Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN (TPT)

Disusun Oleh:
1) Nevi Meita Dwi R. (135040201111148)
2) Mahardian Anggarini P. (135040201111155)
3) Alief Rodhlian Wahyudi (135040201111210)
4) Wiwin Pertiwi (135040201111226)
5) M. Umar Faruq (135040201111242)
6) Jaliaman Sipayung (135040201111250)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, serta
kesehatan yang telah diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman (TPT)  dengan baik dan lancar.
Segala puji kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan
dalam menjalani dan menyikapi kehidupan di dunia ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Prof.Dr.Ir.Husni Tamrin Sebayang,M.S selaku dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman (TPT) yang telah membimbing kami selama
perkuliahan berlangsung.
Penulis menyadarai bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang
membangun guna memberikan hasil yang terbaik bagi isi penulisan makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
terutama untuk penulisan makalah selanjutnya.

Malang, September 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis


sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari
konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan keempat
setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu pada produksi kentang dunia,
terutama di asia tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang paling besar.
Negara-negara di bagian asia merupakan penghasil kentang yang paling besar di
dunia dan Indonesia merupakan penghasil kentang terbesar di kawasan asia
tenggara.

Tanaman kentang ini dapat hidup di dataran tinggi dengan ketinggian


sekitar 1300-1500 meter di atas permukaan laut. Sentra produksi kentang di
Indonesia tersebar di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Kentang merupakan salah satu
jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi makanan bergizi lebih banyak dan
lebih cepat, namun membutuhkan hamparan lahan lebih sedikit dibandingkan
dengan tanaman lainnya.

Pada basis bobot segar, kentang memiliki kandungan protein tertinggi


dibandingkan dengan umbi-umbian lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kentang
memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi
dalam pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan.

Melihat sedemikian besar manfaatnya maka kentang dapat berpotensi


menghasilkan devisa negara melalui ekspor. Sungguh disayangkan jika
pemanfaatan tanaman kentang tidak maksimal. Karena Indonesia merupakan
Negara agraris yang memiliki hamparan pertanian yang cukup luas. Selama ini
kurangnya pemanfaatan pemerintah, terutama pemerintah daerah yang kurang
berani menerima gagasan baru dalam hal pemanfaatan teknologi tepat guna.
Khususnya teknologi bidang pertanian. Namun perlu diingat bahwa kenyataan di
lapangan dimana petani mempunyai kelemahan mendasar, yaitu pemasaran,
teknologi, dan kepemimpinan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui komoditi kentang


2. Mengetahui kedudukan komoditi kentang
3. Mengetahui aspek botani dari komoditi kentang
4. Mengetahui syarat tumbuh komoditi kentang
5. Mengetahui cara budidaya komoditi kentang
6. Mengetahui cara pemasaran dari komoditi kentang

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui komoditi kentang
2. Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan komoditi kentang
3. Mahasiswa dapat mengetahui aspek botani komoditi kentang
4. Mehasiswa dapat mengetahui syarat tumbuh komoditi kentang
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya komoditi kentang
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemasaran komoditi kentang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KOMODITI KENTANG (Solanum tuberosum. L)


Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat tanaman semusim.
Termasuk famili Solanaceae dan memiliki umbi batang yang dapat dimakan.
Kentang berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia.
Tanaman kentang berbentuk semak atau herba. Batangnya berada diatas
permukaan tanah, ada yang berwarna hijau,kemerah-merahan atau ungu tua.
Warna batang ini dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan.
Pada kesuburan tanah yang baik atau lebih kering, biasanya warna batang
tanaman lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa
berkayu sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu
kuat dan mudah patah. Kentang memiliki daun berbentuk menyirip majemuk
dan lembar daun bertungkai dan berfungsi sebagai tempat melakukan proses
fotosintesis yang kemudian hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif, generatif, respirasi dan sebagian disimpan dan
ditimbun pada bagian tanaman sehingga membentuk umbi (Rismawati 2010).
Menurut Williams et al.(1993) kentang merupakan tanaman daerah yang
memiliki iklim sedang (subtropis) dandataran tinggi (1000-3000 m), yang
secara taksonomi tanaman kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L
Samadi (2007) menyatakan bahwa kentang yang menjadi salah satu
komoditas hortikultura ini merupakan sayuran umbi yang kaya akan vitamin
C, karbohidrat dan protein. Samadi (2007) juga menyatakan bahwa dalam
100 gram kentang mengandung kalori 347 kal, protein 0.2 gram, lemak 0.1
gram, karbohidrat 85.6 gram, Ca 20 mg, P 30 mg, Fe 0.5 mg, vitamin B 0.04
mg.
Selain mengandung zat gizi umbi tanaman kentang juga mengandung
solanin yakni zat racun dan sangat berbahaya. Racun solanin ini sangat sulit
hilang apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena sinar matahari

