Anda di halaman 1dari 55

EKOLOGI PERAIRAN

NAMA : JUNET E LINANSERA


NIM : 2014-40-056
KELAS : B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN


JURUSAN MIPA PROGRAM STUDI BIOLOGI
UNIVERSITAS PATTIMURA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Peraiaran.
Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tak langsung
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Namun tidak terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa ada banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik itu dari segi
penulisan, materi dan lain sebagainya. Oleh karena itu penulis berharap kepada
para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran guna untuk melengkapi
atau memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah
ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca.

Ambon ,15 juli 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. EKOSISTEM
B. KONSEP ENERGI DALAM EKOSISTEM
C. DAUR BIOKIMIA
D. FAKTOR PEMBATAS
E. PERAIRAN TAWAR
F. PERAIRAN ESTUARI
G. PERAIRAN LAUT
H. ORGANISME / INDIVIDU / SPESIES
I. POPULASI
J. KOMUNITAS
K. PERKEMBANGAN DAN EVOLUSI EKOSISTEM
L. PENCEMARAN
M. KEANEKARAGAMAN HAYATI
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya
dan yang lainnya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air,
kelembapan, cahaya, dan
Topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan dan mikroba.ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Makhluk hidup di alam ini menempati tempat-tempat tertentu sesuai dengan
habitatnya.Ada yang hidup di air, di tanah/darat, maupun di udara.Tempat hidup di dunia ini
tidak bertambah luas, sementara pertambahan jumlah makhluk hidup relatif bertambah.Hal ini
menyebabkan makin banyaknya makhluk hidup yang menempati permukaan bumi sehingga
ekosistem di muka bumi ini semakin sempit.
Makhluk hidup akan menjalin hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup di
dalam komunitas. Selain itu, makhluk hidup juga akan menjalin hubungan dengan
lingkungannya. Makhluk hidup sangat bergantung kepada lingkungan. Hubungan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya akan membentuk ekosistem. Ekosistem merupakan
tempat berlangsungnya hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.Oleh karena itu,
sangat perlu memahami konsep tentang ekosistem, komponennya dan cara untuk menjaga dan
melestarikannya agar makhluk hidup dan lingkungannya dapat tetap melangsungkan hidupnya.
Ekologi biasanya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara organisme
organisme dan lingkungannya. Berbagai ekosistem dihubungkan satu sama lain oleh proses-
proses biologi, kimia, fisika. Masukan dan buangan energi, gas, bahan kimia anorganik dan
organik dapat melewati batasan ekosistem melalui perantara faktor meteorologi seperti angin dan
presipitasi, faktor geologi seperti air mengalir dan daya tarik dan faktor biologi seperti gerakan
hewan. Jadi, keseluruhan bumi itu sendiri adalah ekosistem, dimana tidak ada bagian yang
terisolir dari yang lain. Ekosistem keseluruhannya biasanya disebut biosfer.
Biosfer terdiri dari semua organisme hidup dan lingkungan biosfer membentuk shell
(kulit), relatif tipis di sekeliling bumi, berjarak hanya beberapa mil di atas dan di bawah
permukaan air laut. Kecuali energi, biosfir sudah bisa mencukupi dirinya sendiri, semua
persyaratan hidup yang lain seperti air, oksigen, dan hara dipenuhi oleh pemakaian dan daur
ulang bahan yang telah ada dalam sistem tersebut.
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan EKOSISTEM secara umum ?


2. Menjelaskan KONSEP ENERGI DALAM EKOSISTEM secara umum ?
3. Menjelaskan DAUR BIOKIMIA secara umum ?
4. Menjelaskan FAKTOR PEMBATAS secara umum ?
5. Menjelaskan PERAIRAN TAWAR secara umum ?
6. Menjelaskan PERAIRAN ESTUARI secara umum ?
7. Menjelaskan PERAIRAN LAUT secara umum ?
8. Menjelaskan ORGANISME / INDIVIDU / SPESIES secara umum ?
9. Menjelaskan POPULASI secara umum ?
10. Menjelaskan KOMUNITAS secara umum ?
11. Menjelaskan PERKEMBANGAN DAN EVOLUSI EKOSISTEM secara umum ?
12. Menjelaskan PENCEMARAN secara umum ?
13. Menjelaskan KEANEKARAGAMAN HAYATI secara umum ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui EKOSISTEM secara umum
2. Untuk Mengetahui KONSEP ENERGI DALAM EKOSISTEM secara umum
3. Untuk Mengetahui DAUR BIOKIMIA secara umum
4. Untuk Mengetahui FAKTOR PEMBATAS secara umum
5. Untuk Mengetahui PERAIRAN TAWAR secara umum
6. Untuk Mengetahui PERAIRAN ESTUARI secara umum
7. Untuk Mengetahui PERAIRAN LAUT secara umum
8. Untuk Mengetahui ORGANISME / INDIVIDU / SPESIES secara umum
9. Untuk Mengetahui POPULASI secara umum
10. Untuk Mengetahui KOMUNITAS secara umum
11. Untuk Mengetahui PERKEMBANGAN DAN EVOLUSI EKOSISTEM secara umum
12. Untuk Mengetahui PENCEMARAN secara umum
13. Untuk Mengetahui KEANEKARAGAMAN HAYATI secara umum
BAB II
PEMBAHASAN
EKOSISTEM
1. Pengertian Ekosistem
Pengertian ekosistem pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan
Inggris bernama A.G.Tansley pada tahun 1935, walaupun konsep itu bukan merupakan konsep
yang baru.Sebelum akhir tahun 1800-an, pernyataan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep
yang berkaitan dengan ekosistam mulai terbit cukup menarik dalam literatur-literatur ekologi di
Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993).
Beberapa definisi tentang ekosistem dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat hubungan antara struktur dan
fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan
dengan keanekaragaman spesies.Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks,
memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi.sedangkan istilah fungsi dalam definisi
ekosistem menurut A.G.Tansley berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui
komponen-komponen ekosistem.
2. Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik
maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling
tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam
suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi
kehidupan dalam alam (Dephut, 1997)
3. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks didalamnya terdapat habitat, tumbuhan,
dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya
akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi (Woodbury, 1954 dalam
Setiadi, 1983 )
4. Ekosistem yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya tercakup organisme
dan lingkungannya (biotik dan abiotik ) dan diantara keduanya saling mempengaruhi (Odum,
1993)
5. Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi (UU Lingkungan Hidup Tahun 1997)
6. Ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang tebentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983)

2. Komponen komponen Ekosistem


Ekosistem tersusun atas dua komponen utama, yaitu :
1. Komponen abiotik
Komponen abiotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari makhluk tak hidup atau benda
mati, meliputi :
a.Tanah
Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur, kematangan, dan
kemampuan menahan air.
b. Air
Persediaan air dipermukaan tanah akan mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan. Hal-hal
penting pada air yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral
air, salinitas, arus air, penguapan, dan kedalaman air.
c. Udara
Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas yang berbentuk atmosfer yang melingkupi
makhluk hidup.Oksigen, karbondioksida, dan nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi
kehidupan makhluk hidup.
d. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan dibumi ini. Salah satunya
sebagai faktor utama yang diperlukan dalam proses fotosintesis.
e. Suhu atau temperature
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu yang optimal untuk kegiatan metabolisme dan
perkembangbiakannya.

2. Komponen biotik
Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari makhluk hidup yang meliputi
tumbuhan, hewan, dan manusia.
Berdasarkan peranannya komponen biotik dalam ekosisteem dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Produsen
Adalah makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis.Contoh : semua tumbuhan hijau
b. Konsumen
Adalah makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan menggunakan makanan
yang dihasilkan oleh produsen baik secara langsung maupun tidak langsung.Contoh : hewan dan
manusia
Berdasarkan tingkatannya konsumen dibedakan menjadi empat, yaitu :
1. Konsumen I/primer adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan produsen
Contoh : herbivora/hewan pemakan tumbuhan
2. Konsumen II/sekunder adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan konsumen I.
Contoh : karnivora/hewan pemakan daging
3. Konsumen III/tertier adalah konsumen/makhluk hidup yang memakan konsumen II
Contoh : omnivora/hewan pemakan segala.
4. Konsumen puncak adalah konsumen terakhir atau hewan yang menduduki urutan teratas
dalam peristiwa makan dimakan.
c. Pengurai
Pengurai disebut juga redusen adalah jasad renik yang dapat menguraikan makhluk lain menjadi
zat hara.
Contoh : bakteri dan jamur.

3. Jenis-jenis Ekosistem

Berdasarkan terbentuknya, ekosistem dibedakan menjadi:


1. Ekosistem Alami
Ekositem alami adalah ekosistem yang terbentuknya secara alamiah.Contohnya : danau,
rawa, sungai.
Ekosistem alami dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Ekosistem Darat (terestrial)


Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Ekosistem darat
dalam skala luas yang memilki tipe vegetasi dominan disebut bioma. Bioma adalah ekosistem
darat yang khas pada wilayah tertentu dan dicirikan oleh jenis vegetasi yang dominan pada
wilayah tersebut, yaitu :
Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma hutan hujan tropis terdapat di wilayah khatulistiwa yang memiliki
keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling tinggi. Meliputi daerah aliran sungai
Amazone-Orinaco, Amerika Tengah, sebagian besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini,
dan lembah Kongo di Afrika.
Ciri-ciri:

Curah hujannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 225 cm/tahun.

Matahari bersinar sepanjang tahun.

Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil.

Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak ada perubahan
suhu antara siang dan malam hari.

Lingkungan biotik :

Flora: pada biorna hutan tropis terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan. Pohon-pohon
utama dapat mencapai ketinggian 20 - 40 m, dengan cabang-cabang berdaun lebat
sehingga membentuk suatu tudung atau kanopi. Tumbuhan khas yang dijumpai adalah
liana dan epifit. Liana adalah tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan, contoh:
rotan. Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada batang-batang pohon, dan tidak
merugikan pohon tersebut, contoh: Anggrek, paku Sarang Burung.

Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari hidup hewan-hewan
yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi dan
daerah dasar hidup hewan-hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada
malam hari, misalnya: burung hantu, babi hutan, kucing hutan, macan tutul dll.

Bioma Gurun
Bioma gurun terletak dibelahan bumi sekitar 20-30 Lintang Utara dan Lintang
Selatan.Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara,
Australia dan Asia Barat.Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di
Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.

Ciri-ciri;

Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun.

Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.

Kelembaban udara sangat rendah.

Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siangdapat mencapai 45 C,
malam dapat turun sampai 0 C).

Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.


Lingkungan biotik;

Flora: Bentang alam gurun didominasi oleh vegetasi rendah yang terserak luas, proporsi
lahan guldulnya lebih tinggi dibandingkan dengan bioma darat lain. Vegetasi di daerah
gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai belukar akasia yang
berduri.

Fauna: hewan besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu menyimpan air,
misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil misalnya kadal, ular, tikus, semut,
umumnya hanya aktif hidup pada pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada
lubang-lubang.

Bioma Padang Rumput


Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah
beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia dan
Indonesia ( Sumbawa )

Ciri-ciri:

Curah hujan antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya
dapat mencapai 100 cm/tahun.

Suhu musim dingin bisa turun -10C, sedangkan pada musim panas seringkali mendekati
30 dan menyengat.

Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.

Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang
baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.

Lingkungan biotik:

Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan porositas dan drainase
kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput,
tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput.
Nama padang rumput bermacam-macam seperti veldt di Afrika Selatan, puszta di
Hungaria, pampas di Argentina dan Uruguay, steppe di Rusia, dan prairie di Amerika
Utara bagian.

Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba
dan kanguru diAustralia, zebra, dll. Karnivora: singa, srigala, anjing liar, cheetah, dll.

Bioma Hutan Gugur


Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-daunnya
meranggas.Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili.
Ciri-ciri:

Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 - 200 cm/tahun.


Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi.

Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis.

Suhu di musim dingin berkisar antara 0C dan di musim panas dengan suhu maksimal
sekitar 35C, menyengat dan lembab.

Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi,
demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan kelembaban.Kondisi ini menyebabkan
pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena
dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya.Konsumen yang ada di daerah ini adalah serangga,
burung, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang.
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, suhu mulai
turun.Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya
gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan
fotosentesis. Sedangkan hewan yang menghuni pada umumnya adalah Rusa, Beruang, Raccon,
Rubah, Bajing, dan Burung Pelatuk.Banyak hewan mamalia hutan gugur juga memasuki
keadaan dorman musim dingin yang disebut hibernasi, dan beberapa spesies burung melakukan
migrasi ke wilayah dengan iklim yang lebih hangat. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi
(tidur pada musim dingin).Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai
berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.

Bioma Savana
Padang rumput tropis seringkali merujuk kepada saana. Bioma sabana hangat sepanjang
tahun, berkisar 24-29oC, namun dengan variasi yang lebih musiman daripada di hutan tropis.
Rumput dan pohon yang terpencar-pencar merupakan tumbuhan yang dominan.
Pepohonan yang ditemukan di sabana seringkali berduri dan berdaun kecil, yang merupakan
bentuk adaptasi dari kondisi yang relatif kering.Pertumbuhan rumput-rumputan
dan forb (tumbuhan kecil berdaun lebar) yang sangat cepat selama musim hujan menyediakan
sumber makanan yang banyak bagi hewan. Akan tetapi, mamalia pemakan rumput besar harus
bermigrasi ke padang rumput yang lebih hijau dan menyebar mencari sumber air selama periode
musim kemarau. Beberapa jenis hewan yang hidup di daerah savana diantaranya kuda, zebra,
macan tutul, singa, anjing hutan, dll.Sedangkan tumbuhan yang hidup disini diantaranya rumput
dan eukaliptus. Bioma sabana ini terdapat di Amerika Selatan, Afrika Timur dan sebagian
wilayah Indonesia

Bioma Taiga
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti di
daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada.
Ciri-ciri :

Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi, pada musim panas
suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.

Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6
bulan.

Lingkungan biotik :
Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah
Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya
nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut
hutan homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin
dengan suhu sangat rendah.

Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, serigala dan burung-
burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan
seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.

Bioma Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga iklimnya adalah iklim
kutub.Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut
kerak, vegetasi lainnya adalahrumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.
Ciri-ciri:

Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat
berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.

Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami
pertumbuhan.

Fauna khas bioma tundra adalah "Muskoxem" (bison berhulu tebal) dan
Reindeer/Caribou (rusa kutub), beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat
hitam.

Bioma tundra arktik memiliki curah hujan sekitar 20 - 60 cm per tahun.

Suhu rata-rata di musim dingi di bawah -30 oC, sedangkan di musim panas hanya
mencapai 10oC.

b. Ekosistem Air Tawar


Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang ada di dalam air
tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup di dalam air tersebut dan lingkungan air
tawar itu sendiri.Ekosistem air tawar sering dikatakan juga sebagai perairan darat.
Ciri-ciri ekosistem air tawar dapat dijelaskan sebagai berikut :

Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan dengan sitoplasma.

Adanya aliran air (arus), hal ini amat menentukan distribusi gas yang vital, garam
mineral dan organisme kecil.

Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.

Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.

Ekosistem air tawar tetap dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, meskipun pengaruh tersebut
relatif kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem darat.
Perubahan ketinggian air terlihat nyata sekali , misalnya pada waktu musim hujan air
sungainya tinggi (berlimpah) dan musim kemarau terlihat sedikit (kekeringan).

Kadar oksigen terlarut pada ekosistem air tawar relatif lebih tinggi.

Intensitas cahaya yang diterima pada ekosistem air tawar cukup tinggi, walaupun karena
berbagai faktor penetrasi cahaya matahari ke dalam air agak berkurang.

Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya adalah
tumbuhan biji.

Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Gerak Airnya

Berdasarkan gerak airnya, ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi ekosistem lentik
dan lotik :

Ekosistem Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau diam, misalnya: danau,
telaga dan rawa.

Ekosistem Lotik adalah ekosistem yang airnya bergerak mengalir, misalnya: selokan,
parit, atau sungai. Ciri-ciri ekosistem lotik adalah airnya mengalir, merupakan ekosistem
terbuka dari kadar oksigen terlarut relatif tinggi.

Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya ekosistem air tawar dapat digolongkan menjadi:


Danau
Struktur danau umumnya mirip dengan struktur laut.Bagian dasar danau yang dangkal
disebut zona litoral, sedangkan bagian danau yang terbuka disebut zona limnetik.Selain dibagi
secara horizontal, sturuktur danau juga di bagi secara vertikal menjadi zona fotik (cahaya
matahari masih bisa berpenetrasi) dan zona amfotik (cahaya matahari sudah tidak bisa
berpenetrasi).
Organisme di danau antara lain tumbuhan air dan ganggang sebagai organisme
fotosintesis, dan juga zooplankton, berbagai jenis cacing, kerang serangga, dan ikan.
Lahan basah
Lahan basah disebut juga wet land, adalah suatu yang digenangi oleh air sehingga
kondisinya menyokong untuk kehidupan berbagai jenis organisme akuatik. Lahan basah bisa
dibedakan menjadi rawa (marsh), rawa lumpur (swamp), dan tanah gambut (bog). Rawa
memiliki ciri : tidak terdapat banyak pohon, airnya mengalir dengan kecepatan sedang, dan
terhubung dengan danau atau aliran sungai. Rawa lumpur memiliki ciri : didominasi oleh pohon
dan semak-semak. Lahan gambut memiliki ciri : airnya hampir tidak mengalir sama sekali, pH
air asam, dan miskin O2 dan N2.
Sungai
Sungai adalah badan air yang bergerak terus-menerus menuju satu arah.Air sungai di
bagian hilir terasa lebih hangat dibandingkan bagian hulu sungai.Organisme fotosintetik jarang
ditemukan pada sungai di bagian hulu. Walaupun kandungan materi organiknya rendah, kadar
oksigen di hulu sungai tinggi.

c. Ekosistem Air Laut


Ekosistem air laut merupakan sumber daya hayati dan non hayati.Lebih kurang 70% dari
permukaan bumi tertutup oleh laut. Wilayah indonesia yang terdiri atas lebih dari 13000 pulau,
dikelilingi oleh laut. Ilmu yang mempelajari ekosistem air laut disebut oceanologi.
Adapun ciri-ciri dari ekosistem air laut adalah:

Salinitas tinggi terutama di daerah tropis, sedangkan di daerah dingin salinitasnya


rendah.

Mineral air laut 75% berupa NaCl (garam dapur).

Pada kedalaman 200 m, suhu air laut dari kutub sampai khatulistiwa berkisar 0C - 20
C.

Pada bagian yang lebih dalam, hampir tidak ada perbedaan suhu.

Jumlah energi cahaya yang diterima air laut dipergunakan untuk fotosintesis organisme
autotrofik.

Aliran air laut menyebarkan senyawa kimia yang diperlukan organisme yang hidup di
laut, serta mempengaruhi suhu dan kadar garam.

Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya ekosistem air laut dapat di bedakan menjadi lautan, pantai,
estuari, dan terumbu karang.
Lautan
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
Didaerah tropik, suhu laut sekitar 25C.Perbedaan suhu bagianatas dan bawah tinggi.Batas
antara lapisan air yang panas dibagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut
daerah termoklin.
Ekosistem air laut dapat dibagi-bagi dalam kelompokmenurut berbagai cara, salah satu
cara adalah denganmembedakan ekosistem air laut menjadi 3 daerah lautan.
1. Lautan terbuka
2. Kedalaman laut ( laut dalam )
3. Laut lepas pantai

Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan.Bentuk-bentuk
pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses yang ada di wilayah tersebut
seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang,
arus dan angin yang berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai.
Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungaidengan laut.Estuari sering dipagari
oleh lempengan lumpurintertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara
bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian
dengan pasang surutainya. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa
garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang,
kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari
sebagai tempat kawin atau bermigras iuntuk menuju habitat air tawar.Estuari juga merupakan
tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
Terumbu karang
Terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh
biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur,
bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, crustasea,
echinodermata,polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di
perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton. Pertumbuhan terumbu
karang dibatasi oleh bebera pafaktor seperti suhu, salinitas, cahaya, kedalaman, gelombangdan
arus.Fungsi dari terumbu karang sendiri adalah untuk tempat asuhan, mencari makan, dan
pemijahan ikan.

Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Intensitas CahayaYang Diterima

1. Fotik : daerah yang masih mendapat sinar matahari


2. Afotik : daerah yang tidak mendapat sinar matahari Ekosistem laut secara fisik
3. Daerah Literal : daerah yang berbatasan dengan darat
4. Daerah Neritik : daerah yang dalam 200m dari permukaan laut, masih tembus
cahaya matahari.
5. Daerah Batial : daerah yang kedalamannya mencapai 200-1500m dari permukaan
laut, sedikit cahaya matahari.
6. Daerah Abisal ; daerah yang kedalamannya lebih dari 1500m dari permukaan air
laut, tidak tembus cahaya matahari.

d. Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai dibedakan atas tumbuhan yang cocok untuk habitat tertentu atau formasi.
Pemberian nama berdasarkan tumbuhan yang paling banyak terdapat di daerah tersebut.
1. Ekosistem Binaan Manusia ( Buatan )
Ekosistem binaan atau ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya (Aryulina D, 2004:211-215). Ekosistem buatan atau binaan
merupakan lingkungan yang diciptakan manusia untuk berbagai keperluan.Manusia harus terus-
menerus mengelola dan mengembangkan lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhan. Contoh
ekosisem binaan itu adalah kolam, aquarium, waduk, sawah, ladang, dan taman. Pada umumnya,
ekosistem buatan mempunyai komponen biotik sesuai dengan yang diinginkan
pembuatnya.Terhadap lingkungan binaan tersebut, manusia senantiasa berupaya
mengaturnya.Interaksi alami hampir terkendali.Di dalam ekosistem pertanian misalnya, serangga
yang memakan tanaman dikendalikan dengan memberantasnya dengan menggunakan
insektisida. contohnya ekosistem sawah, yang hanya ada padi, rumput, ular, dan atau hewan
maupun tumbuhan lain dimana jenis organisme yang ada di dalamnya hanya sedikit.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem

Penyebab perubahan ekosistem, antara lain:


1. Gangguan Alam
Misalnya banjir, tanah longsor, kekeringan, gunung meletus dan sebagainya.
2. Tindakan Manusia
Dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tindakan positif terhadap Ekosistem
1. Reboisasi, dengan tujuan mencegah erosi dan banjir
2. Pembuatan Paru-paru Kota, yang bertujuan untuk sebagai sumber oksigen dan
mengurangi polusi
3. Membuat sengkedan
4. Pemupukan secara teratur, bertujuan untuk menyuburkan tanaman dan mencukupi
kebutuhan mineral pada tanah
b. Tindakan Negatif terhadap Ekosistem
1. Penebangan hutan secara sembarangan
2. Perburuan secara liar
3. Penggunaan Pestisida yang berlebihan

5. Perubahan Ekosistem

Ekosistem yang berada dalam keadaan dynamic equilibrium state mempunyai resistensi atau
daya dukung lingkungan yang tinggi. Ekosistem yang demikian kedap terhadap tekanan
perubahan lingkungan. Akan tetapi bila tekanan perubahan lingkungan melebihi daya dukung
lingkungan akan menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem.
Perubahan ekosistem menyangkut perubahan aspek struktural dan fungsional ekosistem.
Perubahan aspek struktural ekosistem menyangkut perubahan susunan komunitasnya terutama
diversitas (keragaman) flora dan faunanya. Perubahan fungsional ekosistem menyangkut
perubahan aspek produktivitasnya. Perubahan aspek struktural dan fungsional ekosistem
menurunkan kualitas daya dukung lingkungan. Pengendalian terhadap penurunan daya dukung
lingkungan merupakan konsekuensi logis setiap upaya pembangunan.
Soemarwoto, (1991) menyatakan bahwa pembangunan di bidang apa saja semestinya bertujuan
untuk menaikan kualitas hidup. Melalui strategi ekologi pembangunan dapat diarahkan untuk
merubah keseimbangan ekosistem binaan, sehingga dapat dilakukan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).

BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP ENERGI DALAM EKOSISTEM


Thermodiamika Kajian mengenai panas dan aliran panas dari satu tempat ke tempat lain yang
di kendalikan oleh hukum-hukum thermodiamika.
Hukum I (Konservasi) Energi dapat diubah dari satu tipe menjadi lain, tetapi ia tidak pernah di
ciptakan / dirusak.
Hukum II (Efisiensi, entropi) tidak ada proses yang melibatkan suatu perubahan energi secara
spontan terjadi kecuali kalau terdapat degradasi energi dari bentuk terpusat menjadi bentuk
terpencar (whenever energy is changed ftom one from to another, there is always a loss of
usable energy).
Perilaku energy dalam ekosistem dapat diistilahkan sebagai arus energy, karena transformasi
energi berlangsung satu arah. Arus energi berkurang pada setiap tahap.
Produksi primer : 6CO2+12 H2O C6H1206+6O2+6H20

CO2 kadarnya tetap sekitar 0.03-0.04% di udara (anthropogenic increase) (CO2 jarang
membatasi laju fotosinthesis,biasanya di batasi oleh ketersediaan cahaya / air)
Produktivitas : jumlah energi yang di bentuk oleh invidu, populasi / komunitas per satuan area /
waktu (kcal m-2yr-1).
Produktivitas primer : produktivitas oleh autotrof-(biasanya dibatasi oleh temperatur, N,P /
H20.sangat berkaitan dengan leaf area index).
Respirasi (R) salah satu cara berubah energi potensial menjadi energi kinetik dan kerja
(pertumbuhan, perawatan,dll).panas selalu dihasilkan ke dalam sistem (2nd law).
Groos Primary Productivity (GPP) energi yang dihasilkan perunit area dan waktu dalam
fotosintesis sebelum R.
Net Primary Productivity (NPP=GPP-R) Pertumbuhan tanaman dalam pengertian energi
Produksi Sekunder
Produktivitas sekunder / konsumer produktivitas yang dilakukan oleh organisma konsumer
(heterototroph).
Budget energi oleh konsumer (atau populasi konsumer):
E.production = E.ingested E.respiration E.feces E.urine
Aliran energi dan efesiensinya
Energi dialirkan melalui berbagai tingkat makanan (trophic levels)
Efesiensi pemindahan : 10 %

Rantai Makanan : peralihan energi makanan dari sumbernya di ototrof (tumbuhan) melalui
sederetan organisme yang mengkonsumsi dan dikonsumsi.
Energi yang mengalir melalui suatu tingkat trofik setara dengan assimilasi total (A) pada tingkat
tersebut, atau setara dengan produksi biomassa dan materi materi organik (P) di tambah respirasi
(R).
Rantai Makanan terdiri dari 2 tipe dasar yaitu :
a. Rantai Makanan grasing
b. Rantai Makanan detritus
Pola keterkaitan rantai makanan yang satu dengan yang lainnya disebut sebagai jaring makanan.
Siatu ekosistem akan memiliki struktur trofik dengan karakteristik yang tertentu.
Struktur trofik dan fungsi trofik dapat di gambarkan secara grafikal oleh piramida ekologi.
Piramida ekologi dapat di gambarkan dalam 3 tipe :
a. Piramida jumlah
b. Piramida biomassa
c. Piramida energi
Piramida Biomassa
Pada tiap tingkat di atasnya terdapat :
- Ukuran organisma yang lebih besar
- Lebih sedikit jumlah individu
- Biomassa total lebih sedikit

BAB II
PEMBAHASAN

DAUR BIOKIMIA

2. Pengertian Siklus Biokimia


Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur
terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan Materi dasar makhluk hidup dan tak hidup.
Siklus biogeokimia atau siklus organic anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-
unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi jugs melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus
air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur.

3. Jenis-jenis Daur Biokimia


Siklus Nitrogen
Atmosfer mengandung lebih kurang 80% atom nitrogen dalam bentuk gas nitrogen (N2).
Di dalam organisme, nitrogen ditemukan dalam semua asam amino yang merupakan penyusun
protein. Bagi tumbuhan, nitrogen tersedia dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) yang
masuk ke dalam tanah melalui air hujan dan pengendapan debu-debu halus atau butiran lainnya.
Beberapa tumbuhan, seperti seperti Bromeliaceae epifit yang ditemukan di hutan hujan
tropis, memiliki akar udara yang dapat mengambil NH4+ dan NO3- secaralangsung dari atmosfer.
Jalur lain penambahan nitrogen dalam ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen (nitrogen
fixation). Fiksasi nitrogen merupakan proses perubahan gas nitrogen (N2) menjadi mineral yang
digunakan untuk mensintesis senyawa organik seperti asam amino. Nitrogen difiksasi oleh
bakteri Rhizobium, Azotobacter, dan Clostridium yang hidup bebas dalam tanah. Selain dari
sumber alami, sekarang ini fiksasi nitrogen dibuat secara industri yang digunakan sebagai pupuk.
Pupuk bernitrogen ini memberikan sumbangan utama dalam siklus nitrogen di suatu ekosistem
akibat kegiatan pertanian.
Meskipun tumbuhan dapat menggunakan amonium secara langsung, tetapi sebagian besar
amonium dalam tanah digunakan oleh bakteri aerob tertentu sebagai sumber energi. Aktivitas ini
mengubah amonium menjadi nitrat (NO3-) kemudian menjadi nitrit (NO2-). Proses ini disebut
nitrifikasi. Nitrat yang dibebaskan bakteri ini kemudian diubah oleh tumbuhan menjadi bentuk
organik, seperti asam amino dan protein. Beberapa hewan akan mengasimilasi nitrogen
organik dengan cara memakan tumbuhan atau hewan lain. Pada kondisi tanpa oksigen (anaerob),
beberapa bakteri dapat memperoleh oksigen untuk metabolisme dari senyawa nitrat. Proses ini
disebut denitrifikasi. Akibat proses ini, beberapa nitrat diubah menjadi N2 yang kembali
ke atmosfer. Perombakan dan penguraian nitrogen organik kembali menjadi amonium yang
disebut amonifi kasi dilakukan oleh bakteri dan jamur pengurai. Proses-proses tersebut akan
mendaur ulang sejumlah besar nitrogen di dalam tanah.

2. Siklus Fosfor
Keberadaan fosfor pada organisme hidup sangat kecil, tetapi peranannya sangat
diperlukan. Atom fosfor hanya ditemukan dalam bentuk senyawa fosfat (PO43-). Fosfat diserap
oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik. Fosfor banyak dikandung oleh
asam nukleat, yaitu bahan yang menyimpan dan mentranslasikan sandi genetik. Atom fosfor juga
merupakan dasar bagi ATP (Adenosine Tri Phospat) berenergi tinggi yang digunakan untuk
respirasi seluler dan fotosintesis. Selain itu merupakan salah satu mineral penyusun tulang dan
gigi.
Fosfor merupakan komponen yang sangat langka dalam organisme tak hidup.
Produktivitas ekosistem darat dapat ditingkatkan jika fosfor dalam tanah ditingkatkan. Peristiwa
pelapukan batuan oleh fosfat akan menambah kandungan fosfat di dalam tanah. Contohnya
adalah akibat hujan asam. Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam bentuk biologis,
fosfor dipindahkan ke konsumen dalam bentuk organik. Setelah itu, fosfor ditambahkan kembali
ke tanah melalui ekskresi fosfat oleh hewan dan bekteri penguarai detritus.
Humus dan partikel tanah mengikat fosfat sedemikian rupa, sehingga siklus fosfor
terlokalisir dalam ekosistem. Namun, fosfor dapat dengan mudah terbawa aliran air yang pada
akhirnya terkumpul di laut. Erosi yang terjadi akan mempercepat pengurasan fosfat di samping
pelapukan batuan yang sejalan dengan hilangnya fosfat.
Fosfat yang berada di lautan secara perlahan terkumpul dalam endapan yang kemudian
tergabung dalam batuan. Ketika permukaan air laut mengalami penurunan atau dasar laut
mengalami kenaikan, batuan yang mengandung fosfor ini menjadi bagian dari ekosistem darat.
Dengan demikian, fosfat mengalami siklus di antara tanah, tumbuhan, dan konsumen dalam
waktu tertentu.

3. Siklus karbon dan oksigen


Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara
berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap
pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan
menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.
Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam
tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di
udara. Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon
dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri
mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz
yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang
dengan jumlah C02 di air.

4. Siklus hidrologi
Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di
atmosfir, tanah dan badan-badan air yang tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar mataharibmerupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai
presipitasi dalam bentuk air, es, atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi
dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman
sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu
dalam tiga cara yang berbeda:
a. Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celahcelah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi
kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga
air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
c. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama
dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai
bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan
disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang
tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan
mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponenkomponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai
(DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan
tempatnya.
BAB II
PEMBAHASAN

FAKTOR PEMBATAS

A. Pengertian faktor pembatas dalam ruang lingkup ekologi


Suatu organisme di dalam perkembangan dan pertumbuhannya akan ditentukan oleh bahan atau
faktor penting yang ditemukan dalam keadaan minimum, faktor inilah yang disebut faktor
pembatas. Tumbuhan dan juga hewan dalam ekosistem membentuk bagian hidup atau komponen
biotik, komponen ini akan bertoleransi terhadap kondisi lingkungan tertentu. Tidak ada
organisasi hidup dalam hal ini berada dalam keadaan yang berdiri sendiri, sehingga setiap
orgsnisme harus mempunyai kondisi-kondisi lingkungan yang menentukan kehidupannya
(Champbell, 2000).

B. Hukum Toleransi Shelford


Faktor pembatas yang terlalu banyak bersifat membatasi, misalnya air, panas dan
sinar.Kisaran diantara batas maksimum dan minimum ekologi suatu organisme disebut batas-
batas toleransi. Konsep pengaruh yang membatasi dari keadaan maksimum dan minimum telah
digambarkan dalam hukum toleransi oleh V.E. Shelford pada tahun1913 Kehadiran dan
keberhasilan sesuatu organisme tergantung kepada lengkapnya kompleks-kompleks keadaan.
Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan
secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati
batas-batas tolerasi organisme tersebut (Eugene P. Odum, 1993).
Batas toleransi memungkinkan semua keperluan fisik suatu organism tersedia dengan
baik. Pengkajian pada batas toleransi berguna untuk mengetahui batas-batas tumbuhan dan
binatang ditemukan sehingga dapat membantu memahami penyebaran organisme di alam
(RA.Hutagalung, 2010).
a. Faktor Kompensasi dan Ekotipe
Organisme menyesuaikan diri dan mengubah lingkungn fisik sedemikian rupa untuk
mengurangi pengaruhpengaruh yang membatasi dari temperature, sinar, air dan keadaan-
keadaan fisik lainnya untuk kehadirannya. Faktor kompensasi demikian terutama efektif pada
tingkat komunitas dari organisasinya, tapi juga dalam jenis.Jenis dengan kisaran geografi yang
luas hampir selalu membentuk populasi yang menyesuaikan diri secara setempat disebut ekotipe
yang mempunyai optima dan batas-batas toleransi disesuaikan terhadap keadaan setempat
(Soeraatmadja, 1987).
7 Faktor kompensasi dalam gradient setempat atau musiman dapat juga melibatkan ras-ras
genetic tetapi sering dicapai oleh penyesuaian secara fisiologi dalam fungsi-fungsi organ atau
oleh pengalihan dalam hubungan-hubungan enzim-substrat pada tingkat sel.
Faktor kompensasi paling sering dicapai oleh penggantian jenis di dalam gradient
lingkungan pada tingkat komunitas (Soeraatmadja, 1987).
Organisme menyesuaikan diri dan mengubah lingkungn fisik sedemikian rupa untuk
mengurangi pengaruhpengaruh yang membatasi dari temperature, sinar, air dan keadaan-
keadaan fisik lainnya untuk kehadirannya. Faktor kompensasi demikian terutama efektif pada
tingkat komunitas dari organisasinya, tapi juga dalam jenis.Jenis dengan kisaran geografi yang
luas hampir selalu membentuk populasi yang menyesuaikan diri secara setempat disebut ekotipe
yang

b. konsep gabungan factor pembatas


mempunyai optima dan batas-batas toleransi disesuaikan terhadap keadaan setempat
Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme atau golongan organisme-organieme tergantung
kepada kompleks keadaan. Keadaan manapun yang mendekati atau melampaui batas-batas
toleransi dinamakan sebagai membatasi atau faktor pembatas. Konsep lebih umum yang dapat
dicapai dengan menggabungkan gagasan minimum dan batas toleransi berguna untuk
menentukan faktor-faktor pembatas sehingga dapat diketahui organisme-organisme di alam
dikendalikan oleh:
1) Jumlah dan keragaman material untuk suatu kebutuhan minimum dan faktor-faktor fisik yang
membatasi.
2) Batas-batas toleransi organism sendiri terhadap keadaan tersebut dan komponen-komponen
lainnya. (Eugene P. Odum, 1993).
Hubungan lingkungan antar organisme cenderung rumit, sehingga semua faktor yang
mungkin adalah sama pentingnya dalam situasi tertentu. Jika suatu organisme mempunyai batas
toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dalam jumlah sedang di
lingkungannya, maka faktor itu tidak mungkin membatasi. Sebaliknya jika suatu organisme
memiliki batas-batas toleransi tertentu untuk faktor yang beragam di lingkungannya maka faktor
itu harus dikaji lebih cermat karena mungkin membatasi (RA.Hutagalung, 2010).8Penggabungan
konsep hukum minimum dan toleransi dapat digunakan untuk memahami konsep faktor
pembatas. Faktor pembatas dapat diartikan sebagai keadaan yang mendekati atau melampaui
ambang batas toleransi suatu kondisi. Faktor pembatas suatu organisme mencakup kisaran
minimum atau maksimum dari faktor-faktor abiotik suatu ekosistem.Organisme dengan kisaran
toleransi yang lebar (eury) terhadap faktor abiotik X yang relatif konstan bukan merupakan
faktor pembatas, sehingga organisme tersebut dapat hadir dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bagi organisme dengan toleransi yang sempit (steno) terhadap faktor abiotik (Y) yang selalu
berubah akan menjadi faktor pembatas sehingga akan hadir dalam jumlah sedikit (RA.
Hutagalung, 2010). Pokok perhatian pada konsep gabungan factor pembatas adalah untuk
menemukan factor yang secara operasional nyata bagi organisme pada sementara waktu selama
daur hidupnya. Kajian analisis lingkungan mengenai factor tersebut memiliki tujuan yaitu :
1) Menemukan faktor-faktor mana yang secara operasional nyata dengan cara pengamatan,
analisis, maupun percobaan.
2) Menentukan bagaimana factor-faktor itu membawa pengaruhnya terhadap individu, populasi,
atau komunitas, apabila hal itu memungkinkan. (Eugene P. Odum, 1993).

c. Syarat Kehadiran
sebagai Faktor Pengatur Semua keadaan atau syarat fisik untuk kehidupan tidak hanya
merupakan faktor pembatas perusak, tetapi juga faktor pengatur menguntungkan bagi organisme
yang telah menyesuaikan diri untuk menanggapi faktor-faktor tersebut, sehingga komunitas dan
organisme mencapai homeostatis semaksimum mungkin dibawah keadaan atau syarat tersebut
(Champbell, 2000). Organisme tidak hanya beradaptasi terhadap lingkungan fisik dalam arti
mentoleransinya tetapi juga memanfaatkan periodisitas alam dalam lingkungan fisik untuk
mengatur waktu kegiatan dan memprogram riwayat hidupnya sedemikian rupa sehingga
memperoleh keuntungan dari keadaan yang meguntungkan.Interaksi antar organism dan seleksi
alam secara timbale balik antar jenis membuat seluruh komunitas menjadi terprogram untuk
tanggap terhadap ritme musiman dan lain-lain (RA.Hutagalung, 2010).

f. Faktor-faktor Fisik sebagai Faktor Pembatas


1. Temperatur
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu organisme.Suhu berperan dalam mengontrol proses-proses metabolisme dalam
tubuh serta berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya terutama suplai air.Organisme dapat
hidup pada suhu sampai 300oC dengan kisaran suhu 200 sampai 100 oC.Akan tetapi
kebanyakan organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu yang lebih sempit (Eugene P.
Odum, 1993).Batas atas (maksimum) pada umumnya lebih kritis atau lebih membahayakan
kehidupan organisme dari pada batas bawah (minimum).Pada ekosistem perairan, variasi suhu
lebih sempit dari pada ekosistem darat. Oleh karena itu, biasanya organisme perairan
mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu lebih sempit dari pada organisme darat, misalnya
alga air dan alga darat, invertebrata air dan darat seperti serangga (Eugene P. Odum, 1993).

2. Cahaya Matahari
Cahaya Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena sebagai
sumber energi utama bagi seluruh ekosistem.Struktur dan fungsi dari suatu ekosistem sangat
ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai pada ekosistem tersebut.Cahaya matahari, baik
dalam jumlah sedikit maupun banyak dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme tertentu.
Cahaya matahari mempunyai dua fungsi yang saling berlawanan, di satu pihak radiasi cahaya
matahari menguntungkan karena sebagai sumber energi bagi proses fotosintesis. Radiasi cahaya
matahari juga merugikan karena cahaya matahari langsung akan merusak atau membunuh
protoplasma (RA. Hutagalung, 2010). Kehidupan organisme dari segi ekologi yang penting
adalah kualitas sinar radiasi (panjang gelombang dan warna) dan intensitas cahaya (lama
penyinaran), karena laju fotosintesa akan bervariasi sesuai dengan perbedaan panjang
gelombang yang ada. Sinar merah dan biru disaring oleh komponen air dan menghasilkan sinar
hijau yang sukar sekali diabsorbsi oleh klorofil.Intensitas cahaya matahari berpengaruh langsung
terhadap laju fotosintesis. Penurunan tingkat kejenuhan sinar akan diikuti dengan penurunan
intensitas cahaya (RA. Hutagalung, 2010).
3. Air
Air merupakan kebutuhan fisiologi untuk semua protoplasma.
Air dari segi ekologi merupakan faktor pembatas utama pada lingkungan darat atau di
lingkungan perairan, dimana jumlahnya merupakan sasaran dari fluktuasi besar embunan dan
dimana salinitas tinggi sehingga membantu hilangnya air dari organisme oleh osmosis. Curah
hujan, kelembapan, kakas penguapan dari udara, dan suplai air permukaan yang tersedia
merupakan faktor-faktor pokok yang diukur. Air sebagai faktor lingkungan yang sangat penting
di dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan dapat berubah-ubah karena proses sirkulasi. Siklus
air dibumi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tawar pada setiap ekosistem yang pada
akhirnya akan menentukan jumlah keragaman organisme yang dapat hidup dalam ekosistem
tersebut. (Eugene P. Odum, 1993).

4. Temperatur dan Kelembapan


Kelembapan adalah jumlah uap air di udara. Jumlah uap air yang dapat disimpan udara
pada kejenuhan tertentu bervariasi berdasarkan temperatur dan tekanan. Kelembapan mutlak
adalah sejumlah air dalam udara misalnya gram per kilogram udara. Kelembapan nisbi
merupakan presentase uap air yang ada sebenarnya dibandingkan dengan kejenuhan di bawah
temperatur tekanan yang ada (Eugene P. Odum, 1993).Temperatur dan kelembapan umumnya
penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya berhubungan sehingga diakui sebagai
bagian paling penting dari iklim. Interaksi antara temperatur dan kelembapan, seperti pada kasus
interaksi kebanyakan factor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap factor.
Temperatur memberikan efek membatasi lebih hebat terhadap orgnanisme apabila keadaan
kelembapan pada kondisi ekstrim demikian juga sebaliknya kelembapan memainkan peranan
yang lebih penting saat keadaan temperatur ekstrim.Klasifikasi tipe iklim didasarkan pada indeks
temperature kelembapan berhubungan baik dengan mintakat tanaman dan mintakat vegetative
umum (Eugene P. Odum, 1993).

5. Gas-gas Atmosfir
Keanekaragaman yang sangat besar terjadi di atmosfir sebagai bagian utama dari biosfir
yang homeostatic. Konsentrasi karbon dioksida dan oksigen agak menjadi faktor pembatas bagi
banyak tumbuhan tingkat tinggi.Fotosintesis pada banyak tumbuhan dapat ditingkatkan oleh
kenaikan karbon dioksida yang sedang saja. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh turunnya
konsentrasi oksigen yang menyebabkan meningkatkan laju fotosintesis (Eugene P. Odum, 1993).
Garam-garam Biogenik: Haramakro dan Haramikro
Garam-garam biogenic adalah garam- garam larut yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan.
Unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang diperlukan dalam jumlah yang relatif tinggi disebut
sebagai haramakro, sedangkan cunsur-unsur langka di alam yang diperlukan dalam jumlah
sangat sedikit disebut haramikro. Haramikro sering kali digunakan sebagai komponen enzim
yang penting. Ketersediaan haramikro yang langka di alam menjadikan haramikro mempunyai
nilai sebagai faktor pembatas (RA.Hutagalung, 2010). Haramikro terdiri dari besi, mangan,
tembaga, seng, boron, silicon, molybdenum, khlor, vanadium dan kobalt. Haramikro dapat
disusun dalam tiga kelompok berdasarkan penggunaannya yaitu:
1) Haramikro yang diperlukan untuk fotosintesis: Mn, Fe, Cl, Zn dan V.
2) Haramikro yang diperlukan untuk metabolisme nitrogen: Mo, B, Co dan Fe.
3) Haramikro yang diperlukan untuk proses metabolik lain: Mn, B, Co, Cu dan Si.
(Eugene P. Odum, 1993).
Kebanyakan unsur tersebut, baik haramakro maupun haramiko juga diperlukan oleh binatang.
Haramakro dan haramikro dibutuhkan dalam jumlah yang tidak sama untuk semua golongan
organism. Banyak dari haramikro yang bertindak menyerupai vitamin sebagai
katalisator.Logam-logam langka haramikro juga sering bergabung dengan senyawa organik
membentuk metallo-activator seperti kobalt yang merupakan unsure penting vitamin B12
(Eugene P. Odum, 1993). Tumbuhan terutama membutuhkan berbagai ragam garam-garam
biogenik, beberapa dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan
tetapi semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terrestrial, garam biogenik merupakan faktor
pembatas yang penting bagi produktivitas.Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika
suatu garam biogenik spesifik atau garam biogenik tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah
yang mencukupi.Garam biogenik yang demikian disebut garam biogenik pembatas.Pada banyak
ekosistem nitrogen dan fosfor merupakan garam biogenik pembatas utama (RA.Hutagalung,
2010).
6. Arus dan Tekanan
Arus air tidak hanya mempengaruhi konsentrasi gas dalam air, tetapi juga secara langsung
sebagai faktor pembatas. Misalnya perbedaan organisme sungai dan danau sering disebabkan
oleh arus yang deras pada sungai. Tumbuhan dan binatang di sungai harus mampu menyesuaikan
diri terhadap arus baik secara morfologis dan fisiologis. Di laut, tekanan air akan bertambah 1
atmosfer pada setiap penurunan kedalaman 10 meter. Pada bagian laut yang paling dalam,
tekanan ini dapat mencapai 1000 atmosfer (RA.Hutagalung, 2010).
7. Tanah
Komponen biotik dan abiotik sangat erat berhubungan dalam tanah, yang berdasarkan
batasannya terdiri dari lapisan kulit bumi yang dilapukkan dengan organisme hidup dan hasil
pembusukannya bercampur aduk. Tanah terdiri dari bahan induk, substrat geologi atau mineral
yang mendasari dibawahnya, dan bahan organik dimana organisme dan produk yang
dihasilkannya bercampur baur dengan butiran-butiran halus dari bahan induk yang terus
berubah.Ruang-ruang antara butiran-butiran di isi gas dan air.Tekstur dan keberagaman tanah
merupakan sifat yang sangat penting dan menentukan sebagian besar ketersediaan hara bagi
tumbuhan dan binatang tanah (Soeraatmadja, 1987).
8. Api sebagai Faktor Ekologi
Api merupakan factor utama yang hampir merupakan bagian dari iklim normal pada
kebanyakan lingkungan darat di dunia ini. Akibatnya komunitas biotic menyesuaikan diri dan
mengimbangi factor ini seperti juga yang dilakukan terhadap temperature atau air. Kegagalan
mengetahui bahwa ekosistem dapat beradaptasi terhadap api menyebabkan banyak kesalahan
penanganan pada sumber daya alam. Api merupakan factor paling penting dalam daerah hutan
dan padang rumput minakat beriklim sedang dan daerah tropic dengan musim kering (Eugene P.
Odum, 1993). Dua tipe ekstrim kebakaran yang sering diperhatikan adalah crown fire yaitu
kebakaran tajuk yang sering kali menghancurkan semua vegetasi dan surface fire yaitu
kebakaran permukaan yang memunyai pengaruh yang sama sekali berbeda. Kebakaran-
kebakaran permukaan melakukan pengaruh selektif dengan lebih membatasi beberapa organism
dan menguntungkan organism lain yang memiliki toleransi tinggi terhadap api. Kebakaran
permukaan ringan juga membantu bakteri dalam memecahkan tubuh tumbuhan lama sehingga
membuat hara mineral lebih cepat tersedia bagi pertumbuhan tumbuhan baru.Kebakaran
permukaan ringan juga membantu mengurangi bahaya kebakaran tajuk yang ganas dengan
mengatur serasah-serasah mudah terbakar dalam jumlah minimum (Eugene P. Odum, 1993).
Mikroenvironment Perbedaan-perbedaan regional dalam temperatur, kelembapan dan faktor-
faktor lain adalah penting, tetapi juga perbedaan horizontal dan vertical secara local. Organisme
yang mendiami habitat umum yang sama sebenarnya dapat hidup dibawah keadaan yang sangat
berbeda. Konsep microenvironment merupakan istilah yang relative dapat merujuk pada daerah
lingkungan langsung yang ditumbuhi tusam-tusam atau atau lumut di hutan.Pengkajian pada
lingkungan mikro bersifat kritis dan memperkaya pendekatan pada organism secara sendiri-
sendiri atau komunitas organism tersebut.Binatang-binatang sering kali memanfaatkan gradient
lingkungan untuk mengatur mikroenvironmentnya sendiri dan memeliharanya pada tingkat
konstan (Champbell, 2000).
g. Indikator-indikator Ekologi
Faktor-faktor tertentu sering kali menentukan jenis organisme yang dapat ditemukan di
suatu tempat sehingga dapat diduga jenis lingkungan fisik dari organisme yang ada. Faktor-
faktor ekologi secara tepat juga menggunakan organisme sebagai indikator dalam menjelajahi
keadaan-keadaan baru atau menilai daerah-daerah yang luas.Faktor-faktor ini disebut indikator
ekologi atau indikator biologi (Champbell, 2000). Beberapa pertimbangan penting indikator-
indikator ekologi adalah sebagai berikut:
Pada umumnya jenis steno merupakan indicator yang lebih baik daripada eury untuk
alasan yang jelas.
Jenis besar biasanya merupakan indicator yang lebih baik daripada jenis kecil.
Satu jenis indikator tunggal harus didukung oleh bukti percobaan yang mungkin dan
bukti lapangan yang membuktikan bahwa factor tersebut merupakan factor pembatas.
Banyak hubungan antara jenis, populasi, dan seluruh komunitas sering kali memberikan
indicator yang dapat lebih dipercaya daripada satu jenis indikator tunggal, karena
integrasi keadaan yang lebih baik dicerminkan oleh keseluruhan daripada sebagian.
(Eugene P. Odum, 1993).

BAB II
PEMBAHASAN

PERAIRAN TAWAR
Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat membeku dalam
glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan
aliran.
Perairan tawar kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya
relative rendah atau dapat diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu air tawar mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air
bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan aliran
dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti
danau, kolam, dan rawa.

Perairan Lotik
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yangsecara jelas membedakannya dengan perairan
tergenang. Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan tersebut
mencakup spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga tumbuhan bunga yang khas pada air
mengalir, yang secara tertaur berkembang biak dengan biji. Hewan air mengalir mencakup siput
air tawar, hydroid, lintah, dan larva lalat hitam.
Beberapa corak pentingpada habitat air mengalir atau tepian air, dapat dijelaskan dalam suatu
perbandingan dengan keadaan air tergenang.
1. Pada air mengalir, alirannya sering bergolak-galik, tetapi dalam air tergenag alirannya, kalau
ada, sangat lamban.
2. Dalam air mengalir pelapisan sangat jarang terjadi.
3. Hubungan antara kepekatan air dan suhu tak bersangkut paut karena arus yang bergolak.
4. Pada air mengalir jarang terjadi deoksigenasi. Tetapi pada air tergenang adalah laziim
terjadi.
5. Penumpukan gas seperti karbondioksida dan hidrogensulfida pada air mengalir sangat kecil
atau minimum.
6. Tumbuhan mengakar tak banyak ditemukan di dalam air mengalir karena terganggu oleh
penghanyutan.
7. Plankton tak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Plankton yang lazim ditemukan
adalah diatom dan rotifer.

