Anda di halaman 1dari 27

FISIOLOGI TANAMAN

PROSES FOTOSINTESIS I PADA TANAMAN FAMILI LEGUMINOSA


(KACANG - KACANGAN)

Disusun oleh :
1. Aulia Septin Haninda, 22025010161
2. Talitha Aulia Rahma, 22025010168
3. Layla Putri Herawati, 22025010176
4. Dita Estevania Himelia, 22025010199

Kelompok : 11

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Nora Augustien K. MP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"
JAWA TIMUR

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fotosintesis adalah proses menghasilkan makanan pada tumbuhan. Di mana
kebutuhan air pada tumbuhan terpenuhi dari proses penyerapan akar dan CO 2, reaksi
fiksasi udara, dan energi cahaya matahari yang terikat oleh klorofil. Peristiwa
tersebut akan membentuk glukosa dan gas O 2 (oksigen). Reaksi proses fotosintesis
dapat diuraikan sebagai berikut: 6 CO2 + 6 H2O => C6H 12O 6 + H 2O. Proses
fotosintesis terjadi di kloroplas menggunakan pigmen hijau sebagai bahan
fotosintesis. Kloroplas berfungsi untuk menyerap cahaya merah dan biru yang
digunakan dalam proses fotosintesis (Nurmaeli dan Toifur, 2015). Fotosintesis adalah
dasar dari semua kehidupan di bumi, tidak hanya menyediakan oksigen tetapi juga
senyawa organik yang disintesis dari CO 2 atmosfer dan air menggunakan energi
cahaya sebagai tenaga penggerak (Flugge et al, 2016).
Produk pertama dari fotosintesis tanaman C3 adalah molekul dari 3 atom
karbon, berupa 3 PGA (asam fosfogliserat). Pada tanaman C3, fiksasi CO 2 terjadi
melalui siklus Calvin. Fiksasi CO 2 biasanya terjadi pada kelompok tanaman dikotil.
Tumbuhan C3 adalah tumbuhan pada umumnya yang kita sebut tumbuhan hijau atau
tumbuhan yang mekanisme fotosintesisnya diawali dengan terbentuknya C3 (PGA)
pada reaksi Calvin-Benson. Efisiensi fotosintesis lebih rendah pada tanaman C3
karena enzim Rubisco memiliki peran ganda yaitu (a) pengikatan CO 2 dan (b)
aktivasi oksigenase dalam fotorespirasi. Pada tanaman C3, penggunaan CO 2 hanya
50% karena adanya Fotorespirasi menyebabkan efisiensi fotosintesis rendah.
Struktur kloroplas tumbuhan C3 bersifat homogen. Tumbuhan C3 berperan
penting dalam metabolisme. Tumbuhan C3 memiliki kapasitas fotorespirasi yang
lebih rendah karena tidak perlu memfiksasi energi terlebih dahulu. Tumbuhan C3
termasuk kelompok filogenetik yang dapat kehilangan 20 % karbon dalam siklus
Calvin karena radiasi. Konsep Dasar Reaksi Gelap Fotosintesis Siklus Calvin (C3)
sebagai berikut: CO2 digabungkan oleh RUDP, kemudian diubah menjadi senyawa
organik C6 yang tidak stabil, dan akhirnya diubah menjadi glukosa dengan 18 ATP
dan 12 NADPH. Siklus ini terjadi di kloroplas stroma untuk menghasilkan satu
molekul glukosa diperlukan 6 siklus C3. Proses fotosintesis pada tanaman C3 terdiri
dari dua langkah:
● Fase 1 dari fotoreaksi (reaksi tergantung cahaya) mengubah energi cahaya
menjadi energi kimia Reaksi ini melibatkan fotosintesis dan fotofosforilasi
● Fase kedua dari siklus Calvin (gelap) untuk perakitan molekul gula terdiri dari
reaksi termokimia dan reaksi fiksasi CO2.
Fotoreaksi adalah proses menghasilkan ATP dan mereduksi NADPH 2 Reaksi
ini membutuhkan molekul air Prosesnya dimulai dengan pigmen yang berfungsi
sebagai antena penangkap foton. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya
tampak biru (400-450 nm) dan merah (650-700 nm) daripada hijau (500-600 nm).
Cahaya hijau ini dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita, menciptakan persepsi
bahwa daun berwarna hijau Fotosintesis menghasilkan lebih banyak energi pada
panjang gelombang cahaya tertentu Memang, panjang gelombang yang lebih pendek
menyimpan lebih banyak energi. Contoh tanaman C3 yaitu gandum, kentang, kacang
- kacangan, dll. Tanaman kacang - kacangan memiliki banyak jenisnya dengan proses
fotosintesis yang berbeda - beda. Oleh karena itu, penulis memilih judul " Proses
Fotosintesis I pada Tanaman Famili Leguminosa (Kacang - kacangan)".

