Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FISIOLOGI LANJUT

PAPARAN RADIASI

Oleh:

MARDATILLA
NIM. 2010247501

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU

2021
“PEMBAHASAN”

1. Radiasi
Radiasi adalah emisi dan propagasi (perambatan) energi melalui materi atau ruang
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel (Maleachi & Tjakraatmadja,
2018). Radiasi juga merupakan pancaran energi melalui suatu materi atau ruang
dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton). Radiasi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton adalah jenis
radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik,misalnya adalah sinar gamma
dan sinar-x. Beberapa modalitas pencitraan yang menggunakan sinar-x adalah
pesawat sinar-x, mamografi, dental, CT-Scan dan flouroskopi (Seran et al., 2018).
Radiasi biasanya dikaitkan dengan zat radioaktif, senjata nuklir, pembangkit listrik
tenaga nuklir, bahkan hal lain seperti gelombang radio, sinar infra merah, sinar UV,
radiasi akustik atau proses lainnya. Radiasi sendiri secara umum dibagi menjadi 2,
diantaranya sebagai berikut:
a. Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah radiasi yang memiliki energi yang cukup untuk
mengionisasi partikel. Proses ini menyebabkan sebuah elektron terlontar dari kulit
atom elektron itu sendiri yang justru menghasilkan muatan positif. Adapun
beberapa hal yang termasuk dalam bagian radiasi pengion. a). Radiasi alfa (α),
yaitu jenis radiasi yang terjadi ketika inti atom memancarkan partikel alfa (α). Hal
ini menyebabkan atom meluruh sampai nomor massanya menjadi 2 kurang atau
kurang 4. b). Radiasi beta (ß), yaitu jenis peluruhan radioaktif ketika partikel beta
yang positron atau elektron dipancarkan.c). Radiasi gamma (), yaitu bentuk energi
radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh proses nuklir atau radioaktivitas
subtomik lainnya. Contohnya adalah pemusnahan positron-elektron.
b. Radiasi Non-pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak membawa energi yang cukup
per foton untuk mengionisasi atom atau molekul. Ada 3 jenis radiasi yang
termasuk radiasi non-pengion.a). Cahaya, baik yang terlihat (400-700 nm atau
380-750 nm) atau tidak terlihat oleh manusia. b). Radiasi elektromagnetik, yaitu
jenis radiasi yang memiliki komponen magnet searah dan medan listrik yang
berhubungan dengan fase tegak lurus dan perambatan energy. c). Radiasi neutron,
jenis radiasi ini adalah radiasi non-pengion yang berasal dari neutron bebas.

2
Neutron ini diperlukan dalam proses induksi pada fisi nuklir, fusi nuklir, dan
reaksi nuklir lainnya.

Sedangkan jika didasarkan sumber radiasinya, secara garis besar dapat dibedakan
menjadi radiasi alami dan radiasi buatan. Adapun penjelasan nya masing-masing
adalah sebagai berikut:
a. Radiasi alami
Radiasi alami berasal dari sinar kosmik, sinar gamma dari kerak bumi, peluruhan
radom dan thorium di udara, serta radionuklida pada bahan makanan. Berikut
sumber radiasi dari alam:
1) Radiasi benda langit
Dimana orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi
yang lebih besar karena semakin tipis lapisan udara yang dapat berperan
sebagai penghalang radiasi. Maka, bisa disimpulkan bahwa orang yang berada
di puncak gunung akan menerima lebih banyak radiasi daripada yang berada
di permukaan laut.
2) Radiasi dari kerak bumi
Bahan radioaktif utama yang ada di kerak bumi adalah Potassium-40,
Rubidium-87, elemen yang berasal dari Uranium-238 dan turunan Thorium-
232.
b. Radiasi buatan
Radiasi buatan merupakan radiasi yang timbul karena atau berkaitan dengan aktivitas
manusia. Seperti radiasi dengan sinar-X di bidang medis (radiodiagnostik dan
radioterapi), radiasi yang diperoleh di pembangkit listrik tenaga nuklir, radiasi yang
diperoleh di bidang industri dan sederet lainnya. Berikut sumber radiasinya. dari
buatan:
1) Radiasi dari prosedur medis
Dalam bidang medis, radiasi digunakan sebagai sarana pemeriksaan (diagnosis) dan
penyembuhan (terapi). Pemindai sinar-X atau Roentgen merupakan alat diagnostik
yang paling banyak dikenal dan dosis radiasi yang diterima dari roentgen ini
merupakan dosis tunggal (sekaligus) terbesar yang diterima dari radiasi buatan
manusia. Prosedur medis ini menyumbang 96% dari rata-rata paparan radiasi buatan
pada manusia sehingga jumlah dan jenis sinar-X yang diterima harus dibatasi. Mesin

3
pemindai sinar-X, pemindai mamografi dan CT (Computerized Axial Tomography)
meningkatkan dosis radiasi buatan pada manusia.
2) Radiasi dari reaktor nuklir
Banyak orang beranggapan bahwa tinggal di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir
akan menghasilkan paparan radiasi yang tinggi. Walaupun di dalam reaktor terdapat
banyak sekali unsur radioaktif, namun sistem keamanan reaktor membuat jumlah
radiasi yang dilepaskan ke lingkungan menjadi sangat kecil. Dalam kondisi normal,
seseorang yang tinggal dalam radius 1-6 km dari reaktor menerima radiasi tambahan
tidak lebih dari 0,005 milievert per tahun. Nilai ini jauh lebih kecil daripada yang
diterima dari alam (sekitar 2 millisievert per tahun) atau 1/400 nilai radiasi dari alam.

2. Efek Radiasi
Efek radiasi terbagi menjadi dua yaitu efek deterministik dan efek stokastik
(Iqlima, 2020). Efek deterministik muncul seketika atau beberapa minggu setelah
terkena radiasi yang ditandai dengan keluhan, baik umum maupun lokal yang sulit
dibedakan dengan penyakit lainnya, dimana keluhan umum seperti nafsu makan
berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebih hingga menyebabkan
kematian, sedangkan keluhan lokal adalah erythema atau kulit memerah, pedih, gatal,
bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut. Efek stokastik munculnya
berlangsung lama setelah penyinaran radiasi seperti kanker (kerusakan somatik), cacat
pada keturunan (kerusakan genetik), katarak hingga kemandulan.
Organ-organ sensitif seperti gonad, payudara, paru –paru, lambung, hati,
kerongkongan, tiroid dan mata perlu mendapat perhatian serius agar pada saat
penyinaran radiasi tidak menimbulkan kekhawatiran. World Health Organization
(WHO) (2012) memperkirakan sekitar 750 juta penduduk dunia mengalami gangguan
tiroid dan berdasarkan hasil censuswide (2017) menyatakan bahwa indonesia
merupakan Negara dengan gangguan tiroid tertinggi di Asia Tenggara. Gangguan
tiroid adalah gangguan yang menyerang kelenjar tiroid baik gangguan fungsi dalam
memproduksi hormon tiroid maupun adanya kelainan kelenjar tiroid tanpa gangguan
fungsi.

4
3. Contoh dampak paparan radiasi
a. Paparan Radiasi Handphone
Radiasi gelombang elektromagnetik handphone berpotensi menimbulkan
gangguan pada berbagai organ tubuh dan bersifat karsinogenik baik secara
thermal maupun non–thermal (Fitri et al., 2018). Smartphone memiliki radiasi
yang bisa memicu pertumbuhan neoplasma, yang diakibatkan oleh regenerasi sel
yang tidak berjalan semestinya. Mekanisme pengaruh elektromagnetik terhadap
kesehatan adalah adanya perubahan keseimbangan kadar radikal bebas dalam
system biologik. Ketidakseimbangan kadar radikal bebas akan menyebabkan
terjadinya stress oksidatif. Stres oksidatif akan meningkatkan peroksidasi lipid,
peroksidasi lipid akan menghasilkan senyawa senyawa aldehid diantaranya
malondialdehid, propanal, heksanal, dan 4-hydroxynonenal (4-HNE).
Paparan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan stress fisik dimana
tubuh merespon dengan mengeluarkan hormone dari hipotalamus (Sari, 2020).
Peningkatan sekresi hormon di hipotalamus mengakibatkan peningkatan kadar
hormone glukokortikoid sehingga meningkatkan kadar kortisol akan
menyebabkan penurunan kadar HMG KoA Reduktase. Penurunan kadar HMG
KoA reduktase akan menyebabkan penurunan laju sintesis endogen dari
kolesterol. Penurunan sintesis endogen akan meyebabkan penurunan kadar
kolesterol di dalam plasma (Iqlima, 2020).

b. Paparan radiasi sinar X


Penggunaan sinar-X dalam dunia medis saat ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat, terutama penggunaan sinar-X untuk mendiagnosa berbagai
penyakit, yang biasa disebut radiodiagnostik. Selain manfaatnya yang besar,
penggunaan radiasi sinar-X juga memiliki potensi resiko yang cukup berbahaya
bagi manusiadan lingkungan bila tidak memperhatikan batas dosis yang
dipersyaratkan dan tidak memperhatikan prinsip-prinsip proteksi radiasi
(Jamaludin et al., 2020).
Ketika radiasi mengenai tubuh manusia, maka akan menimbulkan ionisasi
pada sel tubuh manusia yang sebagian besar tersusun dari molekul air (H2O).
Ionisasi ini dapat mengakibatkan kematian, kerusakan, atau pun perubahan sel
sehingga mengakibatkan efek klinis yang dapat teramati secara langsung pada
orang yang mengalaminya, terjadinya kelainan genetik yang diwariskan pada
5
keturunan, atau pun terjadinya kanker. Secara umum efek tersebut dikenal sebagai
efek deterministik dan efek stokastik. Jika tubuh manusia terkena dampak
kerusakan jaringan dari paparan radiasi, kondisi ini disebut cedera radiasi.
Beberapa jenis cedera radiasi tidak memiliki gejala klinis, dan karenanya tidak
dapat terdeteksi tanpa pemeriksaan yang tepat. Telah ditunjukkan bahwa dosis
ambang ada untuk efek deterministik, seperti cedera kulit dan lensa, di mana efek
tersebut tidak diamati (Monita et al., 2021).
Efek yang ditimbulkan paparan sinar x (Mauliku et al., 2019).
1. Paparan radiasi dosis tinggi selama jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan penyakit radiasi / sindrom radiasi akut (pingsan, kebingungan,
mual, muntah, diare, kerontokan pada rambut, luka pada kulit dan mulut,
serta terjadinya perdarahan);
2. Efek jangka pendek (perubahan warna kulit, mual, muntah, diare, dan jumlah
sel darah rendah);
3. Efek jangka panjang (mulut kering, kesulitan menelan, katarak, dan
kerusakan pada kulit);
4. Melemahkan tulang;
5. Menyebabkan gangguan anemia aplastik (kondisi kesehatan dimana tubuh
berhenti dalam memproduksi sel darah yang baru);
6. Infertilitas;
7. Pada wanita hamil (resiko semua jenis kanker, tumor sistem saraf, dan
leukemia pada janin saat ia telah lahir nantinya);
8. Rusaknya kelenjar tiroid;
9. Meningkatkan resiko terjangkitnya kanker;
10. Meningkatkan resiko kerusakan genetik; dan
11. Membunuh sel-sel dalam tubuh (baik sel kanker maupun sel sehat).

c. Paparan Radiasi Laptop


Studi yang dilakukan American Optometric Association (AOA) mencetuskan
bahwa radiasi komputer dapat menyebabkan kelelahan mata dan gangguan mata
lainnya. Selain itu, mata memiliki batasan untuk melihat sebuah objek yang ada di
depan. Jumlah sinar dan ketajaman monitor laptop menjadi penyebab utama mata

6
menjadi cepat lelah. Jika kondisi itu masih terus dipaksakan, maka dapat
memberikan dampak negatif pada otot-otot mata (Fajar Sayekti et al., 2016).
Dampak radiasi berlebihan pada lensa mata yang fatal adalah pembentukan
selaput katarak. Sedangkan radiasi terus menerus pada retina akan mengakibatkan
peradangan pada retin (fotoretinitis).
Banyak orang yang memiliki sensitivitas terhadap tingkat frekuensi tertentu
dari medan elektromagnetik (Thandung, 2014). Gejala-gejala electrical sensitivity
yang banyak dijumpai berupa sakit kepala (headache), pening (dizziness),
keletihan yang menahun (chronic fatigue syndrome), sukar tidur (insomnia).
Beberapa gejala lain yang terkadang dapat dijumpai antara lain berdebar-debar
(tachycardia), mual (nausea) tanpa ada penyebab yang jelas, muka terasa terbakar
(facial flushing), rasa sakit pada otot-otot (pain in muscles), telinga berdenging
(tinnitus), kejang otot (muscle spasms), kebingungan (confusion), gangguan
kejiwaan berupa depresi (depression) serta gangguan konsentrasi (difficulty in
concentrating).

4. Keselamatan Radiasi
Keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien,
pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi (Monita et al.,
2021). Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang
karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi media yang dilaluinya. Proteksi
Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh Radiasi yang
merusak akibat Paparan Radiasi.
Peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi di
Indonesia telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2007 tentang
keselamatan radiasi pengion dan keamanan sumber radioaktif untuk pelaksana secara
operasionalnya diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
No.1/Ka-Bapeten /V-99 yakni tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.
Ketentuan tersebut tidak menghendaki sifat kuratif atau korektif atas kecelakaan
kerja, melainkan kecelakaan kerja harus dicegah jangan sampai terjadi dan
lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan jelas melindungi
pekerja radiasi. Ketentuan tersebut tidak menghendaki sifat kuratif atau korektif atas
kecelakaan kerja, melainkan kecelakaan kerja harus dicegah jangan sampai terjadi dan
lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan jelas melindungi
7
pekerja radiasi.
Prinsip keselamatan kerja yang baik, keputusan rasional, dapat menurunkan
dosis paparan radiasi terhadap praktisi kesehatan dan pasien. Tiga prinsip penting
proteksi radiasi dalam konsensus International Commission on Radiological
Protection (ICPR) (Maleachi & Tjakraatmadja, 2018): „
 Prinsip justifikasi: paparan radiasi harus lebih banyak manfaatnya dibandingkan
akibatnya. „
 Prinsip optimalisasi proteksi: kemungkinan timbulnya paparan, jumlah orang
yang terkena, dan besarnya dosis individual harus sesuai prinsip ALARA (As
Low As Reasonably Achievable), dan memperhatikan faktor sosial ekonomi. „
 Prinsip limitasi dosis: jumlah dosis yang diterima oleh suatu individu selain dari
paparan medis tidak boleh melebihi batas yang direkomendasikan ICRP.

Daftar Pustaka
Fajar Sayekti, H., Dwi Rahayu, S., Rahayu, A., & Sulistyowati, A. (2016). Bahaya Radiasi
Layar Laptop Terhadap Ketajaman Penglihatan. Jurnal Ilmiah WUNY, 18(2).
https://doi.org/10.21831/jwuny.v18i2.10011
Fitri, R. A., Amir, A., & Asri, A. (2018). Pengaruh Lama Paparan Radiasi Medan
Elektromagnetik Handphone Terhadap Kadar Malondialdehid Dan Kadar Kolesterol
Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar Albino. Jurnal Kesehatan Andalas, 7.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i0.821
Iqlima, M. N. (2020). Kerusakan Sel Hepar Akibat Paparan Radiasi Elektromagnetik Telepon
Seluler. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 19(1).
Jamaludin, I. H., Sesa, E., Kasman, & Meylin Deice Labania, H. (2020). Evaluasi Variasi
Faktor Eksposi Terhadap Dosis Paparan Radiasi Pada Pesawat Sinar-X Model E7242 di
RSUD Madani Palu. Gravitasi, 19(1). https://doi.org/10.22487/gravitasi.v19i1.15155
Maleachi, R., & Tjakraatmadja, R. (2018). Pencegahan Efek Radiasi pada Pencitraan
Radiologi. Cermin Dunia Kedokteran, 45(7).
Mauliku, Novie Elvinawaty, & Ramadani. (2019). Hubungan Paparan Radiasi Sinar X
Dengan Kadar Hematologi Pada Petugas Radiologi Rumah Sakit Purwakarta. Teras
Kesehatan, 2(1).
Monita, R., Rasyid, Z., Muhamadiah, M., Edigan, F., & Masribut, M. (2021). Analisis
Penerapan Keselamatan Radiasi Sinar-X Pada Petugas Radiasi Di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (PMC). Al-Tamimi Kesmas: Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health Sciences), 9(1).
https://doi.org/10.35328/kesmas.v9i1.1042
Sari, I. N. (2020). Perancangan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Bahaya Radiasi
Handphone Saat Tidur. IKONIK : Jurnal Seni Dan Desain, 2(1).

8
https://doi.org/10.51804/ijsd.v2i1.611
Seran, Y. Y. T., Pasangka, B., & Sutaji, H. I. (2018). Karakteristik paparan radiasi sinar
ultraviolet A (UV-A) dan cahaya tampak di Kota Kupang. Jurnal Biotropikal Sains,
15(3).
Thandung, D. (2014). Tingkat Radiasi Elektromagnetik Beberapa Laptop Dan Pengaruhnya
Terhadap Keluhan Kesehatan. Jurnal E-Biomedik, 1(2).
https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013.3258

Anda mungkin juga menyukai