Perairan lentik
Tubuh air tawar tergenag yang besar tidak terpengaruh oleh perubahan besar dalam suhu. Air
tawar tergenang terdiri dari tiga jenis berdasarkan keadaan haranya, yaitu oligotrofik, yang
miskin hara dan humus. Distrofik, yang miskin hara tetapi kaya humus; dan eutrofik, yang
airnya kaya hara dan humus.
Komponen biotik dalam ekosistem perairan tawar
Tumbuhan air tawar dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Jenis tumbuhan merapung. Mencakup ganggung apung renik Lemna, Wolfia, Salvinia,
tumbuhan selada air, dan eceng gondok.
2. Jenis daun merapung. Tumbuhan ini berakar tetapi tangkai daunnya memanjang sampai ke
permukaan air. Contohnya seperti teratai.
3. Jenis timbul. Tumbuhan ini berakar, sebagian batang mencuat ke atas air. Misalnya, Thypa
dan Phragmites.
4. Jenis terendam. Jenis ini merupakan yang paling khas, seperti Cerathopyllum demersum,

BAB II
PEMBAHASAN

PERAIRAN ESTUARI

1. Pengertian Perairan Estuari


Ekologi estuarin merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara
air sungai dan air laut, sehingga mengakibatkan daerah estuarin ini mempunyai air yang
bersalinitas lebih rendah daripada lautan terbuka. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang
hidup didaerah estuarin tersebut adalah organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang
terbatas didaerah tersebut. Oleh karena itu, umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuarin
relative hanya dapat dihuni oleh bebrapa spesies saja. Pada daerah estuarin ini selain dari turun
naiknya salinitas yang disebabkan oleh air pasang, juga terjadi penurusan salinitas yang bertahap
ketika air dari mulut estuarin (muara sungai) bergerak ke arah sumber mata air ( hulu sungai)
sehingga terdapat wilayah dari flora dan fauna yang hidup di daerah ini.
Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air
di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu
ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang
menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk
di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Selain itu estuarin juga
merupakan bentuk teluk dipantai yang sebagian tertutup, dimana air laut dan air tawar bertemu
dan bercampur.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup
endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan
beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan
osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari
merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata)
dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas
membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi
tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran
muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan
lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah
yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat saat laut
berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh
kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu,
khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk
pencucian alat alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke
lingkungan akuatik.

2. Sifat fisik ekosistem estuarin

Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang
sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin inilah
yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit
dibanding dengan di habitat laut lainnya.
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, aksi ombak dan arus, kekeruhan, oksigen. Yang
pertama adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara definitif, sutu
gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi
bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga
faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu
kekuatan. Tempat perbedaan pasang surut cukup besar, pasang naik mendorong air laut lebih
jauh ke hulu estuaria, mengesre isohaline ke hulu dan pasang surut sebaliknya mengesre
isohaline kehilir. Akibatnya da daerah estuaria yang rezim salinitasnya berubah sesuai dengan
keadaan pasang surut. Juga bias diakibatkan rotasi bumi yang berpengaruh terhadap
membeloknya aliran air, dibelahan bumi utara kekuatan ini membelokan air tawar yang mengalir
keluar kesebelah kanan dan kebalikan untuk daerah disebelah selatan. Perubahan salinitas
musiman didaerah estuaria diakibatkan karena perubahan penguapan atau perubahan aliran air
tawar musiman. Didaerah dimana debit air tawar atau kering dalam setengah waktu dalam
setahun salinitas tinggi akan bergeser ke hulu. Dengan mulainya kenaikan air tawar gradient
salinitas bergeser kehilir ke arah mulut estuaria. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik
tertentu diestuaria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda.
Suhu air yang ada diestuaria lebih bervariasi dari pada di perairan pantai didekatnya. Hal
ini sebagian karena biasanya diestuaria volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih
besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada air estuaria ini mudah cepat panas dan
lebih cepat dingin. Selain itu juga masukan air tawar. Air tawar di sungai atau dikali lebih
dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dari pada air laut. Sungai di daerah beriklim sedang
suhunya lebih rendah dimusim dingin dan lebih tinggi dimusim panas dari pada suhu ar laut
didekatnya. Ketika air tawar masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut, maka akan terjadi
perubahan suhu. Akibatnya suhu perairan estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih
tinggi pada musim panas daripada perairan pantai disekitarnya. Karena air tawar
memperlihatkan kisaran suhu yang yang terbesar, maka apabila seseorang bergerak kehulu
estuaria, kisaran suhu tahuananmenjadi lebih besar. Begitu pula kisaran suhu paling kecil dimana
percampuran air twar minimal. Suhu yang bervariasi secara vertical. Perairan permukaan
mempunyai kisaran yang terbesar, dan perairan lebih dalam kisaran suhunya lebih kecil. Pada
estuaria baji garam, perbeaan suhu vertical ini juga memperlihatkan kenyataan bahwa perairan
permukaan didominasi air tawar, sedangkan perairan yang lebih dalam didominasi atau
seluruhnya terdiri dari air laut.
Aksi ombak dan arus, pada lingungan estuaria dikelilingi daratan pada tiga sisi. Ini
berarti bahwa luas perairan yang ada diatasnya angina dapat bertiup untuk menciptakan ombak
adalah minimal. Paling tidak jika disbanding dengan lautan. Karena ombak bergantung pada luas
perairan terbuka yang diatasnya angina dapat bertiup, berarti pada daerah perairan yang sempit
menghasilkan ombak yang kecil. Arus estuaria dipengaruhi oleh kegiatan pasang surut dan aliran
sungai. Untuk daerah hulu terjadi masukan air tawar yang terus menerus. Sebagian akan
bercampur dengan air laut. Pada akhirnya sebagian besar juga mengalir keluar estuaria. Atau
menguap untuk mengimbangi air berikutnya yang masuk kebagian hulu. Selain itu juga
kekeruhan dimana jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria setidak-tidaknya pada
waktu tertentu dalam setahun air menjadi sangat keruh. Kekerhan terjadi pada saat aliran sungai
maksimum . kekeruhan suatu estuaria mendekati konsentrasi plankton dan atau kecepatan angin.
Pengaruh ekologi utama kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara
mencolok. Hal ini mengakibatkan menurunkan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik
yang mengakibatkan turunya produktivitas. Untuk jumlah oksigen yang masuk kedalam estuaria
bersama-sama dengan kedangkalannya, pengadukannya, dan pencampuran oleh angin biasanya
berarti cukupnya persediaan oksigen. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan
naiknya suhu dan salinitas jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan variasi
parameter.

3. Hewan yang bisa hidup

Daerah estuarin merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-
anaknya bagi beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai
nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu penambahan bahan- bahan organik secara
terus menerus yang berasala dari daerah aliran sungai, perairan estuarin adalah dangkal,
sehingga cukup menerima matahari untuk membantu kehidupan tumbuh-tumbuhan yang sangat
banyak, daerah estuarin merupak tempat yang relative kecil menerima aksi gelombang akibatnya
detritus dapat menumpuk didalamnya, aksi pasang selalu mengaduk-aduk bahan organic yang
berada disekitar tumbuh-tumbuhan.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup
endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan
beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan
osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari
merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata)
dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas
membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Terdapat juga binatang yang dapat kita golongkan kedalam kompenen peralihan,
kedalam kompenen ini termasuk dalam organisme seperti ikan yang melakukan migrasi yang
melewati estuaria dalam perjalananya kedaerah pemijahan baik diair tawar maupun air laut,
contoh umum adalah ikan salem (Salmo, Oncorbyncus) dan Belut laut (Anguilla). Sedangkan
untuk fauna peralihan juga termasuk binatang yang ada di estuaria hanya untuk mencari makan
dan termasuk berbagai burung dan ikan. Organisme estuarin berasal dari binatang laut dan bukan
dari air tawar, karena binatang laut mampu mentolerir penurunan sanilitas yang besar daripada
spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas.
BAB II
PEMBAHASAN

PERAIRAN LAUT

Kehidupan biota laut, dimana pun, selalu dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan.
Factor-faktor tersebut dapat berperan bersama-sama atau satu factor lebih menonjol pengaruhnya
dari yang lain.
Lingkungan laut selalu berubah dan dinamik. Perubahan tersebut akan mengubah intensitas
factor-faktor lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap terhadap
kehidupan di laut adalah:
1. Gerakan air
2. Suhu dan densitas air
3. Salinitas
4. Cahaya
Air laut selalu dalam keadaan bergerak, yang disebabkan oleh angin yang berhembus di
atas permukaannya, pengadukan yang terjadi akibat perbedaan suhu air di dua lapisan,
perbedaan tinggi permukaan laut, pasang-surut dan lain-lain. Gerakan air laut ini dikenal sebagai
arus, gelombang, permukaan massa air (upwelling), tenggelaman massa air (downwelling) dan
sebagainya.
Salinitas air laut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yaitu rembesan dari
kulit bumi dari dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Kadar garam ini tetap
tidak berubah sepanjang massa.
Zat-zat terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya diukur dengan istilah salinitas
dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg.
b. Gas terlarut : CO2, N2, dan O2.
c. Unsure hara : Si, N, dan P.
d. Unsur runut : I, Fe, Mn, Pb, dan Hg
Suhu alami laut berkisar antara suhu di bawah 0 C sampai 33 C. di permukaan laut, air
laut membeku pada suhu -1,9 C. uumumnya ada hubungan tak langsungg antara suhu dan
densitas, karena ada gangguan atom-atom dalam molekul air. Kenaikan suhu menurunkan
densitas air laut dan menambah daya larut air laut.
Cahaya bagi hewan laut mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni
sebagai sumber energy untuk proses fotosintesis tumbuhan yang menjadi tumpuan hidupnya.
Cahaya juga merupakan factor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan
laut.

Zonasi perairan laut


Dari perspektif ekologis, lautan dapat dibagi menjadi daerah neritik di atas paparan
benua (continental shelf) dan kedalaman oseanik yang terletak setelah paparan benua yang
relative dangkal. Bagian neritik yang terletak di lepas pantai disebut zona litoral. Karena arusnya
dan penetrasi sinar matahari penuh akibat kedangkalannya, zona litoral sangat kaya akan hewan
dan tumbuhan. Lebih dekat lagi dengan pantai dari pada zona litoral disebut zona antarpasang
(intertidale zone, zona pasang surut), yang secara periodic tertutup oleh air saat pasang naik dan
terbuka saat pasang surut. Kedalaman-kedalaman laut dibagi menjadi zona pelagic yang kaya
plankton dan zona abisal yang lebih dalam lagi.

Tentang zonasi laut Kimball (1991), menjelaskan bahwa lautan dapat digambarkan dalam
istilah zona, dan banyak persamaan di antara keduanya. Pinggiran laut disebut zona intertidal.
Daerah ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara, dan dii daerah tropic dan subtropik, ada rawa
mangrove dan gosong karang.
Lautan yang relative dangkal dan meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona neritik. Zona
oseanik terdapat di atas lembah lautan.

Kehidupan di LauT

Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya
dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yakni palankton, nekton, dan bentos. Plankton
hidup di zona pelagic dan meengapung, menghanyut, atau berenang sangat lemah. Plankton
terdiri dari fito plankton dan zooplankton. Nekton adalah biota yang berenang-renang, yang
hanya terdiri dari hewan. Sedangkan benthos adalah biota yang hidup di atas atau di dalam dasar
laut, baik itu tumbuhan ataua hewan.
Di laut tumbuhan merupakan produsen yang sesungguhnya. Dari keempat divisi tumbuhan,
hanya ada dua divisi yang dapat ditemukan di laut, yaitu Thallophyta dan Spermatophyta. Kelas
Thallophyta adalah Myxophyceae (alga hijau-biru), Chlorophyceae (alga hijau), Phaephyceae
(alga coklat), Rhodophyceae (alga merah).
BAB II
PEMBAHASAN

Organisme / Individu / Spesies

Organisme
Dalam biologi, organisme adalah setiap sistem kehidupan (seperti binatang, tanaman, jamur,atau
mikroorganosme). Setidaknya dalam beberapa bentuk, semua organisme mampu menanggapi
rangsangan, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan dan pemeliharaan homeostastis
sebagai keseluruhan stabil. Suatu organisme dapat berupa uniseluler (bersel tunggal) atau terdiri
dari, seperti pada manusia, banyak miliaran sel dikelompokkan ke dalam jaringan dan organ
khusus. Istilah multiseluler (bersel banyak) menggambarkan setiap organisme terdiri dari lebih
dari satu sel.
Virus biasanya tidak dianggap sebagai organisme karena mereka tidak mampu independen
atau otonom reproduksi atau metabolisme. Perdebatan ini bermasalah karena beberapa
organisme seluler juga tidak mampu bertahan hidup mandiri (tapu bukan independen
metabolisme dan prokreasi) dan hidup sebagai parasit intraseluler wajib. Walaupun virus
memiliki beberapa enzim dan molekul karakteristik organisme hidup, mereka memiliki
metabolisme mereka sendiri dan tidak dapat mensintesis dan mengatur senyawa organik yang
membentuk mereka. Sementara virus tudak mempertahankan metabolisme independen, dan
dengan demikian biasanya tidak diperhitungkan organisme, mereka memiliki gen mereka sendiri
dan mereka lakukan berevolusi melalui mekanisme yang serupa organisme berevolusi.

Individu
Individu adalah organisme tunggal contohnya, untuk seekor tikus, seorang manusia, sebatang
pohon jambu, dan sebatang pohon kelapa.

