Anda di halaman 1dari 5

ACARA 1

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

PENDAHULUAN

Fotosintesis merupakan suatu proses pengubahan zat-zat anorganik CO2 dan H2O oleh
klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya. Fotosintesis merupakan
suatu reaksi anabolisme yang mengubah senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa yang
lebih kompleks. Fotosintesis dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang datang dari tumbuhan itu sendiri misalnya adanya hormone dalam
tumbuhan tersebut. Faktor ekternal, proses fotosintesis dipengaruhi oleh fluktuasi intensitas
cahaya, suhu daun, suhu udara dan kelembaban. Pada intensitas cahaya yang tinggi, maka
akan meningkatkan laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya tertentu, ada yang namanya
“Titik Jenuh Cahaya”, dimana pada Titik Jenuh Cahaya peningkatan laju intensitas cahaya
tidak akan meningkatkan laju fotosintesis. (Gruia et.al., 2011).

Sumber :

Gruia, M., Baciu, A., and C. Sina. 2011. The environmental factors and their influences on
main physiological processes on apple trees.Journal of Horticulture, Foresty and
Biotechnology 15(2):152-156.

Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi fisiologi tanaman.
Pada suhu tertentu akan mengganggu aktivitas fotosintesis. Seperti yang telah diketahui
bahwa fotosintesis menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan mengubah
karbon dari atmosfir sehingga menghasilkan karbohidrat. Efek suhu pada fotosintesis dapat
terjadi melalui peningkatan aktivitas oksigenase ribulosa-1,5- bisphosphate carboxylase /
oxygenase. Suhu tinggi juga dapat membatasi fotosintesis dengan penutupan stomata di
bawah kondisi fotorespirasi(Ribeiro et.al., 2006).

Sumber :

Ribeiro, V.R., Eduardo C. M., and Ricardo F. O.2006. Temperature response of


photosynthesis and its interaction with light intensity in sweet orange leaf discs under
non-photorespiratory condition. Journal Cienc Agrotec Lavras 30 (4) : 670-678.

Pada kebanyakan tanaman, sebagai respon langsung terhadap suhu titik jenuh cahaya
saat fotosintesis akan rendah pada suhu rendah dan tinggi dan optimum pada suhu menengah.
Pada umumnya, tumbuhan yang tumbuh pada suhu yang lebih tinggi mempunyai laju
fotosintesis yang optimum pula. Perubahan ketergantungan suhu fotosintesis dapat dianggap
berasal dari perubahan aktivitas dan jumlah komponen fotosintesis dan / atau konsentrasi
CO2 di lokasi karboksilasi. Bagaimanapun, respon dari setiap faktor terhadap suhu akan
berbeda antar spesies (Hikosaka et al., 2006).
Hirosaka, K., K. Ishikawa, A. Borjigidai, O. Muller, and Y. Onode. 2006. Temperature
acclimation of photosynthesis : mechanisms involved in the changes in temperature
dependence of photosynthetic rate. Journal of Experimental Botany 57 : 291 – 302

Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri


yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan
kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Bila sumber energi berasal dari
matahari maka disebut fotoautotrof. Dalam kondisi lingkungan fotoautotrof, pertumbuhan
dan perkembangan eksplan sangat dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan seperti adanya
intensitas cahaya, konsentrasi karbon dioksida (CO2), kelembaban (kadar air), suhu, kadar
fotosintat (hasil fotosintesis) dan sebagainya, sehingga proses fotosintesis eksplan
berlangsung optimal. menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya.

Fotosintesis

Salah satu proses kehidupan tanaman ialah fotosintesis yang merupakan proses biokimia
untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi), dimana karbon dioksida (CO2) dan air (H2O)
dibawah pengaruh cahaya diubah ke dalam persenyawaan organik yang berisi karbon dan
kaya energi. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi. Reaksi dalam fotosintesis yang menghasilkan glukosa ialah sebagai
berikut :

6H2O + 6CO2 + cahaya _ C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Organ utama tumbuhan tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Tumbuhan


menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil yang memberi warna hijau
pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas, dimana fotosintesis
berlangsung tepatnya pada bagian stroma. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang
berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Pada
dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu reaksi
terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida) (Salisbury & Ross 1995).

Reaksi terang

Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi
ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai
antena.

Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer)
dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau akan
dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun
berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya
dengan panjang gelombang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek
menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil
untuk dikumpulkan pada pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi
aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I.

Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan
bekerja secara simultan dalam fotosintesis. Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi
molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer
sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron digunakan untuk fotofosforilasi yang
menghasilkan ATP, yaitu satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan
fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada
tumbuhan kekurangan elektron dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi
bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air adalah elektron dan oksigen. Oksigen
dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pada saat yang
bersamaan dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan
elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP
menjadi NADPH.

Reaksi gelap

ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses
biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat
karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa).
Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga
dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya). Beberapa faktor yang
menentukan laju fotosintesis ialah intensitas cahaya, konsentrasi karbon dioksida, suhu, kadar
air, kadar fotosintat (hasil foto sintesis), dan tahap pertumbuhan tanaman(Pertamawati, 2010)

Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentang (Solanum


tuberosum L.) dalam lingkungan fotoautotrof secara invitro. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia 12 : 31 – 37

Cahaya matahari merupakan energi penggerak utama bagi seluruh ekosistem termasuk
didalamnya
ekosistem perairan. Cahaya adalah sumber energi dasar bagi pertumbuhan organisme
autotrop terutama fitoplankton yang pada gilirannya mensuplai makanan bagi seluruh
kehidupan di perairan.
Pada ekosistem perairan organisme utama yang mampu memanfaatkan energi cahaya adalah
tumbuhan hijau terutama fitoplankton. Pada tahapan awal aliran energi, cahaya matahari
“ditangkap” oleh tumbuhan
hijau yang merupakan produser primer bagi ekosistem perairan. Energi yang ditangkap
digunakan untuk melakukan proses fotosintesis dengan memanfaatkan nutrien yang ada di
lingkungannya. Melalui pigmen-pigmen yang ada fitoplankton melakukan proses fotosintesis.
Govindjee dan Braun (1974) menyatakan bahwa aksi pertama pada proses fotosintesis adalah
mengabsorpsi cahaya. Tidak semua radiasi elektromagnetik yang jatuh pada tumbuhan yang
berfotosintesis dapat diserap, tetapi hanya cahaya tampak (visible light) yang memilki
panjang gelombang berkisar antara 400 sampai 720 nm yang diabsorpsi dan digunakan untuk
fotosintesis. Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan peningkatan intensitas cahaya
sampai pada suatu nilai optimum
tertentu (cahaya saturasi). Di atas nilai tersebut cahaya merupakan penghambat bagi
fotosintesis (cahaya inhibisi), sedangkan di bawah nilai optimum merupakan cahaya
pembatas sampai pada suatu kedalaman di mana cahaya tidak dapat menembus lagi (Cushing,
1975; Mann, 1982; Valiela, 1984; Parson dkk., 1984; Neale, 1987). (Sunarto, dkk., 2004).

Sunarto, Sri Astuty dan Herman Hamdani. 2004. Efisiensi pemanfaatan energi cahaya
matahari oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis. Jurnal Akuatika 2 : 1 – 9

Menurut A.R.Loveless (1991) terdapat adanya beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis,
antara lain: 1) Konsentrasi Karbondioksida Konsentrasi karbondioksida yang rendah dapat
mempengaruhi laju fotosintesis hingga kecepatannya sebanding dengan konsentrasi karbondioksida.
Namun bila konsentrasi karbondioksida naik maka dapat dicapai laju fotosintesis maksimum kira-kira
pada konsentrasi 1 % dan diatas persentase ini maka laju fotosintesis akan konstan pada suatu
kisaran lebar dari konsentrasi karbondioksida. (A.R.Loveless,1991:291) Gambar 3. Diagram
konsentrasi CO2 dan kecepatan fotosintesis klorofil (karbon dioksida) (air) (bahan organik) (oksigen) .
. . . Kecepatan fotosintesis Konsentrasi CO2 5 Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS Kadar
CO2 tidak boleh melebihi 1000-1200 µmolˉ¹ kerena konsentrasi kadar CO2 tersebut sering
menyebabkan keracunan atau penutupan stomata, kadang kala bahkan dapat menurunkan laju
fotosintesis. (Frank B Salisbury dan Cleon W Ross,1995:80). 2) Intensitas Cahaya Ketika intensitas
cahaya rendah, perputaran gas pada fotosintesis lebih kecil daripada respirasi. Pada keadaan diatas
titik kompensasi yaitu konsentrasi karbondioksida yang diambil untuk fotosintesis dan dikeluarkan
untuk respirasi seimbang, maka peningkatan intensitas cahaya menyebabkan kenaikan sebanding
dengan laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis menurun
sedangkan pada intensitas cahaya tinggi laju fotosintesis menjadi konstan. (A.R.Loveless,1991:292).
3) Suhu Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5ºC sampai suhu
35ºC, diatas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu diatas 35ºC menyebabkan kerusakan
sementara atau permanen protoplasma yang mengakibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis,
semakin tinggi suhu semakin cepat penurunan laju fotosintesis. (A.R.Loveless,1991:294) Gambar 4.
Diagram pengaruh suhu dan intensitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis

Loveless, A.R. 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. Logman Group Limited.
Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Terjemahan dari Plant Physiology 4th
Edition. Bandung: ITB
Tanor, M. N. 2004. Hydrilla verticillata sebagai Sumber Hara pada Sistem Budidaya Kacang Tanah.
Eugenia. 10(1): 92.
Shofawie, A. T. 1990. Studi tentang Kemampuan Konsumsi Harian Ikan Koan (Ctenopharyngodon
idella) terhadap Ganggang (Hydrilla verticillata). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di
Perairan Balige Danau Toba. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Steenis, M. J. and Kruseman. 1957. Flora Malesiana. Vol 5. Wolters Noordhoff Publishing.
Netherlands.
Gruia, M., Baciu, A., and C. Sina. 2011. The environmental factors and their influences on
main physiological processes on apple trees.Journal of Horticulture, Foresty and
Biotechnology 15(2):152-156.

Hirosaka, K., K. Ishikawa, A. Borjigidai, O. Muller, and Y. Onode. 2006. Temperature


acclimation of photosynthesis : mechanisms involved in the changes in temperature
dependence of photosynthetic rate. Journal of Experimental Botany 57 : 291 – 302

Loveless, A.R. 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. Logman Group Limited.

Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentang (Solanum


tuberosum L.) dalam lingkungan fotoautotrof secara invitro. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia 12 : 31 – 37

Ribeiro, V.R., Eduardo C. M., and Ricardo F. O.2006. Temperature response of


photosynthesis and its interaction with light intensity in sweet orange leaf discs under
non-photorespiratory condition. Journal Cienc Agrotec Lavras 30 (4) : 670-678.

Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Terjemahan dari Plant Physiology 4th
Edition. Bandung: ITB

Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di
Perairan Balige Danau Toba. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Steenis, M. J. and Kruseman. 1957. Flora Malesiana. Vol 5. Wolters Noordhoff Publishing.
Netherlands.

Sunarto, Sri Astuty dan Herman Hamdani. 2004. Efisiensi pemanfaatan energi cahaya
matahari oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis. Jurnal Akuatika 2 : 1 – 9

Tanor, M. N. 2004. Hydrilla verticillata sebagai Sumber Hara pada Sistem Budidaya Kacang Tanah.
Eugenia. 10(1): 92.

Anda mungkin juga menyukai