2.2 KEDUDUKAN KOMODITI KENTANG


Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis
sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat
dari konsumsi kentang di dunia. Dimana konsumsinya menempati urutan
keempat setelah beras, gandum, dan jagung. Selain itu pada produksi kentang
dunia, terutama di asia tenggara, Indonesia adalah negara penghasil kentang
paling besar. Negara-negara di bagian asia merupakan penghasil kentang
yang paling besar di dunia dan Indonesia merupakan penghasil kentang
terbesar di kawasan asia tenggara.

Kentang sendiri merupakan salah satu tanaman yang paling efisien dalam
mengkonversikan sumberdaya alam, tenaga kerja dan modal menjadi bahan
pangan berkualitas tinggi.Tanaman ini bahkan dapat menghasilkan bahan
pangan yang lebih bergizi, secara lebih cepat pada lahan yang lebih sempit serta
kondisi iklim lebih keras, dibandingkan dengan tanaman pangan utama lainnya (Horton,
1987).

2.3 ASPEK BOTANI KOMODITI KENTANG

2.3.1. Batang dan Akar


Kentang merupakan tanaman semusim yang bersifat menyemak
dan menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai
50-120 cm,dan tidak berkayu (tidak keras bila dipijat), namun batang
bawah yang tua bisa berkayu. Batang dan daun berwarna hijau kemerah-
merahan atau keungu-unguan. Tanaman yang berasal dari biji akan
menghasilkan satu batang utama. Sedangkan yang berasal dari umbi akan
menghasilkan lebih dari satu batang tanaman.
Akarnya memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
tunggang bisa menembus sampai kedalaman 45 cm. Sedangkan akar
serabutnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah
dangkal. Akar berwarna keputih-putihan, halus dan berukuran sangat
kecil. Dari akar-akar ini terdapat akar yang akan berubah bentuk dan
fungsinya menjadi bakal umbi (stolon) dan akhirnya menjadi umbi.

2.3.2. Daun, Bunga dan Buah


Daun-daun pertama berupa daun tunggal,daun berikutnya berupa
daun majemuk imparipinnate dengan anak daun primer dan anak daun
sekunder. Posisi tangkai daun utama terhadap batang bervariasi. Pada
tangkai daun utama terletak helaian anak daun primer dan sekunder yang
berbeda-beda dalam bentuk,ukuran, dan warna. Pada dasarnya,daun
majemuk kentang mempunyai tunas ketiak yang dapat berkembang
menjadi cabang sekunder,dengan sistem percabangan simpodial.

Bunganya berjenis kelamin dua (bunga sempurna), ukurannya kecil


(kira-kira 3 cm), berwarna putih kekuning-kuningan, atau ungu kemerah-
merahan, tumbuh di ketiak daun teratas. Daun kelopak (calyx), daun
mahkota (corrola) dan benangsari (stamen), masing-masing berjumlah
lima buah dengan satu buah putik (pistilus) yang mempunyai sebuah bakal
buah yang beronga dua buah (locule).

Daun mahkota berbentuk terompet yang pada ujungnya berbentuk


bintang. Benangsari bunga kentang berwarna kekuning-kuningan dan
melingkari tangkai putik. Kedudukan kepala putik bisa lebih rendah,sama
tinggi atau lebih tinggi dari cone kepalasari. Kepalasari dari kelima
benangsari membentuk satu cone yang berwarna kuning terang (pada
bunga yang jantan mandul warnanya kuning hijau). Kepalasari ini berisi
tepungsari bila sudah kering bisa diterbangkan oleh angin.
Biasanya,tepungsari masak lebih dulu dari kepala putiknya.

Satu minggu setelah penyerbukan,bakal buah membesar dan


berkembang menjadi buah. Buah berwarna hijau tua sampai keungu-
unguan,berbentuk bulat, berukuran kira-kira 2,5 cm, dan berongga dua.
Buah mengandung 500 bakal biji yang nantinya menjadi biji hanya 10-300
biji. Buah bisa dipanen pada umur 6-8 minggu setelah penyerbukan.

2.3.3. Bakal Umbi dan Umbi


Stolon atau bakal umbi terletak pada batang dibawah permukaan
tanah. Umbi terbentuk dari pembesaran bagian ujung stolon yang
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Bentuk umbi umumnya
mencirikan varietas kentang yang ditanam. Selain bentuk umbi,untuk
mencirikan varietasnya adalah kedalaman mata tunas,warna kulit dan
warna daging umbi.

Semua bagian tanaman kentang mengandung racun solanin begitu


juga umbinya,yaitu ketika sedang memasuki masa bertunas. Namun,bagi
umbi ini bila telah berusia tua atau telah dipanen, racun ini bisa berkurang
bahkan bisa hilang, sehingga aman untuk dimakan.

Sebagai sumber bahan pangan, kentang merupakan salah satu


komoditas sayuran umbi yang kaya vitamin C dan kalium, selain
karbohidrat dan protein . selain karbohidrat, kentang juga kaya akan
vitamin C (Warsito, D.P dan Soedijianto. 1982).Dengan kandungan
vitamin C yang tinggi,hanya dengan menyantap 200 gram umbi kentang
perhari,kebutuhan vitamin C dalam sehari sudah terpenuhi (kebutuhan
vitamin C perhari hanya 60 mg)

2.4. SYARAT TUMBUH KOMODITI KENTANG

2.4.1. Ketinggian Tempat


Sunarjono (2007) menyatakan bahwa tanaman kentang secara umum
berumur pendek dengan kisaran 100–160 hari. Tergolong dalam tanaman
yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 800 –
1500 meter di atas permukaan laut, namun apabila masih tetap ditanam
pada daerah dataran rendah (kurang dari 500 meter diatas permukaan laut)
kentang akan sulit untuk menghasilkan umbi,kalaupun terbentuk umbi
yang dihasilkan akan sangat kecil. Hal ini dikarenakan pada dataran
rendah suhu udara tinggi, sehingga respirasi menjadi tinggi dan energi
yang digunakan untuk membentuk umbi menjadi berkurang dan
mengakibatkan umbi menjadi kecil.

2.4.2. Jenis Tanah

Kesuburan tanah tergantung pada sifat fisik dan kimia serta fungsi,
bahan organik yang terkandung, aktivitas biologi yang mendasar untuk
mempertahankan produksi dan produktivitas pertanian (Lutaladio et al
2009). Secara umum kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur,
memiliki drainase yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu
berpasir, dan jenis tanah yang paling cocok ialah andosol (Sunarjono
2007). Kentang sangat toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas
yakni 4.5–8.0, tetapi pH yang baik untuk pertumbuhan dan ketersediaan
unsur hara ialah 5.0–6.5 (Martodireso dan Suryanto 2001)

2.4.3. Kondisi Cuaca


a. Suhu dan Kelembaban
Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan
suhu rendah yakni 15 sampai 200C, cukup sinar matahari dan kelembaban
udara sekitar 80–90 %. Hal ini berarti kondisi cuaca seperti suhu dan
kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang
(Sunarjono,2007). Menurut Ashandi dan Gunadi (2006) daerah yang
memiliki suhu udara maksimum 300C dan suhu udara minimum 150C
adalah daerah yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman kentang
daripada daerah yang memiliki suhu relatif konstan rata–rata 24
0
C.Peningkatan suhu di lingkungan tumbuh tanaman kentang akan
mempengaruhi aktivasi energi pada reaksi kimia seperti penggunaan
energi hasil proses fotosintesis untuk proses respirasi (Ashandi dan
Gunadi, 2006). Respirasi tumbuhan akan meningkat dengan peningkatan
suhu dan akan menurun saat suhu mencapai 400C dan pada suhu tersebut
penyusun enzim akan mulai rusak (Setiadi dan F.N. Surya, 1997).
b. Curah Hujan
Sulistiono (2005) menyatakan bahwa curah hujan yang dibutuhkan
tanaman kentang sekitar 300–1000 mm / tahun. Apabila curah hujan
terlalu tinggi akan mengakibatkan umbi kentang mudah terserang hama
dan penyakit, karena tanah menjadi jenuh air dan untuk mengatasi hal ini
tentu diperlukan sistem drainase yang baik sehingga tanah tidak jenuh.
Oleh sebab itu curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang. Untuk
mencapai hasil tanaman kentang yang baik dan tinggi maka perlu
mengatasi saat kritis yaitu dengan menjaga kadar air tanah pada
kedalaman 15 cm dari permukaan tanah tidak boleh kurang dari 56 %
kapasitas lapang.
c. Angin
Angin merupakan faktor iklim yang dapat mempengaruhi tanaman secara
tidak langsung. Angin akan mempengaruhi proses transpirasi yang
berdifusi melalui stomata. Angin yang membawa udara lembab ke
permukaan daun akan mengakibatkan perbedaan potensial air di dalam dan
di luar stomata (Lubis,2000). Menurut Chang (1968) laju pengaliran CO 2
ke tanaman meningkat dengan nilai kecepatan angin yang tinggi.
Peningkatan laju aliran CO2 ini berarti meningkatkan laju fotosintesis dan
pertumbuhan tanaman.
d. Cahaya
Pengaruh cahaya matahari pada pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan stomata, absorpsi
mineral hara, laju pernapasan dan aliran protoplasma (Jumin,1994). Tidak
semua cahaya matahari yang sampai ke bumi dapat diserap oleh tanaman
dan yang dapat diserap ialah cahaya PAR (Photosynthetically Active
Radiation) dengan panjang gelombang 0.38-0.68 μm (Handoko 1994).
Penimbunan hasil bersih asimilasi CO 2 sepanjang musim tanam akan
menghasilkan berat kering total. Asimilasi CO2 dipengaruhi oleh
penyerapan energi radiasi surya oleh tajuk tanaman (Fitter dan Hay,1994).
2.5. CARA BUDIDAYA KOMODITI KENTANG
2.5.1. Penyiapan Lahan
Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas
sawah karena hama dan penyakit berkurang akibat sawah selalu berada
dalam kondisi anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman
kentang hingga siap tanam dilakukan melalui beberapa tahap.
Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang
meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit,
pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan.
Tahap berikutnya adalah pengolahan tanah dengan cara
pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga
gembur, kemudian diistirahatkan selama 1–2 minggu. Pengolahan tanah
dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar–benar gembur sambil
meratakan tanah dengan garu atau cangkul untuk memecah bongkahan
tanah berukuran besar. Setelah pembajakan tanah dan penggemburan
dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan.
Bedengan dibuat membujur searah Timur–Barat, agar penyebaran
cahayamatahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan
berukuran lebar 70–100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang
merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan
dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan
(30 cm). Selanjutnya di sekeliling petak–petak bedengan dibuat selokan
untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm
(Samadi, 1997).
Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan
lahan. Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik
diberikan sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan
bedengan kira–kira satu minggu sebelum tanam.
Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm
ketika penggemburan tanah terakhir dan dengan diberikan pada lubang
tanam.Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar
sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian
pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai 20–30
ton perhektar.
2.5.2. Persiapan Bibit
Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan bibit
sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakukan seleksi untuk
membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata
telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat
berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar. Menurut
Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a) Bibit bebas hama dan penyakit
b) Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)
c) Ukuran umbi 30–45 gram berdiameter 35–45 mm (bibit kelas 1) dan
45–60 gram berdiameter 45–55 mm (bibit kelas 2) atau umbi belah
dengan berat minimal 30 gram
d) Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat
Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui istirahat
atau masa dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas
sekitar 2 cm. penanaman umbi bibit yang masih dalam masa dormansi atau
belum bertunaspertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah.
Umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya
panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebelum
masa tanam. Jika tidak dilakukan perompesan, tanaman akan tumbuh
lemah.
2.5.3. Penanaman
Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Waktu tanam yang paling baik didaerah dataran tinggi adalah
pada kondisi cerah. Khusus didataran menengah waktu tanam yang paling
baik adalah musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang
keadaan suhu malam hari paling rendah. Penanaman bibit kentang yang
paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari
dapat menyebabkan kelayuan sehingga tanaman terhambat
pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadi mati (Samadi, 1997).
Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung
varietasnya. Varietas Granola yang dibubidayakan di BBTPH
Tawangmangu ditanam dengan jarak tanam 30x70 cm dengan kedalaman
lubang tanam antara 8–10 cm. Penanaman bibit kentang yang paling
sederhana yaitu dengan cara umbi bibit diletakkan dalam alur tepat
ditengah–tengah dengan posisi tunas menghadap keatas dan jarak antara
umbi bibit dalam alur adalah 25–30 cm. Khusus didataran menengah, jarak
tanam diatur 50–30 cm untuk sistem bedengan atau 60–70 cmx 30 cm
untuk sistem guludan (Rukmana, 1997).
2.5.4. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal–hal sebagai berikut :
a.Pengairan
Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.
Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca
dan keadaan air. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau
sore hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran
matahari tidak terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan sistem dileb
(digenangi) hingga air basah, kemudian air dibuang melalui saluran
pembuangan air (Rukmana,1997).
b.Penyulaman
Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau
disulam dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman
maksimum 15 hari setelah tanam. Cara penyulaman ialah dengan
mengambil bibit yang mati, kemudian meletakkan umbi bibit yang baru
dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm. Penyulaman dilakukan
pagi atau sore hari (Rukmana, 1997).
c.Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan
rumput dengan memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan
dilanjutkan dengan pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat
tanaman kentang berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau
membersihkan rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan
dilakukan secara berhati–hati agar tidak merusak perakaran tanaman
kentang. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kira–kira 15 cm
disekitar tanaman (Rukmana, 1997).
d.Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim
tanam yaitu pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah
tanam, pembumbunan yang kedua dilakukan setelah umur 40 hari setelah
tanam atau 10 hari setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989).
Tujuan pembumbunan ialah memberi kesempatan agar stolon dan
umbi berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah
umbi kentang yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah
serangan hama penggerek umbi (Phithorimaea opercuella).
Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman
dengan tanah sehingga terbentuk guludan–guludan (Rukmana, 1997).
Ketebalan pembumbunan pertama kira –kira 10 cm, pembumbunan kedua
juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira–
kira 20 cm.
e.Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanam yaitu menggunakan
kombinasi Urea, TSP, KCl, ata ZA, TSP, KCl dengan waktu dan dosis
pemberian pupuk seperti pada tabel berikut :
Tabel jadwal Pemberian Pupuk Anorganik dan PPC pada Tanaman
Kentang Per Hektar :
No Perlakuan Waktu Pemberian (HST)
0 21 45
1. Pupuk Kandang 15-20 ton
2. Pupuk Anorganik
a. Urea/ZA 165/350 kg 165/365 kg
b. TSP 400 kg
c. KCL 100 kg 100 kg
3. PPC (Supermes) 7-10 hari
sekali
Sumber : Samadi (1997)

Keterangan : HST = Hari Setelah Tanam

PPC = Pupuk Lengkap Cair

Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu


disekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis
sekitar 10–20 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman
kurang lebih 20–25cm kemudian segera menimbunnya dengan tanah
sambil membumbun
.
2.6. PEMASARAN KOMODITI KENTANG
Pemasaran kentang pada dasarnya merupakan institusionalisasi pelayanan untuk
menjem-batani berpindahnya kentang segar dari sisi produksi ke sisi konsumsi. Hampir
seluruh sektor pemasaran kentang ditangani oleh pihak swasta dan intervensi
pemerintah dalam hal ini relatif minimal, khusus terbatas pada penyediaan
infrastruktur. Oleh karena itu, pasar kentang seringkali dianggap
beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan.
Secara umum, menurut Horton (1980) berbagai masalah yang ditemui
pada pemasaran kentang berawal dari:
a) Karakteristik produsen (skala besar vs. skala kecil dalam kaitannya dengan
volume penjualan),
b) Karakteristik tanaman (cepat rusak),
c) Pola permintaan (musiman), dan
d) Kompleksitas sistem pemasaran (aliran informasi yang buruk,ketidak-
cukupan fasilitas fisik, dan kapasitas finansial pelaku pasar).
Berdasarkan volume kentang yang diproduksi,produsen besar
biasanya dapat mengatur waktu penjualan untuk meminimalkan risiko
harga. Hal ini dimungkinkan karena pada umumnya petani besar memiliki
gudang atau memiliki kapasitas finansial untuk menyewa gudang. Melalui
penerapan strategi pemasaran seperti ini,petani bersangkutan dapat
mengurangi dampak risiko harga penjualan hasil panen.
Pertisipasi di pasar kentang dalam periode waktu yang cukup
panjang juga memantapkan petani besar sebagai pemasok kentang
komersial yang dapat diandalkan. Sementara itu petani kecil dengan
volume penjualan yang relatif rendah hanya mampu berpartisipasi dipasar
kentang dalam periode waktu yang jauh lebih singkat. Sebagai
konsekuensi dari kondisi ini,petani kecil biasanya lebih rentan terhadap
pergerakan harga kentang jangka pendek.

Sebelum menjual hasil panennya, petani biasa melakukan sortasi


(memisahkan/memilih kentang yang marketable dan non-marketable) dan
grading (pada umumnya berdasarkan ukuran kentang). Petani biasanya
menunjukkan contoh atau sampel berupa kentang yang telah di grading
kepada pembeli prospektif. Jika transaksi terjadi di kebun, kesepakatan
antar penjual dan pembeli akan menentukan siapa yang akan membiayai
kegiatan sortasi dan grading.

Kentang yang baru saja dibeli oleh pedangan pengumpul dari


petani, mungkin saja tidak dapat dijual ke pasar pada hari yang sama. Jika
hal ini terjadi, kentang biasanya disimpan di gudang selama 1-3 hari,
bahkan mungkin agak lebih lama seandainya harga kentang secara ekstrim
terlalu rendah. Biaya penyimpanan (bongkar/muat,angkut dan pemeliharan
kentang di gudang) yang ditanggung oleh pedangang pegumpul berkisar
antara Rp15-Rp25 per kg. Pedagang mengindikasikan bahwa penjualan
langsung ke pasar merupakan hal yang paling diinginkan,karena relatif
tingginya biaya penyimpanan dan ketersediaan gudang yang relatif
terbatas. Lebih jauh lagi ,para pedagang juga mengindikasikan bahwa
fluktuasi harga musiman tidak selalu dapat menutupi biaya penyimpanana.

Beberapa tipe saluran pemasaran yang menggerakkan kentang dari


sentra produksi ke daerah konsumsi adalah sebagai berikut :

1. Produsen — pedagang pengumpul — pedagang antar daerah —pedagang


besar — pedagang pengecer — konsumen.
2. Produsen — pedagang pengumpul — pedagang besar — pedagang
pengecer — konsumen
3. Produsen — pedangang pengumpul skala kecil atau komisioner —
pedagang pengumpul — pedagang besar — pedagang pengecer —
konsumen
4. Produsen — pedangan kontrak — pedagang pengumpul —pedagang
pengencer — konsumen.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis sayuran yang


mendapat prioritas untuk dikembangkan. Indonesia adalah negara penghasil
kentang paling besar. Tanaman kentang ini dapat hidup di dataran tinggi
dengan ketinggian sekitar 1300-1500 meter di atas permukaan laut. Pada
basis bobot segar, kentang memiliki kandungan protein tertinggi
dibandingkan dengan umbi-umbian lainnya. Tanaman kentang secara umum
berumur pendek dengan kisaran 100–160 hari. Tergolong dalam tanaman
yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 800 –
1500 meter di atas permukaan laut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Rambu–rambu Benih Bermutu. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan BPSB II Jawa Tengah.
Yogyakarta.
Horton, D. 1980. Potato marketing in developing countries. Social Science
Department TrainingDocument. International Potato Center, Lima,
Peru.

Horton, D. 1987. Potatoes: Production, marketing, and programs for deve-loping


countries. WestviewPress, Boulder, USA.

Rukmana, R. 1997. Kentang budidaya dan pasca panen. Kanisius Yogyakarta.


Samadi, B. 1997. Usahatani Kentang. Kanisius: Yogyakarta.
Setiadi dan F.N. Surya, 1997. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Swadaya:Jakarta.
Sunarjono, H. 1975. Budidaya kentang. N.V. Soeroengan,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai