Anda di halaman 1dari 6

1

BAKTERI INDIGEN BIOREMEDIATOR LIMBAH


CAIR NANAS
Agus Sutanto*1, Hening Widowati1, Ratini2
1. Biology Education Depatement University of Muhammadiyah Metro
Ki Hajar Dewantara 166 Metro Lampung 34111 Indonesia
2. Matematic Education Depatement University of Muhammadiyah Metro
Ki Hajar Dewantara 166 Metro Lampung 34111 Indonesia

*E-mail:sutanto11@gmail.com

Abstrak
Limbah Cair Nanas (LCN) bersifat asam, kandungan organik tinggi belum memenuhi baku mutu, sehingga perlu
teknologi pengolahan limbah yang berwawasan lingkungan dengan bioremediasi. Penelitian bertujuan memperoleh isolat
bakteri indigen LCN, yang mampu meremediasi bahan organik, ditunjukkan oleh kenaikan pH, penurunan BOD
(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid) sesuai baku mutu, layak
untuk perikanan dan pertanian. Penelitian terdiri empat tahap: isolasi/identifikasi, in vitro, pilot plan dan ex situ. Data
dianalisis Varian untuk menguji perbedaan dan uji regresi menganalisis hubungan antar variabel. Penelitian menemukan
bakteri indigen terpilih 4 spesies: Bacillus cereus, Acinetobacter baumanni, Bacillus subtilis dan Pseudomonas
pseudomallei. Konsorsia bakteri dari 4 spesies dan waktu inkubasi 6 hari paling efektif menurunkan bahan organik.
Penurunan BOD akan menaikkan pH pada pengujian pilot plan dan ex situ. Penelitian ex situ ketercapaian Nilai Ambang
Batas pH pada hari: 6 (6,15), BOD hari: 10 (75,1 mg/l), COD hari: 10 (100,35 mg/l) dan TSS hari: 9 (100,05 mg/l) dan
sesuai Kepmen LH No. 05 Tahun 2007. Direkomendasikan kalangan industri memanfaatkan temuan ini dalam
pengelolaan limbahnya.
Kata kunci: bioremediasi,. isolat bakteri indigen, limbah cair nanas.
1. Pendahuluan
berpotensi sebagai pengurai dapat dilakukan dengan
Salah satu masalah industri nanas adalah Limbah
mengisolasi limbah itu sendiri (bakteri indigen),
Cair Nanas (LCN) memiliki rerata derajad keasaman
kemudian dikultur secara murni di laboratorium secara
(pH) tinggi; 3,44; kaya bahan organik ditunjukkan oleh:
in vitro [5]. Pemanfaatan konsorsia bakteri berpotensi
Biochemical Oxygen Demand (BOD) 338 mg/L;
yang telah diperbanyak di laboratorium dapat digunakan
Chemical Oxygen Demand (COD) 4.200 mg/L dan
sebagai starter untuk pemulihan air limbah.
Total Suspended Solid (TSS) 390 mg/L sehingga belum
Reaksi enzimatis oleh bakteri merupakan kunci
memenuhi Baku Mutu Standart Limbah Industri.
terselenggaranya proses transformasi bertahap dalam
Volume limbah setiap hari berkisar 5.000-7.000 m3,
pengelolaan air limbah dari substrat yang umumnya
sebelum dibuang limbah dikelola dengan cara
berupa bahan-bahan organik dengan susunan molekul
ditampung dalam kolam-kolam IPAL (laguna) selama
kompleks, menjadi unsur-unsur yang sederhana. Peran
kurun waktu 2-3 bulan, setelah itu baru dialirkan ke
mikroba dalam proses pengolahan air limbah sudah
sungai [1]. Pengelolaan ini menjadi kurang efisien
banyak memberikan hasil yang menggembirakan.
karena diperlukan waktu lama dan penanganan dengan
Senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam air
pembiayaan mahal. Limbah Cair Nanas dengan
limbah merupakan sumber nutrisi bagi mikroba.
kandungan keasaman dan bahan organik tinggi
Mikroba akan mengurai senyawa-senyawa tersebut
melebihi ambang batas baku mutu, dapat
menjadi bentuk yang lebih sederhana dan stabil
mempengaruhi ekosistem perairan [2] .
sehingga kadar zat pencemar yang terkandung dalam air
Ekosistem secara normal akan
limbah tersebut menjadi turun. Bioremediasi merupakan
menyeimbangkan siklus ekologi yang ada, oleh karena
teknik memperbaiki lingkungan melalui suatu proses
itu secara alamiah proses pemulihan limbah oleh
yang memanfaatkan keberadaan organisme di alam
bakteri sudah terjadi dengan sendirinya [3]. Limbah
untuk mentransformasikan substansi-substansi organik
Cair Nanas dengan kandungan bahan organik tinggi
menjadi hasil samping yang tidak toksik [6]; [7].
tidak mampu diuraikan oleh bakteri diperairan/sungai
Limbah Cair Nanas perlu ditangani melalui alternatif
secara alami, karena volume dan kadar limbah yang
starter alamiah dengan mencari isolat bakteri indigen
tinggi, serta jumlah dan jenis bakteri yang tidak
(bakteri strain lokal) yang memiliki kemampuan
memadai di perairan, untuk itu kualitas LCN harus
mendegradasi bahan organik
memenuhi standar baku mutu untuk emisinya.
Salah satu teknologi pengolahan air limbah
2. Metode
yang aman dan berwawasan lingkungan adalah
Penelitian terbagi menjadi empat tahap, tahap
menggunakan bakteri yang berpotensi pengurai.
pertama dilakukan observasi karakteristik isolat bakteri
Teknologi pengolahan ini biayanya lebih murah
yang berpotensi sebagai pengurai limbah organik
daripada menggunakan zat kimia maupun fisika [4].
nanas, Tahap pertama melakukan observasi ke PT Great
Secara alamiah untuk memperoleh bakteri yang
2

Giant Pineapple (GGP) Lampung untuk menggali mempunyai kemampuan yang sedang dan rendah dalam
informasi mengenai PT GGP Lampung secara umum mengidrolisis protein. Inokulum F, G dan H merupakan
dan khusus mengenai IPAL yang dilakukan selama ini, bakteri yang mampu menghidrolisis Amilum dengan
termasuk pemanfaatan bakteri sebagai pengurai limbah. rata-rata indeks cukup tinggi, dan inokulum bakteri I, J
Selanjutnya pengambilan sampel air limbah sebelum dan K merupakan bakteri yang mampu menghidrolisis
masuk IPAL dan seluruh kolam ada. Sampel air limbah selulosa dengan rata-rata indeks hidrolisis cukup
kemudian diisolasi dan diidentifikasi di laboratorium tinggi. Berdasarkan analisis Anava sebelas isolat
mikrobiologi Universitas Lampung dan Fakultas berbeda sangat nyata dalam kemampuan hidrolisis P =
Kedokteran Unibraw Malang tahap kedua pengujian 0,000 (P<0,01).
kemampuan penguraian secara in vitro, Rancangan
penelitian dilakukan dua tahap, pertama menguji Isolat bakteri potensial untuk degradasi, dipilih
konsorsia bakteri (2, 3 dan 4 isolat bakteri) terhadap berdasarkan kemampuan degradsi organik terpilih isolat
Limbah Cair Nanas (LCN) steril untuk memperoleh bakteri 3,8,10 dan 12. Spesies keempat isolat tersebut
konsorsia paling potensial dilanjutkan tahap kedua, diuji bakteri G (Bacillus cereus), Bakteri K (Acinetobacter
untuk menentukan bentuk konsorsia, volume starter dan baumanni), Bakteri I (Bacillus subtilis) dan bakteri J
waktu inkubasi paling efektif. tahap ketiga dilanjutkan (Pseudomonas pseudomallei). Variasi waktu (T0, T2,
secara pilot plan, tahap pertama diawali pengamatan T4 dan T6) serta variasi volume starter (V0,5%, V1%,
pertumbuhan bakteri dilakukan secara langsung dengan V2,5% dan V5%) berbeda sangat nyata P = 0,000 (P <
hemocytometer, Metode Mc Farland dan tidak langsung 0,05) terhadap kenaikan pH, sedangkan kombinasi
dengan membiakkan pada media NA. Pengamatan konsorsia K1 (ABCD) dan K2 (2A2BCD) tidak berbeda
dilakukan setiap 2 jam selama 24 jam meliputi jumlah nyata. Volume starter 5% dan waktu inkubasi 6 hari
bakteri dan perubahan pH. Tahap berikutnya dilanjutkan menunjukkan penurunan BOD paling potensial.
pengamatan degradasi bahan organik Limbah Cair
Nanas (LCN) dari parameter pH, dan asam organik Penelitian skala pilot plan volume 6 liter
selama 6 hari menguji apakah hasil outlet pilot plan menunjukkan terdapat perbedaan jumlah bakteri dari
pertama dapat digunakan sebagai starter pilot plan variasi waktu inkubasi dan variasi media. Bakteri b
kedua tahap keempat pengujian bioremediasi secara ex menunjukkan penggandaan tercepat dan waktu 24 jam
situ di Laboratorium Mikrobiologi Universitas diperoleh jumlah bakteri terbanyak, diikuti bakteri c,d
Lampung Objek penelitian ex situ pertama adalah dan a. Pertumbuhan bakteri pada media Limbah Cair
Limbah Cair Nanas (LCN) tanpa sterilisasi volume Nanas dengan biofilter (media A,B,D dan E) berbeda
1000 liter, hasil bioremediasi pertama digunakan starter nyata dibandingkan kontrol dan tanpa biofilter (C dan
ex situ kedua. Data diuji menggunakan Analisis Varian F). Pertumbuhan bakteri b dengan metode McFarland
untuk menguji ada tidaknya perbedaan dan uji regresi menunjukkan kecepatan reproduksi dua kali lipat
untuk menganalisis hubungan antar variabel. dibandingkan bakteri a,c dan d selama inkubasi 24 jam,
bakteri a (Bacillus cereus) 3x108 sel/ml, Bakteri b
3. Hasil dan Diskusi (Acinetobacter baumanni) 6x108 sel/ml, Bakteri c
Ditemukan 11 isolat bakteri indigen LCN yang (Bacillus subtilis) 3x108 sel/ml dan bakteri d
mampu bertahan pada media asam dan mempunyai sifat (Pseudomonas pseudmallei)
fisiologis yaitu menghidrolisis senyawa-senyawa 3x108 sel/ml.
organik seperti protein, amilum dan selulosa. Inokulum Terdapat hubungan antara jumlah bakteri a.
A, B, C, D dan E mempunyai kemampuan untuk Bacillus cereus, b. Acinetobacter baumanni, c.
menghidrolisis protein dengan baik, dan yang terbaik Bacillus subtilis, d. Pseudomonas pseudomallei dan
adalah inokulum D yang ditunjukkan dengan indeks bukan abcd terhadap pH, P = 0,000 (P < 0,01) untuk
yang paling tinggi (1,44) sedang inokulum yang lain semua jenis bakteri atau masing-masing bakteri. dengan
mempunyai kemampuan yang sedang dan rendah dalam kontribusi sebesar 72,7% dan berkorelasi negatif,
mengidrolisis protein. Inokulum F, G dan H merupakan berarti kenaikan jumlah bakteri akan diikuti penurunan
bakteri yang mampu menghidrolisis Amilum dengan BOD. Secara parsial bakteri a, b, c, dan d berkorelasi
rata-rata indeks cukup tinggi, dan inokulum bakteri I, J negatif, bakteri b. Acinetobacter baumanni memiliki
dan K merupakan bakteri yang mampu menghidrolisis koefisien determinasi tertinggi yaitu 68,7%. Bakteri
selulosa dengan rata-rata indeks hidrolisis cukup selain a,b,c,d korelasi tidak signifikan dan negatif,
tinggi. Berdasarkan analisis Anava sebelas isolat penurunan bakteri bukan abcd akan menurunkan BOD.
