Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kingdom Animalia dapat disebut juga dengan dunia hewan. Dimana segala
makhluk yang mempunyai karakteristik menyerupai hewan ada di dalam dunia
ini. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan dibedakan menjadi 2
yaitu: hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) dan hewan vertebrata
(hewan bertulang belakang).
Vertebrata bukanlah nama filum, melainkan nama kelompok hewan yang
memiliki tulang belakang. Dalam sistem klasifikasi, kelompok tersebut
ditempatkan sebagai subfilum Vertebrata dalam filum Chordata.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Apa saja klasifikasi hewan vertebrata?
b. Apa kategori klasifikasi?
c. Bagaimana cara pemberian nama hewan?
d. Bagaimana kriteria klasifikasi?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
a. Mengetahui klasifikasi hewan vertebrata.
b. Mengetahui kategori klasifikasi.
c. Mengetahui cara pemberian nama.
d. Mengetahui kriteria klasifikasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Klasifikasi Hewan
Klasifikasi hewan adalah pengelompokkan hewan berdasarkan persamaan
dan perbedaan ciri yang dimilikinya. Pengelompokkan hasil klasifikasi pada
tingkat-tingkat yang berbeda atau pada takson yang berbeda disebut taksonomi.

Klasifikasi memiliki tujuan untuk menyederhanakan objek studi agar


mudah dipelajari, mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan
tiap-tiap jenis, mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciricirinya, dan mengetahui hubungan kekerabatan.
Adapun tahapan dalam klasifikasi melalui pengamatan sifat makhluk
hidup, pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada ciri yang diamati dan
pemberian nama makhluk hidup.
Berdasarkan kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi makhluk hidup
dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem buatan, sistem alami, dan sistem
filogenik.
Klasifikasi sistem buatan diperkenalkan oleh Carollus Linnaeus (17071778). Dasar klasifikasi adalah ciri morfologi, alat reproduksi, habitat dan
penampakan makhluk hidup (bentuk dan ukurannya. Klasifikasi sistem alami
dikemukakan oleh Aristoteles pada tahun 350 SM. Klasifikasi ini didasarkan
pada sistem alami, artinya suatu pengelompokan yang didasarkan pada ciri
morfologi ataubentuk tubuh alami, sehingga terbentuk takson-takson yang
alami. Sistem klasifikasi filogenetik didasarkan pada jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antara takson yang satu dan yang lainnya sekaligus mencerminkan
perkembangan makhluk hidup (filogenik), diperkenalkan oleh Charles Darwin
(1859).
Hewan dikelompokkan menjadi hewan bertulang belakang (vertebrata)
dan hewan tidak bertulang belakang (invertebrata). Invertebrata terdiri dari
sembilan filum yaitu Protozoa, Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata.
Sedangkan hewan vertebrata hanya terdiri dari satu filum yaitu filum Chordata.
Filum Chordata memiliki anggota sekitar 45.000 spesies. Anggota filum
ini paling sukses hidupnya, mereka dapat beradaptasi di lingkungan terestrial
maupun akuatik, termasuk laut. Chordata memiliki empat ciri sebagai berikut:
a. Bagian punggung (dorsal) disokong oleh batang lentur bernama notokorda.
Notokorda terbentuk di dalam embrio dari lapisan mesoderm dorsal.
Letaknya tepat di bawah batang saraf.

b. Tali saraf dorsal (punggung). Batang tersebut mengandung kanal berisi


cairan. Tali saraf vertebrata dinamakan sumsum punggung yang dilindungi
oleh tulang belakang.
c. Kantong insang. Kantong tersebut hanya terlihat pada saat perkembangan
embrio sebagian besar vertebrata. Kantong insang pada chordata
invertebrata, ikan, dan amfibi berubah menjadi celah insang. Air masuk ke
dalam mulut dan faring melalui celah insang yang dilengkapi dengan
lengkung insang. Pada vertebrata terestrial, kantong tersebut mengalami
perubahan untuk maksud-maksud tertentu (misalnya berkembang menjadi
kelenjar timus dan paratiroid).
d. Ekor, hanya tampak pada masa embrio.
Filum Chordata terdiri tiga subfilum, yaitu: Urochordata, Cephalochordata.
dan Vertebrata.
a. Urochordata (Tunikata) memiliki ciri:
Tidak memiliki notokord, tali saraf, dan ekor saat dewasa.
Memiliki celah faring.
b. Cephalochordata (lancelet) memiliki ciri:
Memiliki notokord.
Memiliki tali saraf dorsal berlubang.
Memiliki ekor.
Memiliki celah faring.

c. Vertebrata
Vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang
belakang berasal dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer atau
notokorda (korda dorsalis). Notokorda vertebrata hanya ada pada masa
embrionik, setelah dewasa akan mengalami penulangan menjadi sistem
penyokong tubuh sekunder, yaitu tulang belakang.
Tubuh vertebrata bertipe simetri bilateral. Bagian organ dalam dilindungi
oleh rangka dalam atau endoskeleton, khusus bagian otak dilindungi oleh
tulang-tulang tengkorak (kranium).
Ukuran dan bentuk tubuh vertebrata beragam dari yang hanya beberapa
mm (misal katak beracun) sampai yang berukuran beberapa meter (paus).

Selain adanya tulang belakang, kesamaan ciri lain pada vertebrata sebagai
berikut:
a. Tubuh terdiri atas kepala, badan, dua pasang anggota badan, dan ekor
pada sebagian vertebrata.
b. Kulit tersusun atas dua bagian, yaitu epidermis dan dermis dan
menghasilkan rambut, sisik, bulu, kelenjar, atau horn.
c. Endoskeleton tersusun dari tulang atau tulang rawan.
d. Faring bercelah, yang merupakan tempat insang pada ikan namun pada
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

hewan darat hanya terdapat pada tingkat embrio.


Otot melekat pada endoskeleton untuk bergerak.
Sistem pencernaan memiliki kelenjar pencernaan, hati, dan pankreas.
Jantung beruang 2 hingga 4.
Darah mengandung sel darah putih dan sel darah merah berhemoglobin.
Rongga tubuh mengandung sistem viseral.
Ginjal sepasang dengan salurannya untuk mengeluarkan zat sisa.
Gonad sepasang pada betina dan jantan.
Sistem peredaran darah tertutup.

Subfilum vertebrata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu pisces,


amphibia, reptilia, aves dan mamalia.
1. Pisces (Ikan)
Seluruh anggota kelompok ikan hidup di dalam air dan bereproduksi secara
ovipar. Biasanya sel telur dan sel sperma disebarkan di dalam air atau sarang.
Pada kebanyakan ikan bertulang sejati, fertilisasi dan perkembangan embrio
berlangsung di luar tubuh induk betina.
Ikan terbagi menjadi beberapa superkelas yaitu:
a. Agnatha (ikan tanpa rahang).
Berbadan panjang dan ramping seperti belut serta tidak memiliki rahang,
tidak bersisik, bertulang rawan. Contohnya Chepalaspidomorphi dan
Hagfish.
b. Gnathostomata (ikan berahang)
Hewan dalam kelompok ini memiliki rahang bersendi yang dapat
digerakkan ke atas dan ke bawah. Hewan yang tergolong Gnathostomata
memiliki keragaman ciri yang dibedakan menjadi enam kelas, yaitu
Chondrichthyes, Osteichthyes, Amphibia, Reptilia, Aves dan Mamalia.
2. Amphibia

Amphibia merupakana hewan tetrapoda (berkaki empat). Amphibia terbagi


menjadi tiga ordo yaitu:
a. Anura. Contohnya katak dan kodok.
b. Urodella. Contohnya salamander.
c. Apoda/Gymnophyona. Contohnya salamander cacing.
3. Reptilia
Hewan ini diyakini berasal dari perkembangan nenek moyang amfibi pada
periode Permian. Reptil adalah hewan yang dapat menyesuaikan diri di
tempat kering dan memiliki sifat autotomi (memutuskan ekornya dalam
keadaan berbahaya). Reptil terbagi menjadi empat ordo yaitu:
a. Lacertilia. Contohnya cecak, biawak, komodo).
b. Ophidia. Contohnya ular.
c. Chelonia. Contohnya kura-kura dan penyu.
d. Crocodilia. Contohnya buaya dan alligator.
4. Aves
Hewan ini memiliki kesamaan ciri dengan reptil, yaitu bentuk tubuh, sisik
kaki, paruh yang keras dan termasuk hewan ovipar yang menghasilkan telur
amniotik bercangkang keras. Aves terbagi menjadi tiga belas ordo yaitu
Casuariformes (contohnya burung casuari), Apterygiformes, Aphenisdiformes
(contohnya

pinguin),

Pelecarniformes

(contohnya

burung

pelican),

Ciconiformes (bangau putih), Falconiformes, Columbiformes (merpati),


Psitaciformes, Passeriformes (burung jalak), Galiformes (burung merak),
Charadriiformes, Strigiformes, dan Procellariiformes (burung hantu).
5. Mamalia
Mamalia dikenal sebagai hewan menyusui anaknya, hewan betina memiliki
glandula mamae (kelenjar susu) untuk menyusui anaknya. Mamalia memiliki
empat belas ordo yaitu: Monotremata, Marsupialia (kangguru), Chiroptera
(kalong), Insectivora, Pholidota (trenggiling), Rodentia (marmut), Cetacea
(paus), Carnivora (harimau), Pinnipedia (anjing laut), Logomorpha (kelinci),
Sirenia (duyung), Perissodactyla (kuda), Antiodactyla (babirusa), Primata
(lutung).
2.2. Kategori Klasifikasi
5

Menurut Arijani, kategori adalah tingkat-tingkat atau struktur atau hirarki


taksonomi dari yang tertinggi sampai yang terendah. Sedangkan takson adalah
satuan unit dari pengelompokan dalam klasifikasi. Takson-takson dibedakan
dalam tingkat yang berbeda-beda, sehingga takson-takson itu menurut urutanurutan tingkatnya. Klasifikasi dapat diartikan sebagai pembentukan kelaskelas, kelompok, unit, atau takson melalui pencarian keseragaman dalam
keanekaragaman.

Tujuan

klasifikasi

makhluk

hidup

adalah

untuk

mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup.


Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada
makhluk hidup.
Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah yang
sekarang digunakan adalah Domain (daerah), Kingdom (kerajaan), Filum,
Classis (Kelas), Ordo (bangsa), Famili (suku), Genus (marga) dan Spesies
(jenis).
1. Kingdom (Kerajaan)
Kingdom adalah tingkatan paling atas dari tingkatan klasifikasi makhluk
hidup. Khusus dalam sistem tiga domain, kingdom adalah satu tingkat di
bawah domain. Standar Amerika menggunakan sistem enam kingdom
(Animalia, Plantae, Fungi, Protista, Archae dan Bacteria). Sementara
standar Inggris menggunakan sistem lima kingdom (Animalia, Plantae,
Fungi, Protista, dan Prokaryota atau Monera).
2. Phyllum (Filum)
Filum merupakan tingkatan takson yang menghimpun beberapa kelas yang
memiliki kesamaan cirri. Misalnya seluruh hewan bersel satu dimasukkan
ke dalam filum Protozoa.
3.

Classis (Kelas)
Beberapa ordo yang memiliki persamaan ciri dimasukkan ke dalam satu
kelas. Ordo Carnivora bersama-sama ordo Rodentia, ordo Primata
memiliki ciri-ciri yang sama yaitu adanya kelenjar susu dan menyusui
anaknya, sehingga dimasukkan dalam satu kelas yaitu kelas Mamalia.
4. Ordo (Bangsa)

Ordo adalah suatu tingkatan takson yang menghimpun beberapa famili.


Famili Canidae (kelompok anjing), bersama dengan famili Felidae
(kelompok kucing) membentuk ordo Carnivora.
5.

Famili (Suku)
Famili adalah tingkatan takson yang anggotanya terdiri dari beberapa
marga atau genus. Genus Canis (anjing) dan Genus Cuon (anjing ajak),
dimasukkan dalam Famili Canidae.

6.

Genus (Marga)
Beberapa jenis atau spesies yang memiliki kesamaan ciri dimasukkan
dalam genus yang sama. Misalnya anjing dan serigala berbeda jenisnya,
tetapi masih dalam satu genus, yaitu genus Canis.

7.

Spesies (Jenis)
Spesies atau jenis merupakan takson yang menjadi satuan atau unit dasar
klasifikasi. Dua organisme atau lebih dimasukkan dalam satu spesies yang
sama jika organisme-organisme tersebut dapat melakukan perkawinan
alami dan menghasilkan keturunan fertil. Misalnya spesies katak, kodol
dan lain-lain.

2.3. Cara Pemberian Nama


Tata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan
penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua
kata dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai
adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang
dilatinkan.
Carolus Linnaeus memilih penggunaan bahasa Latin untuk penamaan
karena dari masa ke masa hingga saat ini, bahasa Latin tidak mengalami
perubahan maupun perkembangan, melainkan tetap.
Penamaan hewan saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tata
Nama Zoologi (ICZN). Ketentuan penamaan tersebut sebagai berikut:
1. Nama spesies terdiri dari dua kata dalam bahasan Latin atau dilatinkan.
2. Nama pertama menunjukkan nama genus, sedangkan nama kedua
menunjukkan nama spesies. Nama pertama ditulis dengan huruf kapital.
Contoh: Varanus comodoensis (komodo).
7

