Oleh :
TEGUH SATRIAWAN
G2A119010
PASCA SARJANA
KENDARI
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan yang sebesar – besarnya ke Hadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya atas Berkat dan Rahmat-Nya, makalah ini dapat selesai
tepat waktu. Tak lupa pula penulis menyampaikan limpah terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Makalah ini membahas mengenai
Hubungan Fotosintesis Dengan Iklim. Penulis berharap, makalah ini dapat berguna
bagi kita semua. Sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi penyempurnaan pada
karya–karya berikutnya.
Maret 2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1..........................................................................................................Latar
Belakang.........................................................................................1
1.2.......................................................................................................... Rumusan
Masalah...........................................................................................6
1.3.......................................................................................................... Tujuan
dan Manfaat....................................................................................6
BAB 2. PEMBAHASAN
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................46
3.2. Saran..............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................47
3
I. PENDAHULUAN
ini melibatkan beberapa enzim. Pada proses fotosintesis ini sering dilakukan oleh
tumbuh-tumbuhan, dan beberapa jenis alga serta bakteri yang akan menghasilkan
sebuah energi yang dapat digunakan di dalam berbagai aktivitas. Dan sebuah Energi
tersebut juga disebut dengan nutrisi.Hampir semua makhluk hidup sangat bergantung
pada hasil fotosintesis. Sehingga fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Organisme yang mampu menyusun senyawa organik dari senyawa
anorganik dinamakan organisme autrotof.
Di bagian daun tumbuhan terdapat 2 lapisan sel yang memiliki nama mesofil.
Pada bagian ini terdapat setengah juta kloroplast tersebar disetiap millimeter persegi.
Kemudian Cahaya matahari akan melewati lapisan epidermis tanpa warna lalu menuju
mesofil. Yang Pada bagian ini sebagian besar kegiatan dari fotosintesis berlangsung.
Maka dari itu setiap tumbuhan sangat membutuhkan sebuah klorofil atau yang biasa di
sebut dengan hijau daun agar dapat melakukan sebuah proses fotosintesis.
Fotosintesis terjadi terutama pada daun. Bagian khas dari daun meliputi
epidermis atas dan bagian bawah daun, mesofil daun, bundel vaskuler dan stomata. Sel-
sel epidermis atas dan bawah tidak memiliki kloroplas sehingga fotosintesis tidak dapat
5
terjadi. Bagian tersebut hanya berfungsi sebagai pelindung bagi daun. Pada stomata
terdapat lubang yang berada terutama pada epidermis bawah dan untuk pertukaran
udara, stomata akan membiarkan CO2 masuk dan akan mengeluarkan O2. Bundel
vaskuler atau pembuluh darah yang terdapat di daun merupakan bagian dari sistem
transportasi tumbuhan, dimana air dan nutrisi bergerak disekitar pabrik yang diperlukan.
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan
langsung dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air
untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi
untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Fotosintesis berasal dari dua kata
yaitu Photo yang berarti Cahaya dan Synthesis yang berarti proses pembuatan atau
pengolahan. Proses fotosintesis merupakan proses mengolah bahan yang sederhana
menjadi bahan yang kompleks dengan menggunakan bantuan dari cahaya.
Bahan sederhana yang digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis adalah
karbon dioksida dan air. Tumbuhan umumnya mendapat karbon dioksida dari udara dan
mendapatkan air dari tanah. Karbon dioksida diubah menjadi gula. Hasil sampingan
proses ini adalah gas oksigen. Proses atau reaksi ini sangat memerlukan energi yang
secara alami didapat dari cahaya matahari. Energi dari cahaya matahari itu diserap dari
klorofil yang terdapat pada tumbuhan.
Sebenarnya, proses fotosintesis bukanlah reaksi tunggal, melainkan terdiri dari
beberapa tahap reaksi yang kompleks. Reaksi tersebut dapat menghasilkan oksigen dan
glukosa. Glukosa tersebut dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain
seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum
reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di
atas. Pada proses respirasi, gula atau glukosa dan senyawa lain akan bereaksi dengan
oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
6
reaksi fotolisis karena proses penyerapan energi cahaya dan penguraian atau pemecahan
molekul air menjadi oksigen dan hydrogen.
Reaksi gelap berlangsung di dalam stroma. Reaksi yang membentuk gula dari
bahan dasar CO2 yang diperoleh dari udara dan energi yang diperoleh dari reaksi terang.
Reaksi gelap tidak membutuhkan cahaya matahari, tetapi tidak dapat berlangsung jika
belum terjadi siklus terang karena energi yang dipakai berasal dari reaksi terang. Ada
dua macam siklus, yaitu siklus Calin-Benson dan siklus hatch-Slack. Pada siklus Calin-
Benson, tumbuhan menghasilkan senyawa dengan jumlah atom karbon tiga, yaitu
senyawa 3-fosfogliserat. Siklus ini dibantu oleh enzim rubisco. Pada siklus hatch-Slack,
tumbuhan menghasilkan senyawa dengan jumlah atom karbon empat. Enzim yang
berperan adalah pada siklus hatch-Slack adalah enzim phosphoenolpyruvate
carboxylase. Produk akhir siklus gelap diperoleh glukosa yang dipakai tumbuhan untuk
aktivitasnya atau disimpan sebagai cadangan energi.
Selain cahaya fotosintesis juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur cuaca dan
iklim lainnya yaitu, kelembaban, ketersediaan air dan hara, sudu dan karbondioksida.
Seluruh factor iklim tersebut sangat mempengaruhi proses fotosintesis dan
kelangsungan hidup tumbuhan, sehingga untuk mengetahui hubungan fotosintesis
dengan factor iklim perlu dibahas lebih lanjut lagi.
8
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan reverensi bagi pembaca,
pelajar maupun mahasiswa dalam menempuh pendidikan yang berkaitan dengan proses
fotosintesis pada tanaman yang dipengaruhi oleh factor-faktor pembentuk iklim.