berbeda sangat nyata dalam kemampuan hi Ditemukan Uji linearitas menunjukkan jumlah bakteri terhadap
11 isolat bakteri indigen LCN yang mampu bertahan BOD linear (P < 0,000). Percobaan skala ex situ
pada media terpapar chlorin dan mempunyai sifat terdapat perbedaan variasi waktu terhadap parameter
fisiologis yaitu menghidrolisis senyawa-senyawa BOD, P = 0,000 (P < 0,01). Ketercapaian Nilai
organik seperti protein, amilum dan selulosa. Inokulum Ambang Batas BOD pada hari ke 10 sebesar 75 mg/L
A, B, C, D dan E mempunyai kemampuan untuk dibandingkan baku mutu BOD 75 mg/L.
menghidrolisis protein dengan baik, dan yang terbaik Limbah Cair Nanas yang kaya bahan organik
adalah inokulum D yang ditunjukkan dengan indeks memungkinkan bakteri teradaptasi dengan lingkungan
yang paling tinggi (1,44) sedang inokulum yang lain tersebut. Lingkungan yang sangat kaya bahan organik
3

merupakan lingkungan ekstrim bagi mikroorganisme, pada pH asam sampai netral, dan pada temperatur
sehingga mikroorganisme yang berhasil beradaptasi dan mesofilik [12].
tumbuh di lingkungan ini hanya bakteri ekstrimofil Proses degradasi bahan organi k i ni
(Fogaty, 1983). Bakteri ekstrimofil sudah sejak lama secar a secara pri nsi p m erupakan proses
diketahui potensinya dan saat ini banyak aerobik dimana senyawa organik dioksidasi
dimanfaatkan bioteknologi dalam memproduksi menjadi CO 2 ,H 2 O, NH 4 dan biomasa baru.
berbagai macam enzim, juga untuk teknologi Aktivitas bakteri asam memungkinkan terjadi kenaikan
bioproses. pH karena NH4+ akan berikatan dengan air sehingga
Pengujian beberapa karakteristik fisiologis terbentuk NH4OH yang bersifat basa dengan reaksi
menunjukkan bahwa Isolat 3 adalah spesies Bacillus sebagai berikut.
cereus, Isolat 8 adalah spesies Acinetobacter baumanni, Enzim bakteri asam
Isolat 10 adalah spesies Bacillus subtilis dan Isolat 12 C6H8O7 NH4+ + H2O
adalah spesies Pseudomonas pseudomallei. Ciri (asam sitrat)
spesifik B.cereus dan B.subtilis kemampuan Enzim-enzim yang bekerja untuk menguraikan
menghasilkan enzim hidrolisis senyawa-senyawa karbohidrat, meliputi, enzim-enzim pemecah amilum
karbohidrat. Sedangkan A.baumanni memiliki seperti amilase, invertase, laktase, selulase, dan ezim-
kemampuan hidup pada asam organik yaitu asam sitrat enzim pemecah pektin seperti poligalakturonase dan
dan asam malat, P. pseudomallei memiliki kemampuan pektin metil esterase, sedangkan amilase merupakan
hidup pH 2 - 5,9 dan hidup pada media asam organik enzim pemecah pati atau glikogen.
[8]. Amilum adalah senyawa yang memiliki berat
Pemilihan keempat spesies bakteri dalam molekul tinggi, terdiri atas polimer glukosa yang
penelitian ini juga diuji untuk mengetahui apakah bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik
spesies terpilih tidak patogen. Berdasarkan Uji [13]. Degradasi amilum membutuhkan enzim amilase
Hemoglutinase Inhibitation Assay [9] dan termasuk yang akan memecah/menghidrolisis menjadi
kelompok bahaya II [10] diperoleh hasil keempat polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan
spesies tidak patogen. selanjutnya menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa
menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport
Bakteri Indigen Berpotensi mendegradasi Bahan masuk ke dalam sel.
Organik Limbah Cair Nanas Enzim amilase dibedakan menjadi tiga, yaitu
Spesies-spesies bakteri indigen LCN yang a) α-amilase, merupakan endoenzim yang bekerja
terpilih sebagai inokulan dalam uji biodegradasi memutus ikatan α-1,4 secara acak di bagian tengah
adalah: Bacillus cereus, Acinetobacter baumanni, molekul amilosa maupun amilopektin. Enzim ini
Bacillus subtilis dan Pseudomonas pseudomallei. diisolasi dari Bacillus subtilis, b) β-amilase, suatu
Kriteria pemilihan keempat spesies ini didasarkan eksoenzim yang mengurai unit-unit gula dari ujung
spesies bersifat mendegradasi bahan organik. molekul amilum, c) Glukoamilase, suatu enzim yang
Bacillus cereus, Acinetobacter baumanni secara dapat memisahkan glukosa dari terminal gula non-
memiliki kemampuan degradasi asam organik. pereduksi substrat amilum [14].
Bacillus subtilis dan Pseudomonas pseudomallei secara Melalui proses mineralisasi protein tersebut
spesifik memiliki kemampuan degradasi bahan organik akan terbentuk amonium yang merupakan bentuk
selain asam organik, hal ini ditunjukkan kemampuan nitrogen anorganik. Selanjutnya amonium dapat diubah
degradasi BOD yang dominan. Keempat bakteri juga oleh Pseudomonas menjadi bentuk-bentuk nitrit atau
memiliki korelasi positif terhadap kenaikan pH, nitrat dalam proses nitrifikasi. Nitrat kemudian akan
Acinetobacter baumanni tertinggi mempengaruhi segera direduksi menjadi amonia begitu berada dalam
kenaikan pH. Banyak bakteri menunjukkan sel bakteri dan bergabung sebagai senyawa organik.
kemampuan menguraikan senyawa organik secara aerob Beberapa senyawa organik yang mampu dipecah oleh
namun galur Pseudomonas dan Bacillus merupakan bakteri Pseudomonas seperti: selulosa hemiselulosa,
galur yang telah dipelajari secara intensif, baik pati, protein, asam nukleat kutin, lignin, pektin, inulin
kemampuan degradasinya [11] maupun genetiknya. dan kitin [15]. Penelitian [16] menunjukkan
Pseudomonas adalah bakteri yang penting dalam kemampuan Bacillus sp dan Pseudomonas pseudomalei
keseimbangan di alam, secara global aktif dalam mampu mendegradasi tanah dari cemaran minyak
dekomposisi secara aerobik dan biodegradasi karena diperkaya bahan organik yang memiliki pH rendah
memainkan kunci penting dalam siklus karbon. hingga 95%.
Pseudomonas termasuk bakteri Gram negatif, sel Acinetobacter baumanni merupakan bakteri
berbentuk batang yang berukuran 0.5-0.8 x 1-3 berbentuk batang, bersifat gram negatif dan
µm, respirasi secara aerobik, bergerak dengan flagel aerob. Bakteri ini mampu tumbuh pada berbagai media,
diujung, beberapa strain ada yang berflagel lateral, dapat memanfaatkan sitrat maupun glukosa sebagai
bersifat oksidatif, metabolismenya kemoorganotrofik, sumber karbon, dan mereduksi nitrat menjadi nitrit.
katalase-positif, oksidase-positif. Spesies Selama proses fermentasi selain adanya peruraian
Pseudomonas di laboratorium mudah tumbuh dengan polimer juga terjadi pembentukan senyawa asam-asam
baik pada media cair yang mengandung bahan organik, organik sebagai hasil antara yang kemudian akan segera
4

dibentuk menjadi senyawa lain atau gas yang sifatnya Aplikasi penambahan inokulan konsorsia
tidak asam, misal gas sulfida, fenol, ligno-proteinat, dan bakteri pendegradasi ke dalam LCN di bioreaktor
sebagainya [17]. terbukti berpengaruh menurunkan bahan organik
Asam organik dapat digunakan mikrooganisme terutama pH, BOD, COD dan TSS yang memenuhi
untuk biosintesis, bila bahan-bahan organik digunakan Baku Mutu Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-
untuk pertumbuhan bakteri maka pH cenderung buahan dan/atau Sayuran yang Melakukan Kegiatan
meningkat karena bahan-bahan tersebut akan Pengolahan Gabungan yang dipersyaratkan sehingga
terdeaminasi [18]. Deaminasi adalah proses layak untuk digunakan. Perubahan ini terlihat mulai
mengkatalisasi pemindahan gugus amino (NH2) dari hari ke 6 pH sudah memenuhi standart sedangkan
asam amino dan molekul lainnya yang mengandung – BOD dan COD hari ke 12 disusul TSS hari ke 8.
NH [19]. Selain itu, proses deaminasi menetralisasikan Hubungan antara BOD dengan pH berkorelasi
amin yang menghambat pertumbuhan. Bila mikroba negatif, artinya penurunan BOD akan diikuti
mampu menggunakan sitrat, maka asam akan kenaikan pH.
dihilangkan dari medium biakan, sehingga
menyebabkan peningkatan pH. Hasil pemantauan kolam terakhir sebelum
Pseudomonas dan Bacillus memilki dialirkan ke sungai menunjukkan parameter pH 5,3
kemampuan menghasilkan enzim tunggal maupun (NAB: 6-9), BOD 169,4 (NAB: 75 mg/L), COD
beberapa enzim untuk degradasi bahan organik [20]. 532,76 (NAB 150 mg/) dan TSS 211,0 (NAB 100
Hasil penelitian memperoleh bakteri yang memiliki mg/L). Limbah Cair Nanas ini sudah berproses melalui
kemampuan mendegradasi protein. Protein adalah poli- kolam-kolam aerasi kurang lebih selama 3 bulan.
peptida dengan struktur tertentu, suatu hetero-polimer Penerapan pengolahan limbah dengan menggunakan
dari asam amino. Ensim protease (poli-peptidase, oligo- biofilter perlu diterapkan di IPAL pabrik. Keunggulan
peptidase, di-peptidase) merombak protein menjadi proses pengolahan air limbah dengan biofilter antar lain
peptida yang lebih sederhana atau asam amino. pengelolaannya sangat mudah, biaya operasional
Selanjutnya asam amino mengalami transaminasi, rendah dibandingkan dengan lumpur aktif, lumpur yang
deaminasi, dekarboksilasi, atau dehidrogenasi menjadi dihasilkan sedikit, suplai udara untuk aerasi relaitf
zat lain yang lebih sederhana. Secara umum pemecahan sedikit, dapat digunakan untuk air limbah dengan
bahan organik diperlukan untuk pembentukan energi beban BOD yang cukup besar dan dapat
dan biosintesis, sebab dapat menyediakan karbon untuk menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik
berbagai senyawa penting dalam sel. Pada kebanyakan [26].
bakteri, asam glutamat adalah asam amino kunci yang Ketercapaian Nilai Ambang Batas hasil
dibentuk dari sumber amonia dan karbon. Banyak pula penelitian menunjukkan, pH pada hari ke 6 (6,15), BOD
bakteri yang dapat mereaksikan amonia dengan asam hari ke 10 (75,1 mg/L), COD hari ke 10 (100,35 mg/L)
fumarat membentuk aspartat . dan TSS hari ke 9 (100,05 mg/L). Waktu tinggal
Bahan organik secara alami terdapat di perairan, (detention time) adalah waktu yang diperlukan oleh
dengan konsentrasi rendah, berupa plankton, partikel suatu tahap pengolahan agar tujuan pengolahan dapat
tersuspensi dari detritus dan bahan organik terlarut dicapai secara optimal [27]. Pada setiap bagian
[21]. Senyawa ini merupakan pendukung utama bangunan pengolah mempunyai waktu tinggal yang
kehidupan jamur, bakteri dan avertebrata di perairan berbeda-beda, sehingga waktu tingal ini perlu diketahui
[22], berasal dari hasil fotosintesis dan masukan dari lamanya pada setiap jenis bangunan pengolah.
luar ekosistem berupa bahan organik hanyutan [23]. Bioreaktor yang digunakan dalam penelitian ini diisi
Bahan organik hanyutan ini dapat berasal dari vegetasi LCN volume 1000 liter, memerlukan waktu tinggal 10
terestrial, atau dari buangan domestik dan limbah hari untuk proses degradasi sampai memenuhi Baku
industri makanan dan buah-buahan [24]. Bahan Mutu yang dipersyaratkan. Dibandingkan dengan proses
organik yang berasal dari vegetasi dan telah alami yang ada dengan waktu tinggal 3 bulan, maka
mengalami penguraian merupakan pendukung utama bioremediasi LCN dengan bakteri indigen membantu
kehidupan hewan di sungai [25]. percepatan degradasi bahan organik khususnya pH yang
rendah.
Aplikasi Hasil Penelitian Terhadap LCN Secara Ex Hasil penilaian Baku Mutu Pertanian dengan
situ Metode Storet [28] diperoleh skor -2 termasuk kualitas
Penerapan teknologi bioremediasi bukan baik karena berada rentang skor 1-10. Parameter yang
dimaksudkan untuk mengganti pengelolaan limbah yang melebihi baku mutu adalah garam alkali (Na) sebesar
telah ada. Teknologi ini merupakan upaya untuk 92,078 mg/L, baku mutu 60 mg/L. Meskipun demikian
mengoptimalkan pengolahan limbah di IPAL guna kandungan garam alkali ini masih dapat ditolerir oleh
mencapai hasil yang lebih baik. Mekanisme tanaman. Hasil penelitian dibandingkan data
kerjanya adalah penambahan (inokulasi) konsorsia pemantauan layak untuk diterapkan di IPAL dalam
bakteri pendegradasi indigen ke dalam limbah upaya efisiensi proses dan waktu biodegrasi. Hasil
cair melalui reaksi enzimatis yang menghasilkan bioremediasi juga memungkinkan untuk kegiatan
senyawa-senyawa yang dapat secara langsung perikanan maupun pertanian. Pemanfaatan hasil
digunakan atau diserap organisme perairan. penelitian ini untuk industri skala besar akan
5

memberikan manfaat baik ekonomi maupun ekologi [9] Barley and Scott's . 1986. Diagnostic Microbiology,
jangka panjang. 7th edition. Mosby. Toronto.
Hill Companies. New York
[10] Deptan (1988) Pedoman Pelaksanaan Pengujian
4. Kesimpulan Keamanan Hayati Produk Bioteknologi Seri Jasad
Renik. Jakarta. Departemen Pertanian.
a. Bakteri indigen Limbah Cair Nanas yang mampu [11] Shen, H.&Y.Wang. 1995. Simultancous Chromium
menetralkan pH, meremediasi bahan organik Reduction and Phenol Degradation in a Coculture
yaitu: Bacillus cereus, Acinetobacter baumanni, of Escherichia coli ATCC 33456 and
Bacillus subtilis dan Pseudomonas pseudomallei Pseudomonas putida DMP-1. Appl. Environ.
b. Starter bakteri dengan kombinasi konsorsia K1 Microbial 61.
(ABCD), volume 5% (v/v) dan waktu inkubasi [12] Madigan, M.T., Martinko J.M., Parker J. 2003.
6 hari paling efektif meneralkan pH dan Brock Biology of Microorganism Tenth Edition.
meremediasi bahan organik. USA:Prentice-Hall International, Inc.
c. Penurunan Konsentrasi bahan organik Limbah [13] Irianto, Agus. 2003. Petunjuk Praktikum
Cair Nanas akan menetralkan pH menurunkan Mikrobiologi. Fakultas Biologi Universitas
BOD, COD, TSS dan asam organik. Jenderal Soedirman. Purwokerto. (on line).
d. Ketercapaian Nilai Ambang Batas Baku Mutu http://www.pdfqueen.com/mikrobiologipangan
menunjukkan, pH pada hari ke 6 (6,15), BOD Diakses 12 April 2009
hari ke 10 (75,1 mg/L), COD hari ke 10 (100,35 [14] Hidayat Nur. Masdiana. Sri Suhartini. 2008.
mg/L) dan TSS hari ke 9 (100,05 mg/L) dan Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.
sesuai dengan Kepmen LH No. 05 Tahun 2007. [15] Rao, J.F. 1994. Enzymes in the hydrolysis and
ol/otbemig of starch. In: Starch: Chemistry and
UCAPAN TERIMA KASIH technology. 2" ed. Eds. Whistler, R.L., J.N.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bemiller & E.F. Paschall. Orlando: Academic
Depaetemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Press. Inc.. D. 87-123.
Jenderal Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengabdian [16] Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi
Masyarakat atas kepercayaannya peneliti melakukan Dasar. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
penelitian Hibah Bersaing; kepada PT GGP Lampung Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta.
khususnya bagian Quality Assursance Departement yang [17] Jones D.L. and D.D. Brassington. 1998. Scorption
telah membantu pelaksanaan penelitian. of origional bacterial its implication in the
rhizosphere. Europ J. Soil. Sc., 49:447-455
Pustaka [18] Judoamidjojo, M., Darwis, A.A. dan Sa'id, E.G.,
[1] Julius S. 2009. (Julius@ggpc.co.id). 21 Pebruari 1990. Teknologi Fermentasi. PAU Bioteknologi.
2009. Kualitas Fisik Kimia IPAL PT Great Green IPB. Jakarta: Rajawali Pers.
Pineapple Lampung. E-mail kepada Agus Sutanto [19] Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in
(sutanto11@gmail.com) Micrrobiology. The MC-Graw John Wilky & Son.
[2] Agus Sutanto, Dissertations, Universitas Negeri New York.
Malang, Indonesia, (2011), p.19
[3] Atlas, R. & Bartha, R. 1993. Microbial Ecology, [20] Austin, B. 1988. Methods in Aquatic Bacteriology.
Fundamentals and Application. Ed. ke 3. New John Willey&Sons.Thomsosn Press (India) Ltd.,
York: The Benyamin Cummings Publishing New Delhi.
Company Inc. [21] Boyd. C.E. 1979. Water Quality in Warmwater.
[4] Droste, R.L. 1997. Theory and Practice of Water Fish Ponds. Craft Master Printers Inc. Alabama
and Wastewater Treatment. USA: John Wiley & [22]Chiras, Daniel, D. 1988. Environmental Science.
Sons, Inc. The Benyamin Coming Pub. Co. California.
[5]Labeda, D.P. 1990. Environmental [23]Lind, T.D. 1971. The Organic Matter Budget of A
Biotechnology.Isolaition of Biotechnological Central Texas Reservoir. In Hall, C.E. ed.
Organisme From Nature.USA: Mc. Graw Hill Reservoir Fisherer and Limnology. American
Publishing Company. Hal 283-305 Fisherer Society, Washington DC.
[6] EPA. 2000. Definition of Remediation; Technologies [24]Haslam, S.M. 1990. River Pollution, An Ecological
(on line) http://www.epa Persective. London: Belhaven Press.
reachit.org/infohelp/defiehtyp.html. Diakses 23 [25]Benathen, I.A. dan Saccardi, M. 2000. Killer
Agustus2014. Pigments in Bacteria. An Ecological Nigthmare.
[7] Encarta. 2001. World English Dictionsry (North The American Biology Teacher. Vol 62 (9). 649 —
American Edition) (On Line) 51
(http://dictionary.msn.com/find/entry.asp? [26] Said, E.G. & Djuli, M. 1988. Penanganan dan
refid=186199647.diakses 12 Agustus 2014. pemanfaatan Limbah padat. PT. Mediyatama
[8] Bergey's. Manual of Systematic Bacteriology. Vol. Sarana Perkasa. Jakarta
2. Williams & Wilkins. Baltimore.
6

[27] Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air


Limbah. Jakarta: UI Press.
[28] Israelsen dan G.E. Shringkam. 1986. Irrigation
Principles and Practices.

Anda mungkin juga menyukai