SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
i
Dengan ini saya menyatakan dengan benar bahwa disertasi “Bioremediasi Limbah
Mengandung Merkuri menggunakan Bakteri Indigenous dengan Sistem Bioreaktor dan
Lahan Basah Buatan” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Sendy B. Rondonuwu
NRP P061060051
ii
ABSTRACT
RINGKASAN
morfologi dan diidentifikasi sampai tingkat genus serta diuji aktivitas bakteri tersebut
dalam mereduksi merkuri.
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepenttingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Institut
Pertanian Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagaian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin Institut Pertanian Bogor
vi
Disertasi
Doktor
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
vii
NRP : P061060051
Ujian Terbuka
Hari/ Tanggal : Rabu/ 25 Januari 2012
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penulisan disertasi dengan judul “Bioremediasi Limbah Mengandung Merkuri
Menggunakan Bakteri Tempatan dan Tanaman dengan Sistem Bioreaktor dan
Lahan Basah Buatan”. Disertasi ini merupakan salah satu syarat penyelesaian
pendidikan program Doktor (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa MS, Prof. Dr. drh. Bibiana W. Lay, MSc. dan Prof. Dr.-
Ing. Ir. Suprihatin selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan sejak penyusunan proposal, pelaksanan penelitian
hingga selesainya penyusunan disertasi ini.
2. Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang telah
banyak memberikan arahan, dorongan dan motivasi selama masa studi sampai
penyusunan disertasi ini.
3. Ucapan terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada Dr. Ir. Dwi Andreas
Santosa yang telah menyediakan bahan penelitian dan peralatan laboratorium sehingga
penulis dapat menyelesaikan keseluruhan tahapan penelitian.
4. Rektor Universitas Sam Ratulangi dan Dekan Fakultas MIPA Universitas Sam
Ratulangi, yang telah memberikan kesempatan dan ijin kepada penulis untuk
melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
6. Pimpinan Dikti Mendiknas yang telah memberikan beasiswa program doktor kepada
penulis sehingga dapat melanjutkan studi S3.
Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca dan membutuhkan informasi yang berkaitan dengan disertasi ini.
Sendy B. Rondonuwu
xi
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. PENDAHULUAN
2004 berdasarkan kurang lebih 250 sampel di akhir tahun 2003, menunjukkan bahwa
kandungan rata-rata merkuri pada moluska di bagian hilir dari tempat operasi
tambang sebesar 2.6 ppm, pada tanah sepanjang sungai Talawaan sebesar 91 ppm,
pada tanaman mulai dari lokasi tambang menuju hilir sungai sebesar 317 ppm, dan di
lokasi pertambangan sebesar 317.6 ppm. Data penelitian menunjukkan bahwa air
limbah tambang emas rakyat mengandung merkuri sebesar 9.03 mg/l dan tumbuhan
air yang paling efektif sebagai agen bioremediasi adalah teratai (Nelumbium
nelumbo) dengan biomassa 15 kg mampu menurunkan kadar merkuri air limbah
hingga 0.02 mg/1 dengan Indeks Bioremediasi (IBR) 99 % terjadi pada hari ke-15
(Palapa, 2009).
Kandungan merkuri di lokasi PESK Talawaan-Tatelu berdasarkan hasil
penelitian telah melewati baku mutu lingkungan. Baku mutu adalah batas / kadar
maksimum suatu zat atau komponen dari kegiatan manusia atau proses alam yang
diperbolehkan berada pada suatu lingkungan agar tidak menimbulkan dampak
negatif. Standar baku mutu kelimpahan logam berat merkuri pada tanah berkisar <10-
300 ppm, pada air berkisar 0.01-0.05 ppm, dan pada sedimen sungai berkisar <10-
100 ppm (Stwertka, 1998).
Merkuri merupakan logam berat yang sangat toksik terhadap organisme.
Semua bentuk merkuri, baik dalam bentuk unsur, gas maupun dalam bentuk garam
merkuri organik adalah beracun. Merkuri memiliki waktu tinggal (residence time)
ribuan tahun yang akan mengendap pada sedimen dan masuk serta terakumulasi
dalam tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan yaitu: melalui pernapasan,
saluran pencernaan dan kulit sehingga dapat menimbulkan kematian (Wardhana,
2004).
Metode-metode remediasi (proses penyehatan) berbasis fisika dan kimia telah
dikembangkan dan diterapkan untuk mengatasi pencemaran. Dalam dua dekade
terakhir penelitian, pengembangan dan penerapan metode remediasi berbasis biologi
khususnya mikroorganisme mendapat perhatian luas di Amerika, Australia, dan
Eropa termasuk Indonesia karena memiliki potensi aplikasi yang sangat luas, efektif,
dan relatif murah. Metode bioremediasi merupakan proses penyehatan (remediasi)
3
secara biologis terhadap komponen lingkungan, tanah dan air yang telah tercemar
oleh kegiatan manusia (Said dan Fauzi, 1996).
Dengan demikian jelaslah bahwa lokasi PESK di Talawaan-Tatelu,
Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara telah mengandung logam berbahaya
merkuri yang sangat mengkhawatirkan karena telah melebihi ambang batas baku
mutu lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dalam masalah penanganan
limbah merkuri akibat aktivitas penambangan emas rakyat. Bioremediasi adalah salah
satu teknik penyehatan lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam
mengendalikan pencemaran yang telah banyak digunakan selama bertahun-tahun
dalam mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah
rumah tangga maupun dari industri. Teknik bioremediasi sangat efektif dan murah
dari sisi ekonomi untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh
senyawa-senyawa kimia toksik atau beracun.
kuat dibandingkan dengan logam berat lainnya. Merkuri dapat terakumulasi dan tetap
tinggal dalam tubuh makhluk hidup dengan jangka waktu yang lama sebagai racun.
PENCEMARAN Hg
PENANGGULANGAN
LIMBAH MERKURI
EKOLOGI TEKNOLOGI
PENGOLAHAN LIMBAH
RAMAH LINGKUNGAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
TAMBANG EMAS
(PESK)
(PESK)
LIMBAH MERKURI
BIOREMEDIASI
BAKTERI
TEMPATAN
TANAMAN
BAKTERI
PEREDUKSI
LAHAN BASAH
MERKURI BUATAN
BIOREAKTOR
LIMBAH RAMAH
LINGKUNGAN
1.6. Hipotesa
1. Bakteri pereduksi merkuri asal PESK Talawaan-Tatelu mampu mereduksi
merkuri;
2. Bioreaktor dengan tanaman typha, tanaman eceng gondok, arang aktif,
menggunakan bakteri pereduksi merkuri tempatan asal PESK Talawaan-
Tatelu memiliki kemampuan mereduksi merkuri;
3. Reaktor bahan basah buatan menggunakan tanaman typha, tanaman eceng
gondok, dan arang aktif memiliki kemampuan mereduksi merkuri.
1.8. Kebaharuan
Dari penelitian ini diperoleh: (1) sepuluh isolat bakteri pereduksi merkuri
tempatan asal PESK Talawaan-Tatelu yang mampu hidup sampai 500 ppm HgCl2
8
dan dapat digunakan untuk pengolahan limbah merkuri, (2) alternatif pengolahan
limbah merkuri dari pertambangan emas rakyat dengan sistem bioreaktor yang
memanfaatkan bakteri tempatan dalam mereduksi merkuri, dan sistem lahan basah
buatan dengan tanaman dalam mereduksi merkuri.
9
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO (2000) secara umum merkuri memiliki 3 bentuk kimia yang
berpengaruh pada pengendapannya, yaitu: (1) Merkuri metal atau unsur merkuri
(Hg0) merupakan logam berwarna putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam
bentuk cairan. (2) Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan
dengan elemen lain seperti klorin (Cl), sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa ini
biasa disebut garam-garam merkuri. Senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk
putih atau kristal, kecuali merkuri sulfida (HgS) yang biasa disebut Sinabar adalah
berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. (3) Senyawa
merkuri organik terjadi ketika merkuri bertemu dengan karbon atau organomerkuri.
Banyak jenis organomerkuri, tetapi yang paling populer adalah metilmerkuri (dikenal
dengan monometilmercuri) CH3-Hg-COOH. Pada waktu yang lampau, senyawa
organomerkuri yang dikenal adalah fenilmerkuri yang digunakan dalam beberapa
produk komersial. Organomerkuri lainnya adalah dimetilmerkuri (CH3-Hg-CH3) yang
juga digunakan sebagai standar referensi tes kimia.
Merkuri termasuk logam yang sangat toksik pada organisme maka pemerintah
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air menetapkan kriteria mutu untuk setiap kelas
air dan dimana kadar merkuri maksimum yang diziinkan untuk berada dalam badan
air yaitu pada kualitas air golongan I adalah air yang dapat digunakan sebagai air
minum secara langsung tanpa pengolahan (dimasak sampai 100oC) terlebih dahulu
sebesar 0.001 mg/l (ppm), pada kualitas air golongan II adalah air yang dapat
digunakan sebagai air baku air minum sebesar 0.001 mg/l, pada kualitas air golongan
III adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
sebesar 0.002 mg/l, dan pada kualitas air golongan IV adalah air yang dapat
digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan,
industri, pembangkit listrik tenaga air sebesar 0.005 mg/l. Diagnosa toksisitas
merkuri tidak dapat dilakukan dengan tes biokimia, tapi dengan diagnosis analisis
kadar Hg dalam darah, urin, dan rambut. Konsentrasi maksimum Hg dalam darah 10-
20 μg/l, dalam urin sebesar 50 μg/l, dan dalam rambut sebesar 1-2 mg/kg (CETEM,
2004).
13
Dampak positif merkuri adalah: (1) Merkuri metal atau unsur merkuri (Hg0)
dapat digunakan untuk bahan pembuat themometer, barometer. Merkuri metal banyak
digunakan untuk produksi gas khlorin dan kaustik soda serta pemurnian emas. Juga
digunakan untuk pembuatan baterai, dan saklar listrik. Untuk bahan penambal gigi
biasanya mengandung merkuri metal 50%. Estimasi yang dilakukan oleh WHO
menyatakan bahwa sekitar 3% dari total konsumsi merkuri digunakan untuk dental
amalgam. (2) Senyawa merkuri anorganik digunakan sebagai fungisida. Garam-
garam merkuri anorganik termasuk amoniak merkurik klorida dan merkuri iodide
digunakan untuk cream pemutih kulit. Merkuri chlorida (HgCl 2) adalah sebagai
antiseptik atau disinfektan. Merkuri klorida digunakan sebagai katalis, industri baterai
kering, dan fungisida dalam pengawetan kayu. Merkuri asetat digunakan untuk
sintesa senyawa organomerkuri, sebagai katalis dalam reaksi-reaksi polimerisasi
organik dan sebagai reagen dalam kimia analisa. Senyawa-senyawanya banyak
digunakan sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat, antiseptik, baterai kering,
photografi, di pabrik kayu dan pabrik tekstil. (3) Senyawa merkuri organik, metil
merkuri dan fenil merkuri ada dalam bentuk garam-garamnya seperti metal merkuri
klorida dan fenil merkuri asetat. Sampai tahun 1970-an metil merkuri dan etil merkuri
digunakan untuk mengawetkan biji-bijian dan infeksi fungi. Ketika diketahui adanya
efek negatif terhadap kesehatan dari bahan berbahaya metil merkuri dan etil merkuri,
maka penggunaan selanjutnya sebagai fungisida biji-bijian dilarang. Sabun dan krem
yang mengandung merkuri telah digunakan dalam waktu yang lama oleh masyarakat
kulit hitam di beberapa wilayah untuk pemutih kulit (WHO, 2000).
Dampak negatif pada lingkungan yang terkontaminasi merkuri sangat
membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Jalur utama
pajanan metilmerkuri pada manusia adalah melalui konsumsi ikan (Barkay, 2005).
Merkuri terakumulasi dalam mikroorganisme yang hidup di air sungai, danau, dan
laut melalui proses metabolisme. Bahan-bahan mengandung merkuri yang terbuang
ke dalam sungai atau laut dimakan oleh mikroorganisme tersebut dan secara kimiawi
terubah menjadi senyawa metilmerkuri. Mikroorganisme dimakan ikan sehingga
metilmerkuri terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil menjadi rantai
14
makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Berdasarkan penelitian,
konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam tubuh ikan diperkirakan 40-50 ribu kali
lipat dibandingkan konsentrasi merkuri dalam air yang terkontaminasi (Stwertka,
1998).
Pengaruh toksisitas merkuri terhadap ikan dan biota perairan dapat bersifat
lethal dan sublethal. Pengaruh lethal menyebabkan gangguan pada saraf pusat
sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sub lethal
terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi
potensi untuk berkembangbiak, pertumbuhan dan sebagainya. Selain itu pencemaran
perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang
disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam
air dan kemudahannya diserap serta terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme air
(Alfian, 2006).
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan
kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak
dan merugikan kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan) yang disebabkan oleh
kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam
berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan
lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003). Oleh karena itu
usaha pengolahan emas dengan menggunakan merkuri tidak boleh membuang
limbahnya ke dalam aliran sungai sehingga tidak terjadi kontaminasi pada lingkungan
disekitarnya, dan limbah yang mengandung merkuri harus ditempatkan secara khusus
serta ditangani secara hati-hati (Darmono, 2006).
Enterobacter cloacae dan E. hafniae dari daerah bekas penambangan emas tanpa
izin (PETI) yang berumur 6 tahun di daerah Mandor, Kalimantan Barat. Media
seleksi yang digunakan isolasi bakteri resisten merkuri adalah media seleksi padat
Canstein yang mengandung HgCl2 10 g/ml. Menurut Green-Ruiz (2005) dengan
menggunakan isolat Bacillus sp. dan pemberian pH optimal antara 4.5 – 7.0 pada 25
°C, kebanyakan adsorpsi merkuri terjadi pada 20 menit pertama. Madigan (2006)
menemukan bakteri yang tahan terhadap merkuri dan menurunkan pencemaran
merkuri, seperti Pseudomonas, Bacillus, Serratia, dan Enterobacter karena
mempunyai operan gen mer yang menyandi enzim merkuri reduktase yang terkait
dengan NADPH. Enzim ini mereduksi ion merkuri yang bersifat racun Hg2+ menjadi
ion Hg0 yang tidak berbahaya. Jaysankar (2008) menemukan beberapa bakteri
resistan merkuri dari laut yang mampu tumbuh sampai 25 ppm (mg/l) yaitu:
Alcaligenes faecalis (tujuh isolat), Bacillus pumilus (tiga isolat), Bacillus sp. (satu
isolat), Pseudomonas aeruginosa (satu isolat), and Brevibacterium iodinium (satu
isolat). Suheryanto et al., (2008) menemukan 6 isolat yang mampu tumbuh pada
media LB dengan konsentrasi antara 1.0 ppm sampai 2.5 ppm MeHg (metil merkuri)
dari Sungai Sangon, Yogyakarta. Santi (2009) menemukan bahwa Pseudomonas
fluorescens strain KTSS yang diisolasi dari tambang batu bara wilayah penambangan
PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Sumatera Selatan memiliki potensi mereduksi
logam merkuri dalam tanah. Shovitri et al., (2010) menemukan 17 isolat bakteri tahan
merkuri dari Kali Mas Surabaya dan berdasarkan karakter biokimia ke-17 isolat
tersebut masuk ke dalam tujuh genus yang berbeda, yaitu ada kecenderungan masuk
ke genus Providencia, Neisseria, Shigella, Lampropedia, Serratia, Enterobacter dan
Bacillus. Ketujuh belas isolat tersebut secara individu mampu hidup pada 10 ppm
HgCl2 dan mereduksi 43%-75% ion Hg2+ menjadi ion Hg0.
24-48 jam untuk mendapatkan hasil yang baik terutama pada bakteri Gram positif,
jika digunakan biakan tua maka banyak sel mengalami kerusakan pada dindingnya
sehingga zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ini berarti
bahwa bakteri Gram positif dengan dinding yang rusak tidak lagi dapat
mempertahankan kompleks warna kristal violet-yodium sehingga terlihat sebagai
bakteri gram negatif (Bibiana, 1994).
Perbedaan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif terletak pada dinding
selnya. Pada bakteri Gram positif dinding sel tersusun atas peptidoglikan dan
komponen khusus berupa asam-asam teikhoat dan teikhuronat serta polisakarida;
sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif tersusun atas peptidoglikan dengan
komponen-komponen khusus berupa lipoprotein, selaput luar dan lipopolisakarida
(Tedja, 2009). Kemampuan bakteri menghasilkan polisakarida ekstraselular dapat
melindungi sel dari pengaruh toksik logam berat (Ahmad et al., 2005).
pertumbuhan bakteri, (3) kondisi lingkungan yang kondusif untuk hidup dan tumbuh,
serta menunjang aktivitas transformatif bakteri dengan laju yang optimal.
Bioreaktor atau reaktor biologis adalah tempat berlangsungnya perubahan
suatu zat akibat adanya reaksi kimia dalam proses tangki fermentasi yang
dikendalikan (Hartoto dan Sailah, 1992). Menurut Machfud et al. (1989), fermentasi
memiliki pengertian sebagai suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu
substrat organik melalui aktifitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri. Menurut
Tjokrokusumo (1998) pada dasarnya reaktor pengolahan secara biologis dapat
dibedakan atas 2 jenis yaitu: reaktor pertumbuhan tersuspensi dan reaktor ertumbuhan
melekat. Pada reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikrob tumbuh dan berkembang
dalam keadaan tersuspensi; sedangkan pada reaktor pertumbuhan melekat, bakteri
tumbuh pada media pendukung dengan membentuk lapisan film atau biofilm untuk
melekatkan dirinya. Pertumbuhan bakteri akan melekat bila tumbuh pada medium
padat sebagai pendukung dan aliran limbah kontak dengan organisme.
Media pendukung dapat berupa batuan vulkanik, batu-batu besar karang,
lembaran plastik bergelombang atau cakram yang berputar. Batuan vulkanik yang
berperan sebagai media pendukung dimana bakteri pereduksi merkuri tumbuh diatas
media tersebut membentuk lapisan biofilm untuk melekatkan diri pada permukaan
batu (Tjokrokusumo, 1998). Menurut Barus (2007), dari hasil foto scanning electron
micrograph (SEM) memperlihatkan morfologi batu vulkanik yang tidak teratur dan
memiliki banyak rongga-rongga didalamnya. Rongga-rongga tersebut berfungsi
sebagai tempat melekat bagi bakteri, membentuk koloni (pertumbuhan biofilm), dan
memberikan perlindungan terhadap abrasi aliran limbah cair dalam bioreaktor
(Elfrida, 1999).
Biofilm merupakan suatu fenomena alamiah dimana sebagian besar bakteri di
alam berasosiasi dengan permukaan padatan. Biofilm terdiri dari sel-sel bakteri yang
melekat erat ke suatu permukaan sehingga berada dalam keadaan diam (sesil), tidak
mudah lepas atau berpindah tempat (irreversible). Pelekatan ini seperti pada bakteri
disertai oleh penumpukan bahan-bahan organik yang diselubungi oleh matrik polimer
ekstraseluller yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Matrik ini berupa struktur
21
benang-benang bersilang satu sama lain yang dapat berupa perekat bagi biofilm.
Biofilm terbentuk karena adanya interaksi antara bakteri dan permukaan yang
ditempeli. Interaksi ini terjadi dengan adanya faktor-faktor yang meliputi kelembaban
permukaan, makanan yang tersedia, pembentukan matrik ekstraseluller (exopolimer)
yang terdiri dari polisakarida, faktor-faktor fisikokimia seperti interaksi muatan
permukaan dan bakteri, ikatan ion, ikatan Van Der Waals, pH dan tegangan
permukaan serta pengkondisian permukaan. Dengan kata lain terbentuknya biofilm
adalah karena adanya daya tarik antara kedua permukaan (psikokimia) dan adanya
alat yang menjembatani pelekatan (matrik eksopolisakarida). Odergaard et al. (1994)
menyatakan bahwa keuntungan reaktor biofilm dalam menangani limbah industri
yaitu: (1) perlakuan yang diterapkan dapat dibuat lebih kompak karena membutuhkan
tempat yang relatif sedikit, (2) hasil perlakuan tidak terikat oleh pemisahan slugde
pada akhir proses, dan (3) biomassa yang terjerat dapat digunakan dengan cara lain
yang lebih khusus karena tidak tercampur dengan sludge.
Menurut Barus (2007) pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem
bioreaktor mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mereduksi merkuri dalam
waktu yang relatif singkat. Pembentukan biofilm 6 hari merupakan kondisi paling
optimum untuk mereduksi merkuri. Pada perlakuan tersebut menggunakan bakteri
Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512 yang mampu hidup pada 6 ppm HgCl2 dan
dapat menurunkan merkuri sebesar 98.54 % (dari 6.53 menjadi 0.10 ppm).
Pengoperasian bioreaktor menggunakan kultur tunggal bakteri pereduksi merkuri
lebih efisien daripada penggunaan kultur campuran karena memiliki aktivitas yang
tinggi sehingga dapat digunakan dalam pengolahan limbah tercemar merkuri
(Zulkifli, 2002).
Karbon aktif merupakan karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat
besar sehingga dapat digunakan untuk berbagai aplikasi seperti menyerap bau, warna,
pengotor, bahkan logam berat seperti merkuri. Karbon aktif dalam bentuk serbuk
kecepatan adsorpsinya lebih cepat daripada dalam bentuk butiran (granula). Sumber
bahan baku karbon aktif terdiri dari kayu, ampas tebu, kulit buah, batok kelapa, dan
batubara muda. Karbon aktif memiliki 2 bentuk yang biasa digunakan dalam
22
pengolahan air minum yaitu: bentuk bubuk dan bentuk butiran (granular). Karbon
aktif selain dapat menghilangkan zat-zat organik, juga digunakan untuk menjerap
bahan-bahan anorganik seperti Fe, Pb, Ag, Cd, Hg dan sebagainya dalam jumlah
tertentu. Menurut Gluszcz et al. (2008) penggunaan karbon aktif dengan a fixed-bed
bioreaktor dapat digunakan dalam proses bioreduksi ion merkuri karena dapat
menurunkan konsentrasi merkuri sekitar 50%.
Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi
semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada lebih
tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan
komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati. Demikian pula bila suhu
lingkungannya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan
berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel
akan terhenti.
Power of Hidrogen yang lazimnya disingkat pH (derajat keasaman) untuk
menyatakan tingkat keasaman dan atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Yang dimaksudkan “keasaman” adalah konsentrasi ion hydrogen (H+) dalam pelarut
air, sedangkan “kebasaan” adalah konsentrasi ion OH- dalam pelarut air. Suatu
larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7, nilai pH>7 menunjukkan
larutan memiliki sifat basa, dan nilai pH<7 menunjukan keasaman (Bibiana, 1994).
Pertumbuhan dan kemampuan hidup bakteri sangat dipengaruhi sangat dipengaruhi
oleh pH lingkungan dan tiap bakteri menunjukkan kebutuhan yang berbeda. Tiap
mikrob memiliki kemampuan tumbuh dalam kisaran pH yang spesifik yang mungkin
lebar atau sempit dengan laju pertumbuhan yang cepat dalam kisaran optimum yang
sempit.
berasal dari kata Latin remedium "menyembuhkan", dalam hal ini berarti juga
"menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan".
Dengan demikian fitoremediasi dapat didefinisikan: penggunaan tumbuhan untuk
menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar
baik itu senyawa organik maupun anorganik. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada
limbah organik maupun anorganik dalam bentuk padat, cair, dan gas (Salt et al.,
1998).
Fitoremediasi adalah salah satu teknologi yang bersahabat dengan lingkungan
yang tidak mahal dan efektif. Tanaman-tanaman hiperakumulator logam dapat
digunakan untuk mengubah logam baik yang berasal dari daratan maupun lautan
(Shah, 2007). Menurut Suthersan (2001) bahwa proses dalam fitoremediasi
berlangsung secara alami dengan enam tahap proses secara serial yang dilakukan
tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada disekitarnya, yaitu:
1. Phytoacumulation adalah proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari
media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan, proses ini disebut juga
Hyperacumulation.
2. Rhizofiltration adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh
akar untuk menempel pada akar.
3. Phytostabilization adalah penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar
yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut
menempel erat (stabil ) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air
dalam media.
4. Rhyzodegradation adalah penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas
mikrob yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan
bakteri.
5. Phytodegradation adalah proses yang dilakukan tumbuhan menguraikan zat
kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan
yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhana
yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat
berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan
24
Keunggulan pengolahan air limbah dengan sistem ini selain kualitas hasil air
pengolahan yang sesuai baku mutu air limbah domestik juga dapat meningkatkan
kualitas tanah. Hibrid dari tanaman Typha angustifolia and Typha latifolia dapat
digunakan sebagai tanaman lahan basah buatan (Selbo, 2004).
Sedangkan tanaman Eceng gondok termasuk Kingdom: Plantae, Divisi:
Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: Commelinales, Famili: Pontederiaceae,
Genus: Eichhornia Kunth, dan Spesies: E. crassipes. Eceng gondok atau enceng
gondok adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng gondok pertama kali
ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp
von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika
sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok hidup
mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0.4 –
0.8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung
dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan
daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk
bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam.
Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Eichhornia crassipes merupakan tumbuhan air yang dapat menyerap hara dan logam
berat dalam jumlah yang cukup signifikan. Zat hara yang terserap oleh akar tanaman
akan ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Hasil penelitian yang telah dilakukan
di bak percobaan menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok dengan penutupan
50% dari luas area percobaan pengolahan limbah cair tahu dapat menurunkan residu
a b
Gambar 4. Tanaman Eceng gondok (a) dan tanaman Typha (b)
27
30 cm karena sel yang dangkal dipercaya memiliki aerasi limbah yang lebih baik
daripada sel yang dalam. Selain itu, akar akan lebih banyak berada di bagian atas
substrat dimana oksigen tersedia lebih banyak.
Substrat yang umum digunakan adalah kerikil bersih dengan ukuran tertentu.
Batuan sungai berbentuk bulat lebih disukai karena menghindari substrat mengeras.
Pasir atau campuran kerikil/pasir merupakan alternatif yang baik. Batuan kapur tidak
direkomendasikan karena mudah mengeras. Diameter kerikil yang digunakan
berkisar antara 0.5-1.3 cm, bahkan ada yang menggunakan ukuran 5.0 cm, tetapi
ukuran kerikil yang kecil diyakini lebih mendukung pertumbuhan tanaman. Sel
terakhir dari sistem pengolah limbah lahan basah buatan biasanya berisi filter pasir.
Selain kerikil dan pasir, dapat juga digunakan substrat yang mengandung tanah
lempung dan lumpur. Substrat yang digunakan sebaiknya dicuci lebih dahulu untuk
menghindari partikel halus yang dapat menyumbat ruang pori substrat sehingga
terjadi aliran permukaan.
29
3. METODE PENELITIAN
(OD) dengan menggunakan spektrophotometer Bio Rad Smart Spec. TM. 300.
Peralatan yang digunakan untuk analisis merkuri adalah tabung erlenmeyer dengan
berbagai ukuran, pipet, buret, gelas ukur dan Cold Vapour Atomic Absorption
Spektrofotometer (CV-AAS).
berisi media agar Luria Bertani (LB) dengan komposisi 10 g tryptone, 5 g yeast
ekstrak, 5 g NaCl, 15 g agar per liter, dan mengandung 10 ppm dan 25 ppm HgCl2.
Kemudian diinkubasi pada suhu 27oC selama 3 hari.
Bakteri yang telah diperoleh kemudian dimurnikan sehingga diperoleh koloni
bakteri yang murni. Pemurnian isolat bakteri dilakukan dengan mengambil koloni
yang terpisah dan tampak jelas berbeda dengan jarum ose dan digoreskan pada cawan
petri berisi media agar LB, kemudian diinkubasi pada suhu 27oC selama 3 hari.
3.3.1.2. Seleksi Bakteri Pereduksi Merkuri
Seleksi bakteri didasarkan pada kemampuan isolat tumbuh dalam media
dengan berbagai konsentrasi HgCl2. Isolat bakteri ditumbuhkan dengan metode gores
pada media agar LB yang ditambahkan dengan 25 ppm HgCl2. Jika isolat tumbuh,
maka isolat bakteri tersebut ditumbuhkan dengan metode gores pada media agar LB
yang telah ditambahkan HgCl2 dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 50 ppm,
100 ppm, 250 ppm, 400 ppm, 500 ppm sehingga diperoleh isolat unggul yang mampu
hidup pada konsentrasi HgCl2 yang tertinggi. Isolat hasil pemurnian disimpan dalam
gliserol 20% dan kompos pada suhu -20oC serta agar miring berisi media Luria
Bertani (per liter medium): 1.0 g tripton, 0.5 g ekstrak khamir, 0.5 g NaCl, 1.5 g
bacto agar, pH 7.2 pada suhu 8-10oC.
3.3.1.3. Karakteristik Bakteri Pereduksi Merkuri
Isolat yang dipilih untuk uji morfologis dan fisiologis adalah isolat yang
tumbuh pada medium LB yang disuplementasi dengan HgCl2 500 ppm. Identifikasi
morfologi meliputi pewarnaan gram, pewarnaan spora, morfologis koloni dan sel.
Pengamatan koloni dilakukan secara visual terhadap bentuk koloni, diameter koloni,
warna koloni, elevasi koloni, tepian koloni, permukaan koloni, dan motilitas
sedangkan pengamatan morfologi sel dilakukan dengan menggunakan mikroskop
meliputi bentuk sel dan bentuk spora. Identifikasi fisiologis yang diuji yaitu
Fermentasi Karbohidrat (uji gula: Glukosa, Fruktosa, Mannitol, Xylose, Sukrosa,
Laktosa, Inositol, Sorbitol, Arabinosa, Galaktosa, Maltosa, Dulsitol), Respirasi
Karbohidrat (uji Oksidase, uji Katalase, Reduksi Nitrat), uji Sitrat, uji Lisin, uji
Urease, uji Indol, uji Metil Red, uji Voges Proskauer, dan uji Hidrogen sulfida. Ke-
32
14 uji morfologi dan uji fisiologi yang dilakukan mengikuti petunjuk buku Analisis
Mikroba di Laboratorium (Bibiana, 1994) dan Eksperimen Mikrobiologi dalam
Laboratorium (Tedja, 2007).
Isolat ditumbuhkan pada media agar LB. Setelah berumur 18-20 jam dibuat
olesan isolat di atas kaca obyek dengan cara satu ose isolat diletakkan pada kaca
objek yang telah ditetesi aquades, kemudian difiksasi di atas bunsen 2 -3 kali
dengan cepat supaya isolat melekat pada kaca obyek. Pewarnan Gram dilakukan
terhadap hasil olesan isolat bakteri dengan cara olesan digenangi dengan ungu kristal
selama satu menit, kemudian dicuci dengan air dan dibiarkan kering udara.
Selanjutnya olesan digenangi dengan iodium selama dua menit, dicuci dengan air,
dan setelah kering udara kemudian ditetesi dengan alkohol 95% selama 30
detik. Terakhir olesan digenangi dengan pewarna tandingan safranin selama 30
detik, dicuci dengan air dan dikeringkan dengan kertas penghisap. Bila isolat
berwarna ungu termasuk Gram positif namun bila berwarna merah termasuk
Gram negatif.
3. Uji Motilitas
Isolat ditanam pada media NA tegak dengan cara tusuk sedalam + 5 mm.
Selanjutnya di inkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam. Hasil positif (motil) jika
bakteri tumbuh pada seluruh permukaan media, hasil negatif menunjukan bakteri
hanya tumbuh pada daerah tusukan saja. Bakteri motil akan bermigrasi ke seluruh
permukaan agar dan bekas tusukan.
Isolat ditumbuhkan dalam media padat atau media cair Luria Bertani
yang ditambah dengan agar bakto (Oxoid) pada tabung reaksi. Bila isolat tumbuh
pada permukaan media berarti aerob dan bila pertumbuhannya menyebar berarti
anaerob fakultatif.
6. Uji Katalase
7. Uji Oksidase
berubahnya warna koloni menjadi merah muda, lalu merah tua, merah gelap dan
akhirnya hitam.
9. Uji Sitrat
erlenmeyer 250 ml yang mengandung konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 400
ppm, dan 500 ppm HgCl2. Kemudian diinkubasi selama 48 jam dan digoyang.
Konsentrasi Hg yang tersisa dalam media cair LB diukur dengan Cold Vapour Atomic
Absorption Spektrofotometer (CV-AAS). Prinsip kerja CV-AAS menurut adalah
mengubah senyawa merkuri raksa dioksida menjadi ion raksa, selanjutnya ion raksa
direduksi menjadi logam raksa dan dianalisa serapan atom uap dingin pada panjang
gelombang 253.7 nm. Reagen yang digunakan Reduktor SnCl2, larutan asam H2SO4
+ HCl.
morganii ICBB 9119, Micrococcos luteus ICBB 9120, dan Bacillus sp. ICBB 9121
yang diisolasi dari lokasi PESK Talawaan-Tatelu.
Nutrien yang digunakan mengandung komposisi ekstrak ragi 2 g dan sukrosa
4 g per liter media, sedangkan limbah cair merkuri yang digunakan adalah limbah
cair sintesis dengan menggunakan 10 ppm HgCl2. Pembuatan inokulum bakteri
pereduksi merkuri diambil dari ke-4 isolat hasil uji aktivitas sebanyak 1 ml isolat
yang sudah disimpan dan ditumbuhkan pada media LB cair sebanyak 500 ml untuk
dimasukkan ke dalam bioreaktor yang berisi batuan vulkanik. Tanaman typha dan
eceng gondok yang digunakan telah disiapkan tujuh hari sebelum pengoperasian
bioreaktor, dengan memberikan perlakuan yang sama. Arang aktif dan batuan
vulkanik di masukkan ke autoklaf untuk mensterilkan, demikian juga dengan media
tanam yang terdiri atas kerikil, pasir, dan tanah gembur. Autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium
menggunakan uap air panas bertekanan sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC.
Pengoperasian bioreaktor dilakukan dengan tahapan: (1) Wadah A yang berisi
campuran nutrisi dan limbah sintesis 10 ppm HgCl2 sebanyak 5 liter dialirkan ke
bioreaktor B dengan aliran berlanjut, pergantian nutrisi dilakukan pada setiap 2 hari
selama 6 hari pembentukan biofilm; (2) Bioreaktor B berisi batu vulkanik dan bakteri
yang sudah ditumbuhkan di erlenmeyer sebanyak 500 ml. Bakteri hanya diberikan
satu kali selama satu perlakuan; (3) Wadah C, D, dan E masing-masing berisi: arang
aktif, tanaman typha, tanaman eceng gondok; (4) Setiap perlakuan diambil sampel
limbah cair yaitu hari pertama pada reaktor A sebelum pengolahan, pada outlet
bioreaktor B dilakukan pengambilan sampel pada hari ketujuh, dan pada reaktor C,
D, dan E dilakukan pengambilan sampel pada hari kesepuluh, masing-masing
sebanyak 10 ml. Pengambilan sampel dengan 3 ulangan.
Variabel yang diteliti adalah: (1) kadar merkuri dalam wadah A yang berisi
limbah cair dan nutrisi sebelum diberi perlakuan; (2) kadar merkuri dalam bioreaktor
B yang berisi bakteri dan batuan vulkanik; (3) kadar merkuri dalam wadah C yang
berisi arang aktif; (4) kadar merkuri dalam wadah D yang berisi tanaman typha; (5)
kadar merkuri dalam wadah E yang berisi tanaman eceng gondok; (6) jumlah
38
A
Nutrisi
Limbah Merkuri
B
BPM
B. Vulkanik
C
Arang Aktif
Tanaman D
Typha sp.
Eceng E
gondok
A
Limbah Merkuri
B
Arang aktif
Tanaman C
Typha sp.
Eceng D
gondok
Analisa data menggunakan metode deskriptif dengan tabel dan narasi yang
menggambarkan kondisi seluruh perlakuan selama penelitian.
No Isolat Asal Lokasi Kadar HgCl2 pada media LB (ppm) pH tanah Hgtotal Tanah
25 50 100 250 400 500 (ppm)
01 A1 Tromol Bp. Alex + + + + - - 7.23 2975.10
02 A2 Tromol Bp. Alex + + + + - - 6.90 2100.45
03 A3 Tromol Bp. Alex + + + + - - 7.35 2867.50
04 A4 Tromol Bp. Alex + + + + + + 7.53 3804.48
05 A5 Tromol Bp. Alex + + + + + 6.85 1862.29
06 S1 Tromol Bp. Sonny + + + + - - 6.92 643.10
07 S2 Tromol Bp. Sonny + + + + - - 7.11 856.29
08 S3 Tromol Bp. Sonny + + + + - - 7.21 737.21
09 S4 Tromol Bp. Sonny + + + + - - 7.01 878.03
10 S5 Tromol Bp. Sonny + + + + - - 6.89 890.22
11 P1 Tromol Bp. Paul + + + + - - 7.43 908.47
12 P2 Tromol Bp. Paul + + + + - - 7.28 1256.27
13 P3 Tromol Bp. Paul + + + + - - 7.12 1089.47
14 P4 Tromol Bp. Paul + + + + + + 7.22 1177.41
15 P5 Tromol Bp. Paul + + + + + - 7.49 717.76
16 K1 Tromol Bp. Karel + + + + - - 7.29 749.11
17 K2 Tromol Bp. Karel + + + + - - 6.97 776.14
18 K3 Tromol Bp. Karel + + + + - - 7.14 568.79
19 K4 Tromol Bp. Karel + + + + - - 7.34 831.98
20 K5 Tromol Bp. Karel + + + + - - 6.98 687.31
21 D1 Tromol Bp. Decky + + + + - - 7.02 1987.05
22 D2 Tromol Bp. Decky + + + + + + 6.99 2178.32
23 D3 Tromol Bp. Decky + + + + + + 7.00 1831.11
24 D4 Tromol Bp. Decky + + + + + + 7.43 1882.22
25 D5 Tromol Bp. Decky + + + + + + 7.14 2549.45
26 T1 Tromol Ibu Telly + + + + + + 7.12 2387.32
27 T2 Tromol Ibu Telly + + + + + + 7.23 2198.02
28 T3 Tromol Ibu Telly + + + + + + 7.42 2471.37
29 T4 Tromol Ibu Telly + + + + + + 7.48 2566.83
30 T5 Tromol Ibu Telly + + + + - - 7.33 2899.25
31 T6 Tromol Ibu Telly + + + + - - 7.03 2101.72
+ : tumbuh
- : tidak tumbuh
42
Kondisi lokasi yang tercemar merkuri melewati ambang batas terlihat dari
hasil pengujian Hg total sampel tanah antara 568.79 sampai dengan 3804.48 ppm.
Apabila bakteri pereduksi merkuri dapat beradaptasi pada lingkungan dengan
tingkat kontaminasi logam berat merkuri yang tinggi, maka diasumsikan bahwa
penggunaan bpm tersebut sangat efektif dalam mereduksi merkuri. Isolat bakteri
mampu tumbuh pada media LB dengan berbagai konsentrasi HgCl2 karena bakteri
tersebut menggunakan merkuri sebagai substrat. Kadar Hg total sampel tanah yang
tinggi memungkinkan kesepuluh bakteri pereduksi merkuri mampu tumbuh
sampai 500 ppm HgCl2. Walaupun demikian kelompok bakteri tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda berdasarkan kemampuan tumbuh dan mereduksi
merkuri pada media mengandung HgCl2.
Perbedaan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif terletak pada
susunan kimia dinding selnya. Pada bakteri Gram positif dinding sel tersusun atas
peptidoglikan dan komponen khusus berupa asam-asam teikhoat dan teikhuronat
serta polisakarida; sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif juga tersusun atas
peptidoglikan sedang komponen-komponen khusus berupa lipoprotein, selaput
luar dan lipopolisakarida (Tedja, 2009). Perbedaan komponen dinding sel bakteri
Gram positif dan Gram negatif menyebabkan interaksi yang berbeda terhadap
logam berat (Giller et al., 1998). Bakteri Gram negatif menunjukkan toleransi
yang lebih besar terhadap logam daripada Gram positif karena memiliki struktur
dinding sel yang lebih kompleks yang mampu mengikat dan mengimobilisasi ion
logam termasuk Hg2+. Hasil penelitian menemukan 7 isolat bakteri Gram positif
dan 3 isolat bakteri Gram negatif. Penelitian ini membuktikan bahwa kelompok
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat mereduksi merkuri tergantung
enzim yang dimiliki bakteri tersebut (Gadd, 1992).
Hasil uji pewarnaan spora pada bakteri Gram positif menunjukkan 4 isolat
yang memiliki spora yaitu: Bacillus spp. ICBB 9116, Bacillus spp. ICBB 9118,
Bacillus spp. ICBB 9121 memiliki spora di bagian tengah, dan Bacillus spp. ICBB
9122 memiliki spora di bagian tepi. Pewarnaan spora bertujuan membedakan sel
vegetatif dengan spora. Spora bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan
dibentuk bakteri untuk mengatasi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti
langkanya sumber karbon, energi, atau fosfat, bahan yang bersifat toksik, suhu
yang tidak sesuai, lingkungan yang kering (hipotonik). Spora terbentuk dalam sel
bakteri serta seringkali disebut sebagai endospora, dalam sel bakteri hanya
terdapat 1 spora dan tidak berfungsi untuk reproduksi. Spora merupakan bentuk
dorman dari sel vegetatif (Bibiana, 1994).
Berdasarkan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, hasil
identifikasi 10 isolat unggul bpm, diperoleh bahwa 4 isolat tersebut termasuk
dalam kelompok Bacillus sp. yaitu ICBB 9116, ICBB 9118, ICBB 9121, dan
ICBB 9122. Termasuk salah satu kelompok bakteri yang banyak diteliti karena
dapat mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan mekanisme detoksifikasi (Nakamura et
45
al., 1990; Blake et al., 1993; Sadhukhan et al., 1997; Petrova et al., 2002; Green-
Ruiz, 2005; Madigan, 2006; Jaysankar, 2008; Shovitri et al., 2010).
Hasil penelitian menemukan 2 isolat bpm yang termasuk dalam kelompok
Brevibacillus sp. yaitu ICBB 9123 dan ICBB 9124. Termasuk kelompok bakteri
yang mampu mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan mekanisme detoksifikasi
(Jaysankar, 2008).
Micrococcos luteus ICBB 9120 adalah satu-satunya bakteri pereduksi
merkuri dari kelompok gram positif bentuk sel bulat yang ditemukan dalam
penelitian ini. Ciri khusus Micrococcos luteus adalah uji katalase positif, uji
manitol negatif, uji glukosa negatif dan warna koloni kuning. Termasuk kelompok
bakteri mampu mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan mekanisme detoksifikasi
(Nakamura et al., 1990; Blake et al., 1993; Sadhukhan et al., 1997; Petrova et al.,
2002).
Bakteri pereduksi merkuri yang ditemukan dari kelompok gram negatif
dan bentuk sel batang yaitu: Pseudomonas sp. ICBB 9115, Eschericia coli ICBB
9117, dan Morganella morganii ICBB 9119. Ciri khusus Pseudomonas sp adalah
uji oksidase positif dan uji glukosa negatif. Termasuk kelompok bakteri yang
mampu mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan mekanisme detoksifikasi (Nakamura
et al., 1990; Blake et al., 1993; Sadhukhan et al., 1997; Handayani, 2001; Petrova
et al., 2002; Sulastri, 2002; Madigan, 2006; Jaysankar, 2008; Santi, 2009).
Eschericia coli ICBB 9117 adalah bakteri pereduksi merkuri gram negatif
dengan bentuk sel batang. Ciri khusus Eschericia coli adalah uji laktosa positif, uji
indol positif, dan uji sitrat negatif. Termasuk kelompok bakteri yang mampu
mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan mekanisme detoksifikasi (Sadhukhan et al.,
1997).
Morganella morganii ICBB 9119 adalah bakteri pereduksi merkuri gram
negatif dengan bentuk sel batang. Morganella morganii memiliki ciri khusus yaitu
uji laktosa negatif, uji indol positif, uji H2S negatif dan termasuk kelompok bakteri
yang mampu mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan mekanisme detoksifikasi.
Morganella sp. merupakan salah satu bakteri penghasil histamin yang banyak
46
a b c d e
f g h i j
Gambar 7. Koloni ke-10 bakteri pereduksi merkuri isolat Bacillus sp. ICBB 9115 (a), Bacillus sp. ICBB 9118 (b), Bacillus sp. ICBB 9123 (c), Bacillus sp.
ICBB 9124 (d), Brevibacillus sp. ICBB 9123 (e), Brevibacillus sp. ICBB 9124 (f), Micrococcos luteus ICBB 9120 (g), Eschericia coli ICBB
9117 (h), (i) Morganella morganii ICBB 9119 (i), Pseudomonas sp. ICBB 9115 (j).
48
a b c d e
f g h i j
Gambar 8. Bentuk sel bakteri pereduksi merkuri isolat Bacillus sp. ICBB 9116 (a), Bacillus sp. ICBB 9118 (b), Bacillus sp.
ICBB 9121 (c), Bacillus sp. ICBB 9122 (d), Micrococcos luteus ICBB 9120 (e), Brevibacillus sp. ICBB 9123 (f),
Brevibacillus sp. ICBB 9124 (g), Eschericia coli ICBB 9117 (h), Pseudomonas sp. ICBB 9115 (i), dan Morganella
morganii ICBB 9119 (j)..
49
Tabel 3. Uji morfologi dan fisiologi sepuluh isolat unggul bakteri pereduksi merkuri
ICBB 9116 ICBB 9118 ICBB 9121 ICBB 9122 ICBB 9120 ICBB 9123 ICBB 9124 ICBB 9115 ICBB 9117 ICBB 9119
Bentuk sel Batang Batang Batang Batang Bulat Batang Batang Batang Batang Batang
Pewarnaan Gram + + + + + + + – – –
E n d os p or a Tengah Tengah Tengah Tepi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
A e r ob + + + + + + + + + +
B e n t u k K ol on i Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Iregular Iregular Bulat
D i a m e t e r k ol on i <1mm <1mm <1mm <1mm <1mm >1mm <1mm >1mm <1mm >1mm
W a r na k ol on i Krem Krem Krem Krem Kuning Krem Kuning Krem Salem Orange
M ot i l i t a s – – + – – + + – – +
Uji Katalas e – + – – + + + – + +
U j i O k s id a s e – + + + + + – + – –
U j i N it r a t – + + + – – – – + –
U j i L ys i n – – – – – + – – – –
Uji H2S – – – – – – – – – –
50
U j i M a nn i t ol + – + – – + – – + –
U j i I n d ol e + + + + + – – + + +
Uji Urease – – – – – + + – – –
Uji VP – – – – – + – + – –
Uji MR – – – + – – – – – –
U j i S i t ra t – – – – – + + – – –
U j i G l u k os a + – + + – + + – + –
U j i F r u k t os a + + + – + + + – + +
U j i X yl os e + – + – – + + – + –
U j i S u k r os a + – + – – + – – + –
U j i La k t os a + – + – – – – – + –
U j i I n os i t ol – – – – – – – – + –
U j i S or b i t ol – – + – – + – – + –
Uji + – + – + – + – + –
A r a b i n os a
Uji + + + – + + + – – –
G a l a k t os a
U j i M a l t os a – – + – – – – – + –
U j i D u l s it ol – – – – – – – – – –
Untuk menghitung jumlah bakteri dapat digunakan dua cara yaitu: (1) jumlah
bakteri secara keseluruhan bakteri yang hidup dan yang mati (total cell count)), dan
(2) jumlah bakteri yang hidup (viable count). Penghitungan bakteri secara
keseluruhan terbagi atas dua cara yaitu: menghitung langsung secara mikroskopik dan
menghitung dengan cara kekeruhan ( Bibiana, 1994). Dalam penelitian ini digunakan
cara menghitung keseluruhan bakteri berdasarkan kekeruhan dengan menggunakan
spektrofotometer. Jumlah bakteri dalam suspensi ditentukan dengan menentukan
52
kerapatan optik (OD = optical density). Kurva standar bakteri menyuguhkan data
perbandingan antara nilai OD (absorbans) dengan konsentrasi sel bakteri yang
ditumbuhkan. Gambar 9 dan 10 menunjukkan kurva standar isolat bakteri
Brevibacillus sp. ICBB 9123 dan Brevibacillus sp. ICBB 9124 yang ditumbuhkan
pada media Luria Bertani dengan konsentrasi 500 ppm HgCl2 pada suhu ruang.
0,8
0,6
y = 0,2074x + 0,0002
0,4 R² = 0,9971
0,2
0
0,6 1,2 2,4 4,8 9,6
Konsentrasi sel (108)
1
y = 0,1982x - 0,0698
0,8 R² = 0,9972
OD (620nm)
0,6
0,4
0,2
0
0,54 1,09 2,18 4,35 8,70
konsentrasi sel (108)
mengganggu kultur bakteri (Black, 2005). Pola pertumbuhan biomassa setiap bakteri
berbeda satu dengan lainnya, terdiri atas: 1) fase adaptasi yaitu sel-sel bakteri
menyesuaikan dengan lingkungannya, pada fase awal terjadi sintesis enzim oleh sel
yang diperlukan untuk metabolisme metabolit; 2) fase eksponensial yaitu sel-sel
bakteri sedang aktif memproduksi enzim-enzim yang dibutuhkan untuk
metabolismenya, dimana terlihat peningkatan kekeruhan cairan kultivasi yang tinggi;
dan 3) fase kematian disebabkan karena ketahanan hidup sel menurun akibat
akumulasi berbagai produk metabolit dan inhibitor, sehingga terjadi lisis sel dan
massa sel berkurang (Laily, 2004 dan Tedja, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke-8 isolat bpm yaitu Pseudomonas sp.
ICBB 9115, Bacillus sp. ICBB 9116, Eschericia coli ICBB 9117, Bacillus sp. ICBB
9118, Bacillus sp. ICBB 9121, Bacillus sp. ICBB 9122, Brevibacillus sp. ICBB 9123,
dan Brevibacillus sp. ICBB 9124 memiliki bentuk pola pertumbuhan yang sama.
Memiliki fase adaptasi pada 6 jam s/d jam 12, fase eksponensial pada >12 jam s/d 24
jam, dan fase kematian pada > 24 jam dapat dilihat pada Gambar 10.
2,5
Bacillus spp. ICBB 9116
Populasi Bakteri
2
OD (620 nm)
Ke-2 isolat lainnya yaitu: Micrococcos luteus ICBB 9120 dan Morganella
morganii ICBB 9119 memiliki fase eksponensial yang lebih panjang. Isolat
Micrococcos luteus ICBB 9120 memiliki fase eksponensial pada >12 jam s/d 72 jam
dan isolat Morganella morganii ICBB 9119 memiliki fase eksponensial pada >12 jam
54
3,5
3
Populasi Bakteri
OD (620 nm)
2,5
2
1,5 Morganella morganii
1 ICBB 9119
Micrococcos luteus
0,5
ICBB 9120
0
6 12 24 48 72 96 120 144
Waktu (jam)
Gambar 12. Kurva pertumbuhan isolat Morganella sp. dan Micrococcos sp.
Ruiz (2005) yang mengatakan bahwa pemberian pH antara 4.5 – 7.0 pada 25°C
menggunakan isolat Bacillus sp. dapat mempercepat adsorpsi merkuri terjadi pada 20
menit pertama. Kedua bpm Gram positif bentuk batang tidak berspora menunjukan
perbedaan pertumbuhan terhadap pengaruh pH. Isolat Brevibacillus sp. ICBB 9123
menunjukkan pertumbuhan optimum pada pH 9 dan Brevibacillus sp. ICBB 9124
pada pH 7. Isolat bpm bentuk bulat tidak berspora yaitu Micrococcos luteus ICBB
9120 menunjukkan pertumbuhan pada pH 7 dan pertumbuhan optimum pada pH 9.
Ketiga bpm Gram negatif bentuk batang yaitu: Pseudomonas sp. ICBB 9115,
Eschericia coli ICBB 9117, dan Morganella morganii ICBB 9119 menunjukkan
pertumbuhan pada pH 5 dan pH 7, serta pertumbuhan optimum terlihat pada pH 9
(Tabel 5).
Tabel 5. Pertumbuhan sepuluh isolat BPM pada berbagai nilai pH (OD = 620 nm)
Isolat pH 5 pH 7 pH 9
Bacillus sp. ICBB 9116 1.27 1.44 0.95
Bacillus sp. ICBB 9118 1.34 1.75 1.58
Bacillus sp. ICBB 9121 1.49 1.85 1.72
Bacillus sp. ICBB 9122 1.47 1.66 0.94
Brevibacillus sp. ICBB 9123 0.60 1.39 1.42
Brevibacillus sp. ICBB 9124 0.41 1.31 0.70
Micrococcos luteus ICBB 9120 1.66 1.92 2.07
Pseudomonas sp. ICBB 9115 1.36 1.79 1.82
Eschericia coli ICBB 9117 1.58 1.74 1.79
Morganella morganii ICBB 1.58 1.92 1.93
9119
Tabel 6. Hasil reduksi merkuri kesepuluh isolat BPM dalam tabung reaksi
Pada kondisi lapang, merkuri berada dalam tiga tingkat valensi yang berbeda.
Hal ini sangat tergantung pada kondisi redoks yang memungkinkan sebagai Hg0 dan
Hg2+ yang sering dijumpai di dalam tanah. Redoks potensial, pH dan konsentrasi
Hg 2+ merupakan peubah kunci dalam menetapkan spesifikasi bentuk merkuri di
dalam larutan tanah. Percepatan laju reduksi Hg 2+ oleh bakteri memungkinkan untuk
digunakan dalam teknik bioremediasi in situ di tanah atau air yang tercemar (Barkay
et al., 1991).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada media kontrol (tanpa isolat) terjadi
reduksi Hg. Pada pemberian Hg dalam HgCl2 50 ppm terjadi penurunan Hg sebanyak
2.19 ppm (dari 36.94 ppm menjadi 34.75). Pada pemberian Hg dalam HgCl2 100 ppm
terjadi penurunan Hg sebanyak 4.12 ppm (dari 73.88 ppm menjadi 69.76 ppm). Pada
57
pemberian Hg dalam HgCl2 250 ppm terjadi penurunan Hg sebanyak 6.67 ppm (dari
184.71 ppm menjadi 178.04 ppm). Pada pemberian Hg dalam HgCl2 400 ppm terjadi
penurunan Hg sebanyak 10.65 ppm (dari 295.53 ppm menjadi 284.88 ppm). Pada
pemberian Hg dalam HgCl2 500 ppm terjadi penurunan 19.09 ppm (dari 369.42 ppm
menjadi 350.33 ppm) (Gambar 13).
25,00
Reduksi Merkuri
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
50 ppm 100 ppm 250 ppm 400 ppm 500 ppm
Perlakuan
yaitu 32.98 ppm (94.19%) sampai dengan 34.28 ppm (98.65%), media yang
mengandung HgCl2 100 ppm yaitu 55.45 ppm (79.49%) sampai dengan 67.45 ppm
(96.69%), media yang mengandung HgCl 2 250 ppm yaitu 126.07 ppm
(70.81%) sampai dengan 165.69 ppm (93.06%), media yang mengandung HgCl2
400 ppm yaitu 183.65 ppm (64.47%) sampai dengan 235.95 ppm (82.82%), media
yang mengandung HgCl2 500 ppm yaitu 184,44 ppm (52.65%) sampai dengan
282.95 ppm (80.60 %). Isolat bakteri pereduksi merkuri yang paling tinggi
mereduksi ion Hg dalam 50 HgCl 2 ppm adalah Micrococcos luteus ICBB 9120
sebanyak 98.65%; isolat yang paling tinggi mereduksi ion Hg dalam HgCl 2
100 ppm adalah Bacillus sp. ICBB 9118 sebanyak 96.69%; isolat yang paling
tinggi mereduksi ion Hg dalam HgCl 2 250 ppm adalah Bacillus sp. ICBB 9118
sebanyak 93.06%; isolat yang paling tinggi mereduksi ion Hg dalam HgCl 2
400 ppm adalah Bacillus sp. ICBB 9118 sebanyak 82.82%; isolat yang paling
tinggi mereduksi ion Hg dalam HgCl 2 500 ppm adalah Bacillus sp. ICBB 9118
sebanyak 80.60% (Tabel 7).
Tabel 7. Prosentase reduksi merkuri kesepuluh isolat BPM dalam tabung reaksi
Kadar merkuri (%)
ISOLAT
34.75 69.76 178.04 284.88 350.33
Bacillus sp. ICBB 9116 96.00 91.86 81.61 78.15 77.79
Bacillus sp. ICBB 9118 98.62 96.69 93.06 82.82 80.60
Brevibacillus sp. ICBB 9123 94.91 94.59 76.76 64.47 63.75
Brevibacillus sp. ICBB 9124 96.40 95.20 86.59 69.27 70.59
Pseudomonas sp. ICBB 9115 96.20 89.12 75.73 75.01 59.69
Morganella morganii ICBB 9119 98.50 95.43 90.90 81.64 80.10
Micrococcos luteus ICBB 9120 98.65 94.58 89.30 80.17 79.42
Eschericia coli ICBB 9117 95.19 85.82 80.09 73.94 53.76
Bacillus sp. ICBB 9121 98.18 94.25 87.03 79.63 79.15
Bacillus sp. ICBB 9122 96.46 79.49 70.81 68.49 52.65
100
Kandungan Merkuri (%)
99
98
97
96
95
94
93
ICBB 9116 ICBB 9118 ICBB 9121 ICBB 9122
Isolat bakteri Gram positif bentuk batang berspora
Gambar 14. Prosentase reduksi merkuri isolat Bacillus sp. ICBB 9116, Bacillus
sp. ICBB 9118, Bacillus sp. ICBB 9121, dan Bacillus sp. ICBB 9122
102
Gambar 15. Prosentase reduksi merkuri isolat Brevibacillus sp. ICBB 9123
Brevibacillus sp. ICBB 9124, dan Micrococcos luteus ICBB 9120
100
Kandungan Merkuri (%)
98
96
94
92
90
ICBB 9115 ICBB 9119 ICBB 9117
Isolat bakteri Gram negatif bentuk batang
Gambar 16. Prosentase reduksi merkuri isolat Pseudomonas sp. ICBB 9115,
Morganella morganii ICBB 9119, isolat Eschericia coli ICBB 9117
61
1
OD (620 nm)
0,8
0,6
0,4
0,2
0
ICBB 9118 ICBB 9119 ICBB 9120 ICBB 9121
Isolat terpilih BPM
lingkungan tempat pertumbuhan isolat diatur pada temperatur suhu ruang 27 oC dan
pH optimum dari masing-masing isolat. Terjadi peningkatan pertumbuhan bakteri
dari 6 jam sampai dengan 36 jam, peningkatan nilai OD tersebut menunjukkan bahwa
biomassa bakteri dapat tumbuh dengan baik. Inokulan dimasukkan ke dalam
bioreaktor pada nilai OD 0.6 – 0.7 karena pada nilai tersebut populasi sel bakteri
tumbuh dengan baik dan menghasilkan sel-sel baru. Hasil penelitian menunjukkan
nilai OD 0.6 – 0.7 terletak pada 18 jam sampai dengan 24 jam.
penelitian menunjukkan reduksi merkuri dari arang aktif dalam sistem bioreaktor
menggunakan isolat bakteri sebesar 97.04% sampai dengan 98.94% lebih tinggi dari
hasil penemuan Gluszcs et al. (2008) yang hanya dapat menurunkan konsentrasi
merkuri sekitar 50%.
Batuan vulkanik digunakan sebagai media pendukung yang ikut berperan
dalam proses pengolahan limbah cair yang mengandung merkuri dan diharapkan
sebagai tempat pertumbuhan sel-sel yang terikat ke matrik. Morfologi batu vulkanik
memiliki bentuk tidak teratur dan banyak terdapat rongga-rongga didalamnya yang
dapat memperbesar area yang digunakan sebagai tempat pertumbuhan biofilm juga
bakteri pereduksi merkuri untuk melekat dan membentuk koloni. Struktur batuan
vulkanik juga dapat berfungsi memberikan perlindungan bagi mikrob terhadap abrasi
akibat aliran limbah cair dalam bioreaktor sehingga biofilm yang terbentuk tidak
mudah rusak (Elfrida, 1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman typha dalam bioreaktor mampu
mereduksi merkuri sebesar 98.03% sampai dengan 99.08% selanjutnya tanaman
eceng gondok sebesar 95.57% sampai dengan 97.76%. Tanaman typha (Thypha
latifolia) dan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) termasuk tanaman yang
memiliki kemampuan tinggi untuk mengangkut bahan pencemar yang terdapat di
alam. Ke-2 tanaman ini memiliki kemampuan yang disebut dengan hiperakumulator,
yaitu relatif tahan terhadap berbagai macam bahan pencemar seperti logam–logam
berat Hg, Pb, Cr, Mn, Mg dan mampu mengakumulasikannya dalam jaringan dengan
jumlah yang cukup besar. Logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke
dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang
melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel
sedimen (Reddy, 1990; Crawford dan Crawford, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan prosentase reduksi merkuri dalam bioreaktor
berisi batuan vulkanik selama 6 hari pembentukan biofilm menggunakan Bacillus sp.
ICBB 9118 sebesar 98.89% (dari 6.85 menjadi 0.076 ppm), Morganella morganii
ICBB 9119 sebesar 98.73% (dari 6.72 menjadi 0.085 ppm), Micrococcos luteus
ICBB 9120 sebesar 99.12% (6.92 menjadi 0.061 ppm), dan Bacillus sp. ICBB 9121
64
sebesar 99.33% (6.61 menjadi 0.04 ppm). Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Barus (2007) bahwa bakteri memiliki kemampuan mereduksi merkuri
sampai 99%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ke -4 isolat berbeda
nyata satu dengan lainnya pada p<0,05. Dapat disimpulkan bahwa masing-
masing isolat bpm yaitu ICBB 9118, ICBB 9119, ICBB 9120, dan ICBB 9121
dapat digunakan sebagai bakteri pereduksi merkuri dalam bioreaktor yang
berisi batuan vulkanik (Gambar 18).
99,6
Reduksi Merkuri %
99,4
99,2
99
98,8
98,6
98,4
98,2
98
1 2 3
Ulangan
Gambar 18. Prosentase reduksi merkuri isolat bpm dalam bioreaktor berisi batuan
vulkanik
9120, dan Bacillus sp. ICBB 9121 menunjukkan bahwa tanaman typha tidak berbeda
nyata pada p>0.05 dengan arang aktif, tapi berbeda nyata pada p<0,05 dengan
tanaman eceng gondok. Tanaman typha menunjukkan kemampuan tertinggi
mereduksi limbah mengandung merkuri dalam bioreaktor rata-rata sebesar 98.50%
diikuti arang aktif sebesar 97.96% dan tanaman eceng gondok sebesar 96.73%. Hasil
penelitian ini mendukung bahwa tanaman typha dan eceng gondok termasuk tanaman
yang memiliki kemampuan untuk menetralisir polutan dilingkungannya (Stowel,
2000; Palapa, 2005; Supradata, 2005; Reed, 2005; Syafrani, 2007) (Gambar 19).
100
Reduksi Merkuri %
98
96
94
92
Tan. Typha Eceng gondok Arang Aktif
Perlakuan
reaktor B, C, dan D yang masing-masing berisi tanaman typha, arang aktif, dan
tanaman eceng gondok. Pengambilan sampel sebanyak 10 ml pada reaktor B, C, dan
D dilakukan pada hari ke-4 dengan 3 ulangan.
Kemampuan mereduksi merkuri (%) dalam reaktor lahan basah buatan selama
3 hari dari tanaman typha sebesar 82.18% (dari 6.96 menjadi 1.24 ppm), tanaman
eceng gondok sebesar 44.25% (dari 6.96 menjadi 3.88 ppm), dan arang aktif sebesar
85.34% (dari 6.96 menjadi 1.02 ppm). Tanaman typha memiliki kemampuan
mereduksi merkuri lebih tinggi dibandingkan tanaman eceng gondok, karena
berdasarkan kemampuan hiperakumulator. Tanaman typha termasuk jenis tanaman
mencuat di permukaan air (emergent) dan akarnya tenggelam (amphibious) sehingga
memiliki kemampuan lebih tinggi dalam mengakumulasi logam berat termasuk
merkuri; sedangkan tanaman eceng gondok termasuk jenis tanaman mengambang
(floating) (Khiatuddin, 2003). Hasil uji statistik menunjukkan berbeda nyata satu
dengan lainnya pada p<0,05. Dan dapat disimpulkan bahwa masing-masing
perlakuan yaitu tanaman typha dan tanaman eceng gondok serta arang aktif
dapat digunakan pada sistem lahan basah buatan dalam mereduksi merkuri
(Gambar 20).
90
80
Reduksi Merkuri %
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
Ulangan
Gambar 20. Prosentase hasil reduksi merkuri dalam reaktor lahan basah buatan
67
5.1. SIMPULAN
Penelitian ini menemukan sepuluh isolat bakteri pereduksi merkuri yang
mampu tumbuh pada media Luria Bertani dengan kandungan 500 ppm HgCl2 yaitu:
Pseudomonas sp. ICBB 9115, Bacillus sp. ICBB 9116, Eschericia coli ICBB 9117,
Bacillus sp. ICBB 9118, Morganella morganii ICBB 9119, Micrococcos luteus ICBB
9120, Bacillus sp. ICBB 9121, Bacillus sp. ICBB 9122, Brevibacillus sp. ICBB 9123,
dan Brevibacillus sp. ICBB 9124.
Reduksi merkuri kelompok bakteri gram positif berbentuk batang
berspora dalam tabung reaksi adalah Bacillus sp. ICBB 9116 sebesar 77.79%
sampai dengan 96.00%, Bacillus sp. ICBB 9118 sebesar 80.60% sampai dengan
98.62%, Bacillus sp. ICBB 9121 sebesar 79.15% sampai dengan 98.18%, dan
Bacillus sp. ICBB 9122 sebesar 52.65% sampai dengan 96.46%. Hasil reduksi
merkuri dari kelompok bakteri Gram positif bentuk batang dan bentuk bulat
berturut-turut yaitu: Brevibacillus sp. ICBB 9123 sebesar 63.75% sampai
dengan 94.91%; Brevibacillus sp. ICBB 9124 sebesar 69.27% sampai dengan
96.40%, dan Micrococcos luteus ICBB 9120 sebesar 79.42% sampai dengan
98.65%. Hasil reduksi merkuri kelompok bakteri Gram negatif berbentuk
batang yaitu: Pseudomonas sp. ICBB 9115 sebesar 59,69% sampai dengan
96.20%, Morganella morganii ICBB 9119 sebesar 80.10% sampai dengan
98.50%, dan isolat Eschericia coli ICBB 9117 sebesar 53.76% sampai dengan
95.19%.
Reduksi merkuri dalam sistem bioreaktor selama 6 hari pembentukan biofilm
menggunakan Bacillus sp. ICBB 9118 sebesar 98.89% (dari 6.85 menjadi 0.076
ppm), Morganella morganii ICBB 9119 sebesar 98.73% (dari 6.72 menjadi 0.085
ppm), Micrococcos luteus ICBB 9120 sebesar 99.12% (6.92 menjadi 0.061 ppm),
dan Bacillus sp. ICBB 9121 sebesar 99.33% (6.61 menjadi 0.04 ppm).
Kemampuan mereduksi merkuri reaktor lahan basah buatan selama 3 hari
dengan tanaman Typha sp. sebesar 82.18% (dari 6.96 menjadi 1.24 ppm), Eceng
68
gondok sebesar 44.25% (dari 6.96 menjadi 3.88 ppm), dan arang aktif sebesar
85.34% (dari 6.96 menjadi 1.02 ppm).
5.2. SARAN
Dari hasil penelitian telah ditemukan sepuluh isolat bpm yang tahan sampai
500 ppm HgCl2. Hasil ini perlu dikaji lebih lanjut terutama untuk mengetahui taxa
spesies dari ketujuh bakteri yang diidentifikasi. Kami menyarankan untuk melakukan
analisis 16S-rRNA untuk mengetahuinya.
Perlu diaplikasikan lebih lanjut pada skala lapang yang lebih besar volumenya
(scale-up). Untuk uji lanjut skala lapang disarankan menggunakan tanaman Typha sp.
daripada tanaman Eceng gondok.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari nutrisi yang lebih murah
dalam mengidentikasi bakteri pereduksi merkuri.
69
6. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad IS, Hayat A, Ahmad A, Inam, Samiullah. 2005. Effect of heavy metal on
survival of certain groups of indigenous soil microbial population. J Appl Sci
Environ Man 9(1):115-121.
Alfian Z. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya bagi Kesehatan
Manusia dan Lingkungan. FMIPA USU. Medan.
Barkay T, Turner RR, Brook VA, Liebert C. 1991. The relationship of Hg(II)
volatilization from a freshwater pond to the abundance of mer genes in the gene
pool of the indigenous microbial community. Microb Ecol 21:151-161.
Barkay T. 2000. Mercury cycle. Encyclopedia of Microbiology 3:171-181.
Barkay T, Wagner-Dobler I. 2005. Microbial transformations of mercury: potentials,
challenges, and achievements in controlling mercury toxicity in the
environment. Adv Appl Microbiol 57:1–52.
Barus L. 2007. Kajian Bioreaktor Untuk Detoksifikasi Limbah Yang Mengandung
Merkuri. [Tesis] Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan. IPB. Bogor.
Bibiana WL. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Black JG. 2005. Microbiology. Principles and Explorations. Sixth Edition. John Wiley
and Sons, Inc. p.150.
Blake RC, Choate DM, Bardhan S, Revis N, Barton LL, Zocco TG. 1993. Chemical
transformation of toxic metals by Pseudomonas strain from a toxic waste site.
Environ Toxic Chem 12:1365-1376.
Brooks RR, Robinson BH. 1998. The Potensial Use of Hyperaccumulators and Other
Plants for Phytomining. Department of Soil Science. Massey University.
Palmerston North. New Zealand. XV:321-354.
Brown N, Shih Y, Leang C, Glendinning K, Hobman J, and Wilson J. 2002. Mercury Transport
rd
and Resistance Biometals. 3 International Biometals Symposium. King's College
London, 11-13 April 2002. London. p HgCl2. 715-718.
70
Liebert CA, Hall RM, Summers AO. 1999. Transposon Tn21, flagship of the floating
genome. Microbiol Mol Biol Rev 63:507-522.
Little BJ, Wagner PA, Characklis WG, Lee W. 1990. Microbial Corrosion in Biofilm.
New York. 635-670.
Lovely DR. 2001. Anaerobes of the Rescue. Science 293:1444-1446.
Machfud, Gumbira E, Krisnani. 1989. Fermentor. Pusat Antar Universitas. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms. 11th Ed.
Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
Mangunwardoyo W, Romauli AS, Endang SH. 2007. Seleksi dan Pengujian Aktivitas
Enzim L-Histidin Decarboxylase dari Bakteri Pembentuk Histamin. Makara,
Sains 11(2):104-109.
Misra TK. 1992. Bacterial resistances to inorganic mercury salts and
organomercurials. Plasmid 25: 4-16.
Misra TK. 2000. Heavy metals. Bacterial Resistance. Encyclopedia of Microbiology.
2 nd Ed. Academic Press 2:618-626.
Munir E. 2006. Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi
Alternatif Untuk Pelestarian Lingkungan. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nakamura KM, Sakamoto F, Uchiyama, Yagi O. 1990. Organomercurial Volating
Bacteria in the Mercury-Polluted Sediment of Minamata Bay, Japan. Appl
Environ Microbiol 56:304-311.
Nakamura K, Aoki J, Morishita K, Yamamoto M. 2000. Mercury volatilization by the
most mercury-resistant bacteria from the seawater of Minamata Bay in various
physiological conditions. Clean Technol Environ Policy 2(3): 174-178.
Nascimento AMA, Souza EC. 2003. Operon mer: Bacterial resistance to mercury and
potential for bioremediation of contaminated environments. Genet Mol Res
2(1):92-101.
73
Nofiani R, Gusrizal. 2004. Bakteri Resisten Merkuri Spektrum Sempit dari Daerah
Bekas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Mandor, Kalimantan Barat.
Jurnal Natur 6(2): 67-74.
Odergaard H, Rusten B, Westrum T. 1994. A New Moving Bed Biofilm Reactor
Application and Result. Wat Sci Tech 29:157-165.
Palapa TM. 2009. Bioremedasi Merkuri (Hg) Dengan Tumbuhan Air Pada Limbah
Tambang Emas Rakyat Dimembe Kabupaten Minahasa Propinsi SulawesiUtara.
Agritek 17(5):918-931.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Petrova MA, Mindlin SZ, Gorlenko ZM, Kalyaeva ES. 2002. Mercury Resistant
Bacteria from Permafrost Sediments and Prospects for their Use in Comparative
Studies of Mercury Resistance Determinants. Russian Journal of Genetics
38(11):1330-1334.
Reed SC, Midlebrooks EJ, Crites RW. 2005. Natural System of Waste Management
and Treatment McGraw Hill Book Company, New York.
Sabaruddin WT. 2006. Upaya Mitigasi Pencemaran Laut dengan Artificial Wetlands.
Jurnal Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Jakarta.
Sadhukhan PC, Ghosh S, Chaundhari J, Ghosh DK, Mandal A. 1997. Mercury and
Organomercurial Resistance in Bacteria Isolated from Freshwaater Fish of
Fisheries around Calcutta. Environ Poll 97(1):71-78.
Salt DE, Smith RD, Raskin I. 1998. Annual Review Plant Physiology and Plant
Molecular Biology : Phytoremediation. Annual Reviews. USA. 501–662.
Santi LP, Goenadi DH. 2009. Potensi Pseudomonas fluorescens strain KTSS untuk
bioremediasi merkuri di dalam tanah. Menara Perkebunan 77(2):110-124.
Selbo SM, Snow AA. 2004. The potential for hybridization between Typha
angustifolia and Typha latifolia in a constructed wetland. Aquatic Biology
78:361-369.
74
LAMPIRAN
77
Pr > F
Model 3 14.82143333 4.94047778 183.72
<.0001
Error 8 0.21513333 0.02689167
Total 11 15.03656667
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 8
Error Mean Square 0.026892
Critical Value of t 2.30600
Least Significant Difference 0.3088
Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value
Pr > F
Model 2 21.27020000 10.63510000 704.31
<.0001
Error 6 0.09060000 0.01510000
Total 8 21.36080000
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 6
Error Mean Square 0.0151
Critical Value of t 2.44691
Least Significant Difference 0.2455
Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value
Pr > F
Model 2 17.23742222 8.61871111 1310.28
<.0001
Error 6 0.03946667 0.00657778
Total 8 17.27688889
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 6
Error Mean Square 0.006578
Critical Value of t 2.44691
Least Significant Difference 0.162
Lampiran 5 Prosentase reduksi merkuri isolat bpm dalam bioreaktor berisi batuan
vulkanik dengan waktu pembentukan biofilm 6 hari
Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value
Pr > F
Model 3 0.62806667 0.20935556 45.59
<.0001
Error 8 0.03673333 0.00459167
Total 11 0.66480000
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 8
Error Mean Square 0.004592
Critical Value of t 2.30600
Least Significant Difference 0.1276
Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value
Pr > F
Model 5 11.22567500 2.24513500 17.76
0.0015
Error 6 0.75835000 0.12639167
Total 11 11.98402500
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 6
Error Mean Square 0.126392
Critical Value of t 2.44691
Least Significant Difference 0.7103
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 6
Error Mean Square 0.126392
Critical Value of t 2.44691
Least Significant Difference 0.6151
83
Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value
Pr > F
Model 2 3137.058600 1568.529300 230666
<.0001
Error 6 0.040800 0.006800
Total 8 3137.099400
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 6
Error Mean Square 0.0068
Critical Value of t 2.44691
Least Significant Difference 0.1648