Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

LAJU FOTOSINTESIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA:

1. ASRI ASIH HAMIIDAH 20180210026

2. AQILAH HUSNA LASAHIDO 20180210041

3. DIMAS CHORI AMAR 20180210046

4. SORAYA 20180210047

5. NAFI ROFIF 20180210040

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018/2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan suatu penyusunan senyawa
kimia kompleks yang memerlukan energi matahari (cahaya). Cahaya terdiri atas
beberapa spectrum, masing-masing memiliki panjang gelombang yang berbeda,
sehingga pengaruhnya terhadap fotosintesis juga berbeda.
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembetukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energy cahaya matahari. Hampir semua mahluk hidup bergantung secara langsung
pada energy yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Akibatnya fotosintesis
menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat
mempengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang
tidak mempengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsiorgan
yang penting bagi proses fotosintesis. Fotosintesis sebenarnya peka terhadap
beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu
lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2). Faktor lingkungan tersebut
dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju
fotosintesis.
Fotosintesis atau asimilasi karbon merupakan proses konversi energi
cahaya menjadi energi kimia. Daun merupakan organ utama dalam tubuh
tumbuhan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Pada kloroplas terjadi
transformasi energi, yaitu energi cahaya (foton) sebagai energi kinetik berubah
menjadi energi kimia sebagai energi potensial berupa ikatan senyawa organik pada
glukosa (Setiowati dan Furqonita, 2007).

Fotosintesis terjadi dalam kloroplas dengan bantuan energi cahaya


matahari foton dan berlansung dalam 2 tahap reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi
gelap, adapun percobaan yang membuktikan fotosintesis adalah sebagai berikut :
Percobaan Engelmann, dengan bakteri thermo dan Spirogyra, Fotosintesis
menghasilkan oksigen, Percobaan Ingenhouse, dengan hydrilla, Fotosintesis
menghasilkan oksigen, Percobaan Sach’s, dengan daun yang ditutup dan terbuka,
fotosintesis menghasilkan karbohidrat (Maniam dan Syulasmi, 2006).

Fotosintesis adalah proses pembentukan molekul-molkul makanan yang


kompleks dan berenergi tinggi dari komponen-komponen yang lebih sederhana
oleh tumbuhan hijau dan organisme autotrofik lainnya dengan keberadaan energi
cahaya. Dalam proses fotosintesis, foton (paket satuan) cahaya ditangkap oleh
molekul-molekul pigmen yang spesifik (Fried dan Hademenos, 2005).
Fotosintesis merupakan reaksi sintesis glukosa pada organisme autotrof dengan
menggunakan sumber energi cahaya matahri. Jadi, fotosintesis dapat berlangsung
jika ada cahaya, klorofil, CO2 dan H2O. Secara ringkas, reaksi fotosintesis dapat
dituliskan sebagai berikut.
CO2 + H2O + (cahaya + klorofil) = C6H12O6 + O2 (Karmana, 2006).

Adapun fotosintesis dapat dibagi menjadi dua macam reaksi, yaitu Reaksi
Terang (Light-Dependent Reaction), Reaksi terang terjadi dalam membran tilakoid
yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil a, klorofil b, dan pigmen tambahan yaitu
karoten. Pigmen-pigmen ini menyerap cahaya ungu, biru, dan merah lebih baik
daripada warna cahaya lain. Reaksi terang merupakan reaksi penangkapan energi
cahaya. Energi cahaya yang diserap oleh membran tilakoid akan menaikkan
elektron berenergi rendah yang berasal dari H2O. Elektron-elektron bergerak dari
klorofil a menuju sistem transpor elektron yang menghasilkan ATP (dari ADP + P).
Reaksi Gelap (Light-Independent Reaction), Reaksi gelap merupakan reaksi tahap
kedua dari fotosintesis. Disebut reaksi gelap karena reaksi ini tidak memerlukan
cahaya. Reaksi gelap terjadi di dalam stroma kloroplas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu fotosintesis?
2. Apa saja factor yang mempengaruhi laju fotosintesi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu fotosintesi
2. Untuk mengatahui factor yang mempengaruhi laju fotosintesis
II. PEMBAHASAN

Fotosintesis atau asimilasi karbon merupakan proses konversi energi


cahaya menjadi energi kimia. Daun merupakan organ utama dalam tubuh
tumbuhan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Pada kloroplas terjadi
transformasi energi, yaitu energi cahaya (foton) sebagai energi kinetik berubah
menjadi energi kimia sebagai energi potensial berupa ikatan senyawa organik
pada glukosa (Setiowati dan Furqonita, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis ialah faktor internal dan
faktor eksternal :
A. Faktor internal
1. Gen
Disebabkan oleh faktor gen atau herditas tumbuhan itu sendiri.
Tumbuhan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda terhadap kondisi
lingkungan untuk menjalankan kehidupan normal. Ada beberapa
tumbuhan yang memiliki kelainan genetis, seperti tidak mampu
membentuk kloroplas/albino. Hal tersebut disebabkan oleh karena
faktor genetis yang tidak memiliki potensi untuk membentuk
kloropas.
2. Kandungan Air dalam Tanah
Air adalah bahan dasar pembentukan karbohidrat (C6H12O6). Air
adalah media tanam, penyimpan mineral dalam tanah, dan mengatur
temperatur tumbuhan. Kurangnya kapasitas air dalam tanah akan
memperlambat pertumbuhan tumbuhan. Kurangnya air juga dapat
mengakibatkan kerusakan pada klorofil sehingga daun menjadi
berwarna kuning. Rusaknya klorofil tentu dapat mengganggu aktifitas
fotosintesis.

3. Kandungan Mineral dalam Tanah


Mineral berupa Mg, Fe, N, dan Mn adalah unsur yang berperan
dalam proses pembentukan klorofil. Tumbuhan yang hidup pada lahan
yang kekurangan Mg, Fe, N, Mn, dan H2O akan mengalami klorosis
atau penghambatan pembentukan klorofil sehingga daun berwarna
pucat. Rendahnya kandungan klorofil dalam daun akan
memperlambat terjadinya fotosintesis.
B. Faktor eksternal
1. Respon fotosintesis terhadap intensitas cahaya

Cahaya mutlak dibutuhkan sebagai energi penggerak fotosintesis,


namun demikian tingkat kebutuhan antar kelompok tumbuhan akan
berbeda. Tidak pada setiap kondisi meningkatnya intensitas akan diikuti
atau menyebabkan meningkatnya laju fotosintesis. Terdapat perbedaan
tingkat kebutuhan cahaya, terutama antara tumbuhan tipe C-3 dan C4.
Pada tumbuhan C-3 terjadi kondisi yang disebut titik jenuh cahaya. Pada
kondisi tersebut, laju fotosintesis telah mencapai maksimum, dan tidak
meningkat lagi lajunya walau intensitas cahayanya bertambah. C-4
semakin efektif pada intensitas yang semakin tinggi. Bahkan pada kisaran
intensitas dimana bagi tumbuhan C-3 telah mencapai titik jenuh, pada
tumbuhan C-4 justru masih mengalami peningkatan yang signifikan.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa tumbuhan C-4 lebih toleran hidup
pada daerah dengan tingkat intensitas cahaya yang tinggi. Pada tumbuhan
C-3,

2. Suhu

Sifat lain tumbuhan C-4 adalah lebih toleran di lingkungan dengan


suhu yang panas. Kisaran suhu optimum untuk fotosintesis tumbuhan C-4
( lebih tinggi daripada tumbuhan C-3. Respons Fotosintetik Tumbuhan C-
3 dan C-4 Gambaruhu optimum untuk fotosintetik : 20 – 26o C (pada C-3)
dan 35 – 40o C (pada C-4) Gb. : Kisaran suhu optimum untuk fotosintetik
: 20 – 26o C (pada C-3) dan 35 – 40o C (pada C-4)

3. Umur jaringan dan fotosintesis Selain faktor intensitas cahaya

Umur daun sangat menentukan produktivitas daun dalam aktivitas


fotosintesisnya. Kapasistas kemampuan daun melakukan fortosintesis
berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaan daun mencapai
perkembangan dan pertumbuhan optimalnya. Pada fase awal
pertumbuhannya, daun muda masih menggatungkan asimilat dari daun
dewasa lainnya (mengimport). Pada saat daun mencapai laju pertumbuhan
optimum, produktivitasnya telah jauh meningkat, dan sebagian
fotosintatnya telah mulai diekspor ke jaringan lain yang membutuhkan.
Kapasitas fotosintesis ini terus meningkat bersamaan dengan pencapaian
kedewasaan organ daun. Terdapat hubungan interaktif antara
perkembangan struktural daun (anatomi-morfologi) dan intensitas cahaya
dengan perkembangan kapasitas fotosintetiknya. Tumbuhan yang tumbuh
pada tempat dengan intensitas cahaya tinggi, daun berkembang dengan
memadahi, sehingga kapasitas fotosintetiknya juga lebih besar.

4. CO2 dan Fotosintesis Konsentrasi CO2

Sebagai salah satu prekursor atau bahan dasar asimilasi karbon tentu
akan sangat berpengaruh pada produktivitas fotosintesisnya. Tumbuhan
menunjukkan kemampuan nya dalam memfiksasi CO2 yang berbeda-beda.
Perbedaan ini sangat menyolok antara tumbuhan tipe C-3 dengan C-4
jagung (Tumbuhan C-4) dan Kacang (tumbuhan C-3) Respons Fotosintetik
Tumbuhan Jagung dan Kacang pada beberapa level CO2. Pada konsentrasi
CO2 lingkungan yang sama (330 ppm), jagung (Zea mayz) sebagai contoh
dari tumbuhan C-4 memiliki laju fotosintesis yang jauh lebih tinggi
dibanding dengan kacang, bahkan dengan tumbuhan kacang yang diberi
suplai CO2 1000 ppm sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan C-
4 memiliki kemampuan yang sangat efisien dalam memfiksasi CO2. Pada
tumbuhan C-4, CO2 diikat oleh PEP karboksilase dan menggabung kan
dengan PEP menjadi asam oksalo asetat (OAA). OAA ini menjadi timbunan
sumber CO2 di vakuola. Selanjutnya, OAA akan dikonversi menjadi asam
malat atau aspartat tergantung jenis tumbuhannya, yang kemudian
ditranspor ke seludang berkas (bundle sheat = Kranz anatomy). Selanjutnya,
malat atau aspartat akan didekarboksilasi dan CO2 yang terlepas akan diikat
oleh enzim RubisCo untuk asimilasi karbon pada siklus Calvin.

5. Oksigen dan Fotosintesis Oksigen


Oksigen merupakan salah satu produk samping dari fotosintesis, dari
hasil fotolisis air. Namun demikian, akadar oksigen yang tinggi pada
jaringan fotosintetik akan menghambat laju fotosintesis. Grafik berikut
menggambarkan bagaimana laju fotosintesis pada beberapa level O2. Pada
kondisi kadar oksigen yang semakin tinggi, laju fotosintesisnya secafra
signifikan menjadi semakin rendah. Tampak kecenderungan adanya efek
interaksi antara konsentrasi CO2 dan O2 terhadap laju fotosintesisnya.
Namun tingkat penghambatan ini saangat berbeda antara kelompok
tumbuhan C-3 dan C-4. Tingkat hambatan fotosintesis oleh adanya oksigen
jauh lebih besar terjadi pada tanaman kacang dibanding pada jagung.
Tingkat hambatan fotosintesis oleh O2 pada Tanaman kacang dan jagung.
Tingkat penghambatan fotosintesis yang begitu besar oleh keberadaan O2
pada kacang terkait erat dengan intensitas fotorespirasinya. Pada
Tumbuhan C-3, laju fotorespirasi sangat intensif. Sebaliknya, pada
tumbuhan C-4 sangat rendah. Rendahnya laju fotorespirasi tumbuhan C-4
diduga disebabkan karena pada jaringan fotosintetiknya, rasio CO2 / O2
cukup besar. Dengan tingginya CO2 jaringan, mengurangi peluang
terikatnya oksigen pada sisi aktif enzim Rubisco. Khusua pada tumbuhan
C-4 yang mentranspor timbunan CO2 dalam bentuk asam amino Aspartat
(asam C-4 dalam bentuk Aspartat), laju fotosintesisnya memiliki hubungan
erat dengan penyerapan N dari tanah.
KESIMPULAN

1. Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan suatu penyusunan senyawa
kimia kompleks yang memerlukan energi matahari (cahaya).
2. Factor yang mempengarhi laju fotosintesis yaitu intensitas cahaya, suhu,
umur jaringan, CO2 dan Fotosintesis Konsentrasi CO2 , oksigen dan
fotosintesis oksigen.
Daftar Pustaka

Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence G.Mitchell. 1999. Biology. Addison-Wesley,
Inc. California. Di akses pada tanggal 13 April 2019.
Edwards,Gerry and David Walker. 1983. C3, C4 : Mechanisms and cellular and environmental
regulation, of photosynthesis. Blackwell Sci. Publ. Melbourne. Diakses pada tanggal 13
April 2019.
Fried, G dan Hademenos, G. 2005. Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua.
Erlangga : Jakarta. Diakses pada tanggal 13 April 2019.
Karmana, O., 2006. Biologi. Grafindo Media Pratama : Bandung.
Maniam, Mbs dan Syukasmi, A., 2006. Persiapan Ujian Nasional Biologi. Dikases pada tanggal
13 April 2019.
Micco. 2015. Tahapan Fotosintesis, Reaksi Gelap dan Terang.
Raven, Peter H.; Ray F.Evert and Susan E. Eichhorn. Biology of Plants. 3rd Ed. Worth
Publisher. USA. Diakses pada tanggal 13 April 2019.
Salisbury, Frank B. and Cleon W.Ross. 1985. Plant Physiology. Wadsworth Publ.Comp.
Inc.USA. diakses pada tanggal 13 April 2019.
Setiowati, T dan Furqonita, D. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press : Jakarta.
Grafindo Media Pratama : Bandung. Diakses pada tanggal 13 April 2019.
Taiz, Lincoln and Eduardo Zeiger. 1991. Plant Physiology. The Benjamin/ Cummings
Publ.Comp.Inc. California. Diakses pada tanggal 13 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai