Anda di halaman 1dari 11

RESUME PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“Fotosintesis 1”

KELOMPOK 5 :

Angga Setya Bayu (22308141021)


Faidatun Nur Alifah (22308141022)
Ismail Bintang Pangestu (22308141023)
Shella Debora Aprillia Siagian (22308141024)
Rahmanto Raharjo (22308141025)

BIOLOGI B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
A. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan
untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi
cahaya. Fotosintesis juga dapat di artikan proses penyusunan atau
pembentukan dengan menggunakan energi cahaya atau foton. Sumber energi
cahaya alami adalah matahari yang memiliki spektrum cahaya infra merah
(tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan ultra ungu
(Darmawan. 1983 dalam Handoko, 2020).
Hasil dari Fotosintesis adalah glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga,
dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan
air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk
hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya
fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga
berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.
Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti
cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara
asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat
(difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang
ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Darmawan.
1983 dalam Handoko, 2020).
B. Faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis
Fotosintesis merupakan kegiatan kompleks yang dipengaruhi oleh
banyak faktor, Ada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi
faktor iklim seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, hujan, serta faktor
cahaya, konsentrasi CO2, O2, pesaing dan patogen. Di luar itu, ada faktor yang
dapat menyebabkan stres, seperti ketersediaan air, kontaminan biosidal, dan zat
beracun lainnya. Faktor internal meliputi kondisi jaringan/organ fotosintetik,
kandungan klorofil, umur jaringan, aktivitas fisiologis lainnya seperti
transpirasi, respirasi dan adaptasi fisiologis lainnya yang saling terkait. Kondisi
berlebihan dari berbagai faktor yang dibutuhkan oleh lingkungan juga dapat
mempengaruhi fotosintesis, misalnya, logam berat beracun, biosida, SO2 dan
O2.
1. Respon fotosintesis terhadap intensitas cahaya.
Cahaya sangat penting sebagai energi penggerak untuk
fotosintesis, oleh karena itu, tingkat permintaan akan berbeda antar
kelompok tanaman. Tidak setiap peningkatan intensitas akan
mengikuti atau menyebabkan peningkatan laju fotosintesis.
Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan cahaya, terutama antara
tanaman jenis C-3 dan C4. Pada tanaman C-3, terjadi kondisi yang
dikenal sebagai titik jenuh cahaya (Gbr..). Dalam kondisi ini, laju
fotosintesis mencapai maksimum, dan laju tersebut tidak meningkat
meskipun intensitas cahaya meningkat.
Fotosintesis pada tanaman C-4 lebih efisien pada intensitas
yang lebih tinggi. Bahkan dalam kisaran intensitas tanaman C-3
mencapai titik jenuh, tanaman C-4 masih mengalami peningkatan
yang signifikan. Fakta ini menunjukkan bahwa tanaman C-4 lebih
toleran pada daerah dengan intensitas cahaya tinggi.
2. Suhu
Sifat lain tumbuhan C-4 adalah lebih toleran di lingkungan
dengan suhu yang panas. Kisaran suhu optimum untuk fotosintesis
tumbuhan C-4 ( lebih tinggi daripada tumbuhan C-3.
3. Umur Jaringan dan Fotosintesis
Selain faktor intensitas cahaya, umur daun sangat
menentukan produktivitas aktivitas fotosintesis daun. Kemampuan
daun untuk melakukan fotosintesis berkembang seiring
perkembangan Daun dewasa mencapai perkembangan dan
pertumbuhan yang optimal. Pada tahap awal pertumbuhannya, daun
muda masih bergantung pada asimilasi dari daun dewasa lainnya
(impor). Ketika daun telah mencapai tingkat pertumbuhan
optimalnya, produktivitasnya meningkat pesat, dan beberapa
produk fotosintesisnya mulai diekspor ke jaringan lain yang
membutuhkannya. Kapasitas fotosintesis ini terus meningkat
seiring dengan kematangan organ daun. Dengan perkembangan
kapasitas fotosintesis daun, terdapat hubungan interaktif antara
perkembangan struktur daun (anatomi-morfologi) dan intensitas

cahaya. Tumbuhan yang tumbuh di tempat dengan intensitas cahaya


tinggi memiliki daun yang memadahi, sehingga kapasitas
fotosintesisnya juga tinggi.
4. CO2 dan Fotosintesis
Sebagai prekursor atau salah satu komponen dasar asimilasi
karbon, konsentrasi CO2 tentunya akan sangat mempengaruhi
produktivitas fotosintesis. Tumbuhan menunjukkan berbagai
kemampuan untuk memperbaiki karbon dioksida. Perbedaan ini
sangat mencolok antara jenis tumbuhan C-3 dan C-4 (Gbr..). jagung
(tanaman C-4) dan tanaman kacang tanah C-3).

Pada konsentrasi CO2 ambien yang sama (330 ppm), jagung


(Zea mayz) sebagai contoh tanaman C-4 yang berfotosintesis pada
tingkat yang jauh lebih tinggi daripada kacang tanah, bahkan
tanaman kacang yang diberi suplai CO2 1000 ppm. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman C-4 memiliki kemampuan yang
sangat efisien dalam memfiksasi CO2. Pada tumbuhan C-4, CO2
diikat oleh PEP karboksilase dan bergabung dengan PEP
membentuk oksaloasetat (OAA). OAA ini menjadi sumber CO2 di
vakuola. Selain itu, OAA akan dikonversi menjadi malat atau
aspartat tergantung pada jenis tumbuhannya, yang kemudian
ditranspor ke seludang berkas (bundle sheat = Kranz anatomy).
Selanjutnya, malat atau aspartat akan didekarboksilasi dan CO2
yang terlepas akan diikat oleh enzim RubisCo untuk asimilasi
karbon pada siklus Calvin.
5. Oksigen dan Fotosintesis
Oksigen, salah satu produk sampingan dari fotosintesis,
berasal dari hasil fotolisis air. Namun, kadar oksigen yang tinggi
dalam jaringan fotosintesis menghambat laju fotosintesis. Grafik di
bawah menggambarkan laju fotosintesis pada beberapa tingkat O2.

Pada kondisi kandungan oksigen lebih tinggi, laju


fotosintesis adalah secara signifikan lebih rendah. Tampaknya ada
kecenderungan interaksi antara konsentrasi CO2 dan O2 pada laju
fotosintesis. Namun, tingkat penghambatan ini sangat berbeda
antara kelompok tanaman C-3 dan C-4. Kehadiran oksigen
menghambat fotosintesis pada tanaman kacang ke tingkat yang jauh
lebih besar daripada jagung. Kehadiran O2 sangat menghambat
fotosintesis dalam kacang sangat erat kaitannya dengan intensitas
fotorespirasinya. Pada tanaman C-3, laju fotorespirasi sangat cepat.
Sebaliknya, sangat rendah pada tanaman C-4. Rendahnya laju
fotorespirasi tumbuhan C-4 diduga disebabkan karena pada
jaringan fotosintetiknya, rasio CO2 / O2 cukup besar. Dengan
tingginya CO2 jaringan, mengurangi peluang terikatnya oksigen
pada sisi aktif enzim Rubisco. Khusua pada tumbuhan C-4 yang
mentranspor timbunan CO2 dalam bentuk asam amino Aspartat
(asam C-4 dalam bentuk Aspartat), laju fotosintesisnya memiliki
hubungan erat dengan penyerapan N dari tanah.
C. Proses Fotosintesis
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya
pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai
pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis. dapat
diketahui bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada
tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh
setiap spektrum cahaya. Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor
lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap berbagai
spektrum cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam
menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya perbedaan
jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.
Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang
dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang
mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari
pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap energi matahari.
Dari semua radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis
Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap
fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja
dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda
menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas
mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap
cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap cahaya biru dan
oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil berperan langsung
dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam
reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron
berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap
oleh akseptor elektron. Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang
reaksi fotosintesis. (Wiraatmaja, 2017)

D. Hubungan Intensitas Cahaya dengan Laju Fotosintesis


Fotosintesis adalah reaksi penting pada tumbuhan yang berfungsi
mengkonversi energi (cahaya) matahari menjadi energi kimia yang disimpan
dalam senyawa organic (Campbell &Reece, 2008). Cahaya matahari diperlukan
tanaman sebagai sumber energi untuk menjalankan 2 tahapan reaksi pada
fotosintesis yaitu reaksi terang atau light dependent reaction/LDR) yang terjadi
di tilakoid dan siklus Calvin atau light independent reaction/LIR) yang terjadi
di stroma. (Yustiningsih, 2019)
Berdasarkan ekologi terhadap kemampuan penerimaan cahaya,
Lukitasari (2010) menyatakan bahwa secara garis besar tanaman dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 1) Heliofit, tanaman yang tumbuh baik jika
terkena cahaya matahari penuh, dan 2) Skiofit, tanaman yang tumbuh baik pada
intensitas cahaya yang rendah.
Secara umum. Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan
intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan
pembuluh kayu lebih sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih
tebal tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung.
Beberapa efek dari cahaya matahari penuh yang melebihi kebutuhan optimum
akan dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat
tetapi kondisi tersebut cenderung mempertinggi daya tahan tanaman.
(Lukitasari, 2012)
Proses fotosintesis yang efektif dapat menghasilkan energi yang lebih
besar dibandingkan energi yang terpakainya. Sebagian dari energi yang
dihasilkan disimpan dalam bentuk cadangan makanan dan untuk pembentukan
metabolit sekunder [7]. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis
yaitu cahaya, konsentrasi karbon dioksida, persediaan air, kandungan klorofil,
penimbunan hasil fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap difusi gas bebas,
dan faktor protoplasma. Laju fotosintesis dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari karena proses fotosintesis hanya akan terjadi jika ada cahaya dan
melalui perantara pigmen hijau klorofil yang terletak pada organel sitoplasma
yaitu kloroplas. Sebagian energi matahari yang di serap akan di ubah menjadi
energi kimia, yaitu berupa zat kimia berenergi tinggi. Selanjutnya, zat itu akan
digunakan untuk proses penyusun zat gula. semakin rendah intensitas cahaya,
semakin rendah pula ATP (energi) yang terbentuk, sehingga memperlambat laju
reaksi fotosintesis. (Lupitasari dan Kusumaningtyas, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Bloom, A. J., Burger, M., Asensio, J. S. R., & Cousins, A. B. (2014). Carbon dioxide
enrichment inhibits nitrate assimilation in wheat and Arabidopsis. Science,
347(6222), 193-196.
Cushman, J. C., & Michalowski, C. B. (2013). Regulation of CO2 uptake in
crassulacean acid metabolism plants: signaling from sensor to sink. Annu Rev
Plant Biol, 64, 377-406.
Handoko, A., dan Rizki, A. M. (2020). Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Lampung: UIN
Raden Intan Lampung
Lawson, T., & Blatt, M. R. (2014). Stomatal size, speed, and responsiveness impact on
photosynthesis and water use efficiency. Plant Physiology, 164(1), 1556-1570.
Lukitasari, M. (2010). Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun
Lukitasari, M. (2012). Pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai (Glycine max). IKIP PGRI Madiun.
Lupitasari, D., & Kusumaningtyas, V. A. (2020). Pengaruh Cahaya dan Suhu
Berdasarkan Karakter Fotosintesis Ceratophyllum demersum sebagai Agen
Fitoremediasi. Jurnal Kartika Kimia, 3(1), 33-38.
Yustiningsih, M. (2019). Intensitas cahaya dan efisiensi fotosintesis pada tanaman
naungan dan tanaman terpapar cahaya langsung. BIO-EDU: Jurnal Pendidikan
Biologi, 4(2), 44-49.
Lupitasari, D., Melina, M., & Kusumaningtyas, V.A. (2020). Pengaruh Cahaya dan
Suhu Berdasarkan Karakter Fotosintesis. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan
Informatika, Universitas Jenderal Achmad Yani. Cimahi, Indonesia.

Al, S. (2011). Faktor-faktor fotosintesis.


Taiz, L., Zeiger, E., Moller, I. M., & Murphy, A. (2015). Plant Physiology and
Development, 6th Edition. Sinauer Associates, Inc.
Wiraatmaja, I. W. (2017). Fotosintesis. Agroekoteknologi: Fakultas Pertanian UNUD.

Anda mungkin juga menyukai