B. Tujuan
● Mengetahui proses fotosintesis pada tanaman Kacang - kacangan.
● Mengetahui bahan - bahan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis I pada tanaman
Kacang - kacangan.
● Mengetahui tempat terjadinya proses fotosintesis pada tanaman Kacang - kacangan.
● Mengetahui pengaruh yang terjadi pada tanaman Kacang - kacangan jika proses
fotosintesis terganggu.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana reaksi fotosintesis I yang terjadi pada tanaman famili leguminosa
(kacang - kacangan) ?
2. Bagaimana pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman famili leguminosa (kacang - kacangan) ?
3. Bagaimana siklus hidup tanaman C3 ?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teoritik
Fotosintesis (dari bahasa Yunani [fó to-], "cahaya," dan [sýnthesis],
"menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia pembentukan zat
makanan seperti karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berkalori tinggi, makhluk hidup
non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri. Organisme ini
berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi
cahaya matahari (Wiraatmaja, 2017).
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
di dunia terutama bagi tumbuhan. Cahaya matahari sangat penting untuk proses fotosintesis,
sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci berlangsungnya proses
metabolisme yang ada dalam tanaman. Pengaruh cahaya matahari juga berbeda pada setiap
jenis tanaman seperti tanaman C4, C3, dan CAM. selain itu, setiap jenis tanaman memiliki
sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme yang menjadikan tanaman dikelompokkan
menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek. Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan meskipun kebutuhan
cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan
berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi (Wiraatmaja, 2017).
Berdasarkan tipenya, fotosintesis dibedakan menjadi 3 macam yaitu C3, C4 dan
CAM. Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mengikat CO 2 dari atmosfer dan produk
awal yang dihasilkan dari proses asimilasi. Pada tanaman C3, Rubisco menyatukan CO 2
dengan RuBP (RuBP merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses
fotosintesis) dalam proses awal asimilasi, juga dapat mengikat O 2 pada saat yang bersamaan
untuk proses fotorespirasi. Jika konsentrasi CO2 di atmosfer ditingkatkan, hasil dari kompetisi
antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan
asimilasi akan bertambah besar (Wibawani et al, 2015). Beberapa contoh dari tanaman C3
yakni seperti gandum, kentang, dan kacang - kacangan.
Kacang merah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan (Leguminoceae) yang
memiliki kandungan pati serta serat yang tinggi.Kandungan serat yang tinggi menyebabkan
kacang merah dapat membantu mencegah penyakit jantung koroner. Kacang merah juga
memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah
dan risiko timbulnya diabetes. Kacang merah juga mengandung senyawa fenolik yang
berperan sebagai antioksidan dalam tubuh. Kacang merah tergolong bahan pangan yang dapat
menunjang peningkatan gizi karena tergolong sumber protein nabati yang murah dan mudah
dikembangkan (Sihaloho, 2019).
Salah satu sektor pertanian yang mampu memberikan kontribusi pada perekonomian
Indonesia adalah produksi kacang panjang. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
merupakan tanaman perdu semusim yang sudah lama dibudidayakan oleh orang
Indonesia.Sebenarnya kacang panjang berasal dari India dan Afrika. Kemudian menyebar
penanamanya ke daerah-daerah Asia Tropika hingga ke Indonesia (Anto, 2013). Tanaman
kacang panjang biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai lalapan maupun sayuran
dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat. Selain itu, buah atau polong muda bermanfaat
antara lain sebagai bahan makanan dan sebagai bahan pengobatan (terapi) yaitu, pengobatan
anemia, antioksidan, serta salah satu sumber kandungan protein nabati yaitu, sebagai sumber
serat alami yang tinggi (Haryono et al, 2008 dalam Anti et al, 2020).
Kedelai (Glycine max) adalah komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam
rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.
Kedelai dapat diolah sebagai bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu
kedelai, tauco, snack dan sebagainya (Wahyudin et al, 2017).
Tanaman Kacang hijau (Vigna radiata (L) Wilczek) merupakan salah satu tanaman
kacang-kacangan atau leguminose yang cukup penting dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, khususnya di Indonesia dan menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang
tanah. Kacang hijau termasuk tanaman yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin A, B1, C, dan E, serta beberapa zat
lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia seperti zat besi, belerang, kalsium,
magnesium dan minyak lemak (Harmaeni et al, 2015).

2.2 Empirik
2.2.1 Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian dilaksanakan
selama 7 hari (Kamis, 14 Maret – Rabu, 20 Maret 2019) dan bertempat di SMAN 8 Cirebon.
Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan yang digunakan : Biji kacang merah polybag
hitam Tanah Air Mistar dan kertas 5. Cara Kerja Penelitian Rendam biji kacang merah
selama semalam (±18 jam) Sediakan dua buah polibek yang diisi dengan tanah berkualitas
sama Letakkan 5 biji kacang merah ke dalam polibek Beri label “A2“ pada polibeg yang
akan diletakkan pada tempat terang, dan label “B2” untuk tempat gelap Untuk tempat gelap,
agar terhindar dari cahaya matahari tutup dengan kardus. Siramlah kacang merah setiap hari
Ukur dan amati setiap pertumbuhan dan perkembangan kacang merah setiap harinya.
A. Tempat Terang
1) Tabel Pertumbuhan

2) Tabel Perkembangan

B. Tempat Gelap
1) Tabel Pertumbuhan
2) Tabel Perkembangan

Analisis Data
Pada dasarnya tumbuhan membutuhkan cahaya. Banyak sedikitnya cahaya yang dibutuhkan
tiap tumbuhan berbeda-beda. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan biji kacang merah dengan merendam kacang merah selama 18 jam dan
meletakan 5 biji kacang merah ke dalam polibek (polibek A2 dan polibeg B2) lalu
meletakkan polibek A2 di tempat terang dan polibek B2 ditempat gelap. Dari tabel dan grafik
pengamatan tinggi tanaman yang telah diukur setelah 7 hari, ternyata didapat rata-rata tinggi
tanaman kacang merah yang ditanam ditempat terang dan gelap adalah :
XA2 = ∑ Tinggi Tanaman Tempat terang/ 6 = 49.122/6 = 8.19 cm
XB2 = ∑T tinggi Tanaman Tempat gelap/ 6 = 72.858/6 = 12.14 cm
Jadi, selisih tinggi tanaman kacang merah yang ditanam ditempat terang dan gelap adalah :
X = X2 – X1 = 12.14 – 8.19 = 3.95
Keterangan : X1 : Tanaman tempat terang
∑1 = Jumlah tinggi tanaman tempat terang
X2 : Tanaman tempat gelap
∑2 = Jumlah tinggi tanaman tempat gelap
X : Selisih tinggi tanaman
n = Jumlah hari selama penelitian (6 hari karena pada hari pertama tidak mengalami
pertumbuhan)

2.2.2
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti
Tanjungsari, Sumedang dengan ketinggian tempat 850 m dpl. tipe curah hujan adalah C (agak
basah) menurut klasifikasiSchmidt dan Ferguson (1951). Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni sampai bulan September 2016. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Kacang Merah varietas Garut dan Tasikmalaya, media tanam tanah Andisol, Paranet 50%,
Paranet 65%, Paranet 75%, pupuk kandang ayam, Insektisida Curacron 500 EC, Prevathon 50
SC dan fungisida Dithane M-45. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Polybag
(ukuran yang digunakan 30cm x 30cm) , penggaris, cangkul, timbangan, ember ,
thermometer, jala kawat untuk mengayak tanah ukuran 2mm, selang, gelas ukur, timbangan
analitik, jangka sorong, alat tulis dan kamera.

