang sangat tinggi. Adaptasi
yang luar biasa memungkinkan beberapa organisme hidup di luar
kisaran suhu tersebut. Suhu internal suatu organisme sesungguhnya
dipengaruhi oleh pertukaran panas dengan lingkungannya, dan
sebagian besar organisme tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya
lebih tinggi beberapa derajat di atas atau di bawah suhu lingkungan
sekitarnya. Sebagai makhluk endotermis, mamalia dan burung
merupakan pengecualian utama, tetapi fungsi-fungsi endotermis
sekalipun akan bekerja paling baik di dalam kisaran suhu lingkungan
tertentu yang bervariasi menurut spesies.

2. Air. Sifat-sifat air yang unik berpengaruh pada organisme dan


lingkungannya, seperti yang telah anda pelajari pada bab 3. Air sangat
penting bagi kehidupan, tetapi ketersediaannya bervariasi secara
dramatis di berbagai habitat. Organisme air taawar dan air laut hidup
terendam di dalam suatu lingkungan akuatik, tetapi organisme tersebut
menghadapi permasalahan keseimbangan air jika tekanan osmosis
intraselulernya tidak sesuai dengan tekanan osmosis air disekitarnya.
Organisme di lingkungan darat menghadapi ancaman kekeringan yang
hampir konstan, dan evolusinya dibentuk oleh kebutuhannya untuk
mendapatkan dan menyimpan air dalam jumlah yang mencukupi.
3. Cahaya matahari. Matahari memberikan energi yang menggerakkan
hampir seluruh ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan organisme
fotosintetik lain yang menggunakan sumber energi ini secara langsung.
Intensitas cahaya bukan merupakan faktor terpenting yang membatasi
pertumbuhan tumbuhan di lingkungan darat, tetapi penaungan oleh
kanopi hutan membuat persaingan untuk mendapatkan cahaya
matahari di bawah kanopi tersebut menjadi sangat ketat. Dalam
lingkungan akuatik, intensitas dan kualitas cahaya membatasi
persebaran organisme fotosintetik. Setiap meter kedalaman air secara
selektif menyerap sekitar 45% cahaya merah dan sekitar 2% cahaya
biru yang melaluinya. Sebagai hasilnya, sebagian besar fotosintesis
dalam lingkungan akuatik terjadi relatif di dakat permukaan air. Akan
tetapi, organisme fotosintetik itu sendiri menyerap banyak cahaya yang
menembus air, yang selanjutnya akan mengurangi intensitas dan
cahaya pada air di bawahnya.
Cahaya juga penting bagi perkembangan dan perilaku banyak
tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap fotoperiode, yaitu panjang
relatif siang dan malam hari. Fotoperiode merupakan suatu indikator
yang lebih dapat dipercaya dibndingkan dengan suhu, dalam memberi
petunjuk mengenai kejadian musiman, seperti perbungaan atau
perpindahan (migrasi).
4. Angin. Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme
dengan cara meningkankan hilangnya panas melalui penguapan

(evaporasi) dan konveksi (faktor wind-chill atau pendinginan oleh


angin). Angin juga menyebabkan hilangnya air di organisme dengan
cara meningkatkan laju penguapan pada hewan dan laju transpirasi
pada tumbuhan. Selain itu, angin dapat menyebabkan pengaruh yang
sangat mendasar pada bentuk pertumbuhan tumbuhan, yaitu dengan
cara menghambat pertumbuhan anggota tubuh pohon yang terdapat
pada sisi arah tiup angin, anggota tubuh pohon yang berada pada arah
yang berlawanan dengan arah tiupan angain akan tumbuh secara
normal, yang menghasilkan suatu penampakan lambaian bendera
5. Batu dan tanah. Struktur fisik, pH dan komposisi mineral batuan serta
tanah akan membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang
memakannya, sehingga menjdai salah satu penyebab timbulnya pola
mengelompok pada area tertentu yang

acak (patchiness) pada

ekosistem terestrial yang sering kita lihat. Pada aliran sungai,


komposisi sub pada ekosistem terestrial yang sering kita lihat. Pada
aliran sungai, komposisi substrat dapat mempengaruhi tumbuhan dan
hewan penghuni ekosistem akuatik. Pada lingkungan laut struktur
substrat dalam zona pasang surut (intertidal zone) dan dasar laut
menentukan jenis organisme yang dapat menempel atau meliang dalam
habitat seperti itu.
6. Gangguan periodik. Gangguan yang sangat merusak seperti
kebakaran, badai, tornado, dan letusan gunung berapi dapat
menghancurkan komunitas biologis. Setelah adanya ganguan yang
merusak, daerah akan dikolonisasi ulang oleh organisme yang selamat
dari bencana, akan tetapi struktur komunitas akan mengalami suatu
suksesi perubahan selama proses pemulihan. Beberapa gangguan yang
jarang terjadi dan tidak dapat diprediksi menurut waktu dan ruang,
sehingga organisme tidak memiliki adaptasi evolusioner untuk
menghadapinya. Sebaiknya, gangguan kebakaran meskipun dalam
jangka pendek tidak dapat diprediksi, tetapi kejadian berulang
seringkali terjadi pada beberapa komunitas, dan banyak tumbuhan
telah beradaptasi terhadap gangguan periodik seperti ini. Pada
kenyataannya, bebenya, beberapa komunitas sesungguhnya bergantung

pada kebakaran yang terjadi secara periodik untuk mempertahankan


hidupnya.
7. Iklim Dan Persebaran Organisme
Faktor abiotik yang baru dijelaskan memiliki pengaruh langsung pada
biologi organisme. Empat faktor pertama, suhu, air, cahaya dan angin
merupakan komponen utama iklim (climate), yaitu kondisi cuaca yang
dominan pada suatu lokasi. Kita dapat melihat dampak besar iklim
pada persebaran organisme dengan cara membuat suatu klimograf,
yaitu suatu plot suhu dan curah hujan dalam suatu daerah tertentu,
yang seringkali diberikan dalam bentuk rata-rata tahunan. Sebagai
contoh, menunjukkan suatu klimograf untuk beberapa daerah geografis
di Amerika Utara. Istilah bioma mengacu pada jenis-jenis utama
ekosistem, yaitu ekosistem yang menempati suatu daerah yang luas,
hutan konifer, gurun dan padang rumput adalah beberapa contohnya.
Perhatikan bahwa kisaran curah hujan yang terjadi di bagian utara
hutan temperat (daerah beriklim sedang), akan tetapi kisaran suhunya
berbeda. Padang rumput umumnya lebih kering dibandingkan dengan
kedua jenis hutan tersebut, dan gurun lebih kering lagi.
Rata-rata tahunan untuk suhu dan curah hujan sangat berkolerasi
dengan bioma yang ditemukan di wilayah yang berbeda-beda. Akan
tetapi, kita harus selalu berhati-hati untuk membedakan antara korelasi
antara variabel-variabel dengan kausasi, yaitu suatu hubungan sebab
akibat. Meskipun klimograf memberikan bukti-bukti tidak langsung
bahwa suhu dan curah hujan sangat penting bagi penyebaran bioma,
tetapi tidak terbukti bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh pada
geografisnya. Hanya melalui analisis rinci mengenai toleransi spesies
individual terhadap air dan suhu kita dapat menentukan efek
pengontrolan oleh variabel-variabel tersebut.

10

Gambar 01 Suatu Klimograf Untuk beberapa Jenis ekosistem


Kita dapat melihat dalam klimograf bahwa faktor-faktor selain suhu
rata-rata dan curah hujan (presipitasi) juga pasti berperan dalam
penentuan bioma apa yang ditemukan di tempat tertentu, karena
terdapat wilayah-wilayah yang biomanya saling tumpang-tindih.
Sebagai contoh, terdapat daerah di Amerika

Utara dengan suatu

kombinasi suhu dan presipitasi tertentu yang menyokong suatu hutan


temperat, tetapi daerah lain dengan nilai yang sama untuk variabelvariabel tersebut menyokong padang rumput. Bagaimana kita
menjelaskan variasi ini? Pertama, ingat bahwa klimograf didasarkan
pada rata-rata tahunan. Seringkali tidak hanya rata-rata iklim saja yang
penting, tetapi juga pola variasi iklim. Sebagai contoh, beberapa
wilayah bisa mendapatkan presipitasi reguler sepanjang tahun,
sementara wilayah lain dengan jumlah curah hujan setahun yang sama
memiliki musim hujan dan kemarau yang jelas berbeda. Suatu
fenomena yang mirip bisa terjadi dalam kaitannya dengan suhu.
Faktor-faktor lain, seperti lapisan batuan pada suatu daerah, bisa sangat
mempengaruhi ketersediaan nutrien mineral dan struktur tanah, yang
selanjutnya akan mempengaruhi jenis vegetasi yang akan berkembang.
Dengan

mengingat

pertimbangan-pertimbangan

yang

kompleks

tersebut, mari kita mengamati lebih dekat pola iklim global serta
variasi lokal dan musiman dalam lingkungan fisik, untuk memahami
persebaran organisme secara geografis.

11

8. Pola Iklim Global


Pola iklim global bumi sebagian besar ditentukan oleh energi matahari
yang masuk dan pergerakan planet di ruang angkasa. Sekitar separuh
energi matahari yang mencapai lapisan teratas atmosfer diserah
sebelum mencapai bumi, cahaya dengan panjang gelombang tertentu
(yang meliputi panjang gelombang ultraviolet yang merusak sistem
biologis) lebih mudah diserap oleh molekul oksigen dan ozon
dibandingkan dengan panjang gelombang lainnya. Banyak energi yang
menumbuk bumi dengan sendirinya diserap oleh molekul tanah dan air
(serta organisme), meskipun sebagian di antaranya dipantulkan
kembali ke atmosfer. Pengaruh pemanasan matahari pada atmosfer,
tanah dan air akan membentuk variasi suhu, siklus pergerakan udara
dan penguapan air yang bertanggung jawab atas variasi iklim yang
sangat dramatis pada daerah-daerah dengan lintang yang berbeda.
Karena radiasi matahari sangat kuat ketika matahari persis berada di
atas kepala, bentuk bumi menyebabkan variasi yang sangat besar
dalam intensitas cahaya matahari menurut perubahan lintang. Akan
tetapi, planet juga miring pada sumbunya sebesar 23,5 0 relatif terhadap
sumbu orbitnya di sekitar matahari dan kemiringan ini menyebabkan
variasi musiman dalam intensitas radiasi matahari.

Gambar 02 Radiasi Matahari dan Garis Lintang

12

Sudut radiasi matahari yang dating berubah dimanapun dari hari ke


hari karena bumi beredar mengelilingi matahari, akan tetapi hanya
wilayah tropis (wilayah yang berada di antara 23,5 0 LU dan 23,50LS)
yang menerima cahaya matahari tepat tegak lurus. Akibatnya, di
wilayah tropis, energi cahaya matahari yang diperoleh setiap tahunnya
paling besar dan variasi musiman radiasi mataharinya paling sedikit,
jika dibandingkan dengan wilayah manapun di Bumi ini. Perbedaan
musiman cahaya matahari dan suhu terus menerus meningkat kea rah
kutub, wilayah kutub memiliki musim dingin yang panjang dengan
periode kegelapan yang terus menerus dan musim panas yang pendek
dengan periode terang terus menerus.

Gambar 03 Penyebab Musim


Intensitas radiasi matahari di dekat equator mengawali suatu sirkulasi
udara global, yang menciptakan presipitasi dan angin. Suhu tinggi di
daerah tropis akan menguapkan air di permukaan bumi dan
menyebabkan massa udara yang lembap dan hangat naik dan mengalir
menuju kutub. Massa udara yang naik tersebut akan membebaskan
banyak kandungan airnya, yang menyebabkan presipitasi yang sangat
berlimpah di daerah tropis. Dengan demikian, suhu yang tinggi, cahaya

13

matahari yang terik, dan curah hujan yang cukup seluruhnya


merupakan cirri khas iklim tropis, yang menyokong pertumbuhan
vegetasi yang subur di beberapa hutan basah dan pembentukan
terumbu karang. Massa udara pada ketinggian yang tinggi, saat ini
kering, turun kea rah bumi pada garis lintang disekitar 30 0 LU dan LS,
menyerah uap air dan air dari tanah dan mengakibatkan iklim kering
yang menyebabkan pembentukan gurun yang sangat umum terdapat di
wilayah garis lintang tersebut. Sebagian udara yang turun mengalir ke
arah kutub pada ketinggian rendah, yang membentuk sel sirkulasi di
garis lintang tengah yang menyimpan presipitasi yang berlimpah
(meskipun lebih sedikit dibandingkan dengan daerah tropis) di mana
massa udara sekali lagi akan naik dan melepaskan air di sekitar garis
lintang 600. hutan konifer yang sangat luas mendominasi pemandangan
alam daratan di daerah lintang yang cukup lembap, namun umumnya
sejuk. Sel sirkulasi yang ketiga akan membawa udara dingin dan udara
kering yang naik menuju ke kutub, di mana udara tersebut akan turun
dan mengalir kembali menuju equator, yang menyerap air dan
menghasilkan iklim tanpa curah hujan dan sangat dingin di Arktik dan
Antarkrika.
9. Pengaruh lokal dan musiman pada iklim
Kedekatan dengan badan air dan cirri topografik seperti pegunungan
akan membuat ketidakseragaman iklim pada skala regional, dan cirri
pemandangan alam juga menambah variasi iklim setempat. Variasi
iklim regional dan lokal ini menimbulkan sejumlah ekosistem yang
kurang tersebar luas dibandingkan dengan bioma utamanya.
Arus laut mempengaruhi iklim di sepanjang pantai benua dengan cara
memanaskan atau mendinginkan massa udara yang di atasnya, yang
kemudian bisa lewat melalui daratan. Penguapan dari lautan juga lebih
besar dibandingkan dengan penguapan di daratan, dan di daerah pantai
umumnya lebih lembap dibandingkan dengan daerah daratan,
walaupun berada pada garis lintang yang sama. Iklim yang sejuk dan

14

lembap yang ditimbulkan oleh arus California yang dingin, yang


mengalir ke arah selatan di sepanjang bagian barat Amerika Serikat,
menyokong ekosistem hutan basah yang didominasi oleh pohon-pohon
konifer yang besar di facific Northwest dan huatan pohon redwood
yang besar jauh di selatan. Dengan cara yang sama, sungai Gulf yang
hangat, mengalir ke utara dari Teluk Meksiko dan menembus Atlantik
Utara akan menyejukkan iklim di pantai barat British Isles, yang
membuatnya lebih hangat dibandingkan dengan pantai New England,
yang sesungguhnya letaknya lebih jauh ke selatan, tetapi dsejukkan
oleh arus yang mengalir ke selatan dari pantai Greenland.

Gambar 04 Sirkulasi Udara


Seperti yang diketahui setiap pelancong, lautan (dan badan air besar di
daratan) umumnya membuat siklus harian iklim lingkungan daratan
akan mengalami pemanasan dan naik ke atas, menarik angin sepoisepoi yang sejuk dari air di sekitar daratan. Pada malam hari, sebagai
pebanding, udara di atas lautan atau danau yang lebih hangat akan naik
ke atas, membentuk suatu sirkulasi yang menarik udara yang lebih
sejuk dari daratan di atas permukaan air, mengganti udara sejuk
dengan udara yang lebih hangat dari lepas pantai. Akan tetapi,
kedekatan dengan air tidak selalu menyejukkan iklim. Beberapa
wilayah (meliputi pantai California tengah dan selatan) memiliki suatu

15

iklim yang mirip Laut tengah, pada musim panas, angin laut yang
kering dan sejuk dihangatkan ketika angin tersebut melakukan kontak
dengan daratan, yang menyerap air dan menyebabkan musim panas
yang panas tanpa hujan di daratan yang jaraknya hanya beberapa mil
dari pesisir.
Pegunungan juga memiliki pengaruh yang signifikan pada radiasi
matahari, suhu lokal dan curah hujan. Lereng gunung yang menghadap
ke selatan di Belahan Bumi Utara menerima lebih banyak cahaya
matahari dibandingkan dengan lereng gunung yang menghadap ke
utara di sebelahnya, sehingga menjadi lebih hangat dan lebih kering.
Pada banyak pegunungan pada bagian barat Amerika Utara, pohon
cemara dan konifer lainnya menempati lereng yang menghadap ke
Utara, sementara semak, vegetasi yang resisten terhadap kekeringan,
banyak menempati lereng yang menghadap ke selatan. Selain itu, pada
lintang tertentu, suhu udara menurun sekitar 60 C setiap kenaikan
ketinggian 1000 m, yang serupa dengan penurunan suhu dengan
peningkatan lintang. Pada zona temperat (bersuhu sedang) utara,
misalnya, suatu kenaikan ketinggian 1000 m akan menghasilkan suatu
perubahan suhu yang sama dengan peningkatan lintang sebanyak 880
km. hal ini merupakan salah satu alsan komunitas pada ketinggian
yang lebih rendah, yang lebih jauh dari equator. Ketika udara hangat
dan lembap mendekatipegunungan, udara akan naik dan kemudian
mengalami pendinginan, membebaskan uap air pada arah tiupan angin
di daerah pengunungan tersebut. Pada arah yang berlawanan dengan
arah tiupan angin pada sisi pengunungan tersebut, udara yang lebih
sejuk dan kering akan turun, menyerap air dan menghasilkan daerah
bayang-bayang hujan. Gurun umumnya terjadi pada sisi bukit yang
berlawanan dengan arah tiupan angin, suatu fenomena yang tampak
jelas di daerah Great Basin dan Mojave Desert di bagian barat Amerika
Utara, gurun Gobi di Asia, dan gurun-gurun kecil yang memadai sudut
selatan beberapa kepulauan Karibi.

16

Gambar 05 Stratifikasi Danau dan Pergantian Musim


Perbedaan musiman menghasilkan variasi lingkungan lokal selain
perubahan global pada panjangnya siang hari, radiasi matahari dan
suhu yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena perubahan sudut jatuh
cahaya matahari sepanjang tahun, berkas udara basah dan kering pada
salah satu sisi equator akan mengalami sedikit pergesaran musim
dalam garis lintang, yang menghasilkan musim hujan dan musim
kemarau yang jelas di sekitar garis lintang 200, di mana hutan tropis
basah tumbuh. Selain itu, perubahan musiman dalam pola angin
menghasilkan

variasi

dalam

arus

laut,

yang

kadang-kadang

menyebabkan tertariknya air dingin yang kaya akan nutrient dari


lapisan dalam laut ke atas, sehingga akan memberikan makanan bagi
organism yang hidup di dekat permukaan.
Kolam dan danau juga sangat sensitif terhadap perubahan suhu
musiman. Selama musim panas dan musim dingin, banyak danau di
wilayah temperat berlapis-lapis (terstratifikasi) secara termal, atau
berlapis-lapis secara vertical menurut perbedaan suhu. Danau seperti
itu mengalami percampuran air sebanyak dua kali setahun sebagai
akibat dari perubahan profil suhu air. Pergantian (turnover) ini, akan

17

membawa air yang kaya oksigen dari permukaan danau ke dasar dan
air yang kaya nutrien dari dasar ke permukaan danau baik pada musim
semi maupun musim gugur. Perubahan ciri-ciri abiotik danau secara
bersiklus (siklis) ini sangat penting bagi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan organisme pada semua tingkatan di dalam ekosistem ini.
Iklim juga bervariasi dalam skala yang sangat kecil, yang disebut
mikroklimat atau iklim mikro. Sebagai contoh, para ahli ekologi
seringkali mengacu pada iklim mikro di dasar hutan atau di bawah
bebatuan. Banyak ciri dalam lingkungan mempengaruhi mikroklimat,
yaitu dengan cara memberikan peneduhan, mengurangi penguapan
dari tanah, dan memperkecil pengaruh angin. Pohon-pohon di hutan
seringkali menyejukkan mikroklimat di bawahnya. Daerah yang
gundul umumnya mengalami suhu ekstrem yang lebih besar
dibandingkan dengan bagian dalam hutan, karena radiasi matahari dan
tiupan angin yang lebih besar yang telah dibentuk oleh pemanasan dan
pendinginan yang cepat pada tanah terbuka, penguapan umumnya juga
lebih tinggi di daerah yang terbuka tanpa hutan. Tanah di tempat yang
rendah umumnya lebih basah dibandingkan dengan tanah di tempat
yang tinggi dan cenderung ditumbuhi oleh spesies pohon yang berada
di dalam hutan yang sama. Jika anda pernah mengangkat batang kayu
atau batu besar di hutan, anda pasti sangat menyadari adanya
organisme (seperti salamander, cacing, dan beberapa serangga) yang
hidup dalam teduhan lingkungan mikro ini, yang di sokong oleh suhu
dan kelembapan ekstrem. Setiap lingkungan di bumi dengan cara yang
serupa di tandai oleh suatu mosaik perbedaan skala kecil dalam factorfaktor abiotik yang mempengaruhi persebaran organisme.

C. Bioma akuatik dan teresterial


Setelah mengkaji beberapa faktor abiotik yang mempengaruhi persebaran
organisme, sekarang kita akan melakukan suatu penelitian singkat
mengenai jenis-jenis utama ekosistem, yaitu bioma.
1. Bioma akuatik menempati bagian terbesar biosfer

18

Kehidupan berasal pada air dan berevolusi di sana selama hamper 3 miliar
tahun sebelum tumbuhan dan hewan mulai berpindah ke daratan. Bioma
akuatik masih mewakili bagian terbesar dalam biosfer.
Para ahli ekologi membedakan antara bioma air tawar dan bioma air laut
berdasarkan perbedaan fisik dan kimiawi. Sebagai contoh, bioma marina
tau laut umumnya memiliki konsentrasi garam rata-rata 3%, sementara
bioma air tawar umumnya memiliki ciri konsentrasi garam yang lebih
rendah dari 1%. Lautan menutupi sekitar 75% permukaan Bumi, dan
memiliki dampak yang sangat besar pada biosfer. Penguapan air laut akan
menyediakan uap air yang akan menjadi sebagian besar curah hujan di
planet ini, dan suhu lautan berpengaruh pada pola iklim dan angin di
dunia. Selain itu, alga laut dan bakteri fotosintetik menyediakan sebagian
besar oksigen (O2)

dunia dan mengkonsumsi sebagian besar karbon

dioksida. Bioma air tawar sangat erat hubungannya dengan tanah dan
komponen biotic bioma terrestrial yang dilalui bioma air tawar tersebut
atau tempat bioma air tawar berada. Ciri khusus suatu bioma air tawar juga
dipengaruhi oleh pola dan kecepatan aliran air dan iklim yang memberikan
paparan terhadap bioma tersebut.

Gambar 07 Persebaran Bioma Akuatik Utama

19

2. Stratifikasi vertikal bioma akuatik


Banyak bioma akuatik memperlihatkan stratifikasi vertikal yang jelas pada
beberapa variabel fisik dan kimiawi. Cahaya diserap oleh air itu sendiri
dan oleh mikroorganisme yang ada di dalamnya, sedemikian rupa
sehingga intensitasnya menurun secara cepat dengan bertambahnya
kedalaman. Para ahli ekologi membedakan antara zona fotik di bagian
atas, yaitu daerah yang cahayanya mencukupi untuk fotosintesis, dan zona
afotik di bagian bawah, yaitu daerah dengan sedikit sekali cahaya yang
menembus sampai ke daerah itu.suhu air juga cenderung terstratifikasi,
khususnya selama musim panas dan musim dingin. Energi panas dari
cahaya matahari akan menghangatkan permukaan air hingga ke bagian air
yang dapatditembus oleh cahaya matahari, tetapi air di tempat yang lebih
dalam tetap sangat dingin. Dalam lautan dan pada banyak danau di daerah
beriklim sedang, suatu lapisan tipis yang perubahan suhunya sangat cepat,
yang disebut termoklin (thermocline), memisahkan lapisan air bagian atas
yang lebih hangat dari lapisan air yang lebih dingin di bagian dalam. Pada
bagian dasar semua bioma akuatik, substratnya disebut zona bentik
(bhentic zone). Terbuat dari pasir dan sedimen organik dan anorganik
(ooze), zona bentik ditempati oleh komunitas organisme yang secara
kolektif disebut bentos. Salah satu sumber utama makanan untuk lautan
dan danau, detritus turun ke bawah permukaan air yang produktif pada
zona fotik.

3. Bioma Air Tawar

20

Pada subbab ini kita akan mengkaji dua kategori umum bioma air tawar,
badan air yang tetap diam (kolam dan danau) dan jenis badan air yang
bergerak (sungai dan aliran). Badan air yang diam berkisar mulai dari
kolam kecil yang hanya beberapa meter persegi luasnya hingga ke danau
besar yang luasnya mencapai ribuan kilometer persegi. Di sebagian besar
danau, komunitas tumbuhan dan hewan tersebar berdasarkan kedalaman
air dan jaraknya dari tepian. Tumbuhan akuatik yang berakar dan
mengambang berkembang biak pada zona litoral (daerah pesisir), yaitu
daerah perairan di dekat tepian yang cukup banyak mendapatkan banyak
cahaya dan kedalamannya dangkal. Pada suatu danau, perairan dengan
permukaan terbuka dan mendapatkan cahaya yang baik di daerah yang
semakin jauh dari tepian.
4. Lahan Basah

Pada tingkatan paling sederhana, lahan basah (wetland) adalah suatu


daerah yang digenangi oleh air yang menyokong kehidupan tumbuhan
akuatik. Pada kenyataannya, daerah lahan basah meliputi mulai dari daerah
yang secara periodik banjir hingga ke tanah yang secara permanen menjadi
jenuh selama musim pertumbuhan. Kondisi ini menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman yang telah beradaptasi khusus yang disebut hidrofit
(tumbuhan air) yaitu tumbuhan yang dapat tumbuh dalam air atau dalam
tanah yang secara periodik berada dalam kondisi anaerobik akibat adanya
air. Hidrofit meliputi teratai kolam yang mengambang dan ekor kucing
(cattail) yang terendam, berbagai jenis ilalang, tamarack dan cemara
hitam. Baik hidrologi maupun vegetasi suatu daerah merupakan penentu
penting pengklasifikasian lahan basah suatu klasifikasi yang bisa menjadi
sangat kritis ketika pemerintah pusat, pemerintah tingkat provinsi, dan
pemerintah daerah (kabupaten) masing-masing melakukan kebijaksanaan
pelestarian

berdasarkan

definisi

yang

kaku

sehingga

seringkali

menimbulkan konflik.
Keberagaman jenis daerah lahan basah yang sangat luas telah diketahui,
mulai dari rawa yang airnya tak mengalir (marsh), rawa lumpur (swamp)

21

hingga ke tanah gambut (bog). Akan tetapi, semua keragaman ini


umumnya membentuk satu dari tiga situasi topografik yang berbeda.lahan
basah cekungan (basin wetland) terbentuk di cekungan dangkal, mulai dari
perlekukan daratan tinggi hingga ke kolam dan danau yang terisi. Lahan
basah sungai (riverine wetland) berkembang di sepanjang pinggir sungai
atau aliran yang dangkal dan secara periodik banjir. Lahan basah tepian
(fringe wetland) terdapat di sepanjang tepi danau bedar atau laut, dimana
air mengalir maju mundur karena peningkatan permukaan air atau akibat
pasang. Dengan demikian, lahan basah tepian meliputi bioma air tawar
maupun bioma laut. Lahan basah pesisir laut sangat dekat hubungannya
dengan muara, yang akan kita bahas sebentar lagi. Aliran air melalui suatu
lahan basah, lamanya, frekuensi, kedalamannya dan musim banjir
menentukan jenis tumbuhan yang tumbuh di lahan basah tersebut.
Secara ekologi, lahan basah merupakan bioma yang paling kaya. Lahan
basah memiliki komunitas invertebrate yang beraneka ragam, yang
menyokong kehidupan beraneka ragam burung. Herbivora mulai dari
krustase hingga ke tikus air mengkonsumsi alga, detritus, dan tumbuhan.
Selain keanekaragaman spesies yang kaya yang didukung oleh lahan
basah, nilai ekonomis dan ekologis lahan basah melebihi nilai yang
diharapkan dari keadaan geografis lahan basah sendiri, lahan basah
menyediakan suatu lembah penyimpanan air yang mengurangi intensitas
banjir dan juga memperbaiki kualitas air dengan cara menyaring polutan.
Di masa lalu, manusia seringkali menganggap lahan basah sebagai tanah
buangan sebagai sumber nyamuk, lalat dan bau busuk, dan telah merusak
banyak lahan basah yang sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian
dan pengembangan. Baru-baru ini, baik organisasi pemerintah maupun
swasta sedang mencoba melindungi lahan basah-lahan basah yang masih
tersisa melalui pembelian lahan, insentif ekonomi, dan peraturan. Banyak
sekali penelitian sedang berlangsung untuk menentukan bagaimana lahan
basah dapat dipulihkan kembali.

22

Daerah dimana anak sungai atau sungai air tawar menyatu dengan laut
disebut estuaria atau muara seringkali berbatasan dengan lahan basah
pesisir yang disebut hamparan lumpur (mudflat) dan rawa asin (saltmarsh).
Salinitas atau kadar garam bervariasi berdasarkan ruang di muara, mulai
dari hamper seperti air tawar hingga salinitas air laut, salinitas juga
bervariasi selama satu hari mengikuti pasang surut. Nutrient yang terbawa
oleh sungai akan memperkaya air di muara, yang membuat muara
merupakan salah satu lingkungan yang paling produktif di bumi.
Rumput-rumputan rawa asin, alga dan fitoplankton merupakan produsen
utama pada muara. Lingkungan muara juga mendukung kehidupan
berbagai ragam cacing, tiram, kepiting dan banyak spesies ikan yang
dikonsumsi oleh manusia. Banyak invertebrate laut dan ikan menggunakan
muara sebagai tempat berkembang biak atau berpindah melalui muara ke
habitat air tawar di daerah hulu. Muara juga merupakan daerah pencarian
makan yang penting bagi banyak vertebrata semiakuatik, khususnya
burung air.
Meskipun muara mendukung kehidupan berbagai ragam spesies yang
secara komersial sangat berharga, daerah di sekitar muara juga merupakan
lokasi utama untuk pengembangan komersial dan tempat tinggal. Selain
itu, sayangnya, muara berada pada ujung terakhir penerimaan tumpukan
polutan dari arah hulu. Sangat sedikit habitat muara yang tidak terganggu
yang tersisa hingga saat ini, dan sebagian besar telah hilang karena
penimbunan tanah dan pengembangan untuk pembangunan. Banyak
Negara bagian di Amerika sekarang agak terlambat mengambil langkah
untuk melestarikan muara yang masih tersisa di wilayahnya.

5. Penentuan Zona Pada Komunitas Laut

Mirip dengan komunitas di danau air tawar, komunitas air laut tersebar
menurut kedalaman air, derajat penetrasi cahaya, jarak dari pantai, dan
perairan terbuka versus bagian dasar. Terdapat suatu zona fotik di mana

23

fitoplankton, zoonplankton dan banyak spesies ikan ditemukan, dan suatu


zona afotik di bawahnya. Karena air menyerap cahaya sedemikian baiknya
dan lautan sangan dalam, sebagian besar volume lautan hamper tidak
menerima cahaya, kecuali sejumlah kecil yang dihasilkan oleh beberapa
ikan dan invertebrate penghasil cahaya (luminesen). Zona di mana daratan
bertemu dengan air disebut zona intertidal (zona pasang surut), lebih jauh
dari zona pasang surut adalah zona netirik, yaitu daerah dangkal di atas
dasar continental, dan melewati dasar selat adalah zona aseanik, yaitu
daerah yang mencapai kedalaman yang sangat dalam. Akhirnya, perairan
terbuka dengan berbagai kedalaman adalah zona pelagik, yang pada
dasarnya adalah dasar laut atau zona bentik.
6. Zona pasang surut
Suatu zona pasang surut terendam dan muncul secara bergantian karena
siklus pasang yang terjadi dua kali dalam sehari. Komunitas yang terdapat
pada zona pasang surut ini terpapar pada variasi harian yang sangat tinggi
dalam hal ketersedian air laut (dan nutrien yang dibawanya) dan dalam hal
suhu. Barang kali yang paling penting dari semuanya, organism zona
pasang surut terpapar pada gaya mekanis terpaan gelombang, yang dapat
melepaskan organisme tersebut dari habitatnya.
Zona pasang surut berbatu terstratifikasi secara vertikal. Sebagian besar
organisme memiliki adaptasi struktural yang memungkinkan organisme
tersebut menempel pada substrata tau permukaan yang keras dalam
lingkungan yang hiruk pikuk secara fisik. Pada substrat berpasir (pantai)
atau hamparan lumpur, zona pasang surut tidak terstratifikasi begitu jelas.
Terpaan gelombang dan ombak secara konstan menindahkan partikel
lumpur dan pasir, dan beberapa alga besar atau tumbuhan menempati
tumbuhan ini. Banyak hewan, seperti cacing dan remis pemakan suspense
serta krustase pemangsa, membenamkan dirinya di dalam pasir atau
lumpur, dan mengambil sumber makanan ketika air pasang. Organism lain
yang tinggal di permukaan, seperti kepiting dan burung pantai, adalah
pemakan bangkai atau pemangsa organisme tersebut.

24

Karena ketertarikan kita terhadap pantai yang sangat kuat, manusia


memiliki dampak jangka panjang pada ekosistem pasang surut. Kegunaan
pantai laut untuk tujuan rekreasi menyebabkan penurunan yang sangat
hebat pada jumlah burung yang bersarang di pantai dan kura-kura laut.
Pasang naik membawa air yang telah terpolusi dan jala-jala ikan yang
sudah tua serta serpihan plastic yang dapat membahayakan kehidupan liar.
Polutan pasang surut yang paling dramatis barangkali adalah minyak, yang
membahayakan bukan saja bagi burung dan mamalia laut akan tetapi juga
bagi alga dan invertebratapasang surut. Akibat akhir polusi minyak di zona
pasang

surut

adalah

pengurangan

keanekaragaman

spesies,

dan

meningkatkan populasi spesies yang resisten terhadap minyak.


7. Terumbu karang
Di perairan tropis yang hangat pada zona neritik, terumbu karang (coral
reef) membentuk suatu bioma yang jelas dan mencolok mata. Arus dan
ombak secara konstan memperbaharui persediaan nutrien bagi terumbu,
dan cahaya matahari mnembus samapai kedasar laut, yang memungkinkan
terjadinya fotositesis.
Terumbu karang di dominasi oleh struktur karang itu sendiri, yang
dibentuk oleh suatu kelompok cnidaria yang beraneka ragam, yang
mensekresikan kerangka luar yang keras yang terbuat dari kalsium
karbonat. Kerangka ini bervariasi bentuknya, yang membentuk suatu
substrat tempat-tempat tumbuhnya karang, spons dan alga lainnya.. alga
multiseluler yang terkubur dalam kerak kalsium karbonat juga menambah
jumlah batu kapur pada sebagian besar terumbu, begitu pula halnya
dengan briozoa. Hewan karang itu sendiri memakan organisme
mikroskopis dan partikel serpihan-serpihan organic. Hewan karang juga
mendapatkan molekul organic dari fotosintesis alga dinoflagelata
simbiotik yang hidup didalam jaringan mereka. Hewan karang dapat
bertahan hidup tanpa dinoflagelata, tetapi laju pengendapan kalsium
karbonatnya jauh lebih lambat tanpa dinoflagelata, dengan demikian
pembentukan terumbu oleh karang bergantung pada asosiasi simbiotik.

25

Beberapa terumbu karang yang menutupi lautan dangkal yang sangat luas,
akan tetapi biaoma yang sangat rumit dan rapuh ini sangat mudah rusak
oleh polusi dan pembangunan dan juga oleh pemburu souvenir yang
mengumpulkan kerangka karang. Karang juga rentan terhadap kerusakan
yang berasal dari pemangsa asli atau pemangsa pendatang seperti binatang
laut mahkota duri, yang telah mengalami ledakan populasi di banyak
wilayah dan sesungguhnya merusak terumbu karang pada bagian barat laut
pasifik. Kamunitas terumbu berusia sangat tua dan tumbuh sangat lambat,
dan komunitas terumbu tersebut mungkin tidak mampu menahan
gangguan manusia terus menerus.
8. Bioma Pelagik Oseanik

Sebagian besar air laut

terletak jauh dari pantai dan bioma pelagik

oseanik, yang secara konstan tercampur oleh arus laut. Konsentrasi


nutrient umumnya lebih rendah di lautan terbuka dibandingkan dengan
daerah pesisir, karena sisa-sisa plankton dan organisme lain tenggelam di
bawah wilayah fotik ke dalam zona bentik yang lebih dalam dan gelap.
Pada beberapa daerah tropis, air permukaan memiliki kandungan nutrient
yang lebih rendah dibandingkan dengan air permukaan lautan beriklim
sedang karena adanya suatu stratifikasi termal sepanjang tahun yang
mencegah terjadinya pertukaran nutrien antara permukaan dan bagian
dalam. Laut di daerah yang beriklim sedang umumnya lebih produktif,
karena seperti danau di daerah beriklim sedang yang mengalami
pergantian nutrien pada musim semi dan sampai keadaan terbatas, selama
musim gugur. Pada musim semi sirkulasi ulang nutrien dari kedalaman
merangsang suatu lonjakan pertumbuhan plankton fotosintetik.
Plankton fotosintetik tumbuh dan bereproduksi secra cepat pada daerah
fotik bioma laut. Metode pengambilan sampel secara modern, yang
menyertakan bakteri fotosintetik, menunjukkan bahwa laju produksi
makanan organik plankton lebih tinggi dibandingkan dengan yang diduga
sebelumnya. Namun demikian, plankton fotosintetik meliputi kurang dari
separuh aktifitas fotosintetik di bumi ini. Zoonplankton meliputi protozoa,

26

cacing, copepod, krill yang miring udang, ubur-ubur dan larfa kecil
invertebrate dab ikan, pemakan plankton fotosintetik. Sebagian besar
plankton memperlihatkan struktur morfologis, seperti duri yang menjerat
gelembung, butiran lemak, kapsul bergelatin dan kantung air yang
membantu mereka tetap mengambang di dalam zona fotik.
Bioma pelagik oseanik juga meliputi hewan yang berenang bebas yang
disebut nekton, yang dapat bergerak melawan arus untuk mencari
makanan. Cumi-cumi besar, ikan, kura-kura laut dan mamalia laut yang
memakan plankton atau memakan satu sama lain. Meskipun banyak di
antara hewan ini mencari makan di wilayah fotik zona pelagik, yang lain
hidup pad kedalaman yang sangat dalam di mana ikan mungkin memiliki
mata yang berukuran besar, yang memungkinkan mereka dapat melihat
dalam cahaya yang sangat redup, atau memiliki organ luminesen
(penghasil cahaya) yang menarik paangan kawin dan mangsanya. Banyak
burung laut, seperti petrel, tern, albatross dan booby menangkap ikan di
permukaan air.
9. Bentos
Dasar lautan yang terletak di bawah zona neritik dan pelagik adalah
bentik, seperti pada bioma akuatik lain. Nutrien mencapai dasar laut dari
air bagian atas melalui curahan ke bawah (raining down) dalam bentuk
detritus. Meskipun xona benti di perairan dangkal dan dekat pantai bisa
menerima cahaya matahari yang mamadai, cahaya dan suhu menurun
secara dramatis dengan bertambahnya kedalaman.
Komunitas bentuk neritik sangat luar biasa produksinya, dan terdiri dari
bakteri, fungi, rumput laut dan alga berfilamen, banyak invertebrate serta
ikan. Komposisi spesies komunitas ini bervariasi menurut perubahan jarak
dari pantai, kedalaman air dan komposisi bagian dasarnya. Banyak
organisme hidup terkubur dalam substrat yang lembut.
Organisme yang hidup pada komunitas bentik yang dalam pada zona
abisal telah beradaptasi terhadap suhu dingin yang terus menerus (sekitar

27

30C), tekanan air yang sangat tinggi, cahaya yang hamper atau sama sekali
tidak ada,dan konsentrasi nutrien yang rendah. Akan tetapi, oksigen
umumnya terdapat di dalam perairan di dasar laut, dan suatu komunitas
invetebrata dan ikan yang cukup beraneka ragam menempati wilayah ini.
Para ahli kelautan juga telah menemukan suatu kumpulan organisme yang
unik yang berasosiasi dengan celah (lubang) hidrotermal laut dalam yang
merupakan asal-usul vulkanik (gunung berapi) pada bukit di tengah laut.
Dalam lingkungan yang gelap, panas dan kurang oksigen ini, penghasil
makanan bukanlah organisme fotosintetik, akan tetapi prokariota
kemoautotrof. Molekul organic yang mereka sintesis akan membentuk
dasar dari suatu rantai makanan yang meliputi cacing polikaeta raksasa,
artropoda, ekidodermata dan ikan.
10. Persebaran

Geografis

Bioma

Terestrial

Sebagian

Besar

Berdasarkan Pada Variasi Iklim Secara Regional


Semua faktor biotik yang telah kita bahas sebelumnya dalam bab ini,
khususnya iklim, penting dalam penentuan mengapa suatu bioma
terrestrial tertentu ditemukan di suatu daerah tertentu. Karena terdapat pola
yang dipengaruhi garis lintang dari iklim di atas permukaan bumi, terdapat
juga pola yang dipengaruhi garis lintang dari persebaran bioma. Sebagai
contoh hutan konifer tersebar dalam satu berkas yang luas di sepanjang
Amerika Utara, Eropa, dan Asia.
Bioma terrestrial seringkali dinami sesuai cirri fisik atau iklim utama dan
vegetasinya yang dominan. Sebagai contoh, padang rumput temperat
didominasi oleh berbagai spesies rumput dan iklim lebih sedang
dibandingkan dengan di daerah tropis dan daerah kutub. Masing-masing
bioma juga ditandai oleh mikroorganisme, fungi, dan hewan yang
beradaptasi terhadap lingkungan tersebut. Padang rumput temperat,
misalnya lebih cenderung dipengaruhi oleh mamalia besar pemakan
rumput dibandingkan dengan huatan.

28

Gambar 09Pesebaran Bioma teresterial utama


Stratifikasi vertikal merupakan suatu ciri penting bioma terrestrial, dan
bentuk serta ukuran tumbuhan berperan besar dalam menentukan
pelapisan tersebut. Sebagai contoh, pada banyak hutan lapisan bagian atas
adalah kanopi, kemudian bagian bawahnya adalah pohon rendah, dibawah
pohon rendah terdapat semak, di lapisan dasar terdapat tumbuhan herba,
lantai hutah (lapisan permukaan tanah), dan akhirnya lapisan akar. Bioma
lain (yang bukan hutan) memiliki strata vertikal yang hamper mirip,
meskipun strata vertikalnya itu agak kurang menonjol. Sebagai contoh,
padang rumput memiliki kanopi yang terbentuk oleh lapisan herba spesies
rumput-rumputan, lapisan alas dan lapisan akar. Lapisan akan ditundra
arktik lebih dangkal dibandingkan dengan lapisan akar pada sebagian
besar bioma lainnya. Hal ini dikarenakan lapisan akar di tundra arktik di
dasari oleh bagian dasar yang secara permanen membeku, yang disebut
permafrost.
Stratifikasi vertikal vegetasi bioma memberikan habitat yang berbeda-beda
bagi

hewan-hewan, yang

seringkali

dikeompokkan

dengan jelas

berdasarkan tempat mencari makananya, mulai dari burung dan kelelawar


insektivora dan karnivora yang mencari makan di atas kanopi hingga
mamalia kecil, berbagai cacing dan artropoda yang mencari makanan di
lapisan alas dan akar.

29

Bioma terrestrial biasanya saling tumpang-tindih satu sama lain, tanpa


pembatasan yang jelas. Jika daerah saling tumpang-tindih itu besar, maka
daerah itu dianggap bioma yang terpisah atau ekoton.
Komposisi sejati spesies pada setiap jenis bioma bervariasi satu dari lokasi
ke lokasi lain. Sebagai contoh, di hutan konifer bagian utara (taiga) di
Amerika Utara, biasa di jumpai cemara merah di bagian timur, tetapi tidak
ditemukan di sebagian besar daerah lainnya, dimana terdapat banyak
cemara hitam dan cemara putih. Meskipun vegetasi gurun Afrika secara
superficial mirip dengan vegetasi gurun Amerika Utara, tumbuh-tumbuhan
tersebut berasal dari keluargayang berbeda. Persamaan ekologis seperti itu
dapat muncul karena terjadinya evolusi konfergen.
Bioma bersifat dimanis, dan gangguan alih-alih stabilitas cenderung
menjadi suatu kepastian. Sebagai akibat adanya gangguan, bioma
umumnya memperlihatan patchiness yang ekstensif, dengan beberapa
komunitas yang di wakili. Angin topan menyebabkan terjadinya lahan
terbuka pada hutan tropis dan temperat. Di hutan konifer bagian utara,
hujan salju bisa mematahkan cabang pohon dan pohon-pohon kecil yang
menghasilkan lahan terbuka yang memungkinkan tumbuhnya spesies
tumbuhan yang dapa berganti daun, sperti aspen dan birch. Pada banyak
bioma, tumbuhan yang dominan bergantung pada gangguan secara
periodik. Sebagai contoh, kebakaran merupakan suatu komponen penting
pada padang rumput, savana, semak belukar dan banyak hutan konifer.
Sebelum pembangunan pertanian dan perkotaan banyak wilayah tenggara
Amerika Serikat didominasi oleh sebuah spesies konifer tunggal, pinus
berdaun panjang. Tanpa pembakaran secara periodic, pohon yang daunnya
gugur cenderung menggantikan pinus. Seperti yang dibahas oleh Michael
Dombeck dalam wawancara pembukuan unit ini, para pengelola hutan
sekarang menggunakan kebakaran sebagai alat untuk membantu
mempertahankan banyak hutan konifer.
Pada banyak bioma saat ini, aktivitas manusia yang luas telah mengubah
pola alamiah ganguan periodik secara radikal. Sebagian besar daerah timur

30

Amerika Serikat, misalnya, dikelompakkan sebagai hutan gugur daun


temperat, akan tetapi aktivitas manusia telah mengilangkan hutan semua
tersebut, kecuali sebagian kecil hutan aslinya. Pada kenyataannya, manusia
telah mengubah banyak permukaan bumi, yang menggantikan bioma asli
dengan perkotaan dan bioma pertanian.
D. Konsep ekologi organisme
Dalam menyelidiki bioma kita telah melihat bahwa kondisi abiotik biosfer
sangat menentukan persebaran bentuk kehidupan. Sekarang kita akan
beralih ke organisme itu sendiri dan melihat beberapa mekanisme
fisiologis,

morfologis,

dan

prilaku

yang

memungkinkan

spesies

menghadapi tantangan lingkungannya.


1. Kerugian dan keuntungan homeostasis mempengaruhi respons

organisme terhadap variasi lingkungan


Keberhasian suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi
mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan
variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebut. Pada banyak
kasus, kemampuan untuk bertoleransi terhadap suatu faktor tertentu
bisa bergantung pada faktor lain. Sebagai contoh, banyak organisme
ektotermik akuatik dapa bertahan hidup pada lingkungan dengan
kadar oksigen yang rendah pada suhu yang rendah, tetapi tidak
padasuhu tinggi ketika laju metabolism organisme tersebut juga tinggi.
Usaha mengatasi suatu kumpulan permasalahan lingkungan umumnya
melibatkan adaptasi tidak sempurna, yang menunjukkan kompromi
evolusioner. Bernafas cepat dan terengah-engah (panting) atau
berkeringat misalnya, akan mendinginkan tubuh pada hari yang panas,
tetapi juga dapat menyebabkan kekurangan air.
2. Regulator dan conformer
Bab 40 memperkenalkan istilah homeostasis, pemeliharaan lingkungan
internal yang tunak dalam keadaan lingkungan eksternal yang berubahubah. Banyak hewan dan tumbuhan dapat dinyatakan sebagai regulator

31

(pengatur) yang menggunakan mekanisme perilaku dan fisiologis


untuk mencapai homeostasis untuk menghadapi fluktuasi suhu,
kelembapan, intensitas cahaya dan konsentrasi berbagai factor kimiawi
dalam

lingkungan.

Sebagai

contoh,

salmon

Pasifik,

yang

menghabiskan sebagian hidupnya di dalam air asin dan sebagian lagi


di dalam air tawar, mempertahankan suatu konsentrasi zat terlarut yang
konstan di dalam darahnya melalui mekanisme osmoregulasi.
Organisme lain, khususnya organisme yang hidup di lingkungan yang
relatif stabil, seringkali adalah organisme konformer (penyesuai), yang
memungkinkan beberapa variasi kondisi didalam tubuhnya sesuai
dengan perubahan eksternal. Banyak invertebrate laut, seperti kepiting
laba-laba dari genus libinia, hidup di lingkungan dengan salinitas yang
sangat stabil. Organisme ini tidak melakukan osmoregulasi, dan jika
ditempatkan dalam air dengan berbagai ragam salinitas, organisme ini
akan kehilangan atau mendapatkan air untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan eksternal, bahkan ketika penyesuaian internal
cukup ekstrem sehingga menyebabkan kematian.
Konfirmasi dan regulasi merupakan dua titik ekstrem dari suatu
kontinum (kesinambu- ngan), dan beberapa organisme adalah regulator
sempurna atau konformer sempurna. Sebagai contoh, salmon yang
dijelaskan sebelumnya dapat melakukan osmoregulasi, tetapi salmon
melakukan penyesuaian dengan suhu eksternal. Bahkan hewan
endotermik seperti kita sendiri bukanlah termolegulator sempurna,
setiap orang yang hidup dalam iklim dingin tentunya mengamati
betapa anggota tubuh seperti lengan, hidung, dan telinga menjadi
dingin selama hari-hari yang dingin di musim dingin.
Banyak spesies adalah konformer di bawah kondisi lingkungan
tertentu, tetapi dapat melakukan regulasi sampai ke keadaan tertentu
dibawah kondisi lingkungan yang lain. Regulasi memerlukan
pengeluaran energi dan beberapa lingkungan kerugian regulasi bisa
melebihi

keuntungan

homeostatis

itu

sendiri.sebagai

contoh,

32

pengaturan suhu mensyaratkan kadal penghuni hutan anolis cristatellus


untuk mengembara dalam jarak jauh (dan dengan resiko tertangkap
oleh predator) untuk menemukan tempat bertengger yang terbuka dan
banyak cahaya matahari. Dengan demikian kadal itu mungkin bertahan
hidup lebih lama dan menghasilkan lebih banyak keturunan dengan
cara membiarkan suhu tubuhnya untuk menyesuaikan diri dengan suhu
lingkungan hutan. Namun demikian, spesies yang sama akan
melakukan termoregulasi secara prilaku di habitat terbuka di mana ia
dapat berjemur di bawah terik matahari.
3. Prinsip alokasi
Satu konsep hasil temuan para ahli ekologi organisme yang menjadi
sangat

berguna

untuk

menilai

respon

organisme

terhadap

lingkungannya yang kompleks adalah prinsip alokasi (principle of


allocation). Prinsip ini menyatakan bahwa masing-masing organisme
memiliki jumlah energi yang terbatas, yang dapat dialokasikan untuk
mendapatkan nutrien, melarikan dri dari pemangsa, menghadapi
fluktuasi lingkungan (pemeliharaan hameostasis), pertumbuhan dan
reproduksi. Energi dikeluarkan untuk homeostasis, sampai tidak
tersedia untuk fungsi-fungsi lainnya. Sebagai contoh, pada belalang,
yang merupakan hewan ekstrotermis yang aktivitasnya sedang, sekitar
30% energi hasil asimilasi tersisa setelah kebutuhan dasar untuk
pemeliharaan hewan itu terpenuhi. Energi tersebut dapat disalurkan
untuk pertumbuhan atau reproduksi. Sebaliknya

pada hewan

endotermik yang sangat aktif, seperti musang yang menggunakan


sebagian besar energi yang dikonsumsinya untuk mempertahankan
tubuhnya supaya tetap hangat dan aktif, hanya 2,5% energi hasil
asimilasi yang tersisa, dan pada seekor burung wren, hanya 0,5%
energi hasil asimilasi yang tersisa. Untuk organisme yang terakhir,
terdapat keuntungan evolusioner yang signifikan dengan memiliki sifat
endotermik dan tingkat aktivitas yang lebih tinggi, yang menggantikan
ongkos pemeliharaan yang tinggi tersebut.

33

Prioritas yang berbeda dalam alokasi energi berkaitan dengan


persebaran organisme dan mekanisme homeostatiknya. Hewan
konfermer yang hidup dalam suatu lingkungan yang sangat stabil,
seperti kepiting laba-laba, mungkin mampu menyalurkan lebih banyak
energinya untuk pertumbuhan dan reproduksi. Namun demikian, tidak
adanya toleransi dari hewan terspesialisasi seperti itu terhadap
perubahan lingkungan, sangat menghalangi persebaran geografis.
Sebaliknya hewan regulator yang mengalokasikan sebagian besar
energinya untuk menghadapi perubahan lingkungan mungkin tumbuh
dan berkembang biak secara kurang efisien, tetapi organisme seperti
ini mampu bertahan hidupdan bereproduksi di kisaran lingkungan yang
sangat beragam.
4. Respons jangka pendek suatu organisme terhadap variasi
lingkungan bekerja dalam suatu kerangka kerja evolusioner
jangka panjang
Organisme dapat beraksi terhadap variasi lingkungan dengan berbagai
respons fisiologis, morfologis dan perilaku jangka pendek. Akan tetapi,
penting diingat bahwa semua respon semacam itu terjadi di dalam
suatu kerangka kerja cara beradaptasi yang di bentuk oleh seleksi alam,
yang bekerja selama periode evolusioner. Sebagai contoh, semua
tumbuhan maupun mengubah ukuran stomata daunnya, suatu respon
fisiologis yang membantu mencegah kekeringan dalam kondisi
lingkungan ketika transpirasi melebihi pengiriman air. Pada tumbuhan
hidup di gurun, kemampuan untuk menyesuaikan ukuran pembukaan
stomatanya sebagai respons terhadap cekaman air berkombinasi
dengan adaptasi anatomis dan fisiologis lainnya yang telah
terakumulasi sepanjang masa evolusi ketika tumbuhan ini berkembang
di lingkungannya yang kering. Sebagai contoh, beberapa tumbuhan
gurun memiliki stomata dalam ceruk (pit), yang terlindungi dari angin
panas dan kering yang mempercepat transpirasi. Hal yang juga umum
pada tumbuhan gurun adalah jalur fotosintesis CAM, yang

34

memungkinkan tumbuhan itu menjaga stomata tetap tertutup selama


siang hari.
Ketika kita mengamati suatu respons perilaku, fisiologis atau
morfologis tertentu dua jenis pertanyaan umum muncul. Apa yang
disebut pertanyaan proksimat (proximate question) atau pertanyaan
jangka pendek berkaitan dengan mekanisme yang bekerja dalam waktu
ekologis. Misalnya, trimulus lingkungan apakah, jika ada, yang
memicu respon tersebut dan mekanisme internal apa yang dimiliki
oleh organisme tersebut yang mendasari respon itu? Pertanyaan
proksimat mengenai suatu jam biologis, misalnya, akan berkaitan
dengan struktur dan fungsinya, bagaimana ia mensinkronkan aktivitas
organisme dengan perubahan musiman dan juga mekanisme genetic
yang menentukan perkembangan jam tersebut. Sebaliknya, apa yang
disebut pertanyaan ultimat (ultimate question) atau pertanyaan akhir
adalah pertanyaan evolusioner: mengapa seleksi alam lebih memilih
ssuatu mekanisme jam biologis tertentu dan bukan mekanisme yang
berbeda? Hipotesis yang mengemuka dari pertanyaan ultimat
mengusulkan bahwa respon tersebut memaksimalkan kelestarian (daya
tahan hidup dan keberhasilan reproduksi) dengan cara tertentu.
Pencarian jawaban untuk pertanyaan proksimat dan pertanyaan
uklimat bukanlah sesuatu dikotomi yang kaku. Pemahaman hubungan
antara

suatu

organisme

dengan

lingkungannya

memerlukan

pengetahuan baik mekanisme jangka pendek maupun kerangka kerja


evolusioner

jangka

panjang

dimana

mekanisme

itu

bekerja.

Sesungguhnya, pembedaan antara mekanisme jangka pendek atas


daasar

skala

waktu

evolusioner

mulai

kabur

ketika

kita

mempertimbangkan bahwa kisaran respon suatu individu terhadap


perubahan dalam lingkungannya sendiri merupakan produk sejarah
evolusi. Sebagai contoh, ketika seekor mamalia atau unggas
menggunakan penyesuaian fisiologis untuk mempertahankan suhu
tubuh yang konstan dalam menghadapi fluktuasi suhu lingkungannya,

35

hewan itu memanfaatkan mekanisme homeostasis yang merupakan


adaptasi yang diperoleh melalui seleksi alam.
5. Respons fisiologis
Respons fisiologis terhadap perubahan lingkungan dapat dilakukan dan
diubah menurut skala waktu yang dimulai dari detik hingga minggu.
Respons fisiologis yang melibatkan perubahan yang relatif kecil dalam
laju proses tersebut, dan yang tidak memerlukan perubahan dalam
struktur tubuh atau jalur biokimiawi, dapat terjadi sangat cepat.
Sebagai contoh, ketika anda berjalan-jalan keluar pada suatu hari yang
sangat dingin, pembuluh darah pada kulit anda akan menyempit dalam
hitungan detik, suatu respon fisiologis yang meminimalkan hilangnya
panas dari tubuh.
Regulasi dan homeostasis merupakan cirri spesifik respon fisiologis.
Akan tetapi, semua organisme baik regulator atau conformer, berfungsi
paling efektif pada kondisi lingkungan tertentu. Kita dapa mempelajari
respon suatu organisme terhadap perubahan kondisi lingkungan di
laboratorim dengan cara mengubah suatu factor abiotik tunggal, seperti
suhu, dan mengukur beberapa aspek performansi (kinerja) organisme
tersebut. Kurva toleransi (atau performansi) hasilnya kira-kira akan
berbentuk lonceng, dengan performansi puncak pada beberapa kondisi
optimal dan bahgian bawah kurva itu menunjukkan batas toleransi
organisme tersebut terhadap variabel lingkungan tertentu. Batas
toleransi adalah penentu penting bersebaran geografis suatu organisme,
meskipun interaksi biologis dapat mencegah suatu spesies untuk
menempati suatu habitat di mana organisme tersebut sudah teradaptasi
secara fisiologis.
Respons fisiologis terhadap variasi lingkungan dapat juga meliputi
aklimasi (acclimation, penyesuaian), yang melibatkan perubahan yang
mendasar namun masih dapat balik, yang mengeser kurva toleransi
suatu organisme sesuai perubahan lingkungan. Sebagai contoh, jika

36

anda pindahnya berada sejajar dengan permukaan laut, ke kota setinggi


satu mil di Denver, satu respons fisiologis terhadap tekanan O2 yang
lebih rendah di lingkungan anda yang baru adalah peningkatan jumlah
sel darah merah anda. Aklimasi merupakan suatu prosesyang perlahanlahan, memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu dan
kemampuan untuk beraklimasi umumnya berhubungan dengan kisaran
kondisi lingkungan, yang telah dialami oleh spesies tersebut secara
alamiah. Spesies yang hidup pada iklim yang sangat panas, misalnya
umumnya tidak beraklimasi terhadap suhu dingin yang ekstrem.
6. Respons morfologis
Respons morfologis respons yang mengubah bentuk atau atonomi
interval tubuh dapat berkembang selama masa hidup individu
organisme atau bahkan lintas generasi. Dalam beberapa kasus respons
ini merupakan contoh aklimasi, karena respons tersebut bersifat
reversible (dapat dibalik). Banyak mamalia dan burung, misalnya,
memiliki bulu atau rambut yang lebih tebal selama musim dingin,
kadang-kadang warna bulu atau rambut berubah secara musiman juga,
yang menyamarkan hewan terhadap salju musim dingin dan vegetasi
musim panas.
Perubahan morfologis lain bersifat ireversibel (tidak dapat balik)
selama masa hidup suatu individu. Pada banyak kasus variasi
lingkungan dapat mempengaruhi pola pertumbuhan dan diferensiasi,
yang seringkali menuju ke variasi morfologis yang luar biasa di dalam
suatu spesies. Secara umum, tumbuhan secara morfologis lebih plastis
dibandingkan dengan hewan, respons ini membantu tumbuhan
mengimbangi ketidakmampuan mereka untuk berpindah dari satu
lingkungan ke lingkungan yang lain. Satu contoh adalah tumbuhan
berdaun panah, yang dapat tumbuh di darat, berakar di air dengan daun
atasnya muncul di atas permukaan air, atau sama sekali terendam di
dalam air. Struktur daun tumbuhan ini bervariasi dengan lingkungan di
mana danau itu tumbuh. Daun yang terendam adalah fleksibel,

37

membengkok dengan arus air dan karena tidak memiliki kutikula


berlilin, mampu menyerap nutrient mineral dari air disekitarnya.
Tumbuhan berdaun panah yang ditanam di darat memiliki sistem
perakaran yang lebih luas dan daunnya lebih kaku dan tertutupi
kulikula tebal untuk mengurangi kehilangan air.
7. Respons perilaku
Respons perilaku pengaruhnya dapat terjadi dengan segera dan dengan
mudah bisa dikembalikan lagi seperti semula. Respons perilaku dalam
hubungannya dengan reaksi otot terhadap rangsangan, hanya terbatas
pada hewan. Respons paling cepat pada banyak hewan terhadap
perubahan lingkungan yang tidak menyenangkan adalah berpindak ke
lokasi yang baru. Perpindahan itu bisa sangat lokal sifatnya. Sebagai
contoh, banyak hewan gurun melarikan diri dari panas yang sangat
tinggi dengan cara meliang atau masuk ke dalam lubang di dalam
tanah, dan merekan mempertahankan suhu tubuh yang cukup konstan
ketika aktif dengan cara berteduh dan berjemur secara berganti-ganti.
Beberapa hewan mampu berpindah tempat cukup jauh sebagai respons
terhadap petunjuk-petunjuk lingkungan seperti perubahan suhu atau
perubahan fotoperiode yang berkaitan dengan transisi musiman.
Banyak burung yang bermigrasi selama musim dingin di Amerika
Tengah dan Selatan, kembali ke garis lintang utara untuk berkembang
biak selama musim panas.
Beberapa hewan mampu memodifikasi lingkungan sementaranya
dengan perilaku social yang kooperatif. Lebah madu, misalnya, dapat
mendinginkan bagian dalam sarangnya selama hari-hari panas melalui
kepakan kolektif sayapnya. Selama periode dingin, mereka menutup
sarangnya untuk membantu menahan panas yang dihasilkan oleh
aktifitasnya di dalam sarang. Banyak mamalia kecil bergerombol di
lubang dalam tanah selama cuaca dingin, suatu mekanisme perilaku
untuk mengurangi kehilangan panas dengan cara meminimalkan
jumlah total luas permukaan hewan yang terpapar ke udara dingin.

38

Pada unit enam (untuk tumbuhan) dan unit tujuh (untuk hewan) kita
telah membahas berbagai mekanisme structural dan fisiologis yang
telah berevolusi sebagai adaptasi terhadap pembatas-pembatas yang
terdapat di lingkungan-lingkungan spesifik. Pada bab berikutnya kita
akan memfokuskan perhatian pada mekanisme perilaku dan adaptasiadaptasi, yang merupakan aspek pokok bagaimana hewan berinteraksi
dengan lingkungannya.

39

BAB III
PENUTUP
(SIMPULAN DAN SARAN)

A. Simpulan

B. Saran

40

DAFTAR PUSTAKA

41

Anda mungkin juga menyukai