Spesies atau jenis


Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu
atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama
lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen). Namun tidaka dapat dengan anggota
kelompok yang lain. Anggota-anggota dalam suatu spesies jika saling berkawin dapat
menghasilkan keturynan yang fertil tanpa hambatan reproduktif. Dapat terjadi, sejumlah
kelompok dalam suatu spesies tidak saling berkawin karena hambatan geografis namun bila
dipertemukan dan dikawinkan dapat menghasilkan keturunan fertil. Dua spesies yang berbeda
jika saling berkawin akan menghadapi masalah hambatan biologis, apabila menghasilkan
keturunan yang sehat, keturunan ini biasanya steril / mandul. Definisi ini pada beberapa kasus
tidak di penuhi, sehingga muncul masalah spesies. Dalam kasus-kasus tersebut, ukuran yang
sering digunakan untuk menentukan spesies berbeda-beda, seperti keasaman DNA, morfologi,
atau relung ekologi. Lebih jauh lagi. Munculnya ciri-ciri khas tertentu dapat membagi spesies
menjadi takson yang lebih kecil, seperti menjadi takson yang lebih kecil, seperti
upaspesies(dalam botani, disebut juga varietas, subvarietas, dan formae).

BAB II
PEMBAHASAN

POPULASI

1. Pengertian Populasi
Kata populasi berarti semua orang yang bertempat tinggal pada suatu tempat. Dalam
ekosistem, yang dimaksud populasi adalah semua individu sejenis yang menempati suatu daerah
tertantu. Suatu organisme disebut sejenis apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Menempati daerah atau habitat yang sama;
Mempunyai persamaan morfologi, anatomi, dan fisiologi;
Mampu menghasilkan keturunan yang fertil, yaitu keturunan yang mampu berkembang biak
secara kawin.
Sebagai contoh, pada suatu lahan seluas 200 meter persegi terdapat 800 batang jagung, 500 ekor
belalang, 50 ekor jangkrik, 10 ekor burung, dan 3 batang taanaman turi. Berdasarkan data
tersebut maka di dalam lahan atau daerah tersebut terdapat beberapa populasi, yaitu populasi
jagung, populasi belalang, populasi jangkrik, populasi burung, dan populasi turi.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi populasi

2. Karakteristir Populasi
a. Kepadatan populasi
Kepadatan populasi adalah hubungan antara jumlah individu dan satuan luas atau volume
ruaang yang ditempati pada waktu tertentu. Misalnya, pada tahun 1990 kelurahan Cakung di
Jakarta yaang luasnya 3 km2 dihuni 100.000 orang, 3.000 ekor kambing, dan 6.000 ekor ayam.
Berdasarkan angka tersebut kepadatan penduduk kelurahan Cakung pada taahun 1990 adalah
100.000 orang/3 km2 = 33.333 orang per km2. Artinya, setiap lahan seluas 1 km2 rata-rata
ditempati 33.333 orang. Kepadatan populasi kambing adalah 1.000/km2 dan kepadatan populasi
ayam adalah 2.000/km2.
b. Perubahan kepadatan populasi
Populasi organisme pada suatu daerah tidaj akan tetap dari waktu ke waktu berikutnya.
Jika jumlaah populasi suatu jenis berubah, kepadatan populasinya juga akan berubah. Ada dua
hal yang mempengaruhi perubahan kepadatan populasi organisme pada suatu daerah.
Adanya individu yang datang, yaitu individu yang lahir dan yang datang dari tempat lain atau
imigrasi.
Adanya individu yang pergi, yaitu individu yang mati daan yang pergi pindah ke tampat lain
atau emigrasi.
Apabila luas suatu daerah tetap dan jumlahnya individu yang datang lebih besar daripada yang
pergi maka kepadatan populasi akan mengecil. Pada suatu daerah yang tersedia cukup ruang dan
makanan akan cenderung mendorong bertambahnya jumlah individu. Hal itu akan meningkatkan
jumlah populasi sekaligus meningkatkan kepadatan populasi. Meningkatnya jumlah populasi
organisme pada suatu daerah akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi. Pertumbuhan
populasi akan terus berlangsung selama lingkungan mampu menunjang kehidupan. Apabila
populasi sudah mencapai titik maksimum atau melebihi daya dukung lingkungan akan menurun.
Kecepatan pertumbuhan populasi pada dasarnya bergantung pada rasio antara natalitas dengan
mortalitas. Apabila natalitas lebih besar dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya
meningkat. Apabila natalitas lebih kecil dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya
menurun.
c. Natalitas
Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah individu baru
yang menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu. Dengan demikan, meningkatnya
natalitas merupakan faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan populasi.

d. Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah pengurangan
individu per satuan waktu. Terjadinya kematian merupakan salah satu faktor utama yang
mengontrol ukuran suatu populasi. Populasi organisme pada suatu ekosistem senantiasa
mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang tampak jelas dan ada pula yang tidak jelas.
Pada ekosistem darat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan populasi, di antaranya
adalah perubahan suhu, kelembapan, dan curah hujan.

3. Macam-Macam Cara Pengambilan Populasi


Populasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu populasi sampling dan populasi
sasaran :Populasi Sampling Dan Populasi Sasaran
Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi sasaran adalah
populasi yang benar-benar dijadikan sumber data. Sebagai contoh, misalnya kita akan meneliti
bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad dan
kita hanya akan memokuskan penelitian kita pada mahasiswa yang aktif di lembaga-lembaga
kemahasiswaan, maka seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad adalah populasi
sampling, sedangkan seluruh mahasiswa yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan adalah
populasi sasaran.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE

Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat


sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik
pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar,yaitu :
1. Probability Sampling (Random Sample)
Pada pengam bilan sampel secara random, setiap unit populasi,
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor
pemilihan atau penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata
atas pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias.
Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini
merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:
Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat
diperkirakan.
Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.

2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)

Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai-nilaistatistik. Nilai
statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya.Perbedaan inilah yang disebut
sebagai Penyimpangan (Sampling Error)
Sedangkan pada non probability sampel, penyimpangan nilai sampelterhadap populasinya tidak
mungkin diukur. Pengukuran penyimpangan inimerupakan salah satu bentuk pengujian statistik.
Penyimpangan yang terjadipada perancangan kwesioner, kesalahan petugas pengumpul data dan
pengoladata disebut Non Sampling Error.

BAB II
PEMBAHASAN

KOMUNITAS

1. Pengertian Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka
hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi
komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi
dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan
yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup lainnya. Cara yang paling
baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan
mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat
berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan,dll
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan
curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.

2. Pembagian dan Struktur Komunitas


Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis
besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di
parit atau di kolam.
2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di
padang rumput, di padang pasir, dll.

Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas :


1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan
nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas
(kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan
luas/volume, atau persatuan penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi
terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan
waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam
tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi
merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai
dengan lingkungannya.
Banyak macam pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari organisme yang
memberikan sumbanagan kepada keanekaragaman pola di dalam komunitas seperti, misalnya :
1. Pola stratifikasi (pelapisan tegak), 2. Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah mendatar), 3. Pola-
pola kegiatan (periodisitas), 4. Pola-pola jaring-jaring (organisasi jaringan kerja di dalam rantai
pangan), 5. Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-klone tanaman dan
sebagainya), 6. Pola-pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-kawanan), 7. Pola-pola ko-
aktif (di akibatkan oleh pesaingan antibiosis, mutualisme dan sebagainya), dan 8. Pola-pola
stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak).

3. Interaksi Antar Komunitas


Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling
berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah
disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma.
Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer.
Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air
sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi
juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur
karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.

4. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik


Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara
organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain
aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman
biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas
suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.

BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan dan Evolusi Ekosistem


1. Strategi Perkembangan Ekosistim
PerkembanganEkosistematauSuksesi :suatu proses perubahan yang berjalansedikit demi
sedikitdalamsuatujangkawaktutertentuhinggaterbentukkomunitasbaru yang
berbedadengankomunitassemula.
Perkembangan Ekosistem
Setiap ekosistem dalam suatu wilayah selalu mengalami perkembangan menuju ke arah
keseimbangan. Perkembangan ekosistem tersebut tergantung dari pola perkembangan komunitas
yang ada di dalamnya. Secara umum perkembangan ekosistem yang dikenal dengan suksesi
ekologi ini, melalui beberapa tahapan-tahapan perkembangan yang disebut sere. Setiap sere
memberikan ciri-ciri khas tersendiri tergantung dari jenis-jenis dominan yang ada dan faktor
pembatas fisiknya.
Terdapat tiga hal pokok yang saling terkait dan ikut mempengaruhi lajunya perkembangan
ekosistem, yakni
1) ketersediaan sumber daya,
2) faktor pembatas fisik, dan
3) kemampuan dari organismenya.
Khusus mengenai ketersediaan sumber daya, dalam hal ini makanan/energi diberikan
penekanan tersendiri karena dapat mengarah pada kesempatan kenaikkan biomassa. Apabila laju
total fotosintesis lebih besar dari laju total respirasi maka dapat memungkinkan kesempatan
kenaikkan biomassa., dan ini disebut suksesi autotrofik. sebaliknya bila laju total fotosintesis
lebih kecil dari laju total respirasi maka hanya akan memanfaatkan energi yang sudah ada
dengan pembentukan relung-relung ekologi yang baru, dan ini disebut suksesi heterotrofik.

Konsep Klimaks
Setelah melalui beberapa tahapan perkembangan ekosistem atau sere, suatu ekosistem
dapat mencapai tahapan akhir klimaks atau dapat pula dianggap sebagai puncak perkembangan
ekosistem. Salah satu ciri pada komunitas klimaks yaitu dengan tidak terdapatnya penumpukan
zat organik netto tahunan. Hal ini disebabkan karena produksi tahunan komunitas seimbang
dengan konsumsi tahunan.
Banyak ahli berpendapat bahwa iklim klimaks pada suatu wilayah belum tentu dapat
dicapai karena komunitas yang sudah mantap sekalipun, karena masih menunjukkan adanya
perubahan, penyesuaian dan pembusukan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa perubahan
suatu komunitas dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang terdapat dalam komunitas tersebut.
Berdasarkan hal tersebut telah dipakai kesepakatan bahwa hampir tidak mungkin pada suatu
wilayah mencapai iklim klimaks, sehingga iklim klimaks tunggal merupakan komunitas teoritis
yang dituju semua suksesi dalam perkembangan pada suatu daerah, asalkan keadaan lingkungan
fisik secara umum tidak terlalu ekstrem sehingga dapat mampu mempengaruhi iklim lingkungan.
umumnya suksesi berakhir pada klimaks edaphik, dengan hanya terkait pada masing-masing
pengaruh faktor pembatas fisik pada wilayah setempat.
Meskipun suksesi pada suatu ekosistem untuk dapat mencapai klimaks membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, namun cepat lambatnya masih tergantung pula oleh tingkatan suksesi
yang terjadi kepadanya. secara umum terdapat dua macam ekosistem suksesi yaitu, ekosistem
suksesi primer dan ekosistem suksesi sekunder.
Ekosistem suksesi primer lebih dinyatakan pada berkembangnya ekosistem tersebut
melalui substrat yang baru. Artinya kehidupan yang ada pada ekosistem tersebut setelah
perlakuan benar-benar dimulai dari nol, dan harus dimulai dari kerja organisme pionir dengan
segala perlakuan dari faktor pembatas fisik yang ada.
Sedangkan ekosistem suksesi sekunder berkembang setelah ekosistem alami rusak total
tetapi dimulai dengan tidak terbentuk substrat yang baru, atau dapat dianggap sebagai
dimulainya kehidupan baru setelah adanya gangguan pada ekosistem alami.

2. Mekanisme proses terbentunya ekosistem


Pada awal mula terbentuknya ekosistem ini adalah keberadaan komponen abiotik, yaitu
tanah dan bebatuan yang berada pada permukaan tanah tersebut. Terdapat pula mata air yang
muncul dari dalam tanah. Komponen biotik pertama yang muncul adalah berupa tumbuhan
lumut, dimana tumbuhan ini merupakan tumbuhan perintis yang dapat tumbuh dikondisi
ekstrim, yaitu di permukaan bebatuan yang cadas sekalipun. Adanya tumbuhan perintis atau
lumut memungkinkan untuk tumbuhan lain juga tumbuh.
Ketersediaan tanaman mengundang makhluk hidup lain dari kelompok hewan untuk
mendiami tempat tersebut, karena adanya ketersediaan adalah tumbuhan maka hewan yang
datang adalah hewan herbivore ( pemakan tumbuhan ), misalnya rusa, jerapah serta
beberapa jenis burung dan serangga. Dari komponen yang sudah ada maka ditempat tersebut
sudah dapat dikatakan ekosistem karena sudah ada komponen biotik dan abiotiknya.

Namun adanya hewan herbivora akan mengundang hewan pemakan daging (karnivora)
untuk datang, misalnya ular, harimau, burung elang dsb. Ekosistem sudah terbentuk dan berjalan
seperti yang sudah digambarkan, adanya peristiwa makan dan dimakan ( rantai makanan )
sampai kedatangan manusia yang mengubah susunan dan fungsi ekosistem tersebut. Manusia
mulai melakukan kegiatan kegiatan yang dapat dikatakan merusak. Yaitu melakukan
penebangan penebangan tanaman dan perburuan terhadap binatang binatang yang tentu saja
akan mengurangi komponen ekosistem yang ada sampai pada puncakanya komponen ekosistem
akan habis dan ekosistem akan rusak.

Proses yang terjadi dari mula terbentuknya ekosistem tersebut sampai kondisi terakhir
yang kita ketahui.
Dari awal mula hingga akhir terbentuknya ekosistem terjadi beberapa proses diantaranya

I. Pertumbuhan populasi
Semua makhluk hidup memiliki potensi tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum. Di dalam
ekosistem, semua komponen biotik jumahnya akan meningkat dengan cepat secara aamiah, dan
bila tidak di batasi. Factor keahiran yang mendukung tingginya pertumbuhan populasi. Jumlah
kelahiran dan kematian mungkin berfluktuasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh
lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang daam waktu yang lama.
Interaksi spesies, seperti predasi, kompetisi, dan herbivore akan mengatur naik turunnya
pertumbuhan populasi.