1). Tinggi Tanaman Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi
antara naungan dan varietas kacang merah terhadap tinggi tanaman kacang merah varietas
garut, tasik dan bima untuk semua umur pengamatan.Data hasil analisis disajikan pada Tabel
1. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa pada penggunaan berbagai naungan
berpengaruh terhadap tinggi tanaman kacang merah pada umur 14 HST, 21 HST, 28 HST dan
35 HST. Pada umur 14 HST , naungan 65% dan 75% menunjukkan tanaman lebih tinggi dari
tanaman pada naungan 0% dan 50%. Tinggi tanaman antara varietas garut dan tasik tidak
berbeda pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST hanya berbeda pada umur 35 HST dimana
varietas tasik lebih pendek dibandingkan varietas garut.
Tabel 1. Pengaruh Paranet dan Berbagai Varietas Garut dan Tasik Terhadap Tinggi Tanaman
Umur 14 HST, 21 HST, 28 HST dan 35 HST.
2). Jumlah Daun Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara
naungan dan varietas kacang merah terhadap jumlah daun kacang merah varietas garut dan
tasik untuk setiap umur pengamatan.Data hasil analisis disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan
tabel 2 dapat diketahui bahwa pada penggunaan berbagai naungan berpengaruh terhadap
jumlah daun tanaman kacang merah pada umur 21 HST, 28 HST dan 35 HST. Pada umur 14
HST naungan tidak berpengaruh pada jumlah daun tanaman. Jumlah daun per tanaman antara
varietas garut dan tasik tidak berbeda nyata pada umur 14 HST, 21 HST dan 35 HST hanya
berbeda pada umur 28 HST dimana jumlah daun varietas tasik lebih sedikit dibandingkan
varietas garut.
3). Jumlah Cabang Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi
antara naungan dan varietas kacang merah terhadap jumlah cabang kacang merah varietas
garut dan tasik pada umur pengamatan.Data hasil analisis disajikan pada Tabel 2. Dapat
diketahui bahwa penggunaan berbagai naungan berpengaruh terhadap jumlah cabang
tanaman kacang merah pada umur 21 HST, 28 HST dan 35 HST. Jumlah cabang tanaman
antara varietas garut dan tasik tidak berbeda nyata pada umur 14 HST, 21 HST dan 35 HST
hanya berbeda pada umur 28 HST dimana jumlah cabang varietas tasik lebih sedikit
dibandingkan varietas garut.
4). Bobot 100 butir Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi
antara naungan dan varietas kacang merah terhadap bobot 100 butir biji varietas garut dan
tasik.Data hasil analisis disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
pada penggunaan berbagai naungan berpengaruh terhadap bobot 100 butir kacang merah,
pada naungan 50% memberikan hasil tertinggi yang berbeda nyata dibandingkan dengan
naungan 65% dan 75% dan 0%. Bobot 100 butir varietas Garut dan Tasik tidak terdapat
perbedaan.
5). Jumlah Polong per Tanaman Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak terjadi
interaksi antara naungan dan varietas kacang merah terhadap jumlah polong per tanaman
varietas garut dan tasik.Data hasil analisis disajikan pada Tabel 3. Dapat diketahui bahwa
pada penggunaan berbagai naungan berpengaruh terhadap jumlah polong per tanaman kacang
merah pada naungan 0% memberikan hasil tertinggi yang berbeda nyata dibandingkan
dengan naungan 65% dan 75% . Sedangkan antara varietas tidak menunjukkan perbedaan
jumlah polong per tanaman.

Tabel 2. Pengaruh Paranet dan Berbagai Varietas Garut dan Tasik Terhadap Jumlah Daun
dan Rata-rata jumlah cabang (tangkai) Umur 14 HST, 21 HST, 28 HST dan 35 HST.
Tabel 3. Pengaruh Naungan dan Berbagai Varietas Garut dan Tasik Terhadap Rata rata bobot
100 butir, Ratarata jumlah polong per tanaman, Rata-rata jumlah polong isi, Rata-rata %
jumlah polong isi dan Ratarata bobot biji kering per tanaman

6). Jumlah Polong Isi per Tanaman Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak
terjadi interaksi antara naungan dan varietas kacang merah terhadap jumlah polong isi per
tanaman varietas garut dan tasik. Data hasil analisis disajikan pada Tabel 3, dapat diketahui
bahwa pada penggunaan berbagai naungan berpengaruh terhadap jumlah polong isi per
tanaman kacang merah pada naungan 0% memberikan hasil tertinggi yang berbeda nyata
dibandingkan dengan naungan 65% dan 75% dan 50%.Antara varietas garut dan tasik tidak
memiliki jumlah polong isi yang berbeda.
7). Persentase (%) Polong Isi per Tanaman Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa
tidak terjadi interaksi antara naungan dan varietas kacang merah terhadap persentase (%)
polong isi per tanaman varietas garut dan tasik. Data hasil analisis disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada penggunaan berbagai naungan berpengaruh
terhadap persentase (%) jumlah polong isi kacang merah pada naungan 50% memberikan
hasil tertinggi yang berbeda nyata dibandingkan dengan naungan 65% dan 75% dan
0%.Varietas tasik memiliki persentase (%) jumlah polong isi yang lebih tinggi dari varietas
garut.
8). Bobot Biji Kering per Tanaman Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa tidak
terjadi interaksi antara naungan dan varietas kacang merah terhadap bobot biji kering per
tanaman varietas garut dan tasik.Data hasil analisis disajikan pada tabel 3. Berdasarkan tabel
3 dapat diketahui bahwa pada penggunaan berbagai naungan berpengaruh terhadap bobot biji
kering per tanaman kacang merah pada naungan 50% memberikan hasil tertinggi yang
berbeda nyata dibandingkan dengan naungan 65% dan 75% dan 0%, Antara varietas tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.

Tabel 4. Toleransi Varietas Garut dan Tasik Terhadap Naungan Berdasarkan Nilai STI
(Stress Tolerance Index)

9) STI (Strees Tolerance Index) Dari hasil analisis statistic menunjukkan bahwa antara
naungan dan varietas kacang merah terhadap STI (Strees Tolerance Index) varietas Garut dan
Tasik. Data hasil analisis disajikan pada tabel 4. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
tingkat toleransi varietas kacang merah berbeda pada berbagai tingkat naungan. Varietas
Garut dan Tasik peka terhadap naungan 75%, moderat pada naungan 65% dan toleran pada
naungan 50%

2.2.3 Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang dengan


Penambahan Bahan Organik
Gambar 1. Keragaan tinggi tanaman dan jumlah daun selama pertumbuhan vegetatif tanaman
kacang panjang tanpa pemberian kompos dan dengan pemberian kompos, KP. Narmada, MH.
2016
→ Laju pertumbuhan vegetatif tanaman akan semakin meningkat sejalan dengan laju
penyerapan unsur hara. Kemampuan tanaman kacang panjang yang tidak diberikan kompos
untuk tumbuh lebih baik dibandingkan tanaman yang diberikan kompos diduga karena
tanaman memperoleh unsur hara dari pupuk anorganik yang diberikan pada 7 HST.
Tabel 1. Pengaruh penggunaan kompos terhadap pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan
jumlah daun) kacang panjang, Narmada, MH. 2016

→ Kemampuan bahan organik untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang panjang
berlangsung sejak pertumbuhan vegetatif awal (18 HST), generatif berbunga (34 HST), dan
pengisian polong (48 HST) yang ditunjukkan dengan tinggi tanaman dan jumlah daun pada
tanaman yang tidak diberikan kompos lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang
diberikan kompos.
Tabel 2. Keragaan komponen hasil kacang panjang tanpa pemberian kompos dan dengan
pemberian kompos, KP. Narmada, MH. 2016

→ Hasil analisa pada tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman yang tidak diberikan kompos
tidak berbeda nyata dengan yang diberikan kompos namun dari rata-rata perlakuan
menunjukkan bahwa berat polong (55,23 g) dan diameter polong (0,90 cm) yang dihasilkan
oleh tanaman yang diberikan kompos lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberikan
kompos.
Tabel 3. Analisis korelasi pengaruh pertumbuhan vegetatif terhadap bobot segar brangkasan
tanaman kacang panjang

→ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang dengan penambahan bahan organik. Penelitian tersebut dilakukan di KP.
Narmada BPTP NTB pada bulan Januari - Maret 2016. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal dua perlakuan yaitu yang pertama
tanpa kompos, dan yang kedua menggunakan kompos dengan 15 ulangan, sehingga diperoleh
30 perlakuan. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa hasil pada tanaman yang tidak diberikan
kompos tidak berbeda nyata dengan yang diberikan kompos, namun terlihat bahwa berat
polong dan diameter polong yang dihasilkan dari tanaman yang diberi kompos tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi kompos.

2.2.4 Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada
Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda.
Tabel 1. Pertumbuhan dan Kandungan Klorofil (g/mL) Tanaman Kacang Panjang (V.
sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda

Keterangan :
P1 = penyiraman ½ kapasitas lapang
P2 = penyiraman berdasarkan kapasitas lapang
P3 = penyiraman 3/2 kapasitas lapang
Hasil uji Anova dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini menunjukkan bahwa
perlakuan penyiraman yang berbeda terhadap V. sinensis memberikan pengaruh yang berbeda
tidak nyata terhadap pertumbuhan V. sinensis.
Hasil penelitian terhadap pertumbuhan kacang panjang (berat basah dan berat kering) dengan
perlakuan penyediaan air yang berbeda pada akhir penelitian digambarkan dalam bentuk
histogram berikut.

Gambar 1. Histogram berat basah dan berat kering (g) V. sinensis pada tingkat penyediaan air
yang berbeda.
Hasil penelitian terhadap pertumbuhan kacang panjang (tinggi tanaman) dengan perlakuan
tingkat penyediaan air yang berbeda pada akhir penelitian digambarkan dalam bentuk
histogram pada gambar di bawah
Gambar 2. Histogram tinggi tanaman (cm) V. sinensis pada tingkat penyediaan air yang
berbeda.
Hasil penelitian terhadap kandungan klorofil kacang panjang (klorofil a, b, dan total) dengan
perlakuan tingkat penyediaan air yang berbeda pada akhir penelitian digambarkan dalam
bentuk histogram pada gambar berikut :

Gambar 3. Histogram kandungan klorofil (g/mL) V. sinensis pada tingkat penyediaan air
yang berbeda.

2.2.5 Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil Kedelai pada Media Tanam Masam
dengan Pemberian Garam Aluminium
Pengaruh Al terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman serta serapan dan distribusi nutrient
pada fase pertumbuhan vegetatif maupun reproduktif belum diketahui secara pasti. Bentuk Al
yang bersifat toksik terhadap tanaman adalah Al3+, Al (OH)2+, dan Al (OH)2 (Mossor-
Pietraszewska, 2001). Aluminium dapat berfungsi sebagai unsur yang bermanfaat bagi
tumbuhan, tetapi juga dapat merupakan unsur yang berbahaya bagi tumbuhan. Pengaruh Al
yang bermanfaat bagi tumbuhan adalah merangsang penyerapan Fe, meningkatkan
penyerapan fosfor, mencegah pengaruh toksik Cu dan Mn serta dapat melindungi tanaman
dari fungsi pathogen (Barabaszh, dkk., 2002).

Laju fotosintesis dan kandungan klorofil adalah tolak ukur pertumbuhan yang berkaitan
dengan produksi tanaman klorofil adalah pigmen yang terdapat dalam kloroplas dan
memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energy untuk reaksi-reaksi dalam proses
fotosintesis (Taiz dan Zeiger,1998). Pigmen-pigmen tersebut sebagai unit-unit fotosistem di
dalam membran tilakoid, masing-masing terdiri atas klorofil a sebagai pusat reaksi, yaitu
P680 di dalam fotosistem II yang menyerap cahaya pada panjang gelombang sampai 680 nm
dan P700 di dalam fotosistem I yang menyerap cahaya pada panjang gelombang sampai 700
nm (Salisbury dan Ross, 1992). Reaksi cahaya dalam proses fotosintesis akan menghasilkan
ATP (adenosine 5’-Triphosphate) dan NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide
phosphate). NADPH merupakan senyawa pereduksi utama dalam reduksi CO2. Disisi lain,
Moustakes dkk. (1995), menyatakan bahwa Al menyebabkan laju fotosintesis pada gandum
(Triticum aestivum) menurun akibat pusat-pusat reaksi pada fotosistem I dan fotosistem II
merupakan komponen penyalur energi dalam rantai pengangkutan elektron fotosintesis secara
kontinyu dari molekul air sebagai donor elektron ke NADP.

2.2.6 Pertumbuhan dan Hasil Tiga varietas kedelai di Gawangan dengan pemotongan
Ujung Pelepah Kelapa Sawit

Tanaman kedelai termasuk tanaman C3 yang membutuhkan sinar matahari penuh.


Untuk memperoleh produksi kedelai yang optimal sebagai tanaman sela di areal perkebunan,
dibutuhkan varietas yang relatif tahan atau toleran terhadap naungan (kondisi intensitas
cahaya rendah). Cekaman naungan sebesar 50% terhadap tanaman kedelai yang sangat
toleran tidak mengakibatkan penurunan signifikan pada jumlah polong, ukuran biji tanaman
(Soverda et al, 2009). Perlakuan dengan pemberian naungan pada kedelai akan
mempengaruhi sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman yang dapat dipengaruhi oleh
naungan adalah batang tidak kokoh karena garis tengah batang lebih kecil sehingga tanaman
menjadi rebah (Adisarwanto,2005). Menurut Zhang et al. (2011), respon tanaman pada suatu
lingkungan tumpeng sari dapat bersifat adaptif, sinergis atau antagonis sebagai akibat respon
fisiologis tanaman terhadap perbedaan intensitas cahaya yang diterima. Hal ini tidak berlaku
bagi tanaman yang toleran naungan yang cenderung lebih efisien dalam memanfaatkan
cahaya. Pada batas naungan tertentu proses fisiologis tanaman berlangsung normal, tidak
terjadi etiolasi dan kerebahan yang tertentunya tidak mempengaruhi hasil (Asadi et al,1997).
2.2.7 Keefektifan Spektrum Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
(Vigna radiata)
Penelitian yang berjudul "Keefektifan Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kacang Hijau (Vigna radiata) bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan yang paling efektif
terhadap perkecambahan dan fotosintesis pada biji kacang hijau (Vigna radiata). Penelitian
dilaksanakan pada bulan April tahun 2017 di laboratorium Biologi Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Alat yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut yaitu luxmeter, senter, gelas
plastik, kardus, cutter, gunting, penggaris, dan stoples. Bahan yang digunakan yaitu benih
kacang hijau (Vigna radiata), kapas, air, double tape, plastik mika (merah, hijau, biru, dan
ungu), kertas label, dan tisu. Media yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kapas
yang telah diberi lima tetes air. Benih diberi empat perlakuan warna yang berbeda. Benih
ditanam pada media lalu disimpan dalam kardus yang sisi – sisinya telah dilubangi dan diberi
plastik mika yang memiliki warna sama pada tiap kardus. Pengamatan dilakukan selama 4
hari.
Parameter dari penelitian tersebut yakni munculnya daun dan tinggi tanaman.
Parameter persentase munculnya daun dihitung dari jumlah daun kotiledon yang muncul dari
titik tumbuh. Tinggi tanaman dan panjang akar diukur menggunakan penggaris. Hasil
pengamatan diolah dalam bentuk grafik dan dilihat manakah hasil yang paling sesuai dengan
pertumbuhan tanaman kacang hijau. Hasil penelitian diolah dalam bentuk grafik sebagai
berikut.
Gambar 2.2.7 Grafik tinggi tanaman pada perkecambagan kacang hijau untuk beberapa
spektrum warna

Gambar 2.2.8 Grafik jumlah daun pada perkecambagan kacang hijau untuk beberapa
spektrum warna

2.2.8 Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau


(Vigna radiata)
Penelitian mengenai pengaruh cahaya matahari terhadap tanaman kacang hijau (Vigna
radiata) dilakukan selama 6 hari yang dimulai pada hari Kamis, 10 Desember 2020, hingga
hari Selasa, 15 Desember 2020 yang bertempat di Desa Sumber Agung, Kec. Margo Tabir,
Kab. Merangin, Jambi.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mangkuk, 2 buah gelas plastik,
kapas, penggaris, dan spidol. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu beberapa buah biji
kacang hijau dan air. Langkah penelitian tersebut yakni dengan mengambil beberapa biji
kacang hijau diletakkan ke dalam mangkuk dan rendam di air selama 8 jam. Kemudian
masukkan biji kacang hijau masing - masing 6 biji ke dalam dua buah botol plastik yang telah
dilapisi oleh kapas. Salah satu botol diletakkan ditempat yang terpapar cahaya matahari
langsung (tempat terang), sedangkan satu botol lainnya diletakkan di tempat yang tidak
terkena cahaya matahari (tempat gelap). Tanaman disiram secara rutin untuk menghindari
kekeringan, dan menghitung tinggi kecambah setiap harinya selama 5 hari. Hasil pengamatan
disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.

Gambar 2.2.9 tabel hasil pertumbuhan pada akar tanaman kacang hijau

Gambar 2.2.10 tabel hasil pertumbuhan pada batang tanaman kacang hijau

Gambar 2.2.11 hasil pengamatan pada warna daun tanaman kacang hijau

BAB 3
PEMBAHASAN

Pada jurnal 2.2.1 Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan


Perkembangan Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) terdapat 4 tabel yang didapat
setelah melakukan penelitian, yaitu tabel pertumbuhan dan perkembangan pada tempat
terang, serta tabel pertumbuhan dan perkembangan pada tempat gelap. Pada tempat terang,
pertumbuhan paling maksimal setelah 7 hari didapatkan oleh biji ke II dengan tinggi 18 cm.
Sedangkan pada tempat gelap, pertumbuhan paling maksimal setelah 7 hari didapatkan oleh
biji ke IV dengan tinggi 27.50 cm. Untuk hasil perkembangan, pada hari ke 1 dan ke 2 reaksi
kedua tanaman masih sama, tetapi saat menginjak hari ke 3 seperti perbedaan warna daun,
waktu daun membuka, hingga tinggi batang. Tumbuhan yang diletakkan di tempat gelap akan
tumbuh lebih cepat daripada tumbuhan yang diletakkan di tempat terang, tetapi tumbuhan
menjadi pucat karena kekurangan klorofil, kurus dan daun tidak berkembang, dan dapat
disimpulkan bahwa tumbuhan mengalami etiolasi. Etiolasi disebabkan karena ketika dalam
keadaan tidak adanya cahaya, hormone auksin merangsang pemanjangan sel-sel sehingga
tumbuh lebih Panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak cahaya hormone auksin
mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Cahaya menyebabkan
hormone auksin rusak tersispersi ke sisi gelap. Laju tumbuh memanjang pada tanaman
dengan segera berkurang sehingga batang lebih pendek, namun tanaman lebih kokoh, daun
berkembang sempurna, dan berwarna hijau.
2.2.2 Pengaruh Penggunaan Naungan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas
Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) didapatkan data bahwa naungan
berpengaruh kurang baik pada pertumbuhan maupun hasil tanaman kacang merah, dimana
semakin tinggi tingkat naungan pertumbuhan tanaman dan hasil semakin menurun, kecuali
pada parameter tinggi tanaman dimana naungan yang semakin rapat membuat tanaman lebih
tinggi. Kerapatan naungan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik (Herdiana et al.
2008). Naungan yang terlalu rapat bagi jenis tanaman yang memerlukan cahaya akan
menyebabkan etiolasi, gangguan pada pertumbuhan bahkan kematian bagi tanaman yang
toleran. Selain itu faktor fotosintesis dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
seperti yang diungkapkan Arissworo (2006) bahwa fotosintesis merupakan proses perubahan
bahan oorganik tertentu menjadi bahan organik makanan, dimana cahaya matahari adalah
sumber energi untuk dijadikan bahan makanan tanaman. Cahaya matahari merupakan sumber
energi dalam proses fotosintesis, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif
dan generatif (Cahyono, 2002). Antara kacang merah varietas Garut dan Tasik hanya terdapat
perbedaan pada karakter tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang. Adanya perbedaan
disebabkan oleh factor genetik dimana kedua varietas memeliki latar belakang genetik yang
berbeda. Keragaman fenotipe ditentukan oleh tiga faktor yaitu keragaman genotipe,
lingkungan dan interaksi lingkungan dan genotipe (Rasamivelona et al. 1995). Berdasarkan
perhitungan STI didapatkan hasil tingkat toleransi varietas kacang merah varietas Garut dan
Tasik peka terhadap naungan 75% dibandingkan dengan naungan 65% yang menunjukkan
hasil moderat dan toleran pada naungan 50%.
Proses fotosintesis tidak lepas kaitannya dengan adanya cahaya baik cahaya secara
alami maupun cahaya buatan. Cahaya matahari sangat dibutuhkan dalam proses
perkecambahan biji, seperti biji kacang hijau (Vigna radiata). Pada proses perkecambahan ini
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal dan
cahaya matahari merupakan faktor eksternal. Perkecambahan merupakan proses terbentuknya
kecambah pada biji (plantula). Kecambah dapat kita definisikan sebagai tumbuhan kecil yang
baru muncul dari biji dan hidupnya masih sangat tergantung pada persediaan makanan yang
terdapat didalam biji. Kecambah tersebut akan tumbuh dan berkemang menjadi semai atau
anakan. Yang pada tahap selanjutnya akan menjadi tumbuhan dewasa (Hasanah, 2018).
Gambar 2.2.3 dari artikel yang berjudul Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kacang Panjang dengan Penambahan Bahan Organik menunjukkan bahwa pertumbuhan
vegetatif tanaman dimulai sejak tanaman berkecambah sampai tanaman menghasilkan bunga
dan selanjutnya diikuti fase generatif. Parameter vegetatif yang diamati pada tanaman kacang
panjang adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Pada gambar 1 menunjukkan bahwa secara
umum tanaman kacang panjang yang tidak diberikan kompos memiliki laju pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberikan kompos. Pada tabel 1
ditunjukkan dengan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman yang tidak diberikan
kompos lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberikan kompos. Hasil analisis
ragam pada komponen tabel 2 menunjukkan hasil pada tanaman yang tidak diberikan
kompos tidak berbeda nyata dengan yang diberikan kompos. Terakhir, hasil korelasi
menunjukkan tinggi tanaman berkorelasi positif dan tidak nyata dengan bobot segar
brangkasan tanaman dan berkorelasi negatif dan tidak nyata dengan jumlah daun. Hal ini
mengindikasikan bahwa peranan tinggi tanaman lebih dominan terhadap bobot segar
brangkasan tanaman dibandingkan jumlah daun.
Gambar 2.2.4 dari artikel yang berjudul Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan
Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda menunjukkan
angka - angka pada tabel 1 tersebut adalah hasil tidak nyata berdasarkan hasil uji F pada taraf
signifikan 95%. Hasil uji Anova dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini
menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman yang berbeda terhadap V. sinensis memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan V. sinensis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang dengan perlakuan P1 (342 mL)
memperlihatkan pertumbuhan yang cenderung lebih bagus daripada tanaman dengan
perlakuan P2 (638 mL) dan P3 (1025 mL). Tanaman dengan perlakuan P1 mempunyai tinggi
tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah dan berat kering yang cenderung lebih
besar dari tanaman P2 dan P3. Perbandingan antara P2 dan P3 menunjukkan bahwa tanaman
P2 mempunyai tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah dan berat kering
yang cenderung lebih besar daripada tanaman P3. Pada gambar histogram terakhir
menunjukkan bahwa V. sinensis dengan perlakuan P2 menunjukkan kandungan klorofil yang
cenderung lebih banyak daripada V. sinensis dengan perlakuan P1 dan P3.
Gambar 2.2.5 menunjukkan luas daun, laju fotosintesis dan kandungan klorofil sangat
dipengaruhi oleh perlakuan pemberian garam Al pada berbagai PH media tanam, hal ini dapat
dilihat pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3. Hasil pengamatan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
luas daun, laju fotosintesis dan kandungan klorofil menurun dengan pemberian Al.
Menurunnya laju fotosintesis oleh pemberian oleh pemberian Al diduga terkait dengan
inaktivasi enzim-enzim di dalam kloroplas seperti ribulose 1,5- bisphosphate carboxylase /
oxygenase (rubisco) dan fructose 1, 6 bisphospate aldolase (FBP ase) yang dapat diinduksi
oleh stress oksidatif (Zhang,dkk.,2007). Stress oksidatif dapat menyebabkan peroksidadi
lipid, permeabilitas membran terganggu (Meriga dkk.,2004). Kandungan klorofil menurun
diduga disebabkan karena menurunnya konsentrasi Mg di dalam daun, Chen dkk. (2006)
menyatakan bahwa dengan meningkatnya kandungan Al pada akar dan daun menyebabkan
konsentrasi Mg pada kedua organ tersebut menurun, sebagai akibatnya photosyntetic active
radiation (PAR) juga menurun. Dan menunjukkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa
Al pada media tanam masam (Ph kurang dari 5) akan larut dan meracuni tanaman, sedangkan
pada PH media tanam lebih dari 5 menjadi tidak larut. Hasil penelitian pada pemberian Al-
laktat dengan Ph 5 ke atas dapat mengurangi toksisitas , namun pada pemberian al- Nitrat
terjadi hal yang sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa bentuk garam al-Laktat pada Ph
lebih dari 5 tidak diserap oleh akar.
Gambar 2.2.6 menunjukkan bahwa pemberian Al-Laktat menyebabkan laju
fotosintesis dan kandungan klorofil lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian Al-Nitrat.
Dari hasil pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa bentuk garam Al-Laktat lebih bersifat
tidak meracun dibandingkan dengan bentuk garam Al-Laktat lebih bersifat tidak meracun
dibandingkan dengan bentuk garam Al-Nitrat. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu
bahwa pemberian asam laktat pada ultisol dapat mengurangi tingkat peracunan. (Prijambad &
Proklamaningsih,2015). Pigmen-pigmen di dalam klorofil yang merupakan unit-unit
fotosistem di dalam membrane tilakoid, masing-masing terdiri atas klorofil a sebagai pusat
reaksi serta dikelilingi oleh molekul-molekul antenna pigmen (Ridge, 2016) , benar-benar
efektif dalam meneruskan tenaga rangsangannya ke pusat reaksi. Luas daun tanaman kedelai
berpengaruh terhadap kandungan klorofil, dan penerimaan cahaya lebih banyak dibandingkan
dengan daun yang lebih sempit, karena di dalam daun terdapat mesofil yang mengandung
setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Semakin banyak kandungan klorofilnya
maka akan semakin tinggi laju fotosintesisnya. Salisbury dan Ross (2017) menjelaskan
kandungan klorofil yang didukung oleh faktor lingkungan ketersediaan air, unsur hara,
cahaya, dan suhu , dapat meningkatkan laju fotosintesis, dan secara berangsur-angsur dapat
meningkatkan fotosintat untuk ditranslokasikan ke bagian organ ekonomis.

Gambar 2.2.7 dari artikel yang berjudul "Keefektifan Spektrum Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata)" menunjukkan hasil bahwa spektrum
warna yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau terdapat pada
spektrum warna merah dan ungu. Hal ini karena spektrum warna merah memiliki gelombang
cahaya antara 640 - 600 nm yang kaitannya dengan fotosistem I yang memiliki panjang
gelombang 700 nm. Spektrum warna lain pada pengamatan tersebut seperti warna biru dan
hijau tidak lebih baik daripada spektrum warna merah dan ungu. Pada spektrum warna biru,
tanaman kacang hijau dapat tumbuh namun laju pertumbuhannya tidak secepat laju
pertumbuhan pada spektrum merah dan ungu. Energi pada spektrum biru tidak hanya diserap
oleh klorofil, tetapi juga diserap oleh karotenoid. Karotenoid dapat menyerap energi dari
cahaya warna biru, yang selanjutnya ditransfer ke klorofil - a (Ningrum, 2014). Spektrum
warna hijau menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh. Warna hijau dipantulkan oleh
tanaman. Energi dari cahaya warna hijau tidak diserap oleh tanaman, sehingga tanaman tidak
dapat melakukan fotosíntesis karena kekurangan energi. Selain tinggi tanaman, pengamatan
melalui jumlah daun pada gambar 2.2.8 juga perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan jumlah
daun menunjukkan banyaknya klorofil yang terkandung dan kualitas sebuah tanaman.
Banyaknya jumlah daun kacang hijau yang ada pada spektrum warna merah menyatakan
bahwa spektrum warna merah merupakan spektrum yang paling efektif bagi pertumbuhan
tanaman kacang hijau karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan klorofil kacang hijau
(Naomi et al, 2018)
Gambar 2.2.8 dari artikel yang berjudul "Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata)" pada hari kedua akar tanaman kacang
hijau baru mulai tumbuh dan pada hari keempat pertumbuhan akar tanaman kacang hijau di
tempat gelap mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Gambar 2.2.10 menunjukkan
bahwa pertumbuhan batang kacang hijau mengalami pertumbuhan pada hari kedua. Namun,
pada hari kelima di tempat gelap tanaman kacang hijau mengalami pertumbuhan yang paling
tinggi sebesar 8,2 cm sedangkan di tempat terang pada hari kelima menunjukkan
pertumbuhan tertinggi sebesar 2,5 cm. Kedua hal tersebut yang terjadi pada gambar 2.2.9 dan
2.2.10 disebabkan karena pengaruh hormon auksin yang membantu pemanjangan sel pada
tunas muda di tempat gelap. Namun apabila hormon auksin terkena sinar matahari, hormon
tersebut tidak mampu bekerja secara optimal. Gambar 2.2.11 menunjukkan bahwa warna
daun kacang hijau di tempat gelap dan terang berbeda. Daun di tempat gelap cenderung
berwarna kekuningan sedangkan daun di tempat terang berwarna hijau. Faktor yang
mempengaruhi hal tersebut adalah sinar matahari. Tanaman yang diletakkan pada tempat
gelap akan mengalami etiolasi. Tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk memproduksi
kandungan klorofil (zat warna hijau tumbuhan) lebih banyak. Dari pengamatan tersebut dapat
dilihat bahwa pertumbuhan tanaman di tempat yang gelap cenderung lebih cepat namun
waena tanaman cenderung lebih pucat karena kurangnya kandungan klorofil yang terdapat
pada tanaman tersebut (Wimudi et al, 2021). Sinar matahari merupakan suatu faktor penting
dalam proses fotosintesis suatu tanaman sehingga dapat tumbuh dan berkembang.

BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Naungan dan tidak naungan mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan.
2. Air menjadi salah satu faktor penting bagi tumbuhan untuk membantu proses
fotosintesis agar lebih optimal, kekurangan air alan menyebabkan proses fotosintesis
terganggu.
3. Cahaya matahari dan panjang gelombang pada tanaman sangat berpengaruh pada
proses fotosintesis tanaman. Tumbuhan memerlukan komponen tersebut untuk
menghasilkan klorofil yang tinggi sehingga dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal.
4.2 Saran
Pengamatan yang dilakukan memerlukan ketelitian dan kecermatan dalam menyimpulkan
suatu hasil pengamatan agar tidak mengalami kesalahan pendataaan. Faktor - faktor
fotosintesis dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat perlu diperhatikan un

DAFTAR PUSTAKA
Anto, A. 2013. Teknologi Budidaya Kacang Panjang. Penyuluh Pertanian BPTP.
Kalimantan Tengah.
Anti, W, O., Lambela, L, O., Rahim, A., Sif, M. 2020. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang (Vigna Sinensis L) Terhadap Pemberian Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Ayam. Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian. 1 (3) : 228.
Flugge, U., Westhoff, P., dan Leister, D. 2016. Recent advances in understanding
photosynthesis. F1000Research. 1 : 3.
Hasanah, F., dan Saefullah, A. 2018. Pengaruh intensitas spektrum cahaya warna merah dan
hijau terhadap perkecambahan dan fotosintesis kacang hijau (Vigna radiata L.).
Gravity. 4(2):25-35.
Harmaeni, Wangiyana, W., dan Wiresyamsi, A. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau
(Vigna radiata (L) WILCZEK) dalam Persaingan dengan Rumput Teki dan Rumput
Belulang di Tanah Steril dan Non Steril. Jurnal crop Agro. 2 - 3.
Hendriyanti, et al. 2013. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna
sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. J. Sains & Mat. 17(3).
Herdiana N, Siahaan H, Rahman TS.2008. Pengaruh Arang Kompos dan Intensitas Cahaya
terhadap Pertumbuhan Bibit Kayu Bawang.J. penelitian HutanTanaman5(3): 1-7.
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/resource/view.php?id=179083 (Diakses pada Selasa,
07 Maret 2023 pukul 05.28).
https://www.academia.edu/18960150/Fotosintesis_Tanaman_C3 (diakses pada Selasa, 07
Maret 2023 pukul 06.00).
Komariah, A., Waloeyo, E. C., dan Hidayat, O. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.).
Jurnal Universitas Winaya Mukti (PASPALUM). 5 (1) : 35-39.
Naomi, A., Pertiwi, J., Permatasari, P, A., Dini, S, N., Saefullah, A. 2018. Keefektifan
Spektrum Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata).
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika. 4 (2) : 96 - 100.
Ningsih, R. S. M., 2019. Pengaruh Penggunaan Naungan terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Dua Varietas Tanaman Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.). Jurnal Agroswageti. 7
(1) : 2-5.
Nurmaeli, R, R, E., dan Toifur, M. 2015. Analisis Penentuan Kandungan Gas Oksigen (O2)
Fotosintesis Tanaman Gelombang Cinta (Anthurium Sp) pada Variasi Daya Lampu.
Jurnal Taman Vokasi. 3 (32) : 491.
Rasamivelona A. Gravois KA, and Dilday RH. 1995. Heritability and genotipe x environment
interactions for straighthead in rice. Crop Science 35 (6), 1365-1368Sihaloho, A, N.,
Purba,R., Sihombing, N. 2019. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang
Merah (Vigna angularis) dengan Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Kascing. Jurnal
Ilmiah Rhizobia. 1 (2) : 108 - 109.
Wahtudin, A., Wicaksono, F, Y., Irwan, A, W., Ruminta., Fitriani, R. 2017. Respons
tanaman kedelai (Glycine max) varietas Wilis akibat pemberian berbagai dosis pupuk
N, P, K, dan pupuk guano pada tanah Inceptisol Jatinangor. Jurnal Kultivasi. 16 (2) :
334.
Widiastuti, E., dan Cahyono, T. 2016. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang
Panjang dengan Penambahan Bahan Organik.
Wimudi, M., dan Fuadiyah, S. 2021. Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Prosiding SEMNAS BIO. 1 : 589 - 591
Wiraatmaja, I, W. 2017. Fotosintesis. Universitas Udayana. Bali.
Wiraatmaja, I, W. 2017. Suhu, EnergiI Matahari, dan Air dalam Hubungan dengan
Tanaman. Universitas Udayana. Bali.

Anda mungkin juga menyukai