Anda di halaman 1dari 6

NAMA : DILA RAHMAYANTI

NPM : 17034010022

REVIEW JURNAL BIOREMEDIASI DAN MENCOCOKKAN DENGAN BUKU


TUGAS PERTEMUAN 11

A. Bioremediasi Air
Kemampuan Macroalgae Cladophora Glomerata Dalam Mengolah Air Limbah
Laundry
B. Bioremediasi Tanah
Bioremediasi In-Situ Lahan Tercemar Pestisida Oleh Mikroba yang Ada Pada
Kompos.

.
1. Mekanisme Kerja Bakteri Dalam Bioremediasi
Proses bioremediasi tergantung pada keberadaan mikroba pengurai. Prosesnya
akan terjadi bila kondisi lingkungan mendukung bagi mikroba pengurai untuk
tumbuh dan aktif melakukan proses penguraian. Proses bioremediasi sering terjadi
dengan laju penguraian yang sangat lambat dan hanya dengan adanya mikroba
yang tepat sehingga proses tersebut terjadi dengan baik.
 Degradasi Secara Enzimatik
Degradasi secara enzimatik bekerja dengan oksidoreduktase yang
terlibat dalam memecah ikatan utama dalam sebuah molekul dan
mentransfer elektron dari senyawa pendonor ke senyawa akseptor.
Hidrolase terlibat dalam memecah ikatan utama dalam sebuah molekul
dan mengkatalisis beberapa reaksi termasuk kondensasi dan
alkoholisis. Salah satu keuntungan dari kelompok enzim ini adalah
tidak diperlukannya kehadiran kofaktor yang terlibat selama proses
reaksi.
 Bioremediasi Senyawa Berwarna dan Klorinasi
Berwarna :
Mekanisme penguraian zat pewarna secara umum dapat dipisahkan
menjadi:
1) bioabsorpsi, pengikatan zat terlarut menjadi bagian dari biomasa
tanpa keterlibatan proses metabolik,
2) biodegradasi, penguraian zat pewarna menjadi beberapa produk
metabolik dengan reaksi enzimatik, dan
3) bioakumulasi, pengakumulasian melalui metabolisme untuk
pertumbuhan sel.
Pengolahan limbah zat pewarna dengan melibatkan peran aktif
mikroba menjadi fokus penelitian dan pengembangan yang menarik
akhir-ahhir ini. Dengan penguraian oleh mikroba atau dikenal dengan
istilah “Microbial decolorization” atau biodegradasi, pengolahan
limbah menjadi feasible, murah, sederhana, dan diterima oleh
masyarakat secara luas. Mikroba, meliputi bakteri dan jamur telah
dikembangkan dalam upaya pengolahan limbah zat pewarna secara
biologis.
Zat perwarna akan terfragmentasi secara biologi (reaksi
enzimatik) melalui pemecahan struktur kimia. Beberapa produk antara
akan dihasilkan (Kaushik, Malik 2009), sehingga mengakibatkan
penurunan konsentrasi dan proses perubahan warna menjadi lebih jelas
terlihat. Jika penguraian terjadi secara sempurna, maka akan terbentuk
CO2 , H2 O, dan beberapa ion garam inorganic. Efisiensi proses
penguraian memerlukan pemilihan strain yang cocok dengan
manipulasi lingkungan yang sesuai untuk mendukung agar proses
degradasi berjalan dengan sempurna.

2. Bioremediasi Pada Air

a) Judul

“Kemampuan Macroalgae Cladophora Glomerata Dalam Mengolah Air


Limbah Laundry”

b) Latar Belakang

Saat ini masalah pada badan air makin beragam dan mengancam
kelestarian, salah satunya adalah eutrofikasi yaitu keadaan dimana nutrisi
(salah satunya fosfat) melebihi ambang batas dan meyebabkan
pertumbuhan alga dengan cepat (blooming algae) sehingga menutupi
cahaya matahari untuk masuk ke dalam air, serta berkurangnya oksigen
terlarut dalam air karena dimanfaatkan oleh algae (Patricia et al.,2018).
Menurut Young et. al. (1999), sumber fosfor penyebab eutrofikasi 10 %
berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri, 7 % dari industri,
11 % dari detergen, 17 % dari pupuk pertanian, 23 % dari limbah
manusia, dan yang terbesar, 32 %, dari limbah peternakan. Paparan
statistik di atas menunjukkan bagaimana besarnya jumlah populasi dan
beragamnya aktivitas masyarakat modern menjadi penyumbang yang
sangat besar bagi lepasnya fosfor ke lingkungan air. Maka sebab itu
dilakukan penelitian ini agar jumlah fosfor di lingkungan dapat
berkurang.

c) Metode penelitian

a. Penelitian Pendahuluan
1. RFT (Range Finding Test)
2. Aklimatisasi
b. Penelitian Utama
Penelitian utama yaitu tahap uji dengan penambahan
inhibitor berupa nitrat dan waktu sampling 1-5 hari. Pada tahap ini
dilakukan dengan cara pengoperasian reaktor secara batch, yang
harus dilakukan adalah menyiapkan larutan nitrat yang sesuai
dengan konsentrasi berdasarkan hasil uji RFT pada penelitian
sebelumnya.
d) Hasil Penelitian
Pada tahapan RFT ini digunakan variasi konsentrasi nitrat 0, 100,
200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000 mg/L dan mendapatkan
hasil terbaik yaitu pada range 0-375,43 mg/L yang mana kondisi
makroalga menunjukkan perubahan menjadi layu pada hari kelima.
Sedangkan pada range 500-1000 mg/L kondisi makroalga sudah layu
pada hari pertama dan mulai mati pada hari ketiga. Maka dari hasil RFT
itu konsentrasi nitrat yang digunakan untuk penelitian utama adalah 0,
100, 200, 300, 400 mg/L.
e) Review

Berdasarkan metode penelitian yang dilaksanakan metode tersebut


menggunakan degradasi secara enzimatik dimana enzim yang ada dalam
microalgae memecahkan ikatan utama dalam molekul dalam air,
kemudian terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada proses degradasi.
(Berdasarkan buku halaman 11)

3. Bioremediasi Pada Tanah

a) Judul

“Bioremediasi In-Situ Lahan Tercemar Pestisida Oleh Mikroba yang Ada


Pada Kompos.”

b) Latar Belakang
Pertanian organik penting dikembangkan agar pertiwi atau tanah Bali
terhindar dari kerusakan akibat penggunaan zat-zat kimia. Alam Bali relatif
kecil, apapun aktivitas yang dilakukan mesti mampu menekan kerusakan
lingkungan. Agar alam tidak tercemar zatzat kimia, sudah saatnya masyarakat
mengembangkan pertanian organik, (Suprapta, 2007). Tujuan penelitian adalah
mengoptimalkan proses bioremidiasi dengan metode pemupukan menggunakan
kompos di kawasan agrowisata Bedugul, sebagai upaya mempertahankan sistim
pertanian organic berkelanjutan (sustainable organic farming system) yang
mampu meningkatkan kualitas dan daya saing produk hortikultura.

c) Metode penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompos


kotoran sapi terfermentasi, kompos bokasi bakteri EM4, dan kompos
sampah organik perkotaan. Analisis yang dilakukan berupa dinamika
pertumbuhan populasi mikroba jenis kampang dan bakteri di lahan yang
dibudidayakan sawi,stoberi, tomat, kubis, dan wortel yang disemprot
pestisida dengan menggunakan metode TPC pada media PCA. Lalu
dilakukan perhitungan kualitatif residu yang terdapat pada sampel.
d) Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman populasi
mikroorganisme tanah pada lahan pertanaman kubis ditentukan oleh
intensitas penggunaan pestisida. Semakin intensif aplikasi pestisida pada
suatu lahan berpengaruh nyata terhadap kandungan C-organik dan N-total
tanah. Menurut Tengkano, 1992, tanah dengan aplikasi tiga jenis pestisida
mempunyai kandungan C-organik 2,81% dan N-total 0,19%.
Bioremidiasi in situ menggunakan pupuk organic kompos sangat
efektif, karena mikroorganisme dalam pada kompos akan mampu
mendegradasi residu pestisida dalam tanah. Selain itu kompos mampu
memperbaiki sifat fisik tanah, sifat biologis dan sifat kimia tanah untuk
peningkatan kesuburan tanah.
e) Review
Pada penelitian ini bioremediasi dilakukan dengan cara in-situ
dimana umumnya terdiri dari upaya penambahan dan tanpa penambahan
perlakukan (instrinsik). Kedua teknik bioremediasi in-situ ini benar-benar
mengandalkan proses penguraian kontaminan secara alamiah tanpa dan
atau dengan penambahan stimulan (biostimulasi). Laju dan lama waktu
proses penguraian sangat ditentukan oleh jenis, konsentrasi kontaminan, dan
karakterisasi lingkungan. Ketika teknik bioremediasi ini dipilih maka
proses evaluasi dan pemantauan harus dilakukan untuk memastikan bahwa
mayoritas proses penguraian terjadi secara biologis dan benar adanya.
(Bersdasarkan buku halaman 23)

Mekanisme kerja bakteri pada bioremediasi ini adalah pada saat


awal proses composting, bakteri mesofilik sangat dominan dan setelah suhu
mencapai lebih dari 40̊C, bakteri termofilik dan jamur muncul. Pada saat
suhu mencapai 60̊C maka aktivitas mikroba akan menurun dan saat suhu
kembali normal mesofilik mikroba kembali aktif. (Bersdasarkan buku
halaman 29)

Anda mungkin juga menyukai