II. Interaksi antar spesis


Organisme tidaka dapat hidup sendirian di alam, tetapi hidup bersama dengan organisme dari
spesies lain. Mereka akan saling berinteraksi, interaksi antar spesies ada yang bersifat positif ada
juga yang bersifat negative. Interaksi positif dintaranya simbiosis mutualisme dan
komensalisme. Interaksi negatif yaitu adanya kompetisi dan predasi.
III. Kepunahan
Kepunahan menggambarkan ketidakmampuan populasi di dalam suatu ekosistem untuk
beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah, juga kesuksesan evolusi popuasi yang lebih baik
mampu beradaptasi lebih baik pula. Karena itu penggantian spesies oleh spesies lain yang lebih
sukses mungkin suatu bentuk seleksi dari populasi dan bukan individu yang membawa sifat
sifat baik.

IV. Produksi primer


Di sini yang dikatakan produksi primer adalah tumbuhan yang menangkap energy sinar matahari
dan mengubahnya menjadi energy kimia dalam bentuk senyawa organic atau proses fotosintesis.
Produksi primer ekosistem darat biasanya diprakirakan dari kenaikan tahunan biomassa tubuh
tumbuhan

V. Aliran energi
Fotosintesis dan produksi primer menyediakan energy bagi komunitas. Herbivore makan tumbuh
tumbuhan, karnivora makan hebivora, dan seterusnya karnivora dimakan karnivora yang lain,
begitu seterusnya sehinga terbentuklah rantai makanan, yaitu adanya aliran energi.

VI. Suksesi
Suksesi adaah proses perubahan terarah yang universal dari vegetasi dalam skala waktu ekologi.
Perubahan ini merupakan perubahan komposisi komunitas. Komunitas selalu mengalami
perubahan. Biamana komunitas terganggu, misalnya hutan ditebang untuk diambi kayunya,
maka daerah ini dengan cepat akan dihuni oleh bermacam macam spesies yang selanjutnya
memodifikasi satu atau lebih factor lingkungan. Modifikasi lingkungan ini pada gilirannya
memungkinkan spesis baru menjadi mapan.

PenyebabSuksesi
1. Iklim
Tumbuhantidakakandapatteraturdenganadanyavariasi yang lebardalamwaktu yang lama.
Fluktuasikeadaaniklimkadang-
kadangmembawaakibatrusaknyavegetasibaiksebagianmaupunseluruhnya.Dan
akhirnyasuatutempat yang baru (kosong) berkembangmenjadilebihbaik (dayaadaptasinyabesar)
danmengubahkondisiiklim.Kekeringan, hujansalju/air dankilatseringkalimembawakeadaan yang
tidakmenguntungkanpadavegetasi.

2. Topografi
Suksesiterjadikarenaadanyaperubahankondisitanah, sepertierosidanPengendapan (denudasi):

3. Biotik
Pemakantumbuhansepertiserangga yang merupakanpengganggu di lahanpertaniandemikian pula
penyakitmengakibatkankerusakanvegetasi. Di padangpenggembalaan, hutan yang ditebang,
panenmenyebabkantumbuhantumbuhkembalidariawalataubilarusakberatbergantivegetasi.

3. SatuanMakhlukHidupdalamEkosistem

Individu
Padasuatuekosistemakanditemukanbeberapajenismakhlukhidup.
Misalnyakamumenemukanseekorsemutdansatubatangpohon.Jumlahdengansebutanitumenunjukk
ansatumakhlukhidupsejenis yang
berjumlahtunggaldandisebutindividu.Individuberasaldaribahasa Latin individuum yang
artinyatidakdapatdibagi.

Populasi
Populasiadalahkumpulanindividusejenis yang beradapadasuatuwilayahtertentupadawaktu yang
bersamaan.Contohpopulasi di antaranyaduaekorayam di kebun, tigaekorjerapah di
padangrumput, sekumpulansemut di pohonjambudan lima batangpohon durian di kebun.
Sifatpopulasiadalahadanyakepadatanpopulasidanperubahanjumlahpopulasidariwaktukewaktu.

Komunitas
Di kebunataupadangrumputterdapatbeberapahewandantumbuhan yang hidupdalamwaktu yang
bersamaan.
Beberapapopulasitersebutsalingberinteraksimembentuksuatukomunitas.Suatukomunitastersusun
daribeberapapopulasi yang
hidupdansalingberinteraksidalamsatuwilayahtertentupadasuatuwaktu.Namasebuahkomunitasbias
anyamenunjukkanmakhlukhidupdominan yang menempati habitat
tersebut.Padakomunitashutanbakau, populasi yang paling
banyakadalahpohonbakau.Begitujugakomunitashutanbambu,
populasiterbanyakadalahpohonbambu.
Ekosistem dan Biosfer
Setiapmakhlukhidup yang
menempatisuatutempatakanmengadakanhubungantimbalbalikdenganlingkungan yang
ditempatinya. Hal inibertujuan agar setiaporganismemampubertahanhidup.Hubungantimbalbalik
yang kompleksantaraorganismedenganlingkungannya disebut ekosistem.
Satuanmakhlukhidup yang
lebihbesardaripadaekosistemadalahbioma.Contohbiomaadalahbiomastepa (padangrumput),
biomahutanbasah, biomagurundanbioma tundra (padanglumut). Kumpulan
dariberbagaimacambioma di bumiinimembentuksebuahsistem yang disebutbiosfer.

BAB II
PEMBAHASAN

PENCEMARAN

1. Pengertian dan Macam-Macam Pencemaran Lingkungan

Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup


No. 02/MENKLH/1998, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh
kegiatan manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai
aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas
kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat ini,
pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat.
Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya
limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi: Pencemaran Air, Pencemaran Udara, dan
Pencemaran Tanah.

Macam-macam pencemaran lingkungan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dibagi


menjadi tiga, yaitu:
1. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah, akibat aktivitas manusia dan industri. Walaupun fenomena
alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi, dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan
yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air
dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Meningkatnya kandugan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air
comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya
yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, toksiorganik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal,
terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam
air.

2. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansifisik, kimia, atau biologi di
atosfer dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan
fisik seperti polusi udara, panas, radiasi atau polusi cahaya, dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global. Pencemar udara dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Pencemar Primer, adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara. Karbon monooksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer
karena ia merupakan hasil dari pembakaran.

b) Pencemar Sekunder, adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar
primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
pencemaran udara sekunder. Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik dan
rapuh.

3. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair
atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri
yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumbing). Ketika suatu
zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia akan menguap, tersapu air
hujan dan/atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan
atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

2. Penyebab dan Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat


Industri
Pembangunan di sektor dunia industri merupakan cara yang tepat dalam menanggulangi
masalah pengangguran dan kemiskinan. Melalui pembangunan proyek industri, pemerintah dan
para pengusaha mampu mempekerjakan rakyat yang memiliki potensi baik. Hal ini juga dapat
meningkatkan perekonomian Negara karena dengan proyek industri, maka negara dapat
mengurangi barang-barang import. Dunia Industri juga dapat mengajarkan dan mendidik bangsa
agar menjadi bangsa yang produktif, inovatif dan kreatif, sehingga dalam beberapa tahun bangsa
kita bisa menghilangkan sifat konsumtif.

Meskipun memiliki dampak positif yang besar bagi bangsa dan negara, namun
pembangunan proyek industri seringkali menyebabkan kasus-kasus pencemaran yang jelas-jelas
merusak lingkungan. Banyak proyek-proyek pembangunan industri maupun kegiatan produksi
yang ada di dalamnya, tidak memenuhi dan menaati kaidah lingkungan hidup. Sehingga
lingkungan sekitar pabrik industri mengalami pencemaran tanah, air dan udara. Hal ini tentu saja
mengakbibatkan gangguan kesehatan bagi masyarakat sekitar pabrik. Banyak penyakit-penyakit
kulit, gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan yang menyerang warga sekitar.

Kasus pencemaran lingkungan akibat industri perlu mendapat perhatian lebih dari
pemerintah. Walaupun sudah ditetapkannya peraturan perundangan tentang hal ini, namun masih
banyak saja para pengawas dan pelaksanaan peraturan yang tidak menjalankan tugasnya dengan
baik. Mereka dengan mudah menerima uang suapan dan membiarkan pabrik-pabrik yang
membuang limbahnya ke daerah pemukimam warga.

Kasus pencemaran udara yang terjadi akibat industri diakibatkan oleh pembuangan gas
pembakaran diesel dan gas sisa produksi yang dibuang melalui cerobong asap. Namun dalam
kasus ini cerobong asap yang dipergunakan sebagai saluran pembuangan sekaligus penyaringan
udara sisa sebelum dibuang, tidak memiliki spesifikasi yang baik dalam mengurangi polusi.
Selain itu, ketinggian dan kemiringan cerobong asap juga harus ideal, sehingga udara sisa yang
dibuang tidak mengenai lingkungan tempat tinggal warga.

Berbeda dengan kasus pencemaran udara, pencemaran air dan tanah dipengaruhi oleh
pembuangan limbah yang dibuang ke sungai atau saluran air warga. Pencemaran ini diakibatkan
juga oleh pengolahan dan sterilisasi limbah yang kurang baik. Sehingga limbah yang dibuang ke
sungai masih mengandung bahan-bahan logam maupun organik yang berbahaya. Bahan-bahan
ini bukan hanya mengganggu kesehatan warga, namun juga dapat mengganggu populasi hewan
dan tumbuhan air serta dapat menyebabkan mutasi.

Pada pembuangan industri sering menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses


produksi. Bahan-bahan kimia ini seringkali mengakibatkan keracunan bagi orang yang tidak
sengaja mengenainya. Bahan-bahan kimia tersebut antara lain HCl, H2S, H2SO4, NHO3. Bahan
tersebut biasa digunakan dalam melarutkan cat, vernis, lemak, oli, dan karet. Bahan-bahan di
atas ada yang bersifat basa dan asam. Umumnya bahan-bahan ini sering mengakibatkan
gangguan pernapasan dan iritasi pada kulit karena sifat asam yang terkandung dalam bahan
tersebut.

Jika limbah dari bahan-bahan korosif tersebut mencemari lingkungan dan tidak sengaja
dikonsumsi warga, maka dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan kulit, mata dan organ tubuh terutama hati dan ginjal. Bahan-bahan tersebut juga dapat
mengakibatkan kebutaan dan hilangnya kesadaran atau pingsan, bila terkena dalam jumlah yang
banyak dan jangka waktu yang sedikit. Maka dari itu, kita perlu mengolah bahan-bahan
berbahaya tersebut dengan bijak agar tidak membahayakan lingkungan sekitar.
3. Penanganan/Pencegahan Pencemaran Lingkungan Akibat Industri

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa
upaya penanganan terhadap permasalahan pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan
pengendalian.

Upaya pencegahan adalah mengurangi sumber dampak lingkungan yang lebih berat. Secara
umum, berikut ini merupakan upaya pencegahan atas pencemaran lingkungan.

1. Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan.

2. Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari khawasan permukiman penduduk.

3. Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan bahan
kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan.

4. Melakukan penghijauan.

5. Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang
mencemari lingkungan.

6. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan.

7. Melakukan penyuluhan dan pendidkan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran


masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang sesungguhnya di sekitar
khawasan industri.

BAB II

PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. Pengertian Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang


menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada daerah.
Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan bumi yang meliputi hewan,
tumbuhan, mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang
dibangunnya.
Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan Keanekaragaman
ekosistem.

. 2. Tingkat Keanekaragaman Hayati


1. Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis atau
spesies mahluk hidup. Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus) ada yang berkulit tebal,
berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil.
Sementara keanekaragaman genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada kucing
(Felis silvestris catus) ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di
dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya dari
pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau perkawinan silang antara
organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi atau budidaya hewan
atau tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat genetik baru dari
organisme-organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu
spesies disebut varietas atau ras.
2. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)

Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada komunitas atau
kelompok berbagai spesies yang hidup disuatu tempat. Contohnya disuatu halaman terdapat
pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit, burung,
kumbang, lebah, semut, kupu-kupuu, dan cacing.
3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok spesies menyesuaikan diri dengan


lingkungannya, kemudian terjadi hubungan yang saling mempengaruhi antara satu spesies
dengan spesies lain, dan juga antara spesies dengan lingkungan abiotik tempat hidupnya,
misalnya : suhu, udara air, tanah, kelembapan, cahaya matahari, dan mineral.
Ekosistem bervariasi sesuai spesies pembentuknya, misalnya ekosistem alami antara lain : hutan,
rawa, terumbu karang, laut dalam, padang lamun (antara terumbu karang dengan mangrove),
mangrove (hutan bakau), pantai pasir, pantai batu, estuari (muara sungai), danau, sungai, padang
pasir, dan padang rumput. Jenis organisme yang menyusun setiap ekosistem juga berbeda beda
misalnya pada ekosistem sungai terdapat ikan, kepiting, udang, ular, dan ganggang air tawar.
tempat berdasarkan garis lintang, ketinggian tempat, iklim, cahaya matahari, kelembapan, suhu,
dan kondisi tanah.

3 . Nilai Manfaat dan Manfaat Keanekragaman Hayati


1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai sumber hayati
yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di perjual belikan.
Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai bahan pangan, obat-
obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek budaya.

a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.


Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi oleh manusia
misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang, sorgum dan lain
lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan laut dan telur.

b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan


Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-obatan, misalnya :
mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat malaria, buah merah untuk
mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sedangkan yang berasal dari hewan
contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging
dan lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit

c. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik


Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut misalnya : Bunga
mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian (parfum).
Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan sebagai lulur tradisional untuk
menghaluskan kulit. Sedangkan urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah
buaya digunakan untuk pelumas dan penghitam rambut.

d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang


Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas, pisang hutan
atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan pakaian, ulat sutera
untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing
untuk membuat jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris pakaian.

e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan


Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat rumah dan
sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing, rasamala, ulin dan bambu
dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu, tiang dan atap rumah.

f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya


Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka (ziarah kubur)
pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga, kuntil, dan melati. Umat islam
menggunakan heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau pada hari qurban. Upacara
ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau
harum, antara lain kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
2. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan manusia. Pemanfaatan
hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan untuk kedokteran dan eksperimen
eksperimen tertentu.
3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap kerusakan
lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan, menyerap air
hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.

. 4. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati


Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang dapat
diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan melakukan
pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki
beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
a) Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;
b) Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan pemanfaatan
yang tidak terkendali;
c) Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan budidaya
tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.

Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan
banyak pihak. Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In Situ
dan Pelestarian Ek Situ.
1. Pelestarian Secara In Situ
Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di habitat
asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung Kulon, dan
komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk pelestarian sumber daya alam hayati secara in situ
yaitu :
a) Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam berkembang
secara alamiah
b) Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para ahli.
c) Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).
d) Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan hampir punah
serta perkembangbiakannya.
e) Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
f) Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
g) Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
h) Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda alam yang
terpencil.
i) Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.

2. Pelestarian Secara Ek Situ


Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di luar
habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian secara ek situ ada beberapa macam,
misalnya kebun koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun raya.
BAB III
PENUTUP

A . KESIMPULAN
1. EKOSISTEM
Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan lingkungannya yang membentuk hubungan timbal
balik.Ekosistem tersusun atas dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan komponen
abiotik.Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang hidup yang terdiri dari makhluk
hidup yang meliputi tumbuhan, hewan dan manusia.Komponen abiotik adalah komponen
ekosistem yang tak hidup yang meliputi tanah, air, udara, cahaya matahari, suhu atau
temperature, mineral dan gas.
Dari segi makanan ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu: (1)Organisme Autotrof, adalah
organisme yang dapat membuat makanan sendiri dengan memanfaatkan bahan organik yang
terdapat di lingkungannya; (2)Organisme Heterotrof, adalah organisme yang tidak dapat
membuat makanan sendiri dan mendapatkan makanannya dari makhluk hidup lain.
Berdasarkan terbentuknya, ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan. Selain itu, ekosistem juga dapat berubah karena beberapa faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya : gangguan alam, tindakan manusia, penggunaan pestisida yang
berlebihan dan sebagainya.
2. KONSEP ENERGI DALAM EKOSISTEM
Thermodiamika Kajian mengenai panas dan aliran panas dari satu tempat ke tempat lain yang
di kendalikan oleh hukum-hukum thermodiamika.
Hukum I (Konservasi) Energi dapat diubah dari satu tipe menjadi lain, tetapi ia tidak pernah di
ciptakan / dirusak.
Hukum II (Efisiensi, entropi) tidak ada proses yang melibatkan suatu perubahan energi secara
spontan terjadi kecuali kalau terdapat degradasi energi dari bentuk terpusat menjadi bentuk
terpencar (whenever energy is changed ftom one from to another, there is always a loss of
usable energy).
3. DAUR BIOKIMIA
Ekologi biasanya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara organisme organisme dan
lingkungannya. Berbagai ekosistem dihubungkan satu sama lain oleh proses-proses biologi,
kimia, fisika. Masukan dan buangan energi, gas, bahan kimia anorganik dan organik dapat
melewati batasan ekosistem melalui perantara faktor meteorologi seperti angin dan presipitasi,
faktor geologi seperti air mengalir dan daya tarik dan faktor biologi seperti gerakan hewan. Jadi,
keseluruhan bumi itu sendiri adalah ekosistem, dimana tidak ada bagian yang terisolir dari yang
lain. Ekosistem keseluruhannya biasanya disebut biosfer.
Siklus biogeokimia adalah perjalanan atau aliran bahan-bahan kimia dalam suatu ekosistem
global di bumi ini yang membentuk suatu lingkaran. Siklus biogeokimia meliputi siklus karbon,
siklus oksigen, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus belerang.
4. FAKTOR PEMBATAS
Suatu organisme di dalam perkembangan dan pertumbuhannya akan ditentukan oleh bahan atau
faktor penting yang ditemukan dalam keadaan minimum, faktor inilah yang disebut faktor
pembatas. Adapun Hukum-hukum Faktor Pembatas:
1. Hukum Mimimum Liebig
2. Hukum Toleransi Shelford

Konsep Gabungan Faktor Pembatas Pokok perhatian pada konsep gabungan factor pembatas
adalah untuk menemukan factor yang secara operasional nyata bagi organisme pada sementara
waktu selama daur hidupnya. Kajian analisis lingkungan mengenai factor tersebut memiliki
tujuan yaitu :
1. Menemukan faktor-faktor mana yang secara operasional nyata dengan cara pengamatan,
analisis, maupun percobaan.
2. Menentukan bagaimana factor-faktor itu membawa pengaruhnya terhadap individu,populasi,
atau komunitas, apabila hal itu memungkinkan.
Faktor-faktor Fisik sebagai Faktor Pembatas :
1.Temperatur
2. Cahaya Matahari
3. Air
4.Temperatur dan Kelembapan
5. Gas-gas Atmosfir
6. Garam-garam Biogenik: Haramakro dan Haramikro
7. Arus dan Tekanan
8.Tanah

5. PERAIRAN TAWAR
Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat membeku dalam
glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan
aliran.
Perairan tawar kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya
relative rendah atau dapat diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu air tawar mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air
bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan aliran
dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti
danau, kolam, dan rawa.
6. PERAIRAN ESTUARIA
Ekologi estuarin merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai
dan air laut, sehingga mengakibatkan daerah estuarin ini mempunyai air yang bersalinitas lebih
rendah daripada lautan terbuka. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang hidup didaerah
estuarin tersebut adalah organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas didaerah
tersebut.
Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang sering kali
menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin inilah yang
menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit dibanding
dengan di habitat laut lainnya.
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, aksi ombak dan arus, kekeruhan, oksigen. Yang pertama
adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Biota yang hidup di ekosistem
estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di
estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar,
khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Kepiting (Scylia serrata),
tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga
yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya
sebagai sumber makanan.

7. PERAIRAN LAUT

Kehidupan biota laut, dimana pun, selalu dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan. Factor-
faktor tersebut dapat berperan bersama-sama atau satu factor lebih menonjol pengaruhnya dari
yang lain.
Lingkungan laut selalu berubah dan dinamik. Perubahan tersebut akan mengubah intensitas
factor-faktor lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap terhadap
kehidupan di laut adalah:
1. Gerakan air
2. Suhu dan densitas air
3. Salinitas
4. Cahaya
Tentang zonasi laut Kimball (1991), menjelaskan bahwa lautan dapat digambarkan dalam istilah
zona, dan banyak persamaan di antara keduanya. Pinggiran laut disebut zona intertidal. Daerah
ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara, dan dii daerah tropic dan subtropik, ada rawa
mangrove dan gosong karang.

8. ORGANISME / INDIVIDU / SPESIES


Organisme
Dalam biologi, organisme adalah setiap sistem kehidupan (seperti binatang, tanaman, jamur,atau
mikroorganosme).
Individu
Individu adalah organisme tunggal contohnya, untuk seekor tikus, seorang manusia, sebatang
pohon jambu, dan sebatang pohon kelapa.
Spesies atau jenis
Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu
atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama
lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen).
9. POPULASI

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiono, 1999). Menurut Sujana, populasi adalah totalitas
semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun
kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas.
Dari beberapa pengertian mengenai populasi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
kumpulan atau keseluruhan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi criteria tertentu yang
telah ditetapkan dalam penelitian.
Adapun macam-macam cara pengambilan populasi yaitu, populasi sampling dan populasi
sasaran yang merupakan keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi sasaran adalah
populasi yang benar-benar dijadikan sumber data.

10. KOMUNITAS

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis
besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu Komunitas akuatik dan komunitas terrestrial.
Karakter suatu komunitas yaitu meliputi Kualitatif, Kuantitatif, dan Sintesis.Interaksi Antar
Komunitas.Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun
oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas
sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara
komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke
sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.

11. PERKEMBANGAN DAN EVOLUSI EKOSISTEM

PerkembanganEkosistematauSuksesi :suatu proses perubahan yang berjalansedikit demi


sedikitdalamsuatujangkawaktutertentuhinggaterbentukkomunitasbaru yang
berbedadengankomunitassemula.
Terdapat tiga hal pokok yang saling terkait dan ikut mempengaruhi lajunya perkembangan
ekosistem, yakni
1) ketersediaan sumber daya,
2) faktor pembatas fisik, dan
3) kemampuan dari organismenya.
Kemudian Individu, Populasi, Komunitas,Ekosistem dan Biosfer

12. PENCEMARAN

Dari berbagai uraian di atas, dapat saya simpulkan bahwa: pencemaran lingkungan terjadi karena
ulah manusia itu sendiri yang tidak dapat mengolah dan memanfaatkan lingkungan dengan baik.

Pencemaran lingkungan dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1) Pencemaran Udara, (2)
Pencemaran Air, dan (3) Pencemaran Tanah.

Dampak pencemaran lingkungan hidup bagi kesehatan manusia yaitu akan berdampak pada
tingkat kekebalan tubuh. Semakin banyak pencemaran yang dilakukan, maka kekebalan tubuh
manusia yang berada di sekitar daerah pencemaran akan menurun. Sehingga tidak jarang
manusia saat ini sering terkena penyakit seperti penyakit kulit, kerusakan jaringan kulit, mata
dan organ tubuh terutama hati dan ginjal, dan lain-lain.

Penanganan pencemaran lingkungan dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengatur sistem pembuangan limbah industri, sehingga tidak mencemari lingkungan.


2. Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari khawasan pemukiman.

3. Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan bahan
kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan.

4. Melakukan penghijauan.

5. Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang
mencemari lingkungan.

6. Membuang sampah pada tempatnya.

7. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan.

8. Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran


masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang sesungguhnya.

13. KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme


yang menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan
ekosistem pada daerah. Tingkat keanekaragaman hayati terdiri dari tiga
yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman
ekosistem.Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai
ekonomi sebagai sumber bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang,
papan dan memiliki aspek budaya. Selain itu keanekaragaman hayati juga
memiliki nilai pendidikan dan ekologi. Untuk mencegah kepunahan
keanekaragaman hayati diperlukan usaha untuk melestarikannya baik usaha
untuk perlindungan maupun pengawetan alam serta pelestarian
keanekaragaman hayati yang meliputi pelestarian secara in situ maupun ek
situ.
B .SARAN

Semoga makalah tentang :EKOSISTEM,KONSEP ENERGI DALAM


EKOSISTEM,DAUR BIOKIMIA,FAKTOR PEMBATAS,PERAIRAN TAWAR,PERAIRAN
ESTUARI,PERAIRAN LAUT,ORGANISME / INDIVIDU /
SPESIES,POPULASI,KOMUNITAS,PERKEMBANGAN DAN EVOLUSI
EKOSISTEM,PENCEMARAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Dapat menjadi bahan
dasar untuk Belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Terampil. (2010). Modul Pembelajaran IPA untuk kelas IV SD/MI. CV
Pustaka Bengawan
STAR. (2002). Biologi untuk SLTP kelas 1.Media Karya Putra.
WAJAR. (2002). LKS Biologi SLTP kelas 1.Jakarta: Graha Pustaka.
https://www.google.com/search?rct=j&q=makalah%20tentang%20ekosistem
Indriyanto, 2008, Ekologi Hutan, Jakarta : Bumi Aksara
Odum, E. P., 1994., Dasar-Dasar Ekologi, Yogjakarta : UGM Press
Pringgoseputro, S. , 1998, Ekologi Umum, Yogjakarta: UGM Press
Resosoedarmo, S., 1989, Pengantar Ekologi, Bandung: CV REMADJA KARYA
Soeriaatmadja, 1989, Ilmu Lingkungan, Bandung: ITB Press
Basukriadi, Adi. 2011. Populasi, Ekosistem, Biosfir.
http://staff.ui.ac.id/internal/131472297/material/EKOSISTEM.pdf[22Februari 2011]
Buchari, dkk. 2001. Kimia Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Soemarmoto, Otto. 1972. Ekologi, LingkunganHidupdan Pembangunan. Jakarta
:Djambatanid.wikipedia.orgid.scribd.com
http://achieve-ourdreams.blogspot.com/2012/06/makalah-ekologi.html

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

www.artikellimgkunganhidup.com (diakses pada tanggal 13 Juni 2015)

Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.


Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya.(2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan ke-
1).Bandung : Yrama Widya.
Henny Riandari.(2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA.Solo : Global
Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Supardi.(1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya.Bandung : Alumni
Anonim.(2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka
Knox,G.A. 1986. Estuarine Ecosystem: A System Approach. Florida: CRC Press
Kramer, K.J.M.1994. Tidal Estuaries: Manual of Sampling and Analittycal Procedure. AA
Balkema
Nontji, A, 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan..
Odum, E.P.1998. Dasar-Dasar Ekologi edisi 4. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai