Anda di halaman 1dari 5

4.

2 Pembahasan
Pada penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas
gastroprotektor dari infusa herba suruhan (Peperomia pellucida) yang diinduksi
dengan etanol 96% dalam tiga variasi dosis. Pemilihan etanol sebagai penginduksi
karena efek samping dari penggunaan etanol dapat menyebabkan tukak lambung
bahkan hingga pendarahan akibat robekan pada mukosa lambung (Bode, 1997).
Alkohol atau etanol dimetabolisme oleh hati dengan beberapa cara yaitu oksidasi oleh
alkohol dehydrogenase (ADH), sitokrom P450 2E1 (CP450 2E1) dan katalase. Proses
metabolisme tersebut dapat meningkatkan pembentukan asetildehida dan asetat.
Asetaldehida dan radikal bebas akan berikatan dengan membran sel dan
mengganggu fisiologis sel sehingga dapat menimbulkan stress oksidatif. Stress
oksidatif berperan dalam patogenesis kerusakan jaringan akibat penggunaan alkohol
dan dapat meningkatkan peroksidasi lipid yang mampu menimbulkan kerusakan sel
endotel kapiler dan meningkatkan permeabilitas seluler, serta dapat menyebabkan
kerusakan DNA sel epitel pada mukosa lambung. Peroksidasi lipid merupakan hasil
reaksi ROS dan peningkatan kadar prooksidan yang signifikan terhadap membran sel
sehingga dapat terjadinya kerusakan lambung (Handajani, 2021).
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan secara makroskopis dengan
mengukur jumlah tukak dan diameter tukak pada lambung mencit. Aktivitas
gastroprotektor dapat dilihat dengan adanya penurunan jumlah dan diameter tukak.
Masing-masing kelompok diberikan bahan uji yaitu kelompok kontrol negatif
diberikan CMC Na 2%, kelompok kontrol positif diberikan CMC Na 2%, kelompok
pembanding diberikan suspensi omeprazol, kelompok dosis I diberikan infusa herba
suruhan dengan dosis 5,6 mg/20 g BB mencit, kelompok dosis II diberikan infusa
herba suruhan dengan dosis 11,2 mg/20 g BB mencit, dan kelompok dosis III
diberikan infusa herba suruhan dengan dosis 22,4 mg/20 g BB mencit. Setelah
diberikan bahan uji sesuai dengan masing-masing kelompok kecuali kelompok
kontrol negatif, mencit didiamkan selama 30 menit dan kemudian diberikan
penginduksi berupa etanol 96% dengan dosis 0,2 mL. Pengujian dilakukan selama 3
hari, yang dimana pada hari ke-3 setelah diinduksi mencit dikorbankan.
Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan Galur Swiss, pemilihan
jenis mencit jantan didasari oleh adanya pertimbangan bahwa mencit jantan tidak
dipengaruhi oleh hormon esterogen yang dapat mempengaruhi perubahan hormonal
pada masa-masa esterus, masa kehamilan, dan menyusui dimana kondisi tersebut
dapat mempengaruhi psikologis hewan uji. Kalaupun kadar hormon esterogen dapat
dimungkinkan dimiliki oleh mencit jantan, namun kadar hormon tersebut hanya
dalam jumlah yang relatif sedikit dan kondisi hormonal pada jantan lebih stabil
dibandingkan dengan mencit betina. Selain itu juga, tingkat stress pada mencit betina
lebih tinggi dibandingkan dengan mencit jantan yang mungkin dapat mempengaruhi
pada saat pengujian (Cahyu Ningsih et al., 2021).
Sebelum dilakukan pengujian, mencit diaklimatisasi terlebih dahulu selama
tujuh hari dengan memberikan makan dan minum yang teratur untuk menjaga berat
badan mencit. Jumlah mencit yang digunakan adalah 24 ekor yang terbagi secara
acak kedalam 6 kelompok. Sebelum dilakukan perlakuan, mencit dipuasakan terlebih
dahulu selama 6 jam yang bertujuan agar makanan tidak mempengaruhi proses
pengujian. Kelompok kontrol negatif digunakan sebagai tolak ukur atau pembanding
bahwa CMC Na yang digunakan sebagai pembawa tidak menimbulkan efek tukak
lambung pada mencit, sementara kelompok kontrol positif digunakan untuk
mengetahui apakah etanol 96% dengan dosis 0,2 mL dapat menginduksi tukak
lambung dengan adanya peningkatan jumlah dan diameter tukak lambung.
Hasil pengujian statistik skor jumlah tukak menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara kelompok kontrol positif dengan kontrol negatif,
pembanding, infusa herba suruhan dosis 11,2 mg/ 20 g BB mencit, dan infusa herba
suruhan dosis 22,4 mg/20 g BB mencit. Begitu pula dengan hasil uji statistik pada
diameter tukak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna antara
kelompok kontrol positif dengan kontrol negatif, pembanding, infusa herba suruhan
dosis 5,6 mg/ 20 g BB mencit, infusa herba suruhan 11,2 mg/20 g BB mencit dan
infusa herba suruhan dosis 22,4 mg/20 g BB mencit. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kelompok yang memiliki aktivitas sebagai gastroprotektor dengan
memberikan penurunan jumlah dan diameter tukak adalah kelompok infusa herba
suruhan dosis 11,2 mg/20 g BB mencit dan infusa herba suruhan dosis 22,4 mg/20 g
BB mencit.
Data skor jumlah tukak dan diameter tukak selanjutnya dapat diubah menjadi
% protection ratio untuk mengetahui apakah infusa herba suruhan dapat memproteksi
akibat kerusakan lambung dari pemberian etanol 96% atau tidak. Angka presentase
protection ratio berdasarkan jumlah tukak menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi infusa herba suruhan semakin baik aktivitas gastroprotektornya dengan
persentase sebesar 99,72%. Begitu pula dengan angka presentase protection ratio
berdasarkan diameter tukak menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi infusa
herba suruhan semakin baik pula aktivitas gastroprotektornya dengan persentase
sebesar 99,78%.
Etanol yang digunakan sebagai penginduksi adalah etanol dengan konsentrasi
paling tinggi yaitu 96%. Pemilihan konsentrasi tersebut didasarkan dengan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya mengenai uji aktivitas gastroprotektor
menggunakan induksi etanol 96% yang dilakukan oleh (Pertiwi et al., 2022), dan
diketahui hasil dari penelitian tersebut terutama pada kelompok kontrol positif
menunjukkan bahwa etanol 96% dapat menginduksi tukak hingga bahkan perforasi.
Sehingga, dari hasil tersebut peneliti memutuskan untuk menggunakan etanol 96%
sebagai penginduksi pada penelitian yang dilakukan. Dan berdasarkan hasil
penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol herba suruhan
dan bengkuang dapat berperan sebagai gastroprotektor dan diketahui kandungan
senyawa yang berperan sebagai gastroprotektor adalah flavonoid. Flavonoid bekerja
dengan menghambat pompa proton inhibitor H+/K+ lambung serta mengurangi sekresi
asam lambung.
Pada uji skrining fitokimia, diketahui infusa herba suruhan memiliki
kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, steroid, karbohidrat, dan
triterpenoid. Uji skrining kandungan senyawa flavonoid, infusa herba suruhan positif
mengandung flavonoid dengan ditandai adanya perubahan warna merah kecoklatan
menjadi merah kekuningan dan merah jingga. Menurut (Maslahat et al., 2017), serbuk
magnesium yang mudah larut dalam suasana asam akan menghasilkan kation bivalen
Mg2+ serta gas hydrogen. Adanya gas hidrogen dapat dilihat ketika penambahan asam
klorida pekat dan serbuk magnesium ke dalam larutan, yang kemudian akan muncul
gelembung pada campuran tersebut. Ion magnesium akan berikatan dengan senyawa
flavonoid yang terdapat pada larutan sehingga muncul perubahan warna.
Pada uji alkaloid menggunakan 3 pereaksi yaitu mayer, wagner, dan
dragendorff. Dari masing-masing pereaksi menghasilkan reaksi yang ditandai dengan
adanya endapan. Pada uji pereaksi mayer terdapat endapan berwarna putih, senyawa
alkaloid akan berinteraksi dengan ion tetraiodomerkurat (II) sehingga membentuk
senyawa komplek dan mengendap karena ion merkuri merupakan ion logam berat
yang akan mengendapkan senyawa alkaloid yang bersifat basa. Sedangkan untuk
pereaksi wagner, terdapat endapan berwarna merah bata atau kecoklatan yang
terbentuk karena adanya ikatan kovalen antara ion logam K+ dengan senyawa alkaloid
sehingga membentuk senyawa kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Pada
pereaksi dragendorff terjadi endapan merah bata yang terbentuk karena adanya
interaksi dengan ion tetraiodobismutat (III) (Sulistyarini et al., 2019).
Uji skrining fitokimia senyawa saponin menghasilkan reaksi positif apabila
terbentuk buih stabil pada larutan. Penentuan kandungan senyawa saponin dapat
dibuktikan dengan adanya penambahan HCl 2N yang akan membentuk buih stabil.
Buih tersebut timbul sebagai akibat dari adanya reaksi komposisi kimia yang
terkandung dalam sampel. Adanya gugus hidroksil dan karbon sebagai struktur
penyusun saponin yang memungkinkan senyawa ini memiliki sifat larut dalam air dan
dapat berbuih (Ngginak et al., 2021).
Kemudian pada skrining fitokimia kandungan senyawa steroid dan
triterpenoid, pada uji triterpenoid menghasilkan warna merah bata karena adanya
penyerapan air oleh asam asetat anhidrat dengan pemanasan yang berfungsi untuk
mempercepat proses penyerapannya. Setelah air terserap oleh asam asetat anhidrat
terjadi proses pengoksidasi asam oleh asam sulfat sehingga terjadinya perpanjangan
konjugasi yang menimbulkan warna merah pada campuran tersebut (Fransiska et al.,
2021). Uji steroid menunjukkan hasil berupa cincin berwarna kuning kehijauan,
terjadi karena adanya reaksi oksidasi pada golongan steroid melalui pembentukan
ikatan rangkap terkonjugasi (Fajriaty et al., 2018).
Skrining fitokimia kandungan senyawa karbohidrat dilakukan dengan uji
fehling dengan mencampurkan larutan infusa herba suruhan dengan pereaksi fehling
A dan fehling B. Pada hasil uji tersebut menghasilkan endapan merah bata yang
menandakan adanya glukosa dan sukrosa. Pereaksi fehling A terdiri dari CuSO4
dalam air, sedangkan fehling B terdiri dari larutan garam KNa-tartart dan NaOH
dalam air. Dalam reaksi tersebut Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana
basa akan mengendap sebagai Cu2O (Fitri & Fitriana, 2020).
Sedangkan untuk skrining fitokimia kandungan senyawa tanin tidak
menunjukkan adanya perubahan warna menjadi warna biru, yang artinya infusa herba
suruhan tidak mengandung senyawa tanin. Hal ini dapat disebabkan oleh metode
ekstraksi yang kurang tepat dengan kandungan senyawa tanin, karena kadar senyawa
tanin dapat berkurang apabila suhu dan waktu yang digunakan terlalu lama (Fakhruzy
et al., 2020).

Anda mungkin juga menyukai