9
I. PEMBAHASAN
Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont,
seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui
faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari
penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya
karena pemberian air. Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales
berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan
bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat
dalam proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur
gas yang berlainan. Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta
berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala
dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia
kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus
itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala
lilin telah “merusak” udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus Ia
kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat
“dipulihkan” oleh tumbuhan Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam
toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi
eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada
tumbuhan sehingga dapat “memulihkan” udara yang “rusak”.Ia juga menemukan bahwa
tumbuhan juga ‘mengotori udara’ pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan
agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan
meracuni penghuninya. Akhirnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis,
menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida
yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de
Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan
percobaan-percobaan “pemulihan” udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa
tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian
10
air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan
persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).
Fotosintesis (dari bahasa Yunani υώτο - [fó to - ] , "cahaya," dan σύνθεσις
[sýnthesis] "menggabungkan", "penggabungan") adalah suatu proses biokimia
pembentukan zat makanan seperti karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama
tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berkalori
tinggi, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa
jenis bakteri.
Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida,
dan air serta bantuan energi cahaya matahari. Organisme fotosintesis disebut
fotoautotrof karena mereka dapat membuat makanannya sendiri. Pada tanaman, alga,
dan cyanobacteria, fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan air
serta menghasilkan produk buangan oksigen. Fotosintesis sangat penting bagi semua
kehidupan aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen di
atmosfer, fotosintesis juga merupakan sumber energi bagi hampir semua kehidupan di
Bumi, baik secara langsung (melalui produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai
sumber utama energi dalam makanan mereka), kecuali pada organisme kemoautotrof
yang hidup di bebatuan atau di lubang angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat
penyerapan energi oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100 terawatt, atau kira-
kira enam kali lebih besar daripada konsumsi energi peradaban manusia.
Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon bagi semua senyawa
organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis mengubah sekitar 100–115 petagram
karbon menjadi biomassa setiap tahunnya. Meskipun fotosintesis dapat berlangsung
dalam berbagai cara pada berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya,
prosesnya selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh protein berklorofil yang
disebut pusat reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam organel
yang disebut kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini tersimpan pada membran
plasma. Sebagian dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam
bentuk adenosin trifosfat (ATP). Sisa energinya digunakan untuk memisahkan elektron
dari zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah karbondioksia
menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, dilakukan dalam
11
suatu rangkaian reaksi yang disebut siklus Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda
ditemukan pada beberapa bakteri, misalnya siklus Krebs terbalik pada Chlorobium .
Banyak organisme fotosintesis memiliki adaptasi yang mengonsentrasikan atau
menyimpan karbondioksida. Ini membantu mengurangi proses boros yang disebut
fotorespirasi yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama
fotosintesis.
Organisme fotosintesis pertama kemungkinan berevolusi sekitar 3.500 juta tahun
silam, pada masa awal sejarah evolusi kehidupan ketika semua bentuk kehidupan di
Bumi merupakan mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah besar
karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin memanfaatkan hidrogen atau
hidrogen sulfida—bukan air—sebagai sumber elektron. Cyanobacteria muncul
kemudian, sekitar 3.000 juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika
mereka mulai mengoksigenkan atmosfer pada sekitar 2.400 juta tahun silam. Atmosfer
baru ini memungkinkan evolusi kehidupan kompleks seperi protista. Pada akhirnya,
tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu protista membentuk hubungan
simbiosis dengan satu cyanobacteria dan menghasilkan nenek moyang dari seluruh
tumbuhan dan alga. Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari
cyanobacteria yang bersimbiosis ini.
H2 yang terlepas kemudian ditampung oleh koenzim NADP. Dalam hal ini
NADP dikatakan menjadi akseptor (penerima) H2 dan bentuknya menjadi NADPH2
sedangkan O2 tetap dalam keadaan bebas. Fotolisis inilah yang menjadi awal proses
fotosintesis.Langkah selanjutnya setelah terjadi fotolisis yaitu penyusutan CO 2 oleh H2
yang dibawakan oleh NADP tersebut. Peristiwa penyusutan CO2 tidak memerlukan
sinar, dengan kata lain peristiwa tersebut berlangsung dalam gelap. Blackman (1905)
membuktikan bahwa reduksi dari CO2 ke CH2O berlangsung tanpa gangguan cahaya.
jika reaksi terang (reaksi Hill) digabungkan dengan reaksi gelap (reaksi Blackman)
maka akan didapatkan suatu reaksi : CO2 + NADPH2 + O2 2NADP + H 2 + CO + O
+ H2 + O2 atau
2H2O + CO2 CH2O + H2O + O2
Jika reaksi ini dikalikan 6 maka akan diperoleh :
12H2O + 6CO2 (CH2O)6 + 6H2O + 6O2
[14]
Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut
disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam laju
fotosintesis. Cahaya matahari berasal dari cahaya putih yang dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen warna karena panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk
setiap warna yang berbeda.
Komponen-komponen warna tesebut adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila dan ungu. Cahaya matahari memiliki sifat polikromatik bila dibiaskan akan
menghasilkan cahaya-cahaya monokromatik. Cahaya-cahaya monokromatik inilah yang
ditangkap oleh klorofil dan digunakan dalam proses fotosintesis. Dalam suatu
percobaan diketahui bahwa gelombang cahaya biru dan cahaya merah adalah yang
paling efektif dalam melakukan proses fotosintesis. Hal ini memotivasi untuk
dilakukannya suatu percobaan pula untuk mengetahui pengaruh spektrum cahaya
tampak terhadap laju fotosintesis.
Spektrum cahaya atau spektrum tampak adalah bagian dari spektrum
elektromagnetik yang tampak oleh mata manusia. Radiasi elektromagnetik dalam
rentang panjang gelombang ini disebut cahaya. Sedangkan cahaya merupakan bentuk
energi yang dikenal sebagai energi elektromagnetik yang disebut radiasi. Spektrum
elektromagnetik ini dipancarkan oleh matahari secara keseluruhan melewati atmosfer
bumi sedangkan radiasi elektromagnetik diluar jangkauan panjang gelombang optik
atau jendela tranmisi lainnya, hampir seluruhnya diserap atmosfer.
15
Gambar 1. Cahaya putih yang dipancarkan oleh sebuah prisma menjadi warna-
warna dalam spektrum optic
Segmen yang paling penting bagi kehidupan adalah pita sempit yang panjang
gelombangnya berkisar antara 380 nm hingga 750 nm. Radiasi ini dikenal sebagai
cahaya tampak karena terdeteksi oleh mata manusia sebagai bermacam-macam warna.
Terkait dengan sinar tampak diketahui bahwa energi sinar yang digunakan
tumbuhan untuk fotosintesis ternyata hanya 0,5 sampai 2% dari jumlah energi sinar
yang tersedia. Energi yang diberikan oleh sinar itu bergantung kepada kualitas (panjang
gelombang), intensitas (banyaknya sinar per 1 cm² per detik) dan waktu (sebentar atau
lama).
Sinar matahari terdiri atas berbagai sinar yang berlainan gelombangnya. Sinar-
sinar yang tampak oleh mata bergelombang 390 mµ sampai 760 mµ (1 mµ = 10
amstrom). Diurutkan dari yang bergelombang panjang maka sinar-sinar tersebut adalah
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar-sinar yang bergelombang lebih
pendek daripada sinar ungu adalah sinar ultra ungu, sinar X, sinar gamma dan sinar
kosmik. Baik sinar-sinar yang pendek gelombangnya maupun sinar yang panjang
gelombangnya daripada sinar merah yaitu sinar infra merah, semuanya tidak
17
mempengaruhi dalam proses fotosintesis. Spektrum dari sinar yang tampak oleh mata
diberikan di bawah ini dengan gelombangnya dinyatakan dengan mµ.
Jika berkas cahaya yang sama kuatnya dari cahaya monokromatik berbagai
panjang gelombang dipancarkan pada daun hijau dan kecepatan fotosintesis pada setiap
panjang gelombang diukur, ternyata bahwa gelombang cahaya biru dan cahaya merah
adalah yang paling efektif dan cahaya hijau yang paling tidak efektif dalam melakukan
fotosintesis.
Hal ini terkait dengan sifat cahaya dimana cahaya dapat dipantulkan, diteruskan
(ditransmisi) dan diserap (diabsorpsi). Bahan-bahan yang menyerap cahaya tampak
disebut pigmen. Pigmen yang berbeda akan menyerap cahaya dengan panjang
gelombang yang berbeda dan panjang gelombang yang diserap akan menghilang. Jika
suatu pigmen diterangi dengan cahaya putih maka warna yang akan terlihat adalah
warna paling banyak dipantulkan atau diteruskan oleh pigmen bersangkutan. (jika suatu
pigmen menyerap semua panjang gelombang, pigmen itu akan tampak hitam). Daun
tampak berwarna hijau karena klorofil menyerap cahaya warna merah dan biru ketika
meneruskan dan memantulkan cahaya warna hijau.
Planck dan Einstein menganggap cahaya itu terdiri atas partikel-partikel kecil
yang disebut foton dan foton ini mempunyai sifat materi dan gelombang. Foton
memiliki suatu energi yang dinyatakan dengan kuantum. Foton bukanlah objek kasat
mata tapi foton bertindak seperti objek yang memiliki jumlah energi yang tetap.
Beberapa banyak energi yang dimiliki oleh cahaya itu bergantung pada panjang
pendeknya gelombang.
Fotosintesis dan reaksi fotokimia lainnya tidak bergantung pada energi total
cahaya, tapi pada jumlah foton atau kuanta yang diserap. Foton berenergi tinggi pada
spektrum biru mempunyai energi hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan foton pada
spektrum merah, tapi kedua foton itu mempunyai efek yang persis sama dalam
fotosintesis.
Peristiwa pemecahan gelombang elektromagnetik berfrekuensi banyak
(polikromatik) menjadi spektrum-spektrum berfrekuensi tunggal disebut sebagai
dispersi. Berikut tabel perbedaan panjang gelombang sinar tampak hasil peristiwa
dispersi.
18
Total sinar matahari yang mencapai atmosfir adalah: 1.95 g cal cm -2 menit-l yang
disebut solar constsnt. Panjang gelombang sinar matahari yang mempengaruhi
kehidupan di bumi terbagi 3 yaitu: ultra violet, sinar tampak, dan near infra red. Sinar
matahari dengan panjang gelombang yang lebih pendek (ultra violet) akan dibsorbsi
oleh atmosfir. Sedangkan sinar matahari dengan panjang gelombang 0.4-0.7 pm disebut
sebagai cahaya tampak. Setengah dari total energi matahari yang mencapai permukaan
bumi merupakan sinar tampak. Pada saat matahari meredup, sangat sedikit sinar
ultraviolet yang mencapai permukaan bumi dibanding sinar tampak.
19
faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem.
Struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari
yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula
menjadi faktor pembatas, menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek
penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem
ekologi, yaitu: a). Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang, b). Intensitas
cahaya atau kandungan energi dari cahaya, c). Lama penyinaran, seperti panjang hari
atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan
morfologi dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering
berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pengaruh
yang khusus sering merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya.
Radiasi matahari secara fisika merupakan gelombang-gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang-
gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan
bumi. Yang dapat mencapai permukaan bumi ini adalah gelombang-gelombang dengan
ukuran 0,3 sampai 10 mikron. Gelombang yang dapat terlihat oleh mata berkisar antara
0,39 sampai 7,60 mikron, sedangkan gelombang di bawah 0,39 merupakan gelombang
pendek dikenal dengan ultraviolet dan gelombang di atas 7,60 mikron merupakan
radiasi gelombang panjang atau infrared/merah-panjang. Umumnya kualitas cahaya
tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat denan tempat
lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting. Meskipun
demikian telah dipahami adanya respon kehidupan terhadap berbagai panjang
gelombang cahaya ini.