3. Nama famili ditulis dengan nama genus dan idae. Contoh: Felidae.
4. Nama spesies dicetak miring atau digaris bawah secara terpisah antara
genus dan spesies. Tujuannya agar mudah terbaca dalam teks.
5. Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah
biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.
6. Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan
selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi
titik lalu nama spesies secara lengkap. Contohnya Chelonia mydas
disebutkan pertama, selanjutnya disebutkan dengan C. mydas.
7. Singkatan "sp." digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu
dijelaskan. Singkatan "spp." merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp.,
berarti satu jenis dari genus Canis.
8. Singkatan "ssp." menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi.
Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp.".
9. Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti.
Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak
(Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
10. Apabila nama awal diganti, misalnya karena spesies dipindahkan ke genus
yang lain, kedua sistem tata nama menggunakan tanda kurung (parentesis)
yang mengapit autor awalnya. Contoh Passer domesticus (Linnaeus, 1758)
nama asli diberikan oleh Linnaeus sebagai Fringilla domestica; dalam
aturan ICZN tidak memerlukan penulisan nama orang yang memindahkan
nama spesies ke genus lainnya.
11. Penamaan biologi dapat diperluas hingga tingkat di bawah spesies
(subspesies). Dalam zoologi penamaan ini disebut "trinomen". Contoh,
Panthera tigris sumatrae.
2.4. Kriteria Klasifikasi
Sama seperti tumbuhan, di dalam klasifikasi hewan harus diperhatikan
a.

beberapa kriteria berikut ini:


Jumlah sel penyusun tubuh hewan, ada yang bersel tunggal (protozoa) dan
ada yang bersel banyak (metazoa).

b. Jaringan penyusun tubuh, pada hewan primitif terdiri dari dua jaringan
embrional (diploblastik), contohnya Porifera, Coelenterata (Cnidaria). Pada
8

hewan yang lebih tinggi tingkatannya, tubuhnya terdiri dari atas tiga jaringan
embrional (triploblastik), contohnya Chordata.
c. Saluran pencernaan makanan. Hewan tingkat rendah belum memiliki saluran
pencernaan, sedangkan hewan tingkat tinggi memiliki lubang mulut, saluran
pencernaan dan anus.
d. Selom, yaitu rongga tubuh yang dibatasi oleh dinding mesodermis dan
dinding sebelah dalam dilapisi oleh peritonium. Hewan yang memiliki rongga
tubuh disebut Euselomata, contohnya pada Chordata. Hewan yang tidak
memiliki rongga tubuh digolongkan dalam tingkat yang lebih rendah disebut
Aselomata, contoh Enthoprocta dan Aschelminthes.
e. Segmentasi, khusus pada hewan bersel banyak (metazoa). Metazoa yang telah
mengalami metameri pada tubuhnya menempati golongan yang lebih tinggi,
contohnya Annelida, Arthropoda, dan Chordata.
f. Kerangka (skeleton). Hewan yang berkerangka luar (eksoskeleton), misalnya
Arthropoda, lebih rendah tingkatannya daripada yang berkerangka dalam
(endoskeleton) misalnya Chordata.
g. Anggota badan, yaitu bagian yang terproyeksi keluar untuk bergerak dan
menangkap makanan, misalnya tentakel pada anemon, seta pada cacing
tanah, antena dan kaki pada Arthropoda, serta sayap pada vertebrata.
h. Bentuk tubuh. Pada umumnya hewan memiliki bentuk tubuh simetris.
Beberapa protozoa memiliki bentuk tubuh simetri bulat (radial), sedangkan
beberapa filum yang lain simetri bilateral, misalnya pada Chordata. Bentuk
tubuh lainnya adalah asimetris.
i. Dewasa ini pengklasifikasian semakin maju dengan memanfaatkan DNA.
BAB III
PENUTUP
9

3.1. Kesimpulan
Vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang
belakang berasal dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer atau
notokorda (korda dorsalis). Notokorda vertebrata hanya ada pada masa
embrionik, setelah dewasa akan mengalami penulangan menjadi sistem
penyokong tubuh sekunder, yaitu tulang belakang.
Vertebrata dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu ikan (pisces),
amfibi (amphibi), reptil, burung (aves) dan hewan menyusui (mamalia).
3.2.

Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca
setelah membaca, mempelajari serta memahami seluruh isi makalah ini dapat
menerapkan dalam lingkungan masyarakat.
Seorang pemula dalam menulis mengalami berbagai kesulitan dalam
menuangkan fikirannya dalam bentuk coretan, dengan membaca makalah ini
penulis mengharapkan pembaca mudah dalam menuangkan fikirannya dalam
bentuk tulisan.

10

DAFTAR PUSTAKA
Murad, S. 1978. Sistematik Vertebrata. Bandung: Universitas Padjajaran.
Sudjaji, Bagod dan Siti Laila. 2005. Biologi, Sains dalam Kehidupan. Jakarta:
Yudhistira.
Soeryo, H. 1997. The Indonesian Environmental Almanac. Jakarta: PT Multi Kirana
Pratama.

11

Anda mungkin juga menyukai