Anda di halaman 1dari 10

CAHAYA

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
di dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah penerang dunia ini. Selain itu bagi
tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat menentukan prosesfotosintesis.
Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.Makanan yang
dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai
tanaman dewasa. Dengan demikian cahaya dapat menjadi faktor pembatas utama di dalam
semua ekosistem.
Merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat berperan
dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk
menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi
untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan
suhu. Cahaya matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis. Cahaya Optimal bagi Tumbuhan Kebutuhan minimum cahaya
untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik kompensasinya
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya
dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supra optimal. Dedaunan
yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram,
posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya.
Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi
penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.
Besarnya energi matahari yang diterima oleh tanaman tidak sama dari musim ke
musim dan latitude ke latitude lainnya. Tetapi besarnya energi matahari yang diterima
tanaman (tumbuhan) setiap tahunnya pada latitude yang sama tidak sama bervariasi dan
besarnya energi matahari yang ditangkap tanaman untuk jenis tanaman yang berbeda, juga
akan berbeda-beda pula.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan ,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu , kekurangan cahaya
saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi dimana batang kecambah
akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan bewarna pucat
(tidak hijau). Semua ini terjadi dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga dapat
memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-sel tumbuhan. Sebaliknya , tumbuhan
yang tumbuh di tempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat
dengan kondisi relative pendek , daun berkembang baik lebih lebar, lebih hijau , tampak lebih
segar dan batang kecambah lebih kokoh.

Ada dua aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya
dengan sistem ekologi, yaitu:
Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang
Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.

a. Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang-
gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan
bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok
antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor
ekologi yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya
merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian
dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti
untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru
diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat atau
dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang
jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi
perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun
yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang.
b. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting
sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun
dalam waktu atau temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering ,
sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah, cahaya
matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan
bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada
garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan
bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer
yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan
dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.

Peranan Cahaya Terhadap Tumbuhan


a. Fotoperiodisme
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu
organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme
adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan
konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate atau bermusim panjang
hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim
dingin.
Berdasarkan respon tanaman terhadap fotoperiode membagi tanaman atas tiga
golongan yaitu:
Tanaman berhari pendek
Tanaman berhari panjang
Tanaman berhari netral
Tanaman Berhari Pendek
Tanaman berhari pendek ialah tanaman yang hanya dapat berbunga bila
panjang hari kurang dari nilai kritis (panjang hari maksimum). Panjang hari
maksimum berkisar antara 12 jam sampai 14 jam.
Tanaman yang berhari pendek akan mengalami pertumbuhan vegetative terus
menerus apabila panjang hari melewati nilai kritis, dah akan berbunga di hari pendek
di akhir musim panas dan musim gugur. Tetapi tanaman berhari pendek tidak
berbunga di hari pendek di awal musim semi, dan akan berbunga di hari pendek pada
akhir musim panas. Hal ini disebabkan karena suhu tidak cukup hangat untuk
melanjutkan pertumbuhan ke fase reproduktif. Disamping itu pertumbuhannya
vegetative yang tersedia pada saat itu belum mencukupi untuk mengantarkan tanaman
kepembungaan, disamping benyak system (hormone, enzim dan lain-lain) juga belum
siap.
Tanaman yang tidak peka terhadap fotoperiode yang tergolong berhari pendek,
biasanya mempunyai sifat fisiologis yang menonjol daripada sifat yang ditimbulkan
oleh pengaruh ligkungan. Misalnya pembungaan dan pembuahan akan lebih
dipengaruhi oleh ketersediaan asimilat dan sistem hormone dalam tubuhnya. Tanaman
yang peka terhadap fotoperiode, pembungaan dan pembentukan buahnya sangat
ditentukan oleh panjangnya hari sebesar 15 menit saja sudah berarti bagi terbentuknya
bunga.

Tanaman Berhari Panjang


Tanaman berhari panjang adalah tanaman yang menunjukkan respon berbunga
lebih cepat bila panjang hari lebih panjang dari panjang hari minimum (kritis)
tertentu, atau disebut pula tanaman bermalam pendek yakni Tumbuhan yang
memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan,
seperti gandum, bayam, dll.
Tanaman berhari panjang yang berasal dari zone sedang (temperate) akan
berbunga dalam bulan mei dan juli apabila panjang siang selama 15 jam. Sebagai
contoh tanaman berhari panjang adalah spinasi (spinacia oler acea L) Barley
(Hordeum spp), Rey (Secale cereale), Bit gula (Beta vulgaris), Alfalfa dan lain-lain.
Tarwe winter (Triticum aestivum) yang tergolong tanaman berhari panjang
menghendaki lama penyinaran lebih dari 14 jam sehari dan untuk berkecambah
memerlukan suhu rendah. Sedangkan pertumbuhan selanjutnya sampai berbunga dan
berbuah menghendaki suhu yang lebih tinggi dan hari-hari panjang. Bila syarat-syarat
yang dikehendakinya tidak terpenuhi, maka tarwe winter tidak dapat menghasilkan
bunga dan buah.
Kombinasi suhu dan panjang hari yang mengontrol pertumbuhan vegetatif dan
generatif pada beberapa jenis tanaman hari panjang sebenarnya dapat diciptakan
dengan perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya penyinaran singkat di
malam hari untuk memperpendek periode gelap. Percobaan-percobaan seperti ini
dapat mempengaruhi perbungaan, khususnya pada tanaman yang menghendaki
panjang siang lebih dari 15 jam.
Perlakuan vernalisasi pada biji tarwe winter akan berkecambah akan
menyebabkan proses yang menginduksi kecambah ke arah pertumbuhan menuju
pembentukan primordia bunga. Karena biji tarwe winter pada saat berkecambah juga
memerlukan fase gelap yang lebih panjang (hari pendek), maka selain vernalisasi,
untuk mengantarkan tanaman ini ketahap pembungaan juga diperlukan perlakuan
gelap buatan. Sedangkan hari panjang dan suhu tinggi yang diharapkan untuk
pertumbuhan vegetatif dapat dibuat dengan penyinaran singkat pada malam hari
dengan lampu listrik yang berkapasitas 50 watt setiap meter bujur sangkar selama
lebihkurang 5 jam.

Tanaman Berhari Netral


Tanaman berhari netral (intermediate) adalah tanaman yang berbunga tidak
dipengaruhi oleh panjang hari. Tanaman intermediate dalam zona sedang bisa
berbunga dalam beberapa bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah tropik yang
mengalami 12 jam siang dan 12 jam malam dapat berbunga terus menerus sepanjang
tahun. Oleh karena itu tanaman yang tumbuh di daerah tropik pada umumnya adalah
tanaman intermediate.Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas (Gossypium
hirsutum), tembakau (Nicotiana tobaccum), bunga matahari (Helianthus annus), tomat
dan lain sebagainya.
Tanaman intermediate memerlukan pertumbuhan vegetatif tertentu sebagai
tahap untuk menuju tahap pembungaan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode. Apabila
beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak
optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah
khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah
menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan
berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan
nutrisi tidak merupakan faktor pembatas

b. Fotoenergetic
Cahaya matahari merupakan factor krusial dalam kehidupan tumbuhan sebagai
sumber energy. Untuk dapat memperoleh energy bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal.
Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya energy
yang diserap dari sinar matahari oleh bagian tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi di
daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman. Energi cahaya matahari
yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5 2,0 %
dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang apabila
intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman, Setiap
daun pada tumbuhan harus memproduksi energy yang cukup besar sehingga dapat
dimanfaatkan setelah dikurangi energy untuk respirasi. Jika tumbuhan kekurangan
cahaya dalam waktu panjang, maka lambat laun akan mati. Proporsi cahaya yang
dibutuhkan untuk menyeimbangkan hasil fotosintesis dan kebutuhan respirasi disebut
titik kompensasi cahaya
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang
dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen
yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui
fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan
salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2
diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.

c. Fotodestruktif
Fotodestruktif adalah tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan
fotosintesis semakin tidak bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas titik
jenuh cahaya sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak.
Proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan
lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya.Sehubungan dengan
laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakintinggi (naik) mengakibatkan lalu
fotosisntesis semakin tidak bertambahlagi walaupun intensitas cahaya terus
bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (ligh
saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber energi maupun
sebagai bentuk perusak.
Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun
meningkat,sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil
menjadi pecah dan rusak (fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya
yangsemakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan oleh proses
fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh prosesrespirasi. Batas ini
disebut titik kompensasi cahaya (light compensation point)

d. Fotomorfogenesis
Efek lain dari cahaya diluar fotosintesis adalah mengendalikan wujud
tanaman, yaitu perkembangan struktur atau morfogenesisnya. Morfogenesis yaitu
perkembangan bentuk yang ditentukan secara genetik dan mengalami modifikasi
karena faktor lingkungan. Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan akan
menentukan morfologi akhir tanaman. Pengendalian morfogenesis oleh cahaya
disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu mengendalikan perkembangan
pertumbuhan maka tumbuhan harus menyerap cahaya. Empat penerima cahaya dalam
tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom, penerima cahaya UV-B, protoklorofilida.
1. Fitokrom
Fitokrom adalah khromoprotein yang mengandung khromofor dan apoprotein.
khromofor dan proteinnya mengalami perpindahan formas dalam bentuk Pr dan Pfr
Diketahui fitokrom paling kuat menyerap cahaya merah dan merah tua.
2. Kriptokrom
Kelompok sejumlah pigmen yang serupa dan belum begitu dikenal menyerap cahaya
biru dan panjang geIombang ultraviolet (panjang gelombang daerah UV-A sekitar
320-400 nm).
3. Penerima Cahaya UV-B
Satu atau beberapa senyawa tak dikenal (secara teknis bukan pigmen) yang menyerap
radiasi ultraviolet antara 280 dan 320 nm.
4. Protoklorofilida a
Pigmen yang menyerap cahaya merah dan biru, bisa tereduksi menjadi klorofil a.
Pengaruh cahaya pada perkecambahan :

Produksi klorofil terpacu oleh cahaya

Pembukaan daun terpacu oleh cahaya

Pemanjangan batang terhambat oleh cahaya

Perkembangan akar terpacu oleh cahaya.

Tumbuhan hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang untuk
berbunga), akan terhambat bila dalam waktu malamnya diseling ada cahaya dalam
waktu singkat. Yang paling efektf adalah cahaya merah jauh yang menghambat
pembungaan tumbuhan hari pendek.
Cahaya merah memacu perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah jauh
dan biru menghambat. Cahaya merah jauh panjang gelombangnya lebih panjang dari
cahaya merah 700-800nm (diatas 760 tidak terlihat oleh mata atau infra merah dekat).
Pigmen cahaya merah disebut Pr (666nm) , pigmen cahaya biru dapat diubah oleh
cahaya merah menjadi Pfr (730 nm)yang dapat menyerap cahaya merah jauh (warna
hijau zaitun), dan pigmen biru bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom merupakan homodiner dari dua polipeptid identik, dengan Bm 120
kDa Polipeptid tadi masing-masing mempunyai gugus prostetik disebut kromofor
yang menempel pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromoforad tetrapirol
rantai terbuka,tersebut serupa dengan [pigmen pikobulin utk fotosintesis ganging
merah dan sianobakteri perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr
Kriptokrom penerima cahaya biru atau UVA. UV A panjang gel antara 320-
400 nm. Kriptokrom antara 320-500 nm, diduga berupa flavoprotein (melekat antara
protein dan riboflavin), diduga bersatu dengan prot sitokrom pada membram plsma.
Puncak kerjanya di daerah biru-ungu 450 nm

e) Fototropisme
Fototropisme adalah pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh
rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme adalah pertumbuhan koleoptil rumput menuju
arah datangnya cahaya. Koleoptil merupakan daun pertama yang tumbuh dari tanaman
monokotil yang berfungsi sebagai pelindung lembaga yang baru tumbuh. Cholodny dan Went
menjelaskan bahwa cahaya menyebabkan terjadinya pemindahan auksin secara lateral dari
bagian yang terkena cahaya menuju bagian yang tidak terkena cahaya. Dengan demikian,
jumlah auksin di bagian yang gelap akan lebih banyak daripada di bagian yang terang.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan kecepatan
pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat dibandingkan dengan sel-
sel pada sisi lebih terang karena adanya penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung
tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas merupakan fotoreseptor yang
memicu respons pertumbuhan Fotoreseptor adalah molekul pigmen yang disebut kriptokrom
dan sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para ahli menyakini bahwa fototropisme
tidak hanya dipengaruhi oleh fotoreseptor, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai macam
hormon dan jalur signaling.

Strategi Adaptasi Tumbuhan Terhadap Cahaya

Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristik yang dianggap sebagai adaptasinya


dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan
yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram,
posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya.
Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi
penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.

Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya.
Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering
disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya
terbatas atau tanaman intoleran.Kedua kondisi cahaya tersebut memberikan respon yang
berbeda-beda terhadap tanaman, baik secara anatomis maupun secara morfologis. Tanaman
yang tahan dalam kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri morfologis yaitu
daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri
morfologis daun kecil dan tebal.

Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang
berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini
secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi
terhadap naungan dapat melalui 2 cara
(a) Meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit;
contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk
pertumbuhan akar,

(b) Mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman
jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun
untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air
dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata,
lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang.

Morfologi jenis tumbuhan memberikan respon terhadap intensitas cahaya juga


terhadap naungan. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun
mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada jika berada pada tempat
terbuka. Jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan pertumbuhan. Keadaan seperti
ini dapat dilihat pada hasil penelitian dimana daun-daun yang mempunyai jumlah luas daun
yang lebih besar mempunyai pertumbuhan yang besar pula .

Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka.
Jenis yang diteliti memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Daun
mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka.
Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Tanaman yang ditanam ditempat
terbuka mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung.

Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka.
Ditempat terbuka mempunyai kandungan klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung.
Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan
yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka.

Anda mungkin juga menyukai