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting
sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/spasial maupun
dalam waktu/temporal. Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama
daerah kering (zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis
lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar
21
dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam
ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis
lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi
dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang
terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan
dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu
vegetasi akan menahan dan mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan
menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi
yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat
berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat
foto-oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam
mensisntesis protein.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 sampai 7,60 mikron. Utraviolet dan infrared tidak dimanfaatkan
dalam proses fotosintesis. Klorofil yang berwarna hijau mengabsorbsi cahaya merah
dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah merupakan bagian dari spektrum
cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis. Di ekosistem daratan kualitas cahaya
tidak mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis, kecuali apabila
kanopi vegetasi meneyrap sejumlah cahaya maka cahaya yang sampai di dasar akan
jauh berbeda dengan cahaya yang sampai di kanopi, akan terjadi pengurangan cahaya
merah dan biru. Dengan demikian tumbuhan yang hidup di bawah naungan kanopi
harus teradaptasi dengan kondisi cahaya yang rendah energinya. Dalam ekosistem
perairan cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan, sehingga
cahaya hijau akan dilalukan atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sulit untuk
diserap oleh fitoplankton. Ganggang merah dengan pigmen tambahan phycoerythrin
atau pigmen merah coklat mampu mengabsorpsi cahaya hijau ini untuk fotosintesisnya,
dengan demikian ganggang merah ini mampu hidup pada kedalaman laut.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas, yang
terang cahaya ini dapat merusak atau membunuh bakteria dan juga dipahami mampu
22
tumbuhan senang keteduhan atau siofita, metabolismenya lambat dan demikian juga
proses respirasinya. Titik kompensasi heliofita dapat mencapai setinggi 4.200 luks tetapi
utnuk tumbuhan yang hidup di tempat teduh (siofita) titik kompensasinya bisa serendah
27 luks. Bahkan ganggang yang hidup dalam perairan dalam dan ganggang serta lumut
yang hidup dalam gua-gua dapat tumbuh dengan intensitas cahaya yang lebih lemah
sampai tidak melebihi cahaya bulan. Beberapa jenis tumbuhan mempunyai
karakteristika siofita ketika masih muda, yang kemudian berkembang ke karakeristik
heliofita apabila telah dewasa. Hal ini biasanya terjadi pada pohon-pohon dengan
anakannya yang harus tahan hidup di bawah peneduhan.
Pada dasarnya kaitan antara besar penyinaran dengan laju fotosintesis
merupakan pangkal dari perbedaan heliofita dengan siofita ini. Dalam hal ini peranan
pembentukan pigmen hijau serta klorofil sangat erat kaitannya dengan intensitas cahaya
tadi. Pada tempat-tempat dengan penyinaran yang penuh, cahaya berkecenderungan
untuk merusak atau menghancurkan klorofil ini. Dengan demikian kemampuan yang
tinggi dalam pembentukan klorofil ini adalah mutlak diperlukan bagi tumbuhan yang
hidup di tempat terbuka. Apabila tumbuhan tidak mampu menghasilkan klorofil untk
mengimbangi klorofil yang hancur (akibat cahaya yang terlalu tinggi intensitasnya)
maka tumbuhan itu akan gagal dalam mempertahankan dirinya. Dengan demikian
perbedaan kemampuan dalam pembentukan klorofil inilah yang membedakan antara
heliofita dengan siofita. Heliofita berkemampuan yang tinggi dalam pembentukan
klorofilnya sehingga dapat tahan di tempat terbuka, dan sebaiknya siofita akan lebih
efektif apabila berada di bawah naungan dan akan gagal apabila berada pada daerah
terbuka.
Proses pertumbuhan dari tumbuhan membutuhkan hasil fotosintesis yang
melebihi kebutuhan respirasi. Jadi kebutuhan minimum cahaya untuk proses
pertumbuhan ini baru terpenuhi apabila cahaya melebihi titik kompensasinya. Bagi
umumnya tumbuhan intensitas cahaya optimum untuk fotosintesis haruslah lebih kecil
dari intensitas cahaya matahari penuh apabila ditinjau dari sudut kebutuhan daun secara
individual. Meskipun demikian bila suatu tumbuhan besar hidup pada cahaya yang
penuh sebagian besar dari dedaunannya tidak dapat menerima cukup cahaya matahari
untuk fotosintesis secara maksimal akibat tertutup dedaunan di permukaan kanopinya.
24
ganggang yang bebas bergerak akan menghindar dari cahaya yang terlalu kuat dengan
jalan pergerakan secara vertikal, bermigrasi ke kedalaman air.
Karbondioksida atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri
dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia
berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi.
Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan
volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon
dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang
inframerah dengan kuat.
Molekul karbondioksida terdiri dari dua ikatan rangkap dan mempunya bentuk
linear. Ia tidak mempunyai dipolar elektrik. Apabila teroksida sepenuhnya, ia tidak aktif
dan tidak mudah terbakar. karbondioksida dapat dibuat dari pembakaran bahan organic
apabila cukup oksigen. Kabondioksida juga dihasilkan oleh mikroorganisme hasil dari
proses peragian dan respirasi. Karbondioksida dan oksigen dapat digunakan untuk
menghasilkan karbohidrat. Tumbuhan membebaskan O2 ke atmosfer dan akhirnya
digunakan untuk pernafasan oleh organisme heterotrofik.
CO2 merupakan bahan utama dalam seluruh proses fotosintesis. Fotosintesis
merupakan proses mengubah energi cahaya matahari menjadi energi bahan bakar dan
menyediakan bahan bakar bagi tanaman dalam melakukan aktivitasnya. prose ini
diawali dengan ketika Daun tanaman menyerap CO2 dari atmosfer melalui stoma yang
kemudian bereaksi dengan air untuk menghasilkan glukosa. Reaksinya adalah sebagai
berikut: 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2.
Respon tanaman terhadap peningkatan gas CO2 di atmosfer berbeda-beda
tergantung dari jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain
(Liu, 2019). Secara umum, hasil tanaman dipengaruhi oleh proses-proses penting seperti
fotosintesis dan respirasi yang sangat tergantung dengan kondisi CO2 di udara.
Perubahan terhadap kosentrasi CO2 udara akan berpengaruh terhadap proses-proses
tersebut sebagai suatu bentuk adaptasi tanaman.
27
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam
atmosfer atau udara yang timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima
bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi
dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari,
semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang
datangnya tegak lurus.
Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin
banyak panas yang diterima bumi.
Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan
cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima
bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang
diterima bumi.
b. Tekanan Udara
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah
tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari
lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah.
Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini
disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan. Besarnya tekanan udara
diukur dengan barometer dan dinyatakan dengan milibar (mb).
Tekanan udara dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Tekanan udara tinggi, lebih dari 1013 mb.
2) Tekanan udara rendah, kurang dari 1013 mb.
3) Tekanan di permukaan laut, sama dengan 1013 mb.
c. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah
bertekanan udara rendah.
30
Karena kadar glukosa dalam tanaman sulit diukur, para ilmuwan biasanya
menggunakan asimilasi karbon dioksida sebagai alat untuk mengukur tingkat
fotosintesis. Tingkat fotosintetik maksimum bervariasi antara spesies tanaman tapi
tanaman seperti jagung dapat mencapai tingkat asimilasi karbon dioksida setinggi 100
miligram per desimeter per jam (0,075 ounce per kaki kubik per jam). Untuk mencapai
pertumbuhan optimum beberapa tanaman, petani perlu menyimpannya di rumah kaca
yang mengatur kondisi seperti kelembaban dan suhu. Ada tiga kondisi suhu dimana laju
fotosintesis mengalami perubahan.
Enzim adalah molekul protein yang digunakan oleh organisme hidup untuk
melakukan reaksi biokimia. Protein dilipat menjadi bentuk yang sangat khusus, dan ini
memungkinkan mereka mengikat secara efisien molekul-molekul yang diminati. Pada
suhu rendah, antara 0 dan 10 derajat Celcius (32 dan 50 derajat Fahrenheit), enzim yang
melakukan fotosintesis tidak bekerja secara efisien, dan ini mengurangi tingkat
31
fotosintesis. Hal ini menyebabkan penurunan produksi glukosa dan akan mengakibatkan
pertumbuhan kerdil. Pemasangan pemanas rumah kaca dan termostat dapat mencegah
hal ini terjadi.
Pada suhu sedang, antara 10 dan 20 derajat Celsius (50 dan 68 derajat
Fahrenheit), enzim fotosintesis bekerja pada tingkat optimumnya, sehingga laju
fotosintesis tinggi. Bergantung pada tanaman tertentu yang dimaksud, termostat rumah
kaca harus diatur ke suhu di dalam kisaran ini. Pada suhu optimum ini, faktor pembatas
menjadi difusi karbon dioksida ke dalam daun.
Pada suhu di atas 20 derajat celcius (68 derajat Fahrenheit) laju fotosintesis
berkurang karena enzim tidak bekerja seefisien mungkin. Ini juga akan terjadi
peningkatan difusi karbon dioksida memasuki daun. Pada suhu di atas 40 derajat celcius
(104 derajat Fahrenheit), enzim yang melakukan fotosintesis kehilangan bentuk dan
fungsinya, dan tingkat fotosintesis menurun dengan cepat. Grafik laju fotosintesis
versus suhu sehingga memiliki tampilan melengkung dengan laju puncak yang terjadi
mendekati suhu kamar. Dengan demikian, rumah kaca atau kebun yang memberikan
cahaya dan air yang optimal akan tetap menghasilkan energi yang lebih sedikit jika
terlalu panas.
Dalam kloroplas sel tumbuhan ada serangkaian enzim dan protein lain yang
disebut fotosistem I dan II. Beberapa protein ini memegang molekul klorofil dan, ketika
klorofil dipukul oleh foto cahaya, elektron menjadi energi dan mengikat molekul air.
Enzim dalam fotosistem II membagi air menjadi hidrogen dan oksigen. Elektron
berenergi ini kemudian diteruskan melalui enzim lain yang disebut sitokrom b6-f
kompleks, yang pada gilirannya memompa molekul hidrogen bermuatan positif
melintasi membran untuk membuat penyimpanan energi potensial.
Enzim yang disebut ATP sintase menggunakan energi potensial untuk
mensintesis molekul yang disebut ATP, yang merupakan mata uang energi yang paling
umum untuk sel, dan yang digunakan dalam reaksi gelap fotosintesis.
Dalam siklus Calvin, ATP dan NADPH digunakan untuk mengurangi, atau
memperbaiki, karbon dioksida untuk menghasilkan glukosa. Reaksi fiksasi karbon ini
dikatalisis oleh enzim yang disebut Rubisco, protein yang sangat melimpah pada
tanaman dan mungkin protein yang paling berlimpah di Bumi. Satu per satu, tiga
32
molekul karbon dioksida akan diambil oleh Rubisco dan dua enzim lain untuk
menghasilkan satu molekul gula tiga-karbon yang disebut gliseraldehida 3-fosfat.
molekul 3-fosfat dua gliseraldehida pada akhirnya dikombinasikan untuk membuat satu
molekul glukosa.
Fiksasi karbon menghasilkan gula tiga-karbon yang dikenal sebagai fotosintesis
C3, dan kebanyakan tanaman menggunakan jenis fotosintesis ini. Ia bekerja dengan
baik dalam kondisi dingin, lembab di mana tanaman dapat menjaga pori-pori yang
memungkinkan karbon dioksida, disebut stomata, membuka sepanjang hari. Bagi
banyak tanaman tahunan di musim panas, kondisi terlalu panas akan memungkinkan
stomata untuk tetap terbuka sepanjang hari, sehingga tanaman ini telah beradaptasi
dengan mengembangkan fotosintesis C4. Fotosintesis C4 dinamakan seperti itu karena
fiksasi karbon dioksida, oleh enzim yang disebut PEP karboksilase, menghasilkan gula
empat karbon. Karbon diperoleh dengan cara ini kemudian diteruskan ke Rubisco dan
memasuki siklus Calvin.
Jenis ketiga dari fotosintesis ini dikenal sebagai respirasi CAM. Tanaman
sukulen dan beberapa anggrek melakukan respirasi CAM. Tanaman ini membuka
stomata mereka di malam hari dan menyimpan karbon dari karbon dioksida sebagai
asam crassulacean. Pada siang hari, ketika energi untuk sintesis ATP dan NADPH
tersedia dari cahaya, karbon dilepaskan dari asam crassulacean dan ditransfer ke
Rubisco untuk memulai siklus Calvin.
Kelembaban udara merupakan uap air (gas) yang tidak dapat dilihat, yang
merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang dikandung oleh
hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang
dapat dikandung oleh hawa.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kandungan uap
air di udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif)
maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara tekanan uap
air aktual dengan keadaan jenuhnya pada kapasitas udara untuk menampung uap air.
Udara dengan mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya
33
bergantung pada suhu udara dan suhu air. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap
air yang dapat dikandungnya.
Kelembaban mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata. Membuka dan
menutupnya stomata akan mempengaruhi jumlah karbondioksida yang masuk. Suhu
sangat mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis tidak akan berlangsung dengan baik jika
suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi. Suhu optimum tumbuhan untuk berfotosintesis
adalah 25ᵒC – 30ᵒC.
Stomata juga peka terhadap kelembaban atmosfer. Stomata akan menutup jika selisih
kandungan uap air di udara dan dalam ruang antar sel melebihi kritis (Purwanti, 2008).
Pergerakan pori stomata disebabkan oleh perubahan volume sel penjaga yang
diatur oleh keluar masuknya ion K+ dan ion-ion lain dari dan ke sel penjaga selama
proses pembukaan dan penutupan stomata. Selain itu cahaya, konsentrasi CO 2,
kelembaban, dan hormon tumbuhan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
membuka dan menutupnya stomata. Cahaya menyebabkan membukanya stomata
sedangkan keadaan gelap dapat meningkatkan konsentrasi CO2 dan turunnya
kelembaban yang berakibat pada tertutupnya stomata. Diantara sekian banyak hormon
tumbuhan, ABA (asam absisat) dan auksin merupakan hormon tumbuhan yang
berpengaruh pada pergerakan stomata. ABA (asam absisat) menyebabkan menutupnya
stomata, sedangkan auksin menyebabkan terbukanya
Perubahan dalam ukuran pori-pori stomata disebabkan oleh perubahan dalam
kesimbangan turgor antar sel-sel penutup dan sel-sel tetangga atau sel-sel epidermis
yang berdekatan. Suatu kenaikan turgor dalam sel penutup, atau suatu penurunan turgor
dalam sel tetangga menghasilkan pembukaan stomata melalui gerakan-gerakan
menjauhi dinding-dinding antiklinal sel penutup.
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel
penjaga. Proses masuknya air tersebut berasal dari tekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Tinggi rendahnya potensial air ini bergantung pada jumlah bahan yang terlarut
(solute) di dalam cairan sel. Semakin banyak jumlah bahan yang terlarut maka potensial
osmotik sel akan semakin rendah. Semakin rendah potensial osmotik sel maka semakin
rendah pula turgiditas sel. Jika sel bersifat flacid (kendor), stomata akan menutup.
Stomata akan membuka jika tekanan turgor kedua sel penjaga meningkat.
Peningkatan tekanan turgor oleh sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel
penjaga tersebut. Pergerakan air antar sel akan selalu dari sel yang mempunyai potensi
air lebih tinggi ke sel dengan potensi lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel
tergantung pada jumlah bahan yang terlarut dari cairan tesebut, semakin banyak bahan
yang terlarut maka potensi yang terjadi pada sel semakin rendah. Kerapatan uap air
diudara tergantung dengan resistensi stomata dan kelembaban nisbih dan juga suhu
35
udara tersebut, untuk perhitungan laju transpirasi. Kelembaban nisbih didalam rongga
substomata dianggap 100%. Jika kerapatan uap air didalam rongga substomata
sepenuhnya tergantung pada suhu.
Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata.
Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada
beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya
hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata.
d. Kelembaban Udara
Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu
tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang
terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur
kelembaban udara disebut psychrometer atau hygrometer. Kelembaban udara dapat
dibedakan menjadi:
Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut, yaitu kelembaban yang
menunjukkan berapa gram berat uap air yang terkandung dalam satu meter
kubik (1 m3) udara.
Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif, yaitu bilangan yang menunjukkan
berapa % perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara dan
jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
e. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan
diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Bentuk medan atau topografi;
2) Arah lereng medan;
3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke
permukaan bumi. Sedangkan garis yang menghubungkan tempat-tempat di peta yang
mendapat curah hujan yang sama disebut isohyet.
36
Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaman dan diambil dari kompleks
jerapan tanah ataupun dari larutan tanah berupa kation dan anion. Adapula yang dapat
diserap dalam bentuk khelat yaitu ikatan kation logam dengan senyawa organik.
Dewasa ini kebanyakan unsur hara mikro diberikan lewat daun.
3. Fungsi unsur hara Phospor pada proses fotosintesis adalah memperbesar jaringan
sel, hubungannya dengan fotosintesis yaitu semakin besar ukuran sel maka
semakin optimal proses fotosintesis.
4. Fungsi unsur hara Potasium pada proses fotosintesis adalah sebagai aktifasi enzim
dan membuka dan menutupnya stomata.
5. Fungsi unsur hara Sulfur pada proses fotosintesis adalah membantu dalam proses
fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
6. Fungsi unsur hara Magnesium pada proses fotosintesis adalah membentuk
molekul klorofil dan mengatur aktifitas enzyme.
7. Fungsi unsur hara Besi pada proses fotosintesis adalah sebagai sintesa protein
kloroplas.
Selain unsur hara diatas ada beberapa unsur yang paling penting dalam proses
fotosintesis seperti :
1. Karbondioksida atau CO2, karbondioksida menjadi komponen terpenting pada
saat proses fotosintesis. Tumbuhan bisa mendapatkan karbondioksida di udara
bebas lewat stomata, termasuk dari hasil sisa respirasi oleh manusia maupun
hewan. Semakin banyak karbondioksida di udara, maka semakin banyak jumlah
bahan karbondioksida yang dapat digunakan tumbuhan untuk melakukan sebuah
proses fotosintesis. Secara umum tumbuhan menggunakan karbondioksida dan air
untuk menghasilkan glukosa atau gula dan oksigen yang diperlukan sebagai
makanannya dalam sebuah proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari
2. Air, Air adalah komponen abiotik yang juga sangat penting. Setiap hari makhluk
hidup membutuhkan air, karena hampir sebagian besar makhluk hidup terdiri dari
90% air. Air berfungsi sebagai pelarut zat makanan yang dimakan oleh makhluk
hidup. Air juga diperlukan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Tumbuhan
juga membutuhkan air atau H2O sebagai salah satu bahannya. Jika tidak adanya
air dapat menghambat proses fotosintesis yang akan dilakukan oleh tumbuhan. Air
hanya didapatkan oleh akar yang menyerap air melalui tanah. Kekurangan air saat
kekeringan dapat menyebabkan stomata pada tumbuhan akan tertutup. Hal ini
dapat menyebabkan penyerapan karbondioksida akan menurun dan dapat
menghambat proses fotosintesis. Untuk itu air sangat dibutuhkan sekali dalam
39
proses fotosintesis. Selain itu air juga berfungsu membawa unsurhara masuk
kedalam bagian tubuh tumbuhan termasuk daun sehingga unsurhara dapat
berperan dalam tugasnya sebagai alat penunjang proses fotosintesis.
Salah satu bahan penting dari proses fotosintesis adalah air yang diperoleh dari
tanaman di tanah melalui organ akar. Air diserap oleh tanaman melalui langkah-langkah
berikut. Air akan diserap melalui rambut akar → ke epidermis akar → kulit → bagian
dari stela (bagian dari akar, yang berisi jaringan kapal pengangkut) → xylem → dikirim
ke daun. Air di antara partikel-partikel tanah akan jatuh ke akar rambut. Kemudian,
sebagai hasil difusi, air dan mineral memasuki korteks epidermis akar. Ini karena
perbedaan konsentrasi atau jumlah cairan terlarut (mineral).
Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada selalu mengalami
perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam batas toleransi
tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami perubahan lingkungan yang
dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan bahkan kematian tanaman. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki faktor pembatas dan daya toleransi
terhadap lingkungan (Song, Nio dan Banyo, Yunia. 2011: 169). Cekaman (stress)
lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan tekanan pada tanaman dan
mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan tertentu lebih rendah
daripada respons optimumnya pada kondisi normal. Kondisi lingkungan yang
memungkinkan tanaman untuk memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor
lingkungan bukan merupakan cekaman bagi tanaman. Cekaman lingkungan dapat
berupa faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan
yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti
kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut.
Kekurangan air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang
meliputi proses fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada saat kekurangan air,
sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan
menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis,
40
kekurangan air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel. Tanaman yang
mengalami kekurangan air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan air menyebabkan
penurunan hasil yang sangat signifikan dan bahkan menjadi penyebab kematian pada
tanaman.
Respons tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan perubahan
di tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan laju pertumbuhan,
berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar : tajuk. Tingkat kerugian tanaman
akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain intensitas
kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap pertumbuhan saat tanaman
mengalami kekeringan. Dua macam respons tanaman yang dapat memperbaiki status
jika mengalami kekeringan adalah mengubah distribusi asimilat baru dan mengatur
derajat pembukaan stomata. Pengubahan distribusi asimilat baru akan mendukung
pertumbuhan akar daripada tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar
menyerap air serta menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi.
Pengaturan derajat pembukaan stomata akan menghambat hilangnya air melalui
transpirasi.
Respon pertama tanaman dalam menanggapi kondisi defisit air yang parah ialah
dengan cara menutup stomata. Penurunan tekanan turgor yang bersamaan dengan
meningkatnya asam absisat bebas pada daun menyebabkan penyempitan stomata.
Penutupan dan/atau penyempitan stomata menghambat proses fotosintesis, hal ini
menyangkut transportasi air dalam tubuh tanaman dan menurunnya aliran
karbondioksida pada daun. Penurunan konsentrasi karbondioksida pada daun
mempengaruhi mobilisasi pati dan berpotensi meningkatkan respirasi. Tanaman akan
mengurangi penggunaan cadangan karbohidrat untuk mempertahankan proses
metabolismenya, dan hal ini memicu kekurangan karbon sehingga tanaman akan
mengalami penurunan pertumbuhan dan semakin lama tanaman akan mengalami
kematian.
Pada dasarnya pertumbuhan merupakan keseimbangan antara perolehan karbon
pada fotosintesis dan pengeluarannya dalam respirasi. Dalam kondisi tercekam
(misalnya kekeringan), keseimbangan tersebut akan mengalami perubahan yang dapat
41
menyebabkan distribusi air ke sel penjaga menurun sehingga terjadi penurunan tekanan
turgor yang berdampak pada penutupan stomata
Difusi adalah proses memindahkan atau memindahkan suatu zat / molekul cair
dari suatu tempat dengan konsentrasi tinggi ke suatu tempat dengan konsentrasi yang
lebih rendah. Selain itu, air akan memasuki endoderm dan xilem. Dalam endoderm, air
melewati membran selektif permeabel melalui osmosis. Osmosis adalah proses
memindahkan atau meluap zat / molekul cair dari tempat dengan konsentrasi tinggi ke
rendah melalui membran selektif permeabel.
Membran ini berfungsi sebagai filter, sehingga hanya mineral yang diperlukan
yang akan xilem dan diangkut ke daun. Proses penyerapan air dan mineral oleh akar
sangat tergantung pada luas permukaan akar. Rambut akar berperan dalam memperluas
area penyerapan air. Tersebar luas di bidang penyerapan air dapat ditingkatkan dengan
kehadiran mikoriza, yang merupakan simbiosis antara akar tanaman dan jamur.
Proses transpirasi menyebabkan tanaman kehilangan air. Karena gaya adhesi dan
kohesi yang timbul antara sel-sel jaringan mesofil air dan daun, jaringan ini akan
“menarik” air dari jaringan di bawahnya untuk memenuhi kebutuhan air untuk daun
yang hilang karena transpirasi.
Gaya tarik air diangkut oleh akar (dalam proses tekanan akar) untuk mengisi
xilem batang dan terus naik ke arah daun. Proses mengalirkan air dari potensial tinggi
ke potensial rendah karena aliran transpirasi terjadi terus menerus, sehingga air dapat
mencapai daun.
Ketersediaan air pada tumbuhan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan
metabolisme dalam tanaman. Respon pertama tanaman dalam menanggapi kondisi
defisit air atau cekaman air yang parah ialah dengan cara menutup stomata. Penutupan
dan/atau penyempitan stomata menghambat akan proses fotosintesis. Respon yang
kedua yaitu penurunan konsentrasi klorofil daun serta kekurangan air akan
mempengaruhi kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas pada jaringan.
Pengaruh cekaman air pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang
lebih kecil.
43
Efisiensi fotosintesis adalah fraksi energi cahaya yang diubah menjadi energi
kimia selama fotosintesis pada tanaman. Fotosintesis dapat digambarkan dengan reaksi
kimia yang disederhanakan, di mana C6H12O6 adalah glukosa yang kemudian diubah
menjadi gula lain, selulosa, lignin, dan sebagainya (Ezqwer, 2020). Nilai efisiensi
fotosintesis tergantung pada bagaimana energi cahaya didefinisikan - itu tergantung
pada apakah kita hanya menghitung cahaya yang diserap, dan pada jenis cahaya apa
yang digunakan (lihat radiasi aktif Fotosintesis). Diperlukan delapan (atau mungkin 10
atau lebih) foton untuk memanfaatkan satu molekul CO2.
Energi bebas Gibbs untuk mengubah satu mol CO2 menjadi glukosa adalah 114
kkal, sedangkan delapan mol foton dengan panjang gelombang 600 nm mengandung
381 kkal, memberikan efisiensi nominal 30%. Namun, fotosintesis dapat terjadi dengan
cahaya hingga panjang gelombang 720 nm selama ada juga cahaya pada panjang
gelombang di bawah 680 nm untuk menjaga Fotosistem II tetap beroperasi (lihat
Klorofil). Menggunakan panjang gelombang yang lebih panjang berarti lebih sedikit
energi cahaya yang dibutuhkan untuk jumlah foton yang sama dan karenanya untuk
jumlah fotosintesis yang sama.
Untuk sinar matahari aktual, di mana hanya 45% dari cahaya berada dalam
kisaran panjang gelombang aktif fotosintesis, efisiensi maksimum teoritis konversi
energi surya adalah sekitar 11%. Pada kenyataannya, bagaimanapun, tanaman tidak
menyerap semua sinar matahari yang masuk (karena refleksi, persyaratan respirasi
fotosintesis dan kebutuhan untuk tingkat radiasi matahari yang optimal) dan tidak
mengubah semua energi yang dipanen menjadi biomassa, yang menghasilkan efisiensi
fotosintesis keseluruhan maksimum 3 hingga 6% dari total radiasi matahari. Jika
fotosintesis tidak efisien, kelebihan energi cahaya harus dihilangkan untuk menghindari
kerusakan peralatan fotosintesis. Energi dapat dihamburkan sebagai panas (pendinginan
non-fotokimia), atau dipancarkan sebagai klorofil fluoresensi.
45
Efisiensi energi fotosintesis adalah rasio energi yang disimpan dengan energi
cahaya yang diserap. Energi kimia yang disimpan adalah perbedaan antara yang
terkandung dalam gas oksigen dan produk senyawa organik dan energi air, karbon
dioksida, dan reaktan lainnya. Jumlah energi yang disimpan hanya dapat diperkirakan
karena banyak produk terbentuk, dan ini bervariasi dengan spesies tanaman dan kondisi
lingkungan. Jika persamaan untuk pembentukan glukosa yang diberikan sebelumnya
digunakan untuk mendekati proses penyimpanan yang sebenarnya, produksi satu mol
(yaitu, 6,02 × 1023 molekul; disingkat N) oksigen dan satu mol keenam dari glukosa
menghasilkan penyimpanan sekitar 117 kilokalori (kkal) energi kimia. Jumlah ini
kemudian harus dibandingkan dengan energi cahaya yang diserap untuk menghasilkan
satu mol oksigen untuk menghitung efisiensi fotosintesis.
Cahaya dapat digambarkan sebagai gelombang partikel yang dikenal sebagai
foton ini adalah satuan energi atau kuanta cahaya. Kuantitas N foton disebut einstein.
Energi cahaya bervariasi berbanding terbalik dengan panjang gelombang foton yaitu,
semakin pendek panjang gelombang, semakin besar kandungan energinya. Energi (e)
46
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ezqwer I, et al. 2020. Plant Cell Walls Tackling Climate Change: Biotechnological
Strategies to Improve Crop Adaptations and Photosynthesis in Response to
Global Warming. Journal Plant. 9(212).
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT.Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Liu Z. Yang W. Yu X. 2019. Plant Cell Walls Tackling Climate Change:
Biotechnological Strategies to Improve Crop Adaptations and Photosynthesis in
Response to Global Warming. Journal Earth and Environmental Science.
2(91).