Anda di halaman 1dari 7

BIOREMEDIATOR BAKTERI INDIGEN LIMBAH CAIR NANAS

(PUMAKKAL) DALAM MENDEGRADASI SEDIMEN TAMBAK UDANG DI


PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR
Agus Sutanto1, Achyani1, Hening Widowati1, Handoko Santoso1, Euis Ariyani1, Adha Sabila Kifah1,
Fenny Thresia2, Nedi Hendri3.
1
Pendidikan Biologi Program Pascasarjana
2
Pendidikan Bahasa Inggris
3
Ilmu Ekonomi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Metro
Kota Metro Lampung Indonesia
e-mail: 1sutanto11@gmail.com, 1acysbd@gmail.com, 1hwummetro@gmail.com,
1
handoko.umm@gmail.com 1euisariyani@gmail.com, 1habibatialmanar@gmail.com, 2fthresia@gmail.com,
3
nedi_hendri@yahoo.com.
Corresponding author:sutanto11@gmail.com

Abstrak
1. Tambak Udang di Pasir Sakti Lampung Timur menghasilkan volume sedimen 21,9 ton/kali panen, sedimen ini kaya
bahan organik, mengendap di dasar tambak berasal dari sisa-sisa pakan, pupuk, kapur, feses, udang yang mati dan belum
dimanfaatkan. Penelitian sebelumnya menemukan 15 isolat bakteri yang berasal dari limbah nanas, yang mampu
mendegradasi bahan organik menjadi pupuk organik yang baik untuk pertanian, penelitian ini mengaplikasikan isolat
tersebut untuk mendegradasi sediman tambak udang, bioremediator ini disebut Pumakkal. Penelitian dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) 3 perlakuan (KA: Konsorsia A/5 isolat, KB: Konsoria B/10 isolat dan KC: Konsorsia C/15 isolat) dan 6
ulangan, diukur Nitrogen (N), rasio C/N, kadar Pospor (P), Calsium (Ca) dan Kalium (K). Sampel sebanyak 24 dengan
berat masing-masing 300 gr setelah difermentasi selama 30 hari dianalisis di Laboratorium Kimia Universitas
Muhammadiyah Malang. Hasil penelitian menunjukkan ketiga perlakuan berbeda nyata. Bioremediator limbah Cair Nanas
Pumakkal mampu mendegradasi sedimen tambak udang dari parameter Carbon aktif, C/N rasio, Nitrogen, Calsium,
Kalium dan derajat keasaman (pH).Perlakuan yang paling efektif adalah Konsorsia C (15 isolat) dengan menghasikan rata-
rata terbaik.Perlakuan Konsorsia C (KC) diperoleh hasil C-organik 6%, untuk rasio C/N 6,9; Nitrogen (N) 8%, kadar
Pospor 650 mg/100g, kadar Kalium perlakuan 478.506 mg/100g, kadar Kalsium (Ca) sebesar 530 mg/100g dan pH 7.2.Hasil
bioremediasi sedimen tambak udang layak untuk kompos sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.261/KPTS/SR.310/M/4/2019 tentang Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenahan tanah
dan Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik SNI 19-7030-2004.

Kata kunci: bakteri indigen Pumakkal, sedimen tambak udang, kadar hara.

I. PENDAHULUAN konsorsia bakteri indigen Limbah Cair Nanas


(LCN).Bakteri indigen Limbah Cair Nanas (LCN),
Masalah tambak udang adalah menumpuknya merupakan bakteri yang berpotensi sebagai pengurai
sisa-sisa pakan, feses udang, dan jasad renik sehingga dan dapat dijadikan starter dalam pemulihan limbah.
terbentuklah sedimen atau endapan lumpur yang dapat Perlakuan variasi konsorsia bakteri LCN yang
menurunkan kualitas air dan akhirnya dapat memiliki 15 macam bakteri dikelompokan menjadi 3
mengganggu proses kehidupan udang vaname. Limbah konsorsia yaitu KA, KB, dan KC. KA memiliki 5 jenis
ini dibuang di pinggir tambak dan menghasilkan bakteri yang potensial yaitu bakteri Bacillus careus dan
limbah padat yang tidak bermanfaat. Limbah padat Bacillus subtilis. KB memiliki memiliki 10 jenis
sedimen tambak memiliki kandungan nutrien (unsur bakteri yang bakteri yaitu Bacillus careus,
hara) yang cukup tinggi seperti N total 0,67%, P 2O5 Acinobacter baumanni, dan Bacillus subtilis. KC
4,78%, K2O 1%, C-organik 17,87%, pH 6,25, dan memiliki 15 jenis bakteri yang potensial yaitu Bacillus
kadar air 15,60% sehingga berpotensi digunakan careus, Acinobacter baumani, Bacillus subtilis, dan
sebagai pupuk organik sesuai dengan peraturan Mentri Pseudomonas pseudomallei. Bakteri Bacillus careus,
pertanian no.70/permentan/SR.14010/2011[1]. Kualitas Acinobacter baumani memiliki kemampuan untuk
pupuk kompos bergantung fermentasi oleh mikroba mendegradasi asam organik, kemudian bakteri Bacillus
untuk menguraikan bahan organik. Konsorsia adalah subtillis, dan Pseudomonas pseudomallei memiliki
campuran populasi bakteri dalam bentuk komunitas kemampuan mendegradasi selain asam organik [2].
yang mempunyai potensi dapat digunakan dalam Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
proses pengolahan limbah. Proses pengolahan limbah bioremediator limbah Cair Nanas Pumakkal mampu
akan lebih mudah dengan adanya aktivitas mendegradasi sedimen tambak udang? Apakah hasil
mikroorganisme yang akan memecah zat yang ada bioremediasi sedimen tambak udang layak untuk
dalam limbah menjadi lebih sederhana. Konsorsia kompos?
bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
II. METODE PENELITIAN
Penelitian dengan metode eksperimen dari Bahan Organik + O2 Mikroba Aerob H2O + CO2 + Hara+
variasi konsorsia bakteri LCN dalam pembuatan Humus + E. Kemudian diikuti dengan proses anaerob
kompos sedimen tambak udang vaname. Rancangan yang berlangsung secara bertahap. Tahap pertama,
penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap beberapa jenis bakteri fakultatif akan menguraikan
(RAL) dengan 3 perlakuan, 1 kontrol dan 6 bahan organik menjadi asam lemak. Kemudian diikuti
pengulangan. Konsorsia bakteri LCN yang digunakan tahap kedua, dimana kelompok mikroba lain akan
dalam tiap perlakuan yaitu KA 5 bakteri, KB 10
mengubah asam lemak menjadi amoniak, metan,
bakteri, dan KC 15 macam bakteri. Kompos
karbondioksida dan hidrogen. Panas yang dihasilkan
difermentasi selama satu bulan kemudian dianalisis
kandungan kandungan karbon (C), rasio C/N, kadar dalam proses anaerob lebih rendah dibanding aerob.
Pospor (P), Calsium (Ca) dan Kalium (K), pH di Berikut merupakan reaksi yang terjadi dalam kondisi
Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah anaerob. Dengan reaksi sebagai berikut :
Malang. Data dianalisis kuantitatif dengan
Bahan Organik Mikroba Anaerob CH4 + Hara+ Humus
menggunakan uji Anava Non Parammetrik Kruskal
Wallis. Berdasarkan [5] C-organik minimal 6%, maka
kandungan karbon yang terdapat pada semua perlakuan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam penelitian ini memenuhi standar.
A. Kadar C Organik B. Kadar Nitrogen (N)
Hasil pengujian kadar C-organik pada pupuk kompos
limbah tambak udang pada tiga perlakuan yaitu kontrol Hasil pengujian kadar C-organik pada pupuk kompos
(KO), Konsorsia 4 bakteri (KA), Konsorsia 10 bakteri limbah tambak udang pada tiga perlakuan yaitu kontrol
(KB) dan Konsosrsia 15 Bakteri (KC)setelah (KO), Konsorsia 4 bakteri (KA), Konsorsia 10 bakteri
difermentasi tersaji pada Gambar 1. (KB) dan Konsosrsia 15 Bakteri (KC) setelah
difermentasi tersaji pada Gambar 2.
12 10
Rerata Karbon (C)

10 8 10.00
Rerata Nitrogen (N)

8 7 8.00
6 8.00
6 6.00
6.00 5.00
4
4.00
%

2 2.00
0 2.00
KO KA KB KC 0.00
Macam Konsorsia Bakteri LCN KO KA KB KC
Macam Konsorsia Bakteri LCN
Gambar 1. Grafik Rata-Rata Kandungan Karbon (C) Gambar 2. Grafik Rata-Rata Kandungan Nitrogen (N)
Kompos Sedimen Tambak Udang Tiga Perlakuan. Kompos Sedimen Tambak Udang Tiga Perlakuan.

Gambar 1. menunjukkan bahwa kadar C-organik yang Gambar 2. menunjukkan bahwa kadar nitrogen pada
paling rendah terdapat pada kompos sedimen tambak perlakuan KA, KB dan KC mengalami peningkatan.
udang perlakuan KC yaitu 6%. Rendahnya kadar C- Hal tersebut diduga karena penggunaan Pumakkal dan
organik tersebut dikarenakan adanya penggunaan limbah sediman tambak udang kaya protein. Dari data
Pumakkal sebagai starter mikroorganisme dekomposer tersebut dapat dilihat bahwa kadar nitrogen tertinggi
diantaranya Bacillus cereus dan Bacillus subtilis yang terdapat padaperlakuan KC yaitu sebesar 0,90%.
mampu memecah senyawa organik seperti karbohidrat Peningkatan kadar nitrogen diduga diakibatkan karena
dan protein selama proses fermentasi menjadi senyawa perombakan bahan organik oleh bakteri Acinetobacter
baumanni sebagai bakteri nitrifikasi yang merubah
senyawa yang lebih sederhana yang dapat
ammonia menjadi nitrat pada akhir proses fermentasi.
dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroorganisme tersebut
Selain itu mikroorganisme juga menyumbang sejumlah
menggunakan karbon sebagai sumber energi dalam protein sel tunggal yang diperoleh pada saat proses
mendekomposisikan bahan organik selama proses fermentasi, setelah selesai proses pembusukan,
fermentasi [3]. Menurut [4] selama proses fermentasi nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai salah satu
atau pengomposan, bahan-bahan organik mengalami komponen yang terkandung dalam kompos. Hal ini
dekomposisi yang hebat oleh mikroorganisme diperkuat oleh [6] yang menyatakan bahwa berbagai
heterotropik yaitu bakteri, fungi, aktinomisetes dan jenis unsur hara terutama N sebagai hasil uraian akan
protozoa dimana karbon tersebut merupakan sumber terikat dalam tubuh jasad renik dan kelak akan kembali
energi bagi mikroorganisme dan dapat dilihat dari setelah jasad-jasad renik mati. Berikut ini merupakan
reaksi berikut : reaksi pembentukan nitrogen menurut [7] :
Bahan Organik Protein Reaksi Aminisasi Asam Amino
Asam Amino Reaksi Amonifikasi Ammonia NH3 dan Ammonium
NH4+. Amonia Reaksi Nitrifikasi oleh bakteri
Nitrosomonas dan Nitrcoccus Nitrat.
Nitrogen merupakan unsur yang dibutuhkan oleh 700.00 650.00
tanaman dalam pertumbuhan vegetatif dan 600.00 550.00

Rerata Phospor (P)


pembentukan protein, apabila tanaman kekurangan 500.00 450.00

mg/100 gr
nitrogen maka akan menyebabkan tanaman menjadi 400.00 300.00
kerdil, daun menjadi kuning dan gugur, serta 300.00
pertumbuhan akar terbatas. Kandungan nitrogen yang 200.00
terdapat dalam kompos sedimen tambak udang dengan 100.00
perlakuan starter Pumakkal sudah memenuhi standar 0.00
dalam [8] yaitu minimal 2%. KO KA KB KC
C. C/N rasio Macam Konsorsia Bakteri LCN

Hasil perhitungan C/N rasio pada pupuk kompos


Gambar 4. Grafik Rata-Rata Kandungan Phospor (P)
limbah tambak udang pada tiga perlakuan yaitu kontrol Kompos Sedimen Tambak Udang Tiga Perlakuan.
(KO), Konsorsia 5 bakteri (KA), Konsorsia 10 bakteri
(KB) dan Konsosrsia 15 Bakteri (KC) setelah Gambar 4. menunjukkan bahwa kompos limbah
difermentasi tersaji pada Gambar 3. sedimen tambak udang pada perlakuan A, B dan C
terdapat peningkatan Phospor dan berbedaan nyata.
50.00 45.00 Namun dilihat dari [8] yaitu minimal 2%. Penelitian
ini pada perlakuan C sebesar 0.65%. Meskipun proses
40.00 fermentasi sudah berjalan secara optimal karena
Rerata C/N

30.00 adanya starter Pumakkal, namun karena kandungan


20.00 18.00 fosfor yang terdapat pada sedimen tambak udang
20.00
8.00 relatif rendah maka hasil yang diperoleh tidak
10.00 menunjukkan kandungan phospor yang cukup. Limbah
0.00 organik fosfat dalam sedimen dapat terlarut kembali
KO KA KB KC dalam perairan. [10] mengemukakan bahwa karena
faktor fisika kimia dan ganggungan hidro dimanika
Macam Konsorsia Bakteri LCN seperti turbulensi menyebabkan nutrisi yang
Gambar 3. Grafik Rata-Rata C/N Kompos Sedimen terakumulasi dalam sedimen dapat dilepas dalam badan
Tambak Udang Tiga Perlakuan. air. [11] lepasnya nutiris N dan P dari sedimen ke
C/N ratio adalah rasio massa karbon terhadap massa badan air menjadi penyebab terjadinya pencemaran air
nitrogen pada suatu zat. Pada bahan organik yang dan eutrofikasi sehingga konsentrasi N dan P dalam
masih baru, memiliki C/N ratio lebih tinggi daripada perairan terus mengalami perhatian serius. air.
C/N ratio setelah proses pengomposan. Artinya Tanaman menggunakan fosfor untuk mempercepat
pengomposan merupakan usaha dalam menurunkan pertumbuhan akar, mempercepat terbentuknya bunga
C/N ratio bahan organik, sehingga mempunyai C/N dan mempercepat pemasakan buah serta meningkatkan
ratio yang bisa diserap oleh tanaman. Setiap bahan produksi biji-bijian.
organik mempunyai C/N ratio berbeda-beda. Semakin
tinggi C/N ratio suatu bahan akan menyebabkan waktu E. Kandungan Calsium (Ca)
penguraiannya semakin lama. Bahan organik yang
dapat diserap oleh tanaman adalah bahan organik Hasil penelitian kandungan Calsium (Ca) pada pupuk
dengan C/N ratio mendekati C/N ratio tanah yaitu kompos limbah tambak udang pada tiga perlakuan
sekitar 12-15 dan suhu hampir sama dengan suhu yaitu kontrol (KO), Konsorsia 5 bakteri (KA),
lingkungan. Menurut [9] nilai C/N yang terlalu tinggi Konsorsia 10 bakteri (KB) dan Konsosrsia 15 Bakteri
menyebabkan proses pengomposan memakan waktu (KC) setelah difermentasi tersaji pada Gambar 5.
yang lama karena perkembangan mikroorganisme
menjadi lambat, sedangkan jika nilai C/N terlalu
rendah maka nitrogen akan dibebaskan ke udara
menjadi amoniak. C/N rasio yang terdapat dalam
kompos sedimen tambak udang dengan perlakuan
starter Pumakkal berkisar 8-10, sudah memenuhi
standar dalam [8] yaitu kurang atau sama dengan 25.
D. Kandungan Phospor (P)
Hasil penelitian kandungan Phospor (P) pada pupuk
kompos limbah tambak udang pada tiga perlakuan
yaitu kontrol (KO), Konsorsia 5 bakteri (KA),
Konsorsia 10 bakteri (KB) dan Konsosrsia 15 Bakteri
(KC) setelah difermentasi tersaji pada Gambar 4.
600.00 600,000
530.00
Rerata Calsium (Ca) mg/100 gr

Rerata Kalium (K( mg/100 gr


500.00 475.00 500,000 471,386 478,506
400.00 400,000 374,799
400.00
300.00 300,000 259,109
300.00
200,000
200.00
100,000
100.00 0
0.00 KO KA KB KC
KO KA KB KC Macam Konsorsia Bakteri LCN
Macam Konsorsia Bakteri LCN Gambar 5. Grafik Rata-Rata Kandungan Kalium (K)
Kompos Sedimen Tambak Udang Tiga Perlakuan.
Gambar 5. Grafik Rata-Rata Kandungan Calsium (Ca)
Kompos Sedimen Tambak Udang Tiga Perlakuan. Kalium dibutuhkan oleh tanaman untuk mengatur
mekanisme fotosintesis, sintesa protein, serta
Gambar 5. menunjukkan bahwa kompos limbah pembukaan stomata dan pasokan karbondioksida.
sedimen tambak udang pada perlakuan A, B dan C apabila terjadi kekurangan kalium pada tanaman maka
terdapat peningkatan Calsium dan berbedaan nyata.
dapat menyebabkan ruas-ruas daun memendek,
Menurut [12] kandungan Calsium (%) minimal
pinggiran daun berwarna coklat dan tanaman tidak bisa
minimum * dan maksimum 25.50. Hasil penelitian
perlakuan KA, KB dan KC memenuhi kriteria tersebut, meninggi [14] Hasil pengujian kadar kalium pada
dan tertinggi pada perlakuan KC yaitu 0.53%. sedimen tambak udang pada tiga perlakuan yaitu
Pemberian starter KC dengan 15 isolat menghasilkan kontrol Konsorsia A (KA) 5 bakteri, Konsorsia B
penguraian terbaik dikarenakan kandungan mikroba (KB) 10 bakteri dan Konsorsi C (KC) 15 bakteri
yang potensial menguraikan bahan organik sedimen berbeda nyata. Peningkatan kadar kalium pada
tambak udang. Mikroba yang berperanan dalam perlakuan KA, KB dan tertinggi KC dikarenakan
pelarutan fospat dan calsium adalah bakteri, jamur dan adanya proses dekomposisi yang dilakukan oleh
aktinomisetes. Dari golongan bakteri antara lain: mikroorganisme dekomposer yang berasal dari
Bacillus firmus, B. subtilis, B. cereus, B. licheniformis, Pumakkal. Hal ini diperkuat oleh [15], terjadi
B. polymixa, B. megatherium, Arthrobacter, peningkatan beberapa jenis unsur hara oleh jasad renik
Pseudomonas, Achromobacter, Flavobacterium, terutama nitrogen, fosfor, dan kalium. Unsur hara
Micrococus dan Mycobacterium. Pseudomonas
tersebut dapat kembali melalui pelapukan sisa makhluk
merupakan salah satu genus dari Famili
hidup bila mikroorganisme tersebut mati.
Pseudomonadaceae. Bakteri ini adalah bakteri aerob
khemoorganotrof ,berbentuk batang lurus atau Perombak bahan organik terdiri atas perombak primer
lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1 1μm x 1.5-
dan perombak sekunder. Perombak primer adalah
4.0 μm, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif
mesofauna perombak bahan organik, seperti
terhadap pewarnaan Gram. Di dalam tanah jumlahnya
3-15% dari populasi bakteri. Pseudomonas terbagi atas Colembolla, Acarina yang berfungsi meremah-remah
grup, diantaranya adalah sub-grup berpendarfluor bahan organik/serasah menjadi berukuran lebih kecil.
(Fluorescent) yang dapat mengeluarkan pigmen Cacing tanah memakan sisa-sisa remah tadi yang lalu
phenazine. Kebolehan menghasilkan pigmen phenazine dikeluarkan sebagai faeces setelah melalui pencernaan
juga dijumpai pada kelompok tak berpendarfluor yang dalam tubuh cacing. Perombak sekunder ialah
disebut sebagai spesies Pseudomonas multivorans. mikroorganisme perombak bahan organik
Sehubungan itu maka ada empat spesies dalam seperti Trichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii,
kelompok Fluorescent yaitu Pseudomonas aeruginosa, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas,
P. fluorescent, P. putida, dan P. multivorans [13]. Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A.
F. Kandungan Kalium (K) terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Adanya
aktivitas fauna tanah, memudahkan mikroorganisme
Hasil penelitian kandungan Kalium (K) pada pupuk untuk memanfaatkan bahan organik, sehingga proses
kompos limbah tambak udang pada tiga perlakuan mineralisasi berjalan lebih cepat dan penyediaan hara
yaitu kontrol (KO), Konsorsia 5 bakteri (KA), bagi tanaman lebih baik [16]. Hasil analisis kalium
Konsorsia 10 bakteri (KB) dan Konsosrsia 15 Bakteri yang telah dilakukan diperoleh kadar kalium sebesar
(KC) setelah difermentasi tersaji pada Gambar 6. 0,58%. Hasil yang diperoleh ini sudah memenuhi
standar berdasarkan [12] sebesar minimal 0,20%.
Keberadaan unsur hara kalium dalam pupuk kompos
ini disebabkan karena kalium banyak berasal dari menjadi asam maka akan banyak ditemukan unsur
bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan alumunium (Al) yang dapat meracuni tanaman dan
kapasitas tukar kation, hal ini berhubungan dengan mengikat fosfor sehingga tidak dapat diserap tanaman,
muatan-muatan negatif yang berasal dari gugus – sedangkan dalam kondisi basa akan banyak ditemukan
COOH dan OH yang berdisosiasi menjadi COO- dan unsur Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum) yang dapat
H+ dan O- + H+ . Muatan negatif ini merupakan potensi meracuni tanaman. Kondisi pH juga menentukan
humus mengadsorbsi kation-kation seperti Ca, Mg dan perkembangan mikroorganisme, pada pH 5,5 – 7 jamur
K yang diikat dengan kekuatan sedang, sehingga dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh
mudah dipertukarkan atau mengalami proses dengan baik [14].
pertukaran kation [6].
Setelah masa panen dan pengeringan tambak akan
ditemukan kotoran udang, sisa pakan udang dan udang
G. Derajat Keasaman (pH) yang membusuk sebagai puing-puing di dasar kolam.
Residu tersebut akan mengering dan dapat digunakan
Hasil penelitian derajat keasaman (pH) pada pupuk untuk biosolids udang. Biosolids ini dianggap limbah
kompos limbah tambak udang pada tiga perlakuan dan biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah.
yaitu kontrol (KO), Konsorsia 5 bakteri (KA), Biosolids atau residu tambak udang ini adalah sumber
Konsorsia 10 bakteri (KB) dan Konsosrsia 15 Bakteri yang berharga dari N, P, K dan berbagai tanaman
(KC) setelah difermentasi tersaji pada Gambar 6. nutrisi yang berguna lainnya. Kandungan tertinggi
pada biosolids ini adalah nitrogen [18]. Dampak
lingkungan dari kegiatan tambak udang sangat
7.4 berkaitan dengan pengelolaan air limbah dan lumpur
7.2 kolam yang mengendap. Lumpur dari kolam tambak
berpotensi untuk digunakan kembali dan juga dapat
7 digunakan sebagai pupuk organik dengan adanya
nutrisi tingkat tinggi dan bahan organik [19]. Residu
rata-rata

6.8 padat tambak udang tidak dapat digunakan sendiri


6.6 sebagai pupuk lengkap , tetapi harus digunakan
pH bersama dengan pupuk komersial. Residu padat
6.4 tambak memiliki bahan organik yang sangat tinggi,
diharapkan mineral tanah dengan bahan organik yang
6.2 rendah akan terangkat kesuburannya yang mungkin
KO KA KB KC berkontribusi tanaman berturut ditanam di lokasi yang
Macam Konsorsia Bakteri LCN sama [20]. Pumakkal sebagai bioaktivator mampu
menguraikan sedimen tambak udang menjadi kompos
Gambar 6. Grafik Rata-Rata derajat keasaman (pH) yang memenuhi kriteria dari kandungan C, N, C/N, P.
Kompos Sedimen Tambak Udang Tiga Perlakuan. Ca, K dan pH.

Gambar 6. menunjukkan bahwa pupuk organik cair VI.KESIMPULAN


dengan perlakuan KA, KB dan KC yang diolah dengan
menggunakan bioremidiator Pumakkal mengalami Kesimpulan penelitian adalah:
kenaikan pH, tertinggi pada perlakuan KC yaitu pH 1. Bioremediator limbah Cair Nanas Pumakkal mampu
7.2. Hasil yang diperoleh ini sudah memenuhi standar mendegradasi sedimen tambak udang dari parameter
Carbon aktif, C/N rasio, Nitrogen, Calsium, Kalium
berdasarkan [12] yaitu sebesar 6.80-7.49. Perubahan
dan derajat keasaman (pH).
pH menjadi netral disebabkan karena adanya reaksi
2. Perlakuan yang paling efektif adalah Konsorsia C
asam basa yang terbentuk antara bioaktivator (15 isolat) dengan menghasikan rata-rata terbaik.
Pumakkal apabila megalami pembusukan selama 3. Perlakuan Konsorsia C (KC) diperoleh hasil C-
proses fermentasi dengan reaksi sebagai berikut: organik 6%, untuk rasio C/N 6,9; Nitrogen (N) 8%,
kadar Pospor 650 mg/100g, kadar Kalium perlakuan
H+ + OH− H2O. Bioaktivator Pumakkal 478.506 mg/100g, kadar Kalsium (Ca) sebesar 530
mengandung bakteri Acinetobacter baumanni dan mg/100g dan pH 7.2.
Pseudomonas pseudmallei yang memiliki kemampuan 4. Hasil bioremediasi sedimen tambak udang layak
menguraikan asam-asam organik dalam limbah [17]. untuk kompos sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian No.261/KPTS/SR.310/M/4/2019 tentang
Pengaruh terhadap pH pada pupuk sangat penting Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik, Pupuk
gunanya untuk menentukan penyerapan ion-ion unsur Hayati dan Pembenahan tanah dan Spesifikasi kompos
hara oleh tanaman. Umumnya unsur hara akan mudah dari sampah organik domestik SNI 19-7030-2004.
diserap tanaman pada pH 6-7, karena pada pH tersebut
sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air. REFERENSI
Apabila pupuk diaplikasikan dan menyebabkan tanah
[1] Suwoyo Hidayat Suryanto, Mat Fahrur, Makmur, phosphorus pool in sediments of a large, shallow
dan Rachman Syah. 2016. Pemanfaatan limbah eutrophic lake (Taihu, China) using profiled SMT
tambak udang super-intensif sebagai pupuk fractional analysis. Environmental pollution,
organik untuk pertumbuhan biomassa kelekap 173:216-223
dan nener bandeng. Media Akuakultur, 11 (2), https://media.neliti.com/media/publications/1786
2016, 97-110 Balai Penelitian dan Pengembangan 54-ID-sedimendt-characteristics-of-coastal-
Budidaya Air Payau. http://ejournal- wat.pdf.
balitbang.kkp.go.id/index.php/ma.
[11] Smolders et al. (2006),Smolders, A.J.P., L.P.M.
[2] Sutanto Agus. Suharno Zen. Rasuane Nor. 2017. Lamers, E.C.H.E.T. Lucassen, G. Van der Velde,
The Formulation of Pineapple Liquid Waste and J.G.M. Roelofs. 2006. Internal
(PLW) as Liquid Organic Fertilizer for eutrophication: how it works and what to do
Agricultural Crops. Scientific Journal of PPI- about it a review. Chemistry and ecology,
UKM Science and Engineering. Vol. 3 (2016) 22(2):93-111.
No. 4 ISSN No. 2356 - 2536
https://onesearch.id/Record/IOS3530.article-194 [12] SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi kompos
dari sampah organik
[3] Sutanto Agus. 2016. Paten Nomor IDP000043727. domestik
Komposisi bioremediator bakteri indigen .http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/S
pereduksi polutan organik limbah cair nanas NI_Spesifikasi_Kompos_dari_Sampah_Organik.
(LCN). Kemenkumham DJHKI. https://pdki- pdf
indonesia.dgip.go.id/index.php/paten/MHdaSVB
YSTFuUVV3TWVoV04xMXhvZz09? [13] (Hasanudin,2003).Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar
q=limbah+cair+nanas&type=1 Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas
Pertanian Unsri & Prodi Ilmu Tanaman, Program
[4] Yulipriyanto, Hieronymus. 2010. Biologi Tanah S2, Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya.
dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu. Propinsi Sumatera Selatan.
Yogyakarta. Indonesia. Http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

[5] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia [14] Sundari Irma, Widodo Farid Maruf, Eko Nurcahya
Nomor 70/Permentan/Sr.140/10/2011 Tentang Dewi. 2014. Pengaruh penggunaan bioaktivator
Pupuk Organik, Pupuk Hayati Dan Pembenah em4 dan penambahan tepung ikan terhadap
Tanah. spesifikasi pupuk organik cair rumput laut
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/201 Gracilaria sp. Jurnal Pengolahan dan
1/bn664-2011.pdf Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomer
3, Tahun 2014, Halaman 88-94 Online di :
[6] Sutedjo, M. M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpb
PT Rineka Cipta. Jakarta hp

[7] Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. [15] Novizan (2012), Novizan. 2005. Petunjuk
Edisi Revisi. AgroMedia Pustaka Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi.
AgroMedia Pustaka.
[8] Peraturan Menteri Pertanian No.261/KPTS
/SR.310/M/4/2019 tentang Persyaratan Teknis [16] Eriksson, K.E.L., R.A. Blanchette, and P. Ander.
Minimal Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan 1989. Microbial and Enzymatic Degradation of
Pembenahan tanah Wood and Wood Components. Springer-Verlag
http://psp.pertanian.go.id/assets/file/2019/Keputu Heildeberg. New York.
san%20Menteri%20Pertanian%20Nomor
%20261_KPTS_SR.310_M_4_2019%20tentang [17] (Sutanto A, 2017. Nomor paten IDP000044452
%20Persyaratan%20Teknis%20Minimal Komposisi bioremediator bakteri indigen penetral
%20Pupuk%20Organik,%20Pupuk%20Hayati, pH polutan Limbah Cair Nanas
%20dan%20Pembenah%20Tanah.pdf (LCN)https://pdki-indonesia.dgip.go.id/index.php
/paten/d3M4dFk5dGkwREZPUktrOEhKVjZ6dz0
[9] DALZELL, H,W., A.J. BIDDLESTONE, K.R. 9?q=limbah+cair+nanas&type=1
GRAY and K. THURAIRAJAN, 1987, Soil
management: compost production and use in
tropical and subtropical environments. Soil [18] Kormaz,2001.Potential of Biosolids from Shrimp
Bulletin 56. FAO. Roma. Aquaculture as a Fertilizer for Broccoli
Production. Compost science &
[10] Zhu, M., G. Zhu, W. Li, Y. Zhang, L. Zhao, and utilization 9(2):107-114 · July 2001.
Z. Gu. 2013. Estimation of the algal-available https://www.researchgate.net/publication/261632
547_Potential_of_Biosolids_from_Shrimp_Aqua (2010)Mattjik, N.A. 2010. Gerbera, hal 63-69.
culture_as_a_Fertilizer_for_Broccoli_Production Dalam Agus Purwito (Ed.). Budidaya Bunga
Potong dan Tanaman Hias. PT. Penerbit IPB
[19] (Hasanuzzaman, 2013) Hasannuzaman, Press.
2013.ahaman, S.M.B., Sarder, L., Rahaman, Bogor.file:///C:/Users/User/Downloads/6475-
M.S., Ghosh, A.K., Biswas, S.K., Siraj, S.M.S., 17735-1-PB.pdf
Huq, K.A., Hasanuzzaman, A.F.M., Islam, S.S.
2013. Nutrient dynamic in the Sundarbans
mangrove estuarine system of Bangladesh under
different. Makara Journal of Science, 21/4
(2017), 195-201 Doi: 10.7454/mss.v21i4.6475.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/1234567
89/1270/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=8&isAllowed=y

[20] Dufault et al (1990) dalam jurnal Horticultural


Science seperti dikutip dalam Mattjik

Anda mungkin juga menyukai