Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“Sediaan Steril Injeksi Rekonstitusi Rifampisin”

Disusun oleh :
Destira Fitriliani Agustina
P17335120021
Dosen Pembimbing : Nikky Noviapratami. S. Farm

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2022
INJEKSI REKONSTITUSI RIFAMPISIN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan preformulasi, pembuatan sediaan parenteral dan evaluasi sediaan
parenteral injeksi dalam bentuk rekonstitusi Rifampisin 600mg/10mL.

II. PENDAHULUAN

Steril Adalah suatu kondisi absolut/mutlak bebas dari mikroorganisme hidup, tidak
sebagian atau hampir steril. Sterilitas adalah sifat atau karakteristik yang disyaratkan untuk
sediaan farmasetik yang bebas dari mikroorganisme hidup karena metode, wadah, atau rute
pemberiannya sampai batas tertentu. Sterilisasi adalah proses pembunuhan atau pemindahan
mikroorganisme dan spora yang hidup dari sediaan untuk menghasilkan keadaan yang steril
dengan cara yang mungkin (Tungadi, Robert.2017).

Antimikroba merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya untuk mikroba yang


merugikan. Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih
tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh. Berdasarkan mekanisme kerjanya,
antimikroba dibagi dalam lima kelompok:

1. Yang mengganggu metabolisme sel mikroba.


2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba.
3. Yang mengganggu permeabilitas membrane sel mikroba.
4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba.
5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.

Rifampisin merupakan antimikroba golongan antimikroba yang meghambat sintesis


asam nukleat sel mikroba. Salah satu derivate rifampisin berikatan dengan enzim polymerase
RNA sehingga dapat menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Rifampisin
dapat diindikasikan untuk pengobatan lini pertama antituberkulosis. Rifampisin merupakan
derivate semi sintetik rifampisin B yaitu salah satu anggota kelompok antibiotic makrosiklik
yang disebut rifampisin. Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram positif
dan gram negative. (Gunawan, Sulistia Gan: Farmakologi dan Terapi, 2012)
Mekanisme kerja rifampisin yaitu menghambat DNA dependent RNA polymerase
dari mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan terbentuknya rantai dalam
sintesis RNA. Kegunaan lain dari rifampisin, yaitu pengobatan penyakit brucellonis
legionnaries, misetoma, meningitis, Q fever, profilaksis, dan berbagai infeksi staphylococcus,
termasuk endocarditis (Martindale 38th Edition, Halaman 350-354).

III. TINJAUAN PUSTAKA

Injeksi atau sediaan parenteral merupakan sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan
melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan
adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan.
Obat ini dibuat dalam sediaan Injeksi volume kecil, yang dimaksud dengan injeksi volume
kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda 100 mL atau kurang. Pembuatan
Injeksi terdiri dari Bahan aktif, Zat tambahan, dan Zat pembawa.

Larutan rekonstitusi adalah larutan yang berasal dari serbuk yang dilarutkan terlebih
dahulu di dalam air sebagai pelarut sebelum digunakan. Bentuk sediaan rekonstitusi ini
terutama digunakan untuk obat yang memiliki stabilitas terbatas di dalam pelarut air seperti
golongan antibiotika. Syarat-syarat larutan untuk direkonstitusi baik sediaan steril maupun
non steril adalah:

1. Campuran serbuk harus homogen agar dosis tetap pada setiap pemberian obat.
2. Campuran serbuk harus larut secara sempurna di dalam air.
3. Larutan harus mudah dituang dan memiliki dosis yang tepat, sesuai dan sama.
4. Produk akhir haruslah memiliki penampilan yang dapat diterima, bau dan rasanya
menarik.

RIFAMPISIN

Rifampisin merupakan kelompok dengan kelompok atau golongan, yang dapat


menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Dosis yang dapat digunakan
yaitu 8 sampai 12 mg/kg dengan dosis maksimum 600mg untuk dewasa secara oral.
Rifampisin digunakan sebagai pengobatan tuberculosis yang dikombinasikan dengan
isoniazid, pirazinamid, dan etambutol. Dapat digunakan dosis dewasa 10mg/kg secara oral.
Sebagai alternative, dosis dapat dinyatakan sebagai berikut:

- Dewasa berat badan <50 kg = 450 mg


- Dewasa berat badan >50 kg = 600 mg

Untuk pengobatan tuberculosis laten rifampisin oral 10mg/kg dapat diberikan sekali sehari
dengan isoniazid selama 3 bulan.

Dalam pengobatan brucellosis, penyakit legiuner, dan infeksi yang disebabkan


staphylococcus yang cukup serius, dapat diberikan 600mg hingga 1200mg setiap hari, secara
oral atau melalui intravena infusion dalam dosis terbagi telah direkomendasikan dalam
kombinasi dengan antibakteri lain. Untuk profilaksis terhadap meningitis meningokokus dan
pengobatan pembawa meningokokus, rifampisin biasanya diberikan dalam dosis oral 600mg
dua kali sehari selama dua hari.

- Anak umur 1-11 bulan = 5-10 mg/kg sebanyak sehari dua kali
- Anak umur 1-17 tahun = 10mg/kg sebanyak sehari dua kali
- Dewasa = 0,6-1,2 gram sehari 2-4 dalam dosis terbagi

Untuk penyakit endocarditis

- Dewasa = 0,6-1,2 gram sehari 2-4 dalam dosis terbagi

PEMBAWA UNTUK INJEKSI

Pembawa yang digunakan untuk sediaan irigasi yaitu water for injection. Water for
injection merupakan air dengan tingkat kemurniannya tinggi dengan standar Farmakope
untuk produksi. Water for injection memiliki pemerian seperti, cairan jernih, tidak berwarna,
dan tidak berbau. Air untuk injection diolah dari air yang memenuhi persyaratan uji pyrogen,
atau uji endotoksin bakteriseperti yang tertera dalam monografi (Farmakope Indonesia Edisi
VI, 2020 Halaman 50).

BAHAN TAMBAHAN

Bahan tambahan yang sesuai, dapat ditambahkan ke dalam sediaan untuk injeksi
untuk meningkatkan stabilitas atau efektivitas, kecuali dinyatakan pada masing-masing
monografi, dan bila bahan tambahan tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan dan
tidak mengganggu efek terapetik atau respons pada uji dan penetapan kadar. Tidak boleh
diberikan tambahan bahan pewarna, kecuali hanya untuk mewarnai sediaan akhir seperti
yang tertera pada Bahan tambahan dalam Ketentuan Umum dan Uji Efektivitas Pengawet
Antimikroba.

PENGATUR TONISITAS

Tonisitas cairan intravena (IV) menggambarkan osmolaritas cairan intravena (IV)


terhadap plasma (Cree dan Rischmiller, 2005). Apabila osmolaritas cairan intravena dalam
rentang yang sama dengan plasma, cairan tersebut dikatakan isotonis. Adapun cairan dengan
osmolaritas yang lebih rendah disebut hipotonis, dan yang lebih tinggi disebut hipertonis
(Ganong, 2008). Acairan isotonis merupakan cairan yang paling banyak digunakan terutama
di ruang- ruang perawatan. Hal tersebut berkaitan dengan osmolaritas cairan isotonis yang
dalam rentang yang sama dengan plasma sehingga kompatibel untuk berbagai intervensi.
Cairan isotonis digunakan untuk resusitasi cairan, cairan rumatan, media pemberian obat-
obatan injeksi, selain itu, khusus untuk saline normal NaCl 0,9%. Cairan ini digunakan untuk
persiapan sebelum transfuse dan juga untuk membilas sisa darah transfuse.

PH ADJUSMENT

Ph fisiologis dari plasma darah manusia yaitu 7,35 hingga 7,45 (Putra, Kadek Agus
Heryana, 2017). Sediaan harus dalam keadaan isohidris, pH sediaan sama dengan pH
fisiologis darah dan cairan tubuh. Hal ini bertujuan, agar pada saat diinjeksikan tidak terasa
sakit dan penyerapan lebih maksimal (Sulistiyaningsih,2007).

PENGAWET

Pengawet merupakan senyawa yang ditambahkan ke dalam non-steril dosage form


untuk melindunginya dari pertumbuhan mikroorganisme atau dari mikroorganisme yang
masuk ke dalam produk selama atau setelah proses manufacturing. Dalam hal steril dikemas
dalam wadah dosis ganda, antimicrobial preservative berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin masuk ke dalam produk selama proses
penggunaan pengambilan berulang.
ANTIOKSIDAN

Antioksidan merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk mengontrol reaksi


oksidasi. Reaksi oksidasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa modifikasi sediaan atau
formula seperti melakukan penyesuaian pH, menambahkan zat agen chelating, atau
antioksidan, atau melakukan perlindungan dari cahaya dan oksigen. Antioksidan merupakan
bahan aditif yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid. Reaksi oksidasi merupakan salah satu proses destruktif yang dapat
memutus rantai molekul dan menghasilkan radikal bebas.

PENDAPAR

Pendapar atau biasa disebut larutan buffer merupakan larutan dimana phnya hanya
berubah sedikit sekali dengan penambahan sedikit asam atau basa. Agar larutan dapat disebut
sebagai larutan buffer, maka larutan tersebut harus memiliki dua komponen, dimana yang
satu dapat menetralkan asam dan yang satu lagi dapat menetralkan basa. Larutan buffer yang
umum adalah larutan yang mengandung:

- Asam lemah dan basa konjugatnya (dari garamnya)


- Basa lemah dan asam konjugatnya (dari garamnya)

Setiap larutan buffer memiliki daerah operasi oh sendiri, maka dari itu larutan buffer
tidak beroperasi dalam semua daerah. Sebagai contoh, buffer asam asetat- natrium asetat
hanya baik untuk mempertahankan ph pada tetap ph 5,0. Untuk mendapatkan larutan buffer
pada daerah lain, maka harus digunakan komponen lain.
IV. PERHITUNGAN DOSIS
 Brucellosis in combination with other antibacterials, legionnaires, disease in combination
with other antibacterial, serious staphylococcus infection in combination with other
antibacterials.
1. Anak umur 1-11 bulan = 5-10 mg/kg sebanyak sehari dua kali
2. Anak umur 1-17 tahun=10mg/kg sebanyak sehari dua kali
3. Dewasa = 0,6-1,2gram sebanyak sehari 2-4 dalam dosis terbagi
Perhitungan;
- Volume pemberian
1. Anak umur 1-11 bulan
5 mg/ kg
x 10 ml=0,83 ml/kg
60 mg
2. Anak umur 1-17 tahun
10 mg/kg
x 10 ml=1,66 ml /kg
60 mg
3. Dewasa
0,6 g /kg
x 10 ml=100 ml/kg
60 mg
1,2 g/kg
x 10 ml=200 ml /kg
60 mg
 Endocarditis in combination with other drugs
Dewasa = 0,6-1,2 gram/ml, terbagi dalam 2-4 dosis sehari
- Volume pemberian
Dewasa
0,6 g /kg
x 10 ml=100 ml/kg
60 mg
1,2 g/kg
x 10 ml=200 ml /kg
60 mg
V. FORMULASI
V.1Bahan Aktif

Bahan aktif/ Rumus kimia Rifampisin (C43H56N4O12)


(Farmakope Indonesia Edisi VI, halaman 1481)
Struktur kimia

Pemerian Serbuk hablur, cokelat kemerahan


(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 1481)
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, mudah larut falam
kloroform, larut dalam etil asetat, dan dalam methanol.
(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 1481)
Stabilitas
 Panas Terdekomposisi akibat dikatalisis oleh buffer fosfat
(Codex Pharmaceutical, halaman 1063)
Terdekomposisi pada suhu 185oC
 Hidrolisis/oksidasi (Pubchem)
Pada pH 8,0 teroksidasi menjadi turunan quinon pada
suhu 20oC dan 22oC, dan dapat teroksidasi oleh agen
logam
(Codex Pharmaceutical, halaman 1063)
Terhidrolisis pada suasana asam
(Codex Pharmaceutical, halaman 1063)
 Cahaya
Apabila terkena paparan cahaya terlalu lama, dapat
menyebabkan fotodegradasi.
 pH stabilitas API
Stabil pada pH 5-7, terutama pada ph 5
(Yu Jen Chen: The Solubility Enchementand the
Stability Assesment of Rifampisin, Isoniazid, and
Pyrazinamid in Aqoeus Media, 2020)
Incompaktibilitas Incompactibel dengan benzonite, karena dapat
menyerap obat atau bahan aktif
(Codex Pharmaceutical, halaman 1063)
pH sediaan berdasarkan FI Anatar 7,8 dan 8,8
Bentuk sediaan yang telah Injeksi, Optelmic, Oral, Kapsul, Injeksi Rekonstitusi
didistribusikan (Farmakope Indonesia Edisi VI, halaman 1481)
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester/lain-lain): asam
Bentuk sediaan (Lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi): Rekonstitusi
Cara sterilisasi sediaan: metode panas kering menggunakan oven pada suhu 160oC
selama 1 jam
Kemasan: Vial Cokelat
Tipe administrasi sediaan injeksi (IV/IM/SC/IA/IT/lain-lain): Intravena (IV)
Tipe sediaan (single dose/multiple dose): Multiple dose
(Martindale 38th, halaman 350)
V.2Bahan tambahan

Bahan aktif/ Rumus kimia Water for Injection (H2O)


(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, halaman 1012)
Pemerian Cairan jernih, atau dapat tercampur dengan pelarut polar
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, halaman 1012)
Kelarutan Tercampur secara kimiawi stabil disemua keadaan fisik
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, halaman 1012)
Stabilitas
 Panas Air secara kimiawi stabil disemua keadaan fisik

 Hidrolisis/oksidasi pH 6,7-7,3 pada larutan jenuh

 Cahaya Lindungi dari cahaya


(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 112)
 pH stabilitas Antara 5-7
(Hanbook of Pharmaceutical Eksipient Edisi V,
Halaman 776)
Kesimpulan :
Cara Sterilisasi Sterilisasi panas lembab dengan autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.
Kemasan Disimpan dalam wadah dosis tunggal, botol kaca/plastic
tidak lebih besar dari 1 Liter, diuatamakan wadah botol
kaca tipe I/II
Bahan aktif/ Rumus kimia Asam Klorida (HCl)
(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 185)
Struktur kimia

Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang jika


diencerkan dengan 2 bagian volume air bobot jenis lebih
kurang 1,8
(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 185)
Kelarutan Larut dalam air pada 20oC
(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 185)
Stabilitas
 Panas Stabil secara kimiawi dibawah kondisi ruangan standar
(Suhu kamar)
(MSDS, 2017. PT. Smart Lab-Indonesia)
 Hidrolisis/oksidasi Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia, Handbook
of Pharmaceutical Eksipient, dan Pubchem

 Cahaya
Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia, Handbook
of Pharmaceutical Eksipient, dan Pubchem
 pH stabilitas
1,2 pada 20oC
(MSDS, 2017. PT. Smart Lab-Indonesia)
Kesimpulan :
Cara Sterilisasi Panas kering menggunakan oven pada suhu 170oC
selama 1 jam
Kemasan Wadah tertutup kedap/ rapat tidak mengandung logam
simpan dibawah 30oC
(MSDS, 2017. PT. Smart Lab-Indonesia)

Bahan aktif/ Rumus kimia Natrium Hidroksida (NaOH)


(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 1224)
Struktur kimia

Pemerian Putih, praktis, putih, massa melebur, berbentuk pellet


kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras,
rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur, jika terpapar
diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan
lembab
(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 1224)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol
(Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 1224)
Stabilitas
 Panas Melting point pada suhu 318oC
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient Edisi VIII,
Halaman 866)
 Hidrolisis/oksidasi Ketika terkena udara, NaOH akan cepat menyerap
karbondioksida dan mencair, tetapi kemudian akan
menjadi padat karena penyerapan karbondioksida dan
pembentukan natrium karbonat
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, Halaman 866)
 Cahaya
Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia, Handbook
of Pharmaceutical Eksipient, dan Pubchem
 pH stabilitas
pH ~12(0,5% larutan air)
~13(0,5% larutan air)
~14(0,5% larutan air)
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, Halaman 866)
Kesimpulan :
Cara Sterilisasi Panas kering menggunakan oven pada suhu 170oC
selama 1 jam
Kemasan Harus disimpan pada wadah non logam, kedap udara,
wadah ditempat yang sejuk dan kering
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, Halaman 866)
Bahan aktif/ Rumus kimia Natrium fosfat

Struktur kimia

Pemerian Serbuk berwarna putih


(Handbook of Pharmaceutical Exipient 8th edition,
Halaman 876)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dan air panas, praktis
tidak larut dalam etanol.
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 8th Edition,
Halaman 876)
Stabilitas
 Panas Ketika dipanaskan akan mengalami kehilangan air dan
kering
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient Edisi VIII,
Halaman 876)
 Hidrolisis/oksidasi Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia, Handbook
of Pharmaceutical Eksipient, dan Pubchem
 Cahaya Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia, Handbook
of Pharmaceutical Eksipient, dan Pubchem
 pH stabilitas Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia, Handbook
of Pharmaceutical Eksipient, dan Pubchem
Kesimpulan :
Cara Sterilisasi Panas basah menggunakan autoclave pada suhu 121oC
selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.
Kemasan Harus disimpan pada wadah tertutup
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, Halaman 866)

Bahan aktif/ Rumus kimia Asam Fosfat (NaOH)

Struktur kimia

Pemerian asam fosfat pekat terjadi sebagai cairan tidak berwarna,


tidak berbau, seperti sirup
(Handbook of Pharmaceutical Exipient Edisi
8th,Halaman 682)
Kelarutan Larut dengan etanol dan air dengan evolusi panas
(Handbook of Pharmaceutical Exipient Edisi
8th,Halaman 682)
Stabilitas
 Panas ketika disimpan pada suhu rendah, asam fosfat dapat
mengeras, membentuk massa kristal tidak berwarna,
yang terdiri dari hemihidrat, yang meleleh pada 28c.
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient Edisi 8th,
Halaman 682)
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya Disimpan pada tempat yang sejuk dan wadah yang
tertutup baik dan terlindung cahaya
 pH stabilitas 1,6
Kesimpulan :
Cara Sterilisasi Panas basah menggunakan autoclave pada suhu 121oC
selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.
Kemasan Wadah tertutup baik dan terbuat dari bahan stainless
steel.
(Handbook of Pharmaceutical Eksipient, Halaman 682)

VI. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1. Rifampisin 6% Bahan Aktif
2. Butylated Hydroxytoluene 0,002% Antioksidan
3. NaOH pH=7 Adjust pH
4. HCl pH=7 Adjust pH
5. NaCl 0,8976% Pengisotonis
6. Asam Sitrat 0,5292% Pendapar
7. Natrium Sitrat 3,798% Pendapar
8. WFI Ad 100% Pembawa

VII. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR


A. TONISITAS
 Rifampisin nilai Liso = 1,9
1,9
E = 17 x gram
822,94
moL
= 0,0392
 %Rifampisin
600mg/10mL = 60mg/moL
= 6%
 Ekivalen rifampisin
= 6% x 0,0392
= 2,53 x 10-3
NaCl yang dibutuhkan = 0,9 %−2,35 x 10-3
= 0,8976 gram dalam 100mL
B. OSMOLARITAS
 Rifampsin
6 gram
Osmolaritas = x 1000 x 1= 20,387 mOsmol/L
882,9 gram
 NaCl 0,9%
0,8976 gram
Osmolaritas = x 1000 x 2= 30,71 mOsmol/L
58,44 gr /mol

 BHT

0,002 gram
Osmolaritas = 220,35 gr /mol x 1000 x 3 = 0,027 mOsmol/L

 Dapar Fosfat (Asam Fosfat)


0,5292 gram
Osmolaritas = 97,994 gr /mol x 1000 x 2= 10,8 mOsmol/L

 Dapar Fosfat (Natrium Fosfat)

3,798 gram
Osmolaritas = 163,94 gr /mol x 1000 x 3=69,34 mOsmol/ L

Total Osmolaritas = (20,387+30,71+0,027+10,8+69,34)mOsmol/L

= 131,264 mOsmol/L

PERHITUNGAN DAPAR

Dapar Fosfat

pKa 1 = 3,128

pKa 2 = 4,761

pKa 3 = 6,396

pH sediaan = 7

 pH antilog [H+]

7,0 = antilog [H+]

[H+] = 1 x 10-7

 pKa = antilog Ka

7,2 = antilog Ka

Ka = 6,31 x 10-8

 B = 2,303 x C x Ka ¿¿

4,0179 x 10−7 x 1 x 10−7


0,1 = 2,303 x C x
[ [ [ 4,0179 x 1 0−7 ] + [1 x 1 0−7 ] ] 2]

0,1 = 2,303 x C x 0,1596


C = 0,272

[G]
 pH = pKa + log
[A]

[G]
7 = 6,396 + log
[A]

[G]
0,604 = log
[A]

[G]
= anti log 0,604
[A]

= 4,0179 ~ 4,018

50 gram
 asam fosfat = BM asam fosfat x [A] x
1000
= 98,00 x 0,054 x 0,05
= 0,2646
0,2646
 kadar asam fosfat = x 100 %
50 mL
= 0,5295%
 natrium fosfat = 174,2 x 0,218 x 0,05
= 1,899
1,899
 kadar natrium fosfat = x 100 %=3,798 %
50 mL

VIII. PENIMBANGAN
Total volume/ berat sediaan yang dibuat = 10,5 mL
Alasan =
- Sediaan injeksi diwajibkan sesuai dengan ketentuan jumlah volume injeksi
berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 2073
Volume = 10 mL + 0,50 = 10,50 mL
- Volume dilebihkan 10% agar tidak mengalami pengurangan volume pada saat
pembuatan ataupun evaluasi.
10
Volume = 10,5 + ( x 10,5)=11,55 mL
100
= 11,55 mL x 5 vial = 57,75 mL ~ 60 mL

No. Nama Bahan Jumlah yang ditimbang Penimbangan


sebenarnya
1. Rifampisin 6 gram 6 gram
x 10 mL=0,6 gram
100 mL

2. NaOH pH = 7 pH = 7
3. HCl pH = 7 pH = 7
4. Butylated 0,002 gram 0,0002 gram
x 10 mL=0,0002 gram
100 mL
Hydroxytoluene
5. Asam Sitrat 0,5292 gram 0,053 gram
x 10 mL=0,053 gram
100mL
6. Natrium sitrat 3 ,798 gram 0,38 gram
x 10 mL=0,38 gram
100 mL
7. Water for 60 mL – (0,6 gram+0,0002 gram+ 0,053 58,97 mL
Injection gram+ 0,38 gram) ¿ 58,97 mL

IX. PERSIAPAN ALAT DAN WADAH


No. Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
Alat
1. Beaker glass 2 Panas kering menggunakan oven pada suhu
500mL 170oC selama 1 jam
2. Beaker glass 1 Panas kering menggunakan oven pada suhu
250mL 170oC selama 1 jam
3. Beaker glass 2 Panas kering menggunakan oven pada suhu
50mL 170oC selama 1 jam
3. Batang pengaduk 1 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
4. Cawan Porselen 2 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
5. Kaca Arloji 1 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
6. Pipet tetes 4 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
7. Kertas saring 6 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
8. Corong kaca 1 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
9. Vial 5 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
10. Spatel 1 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
11. Sendok tanduk 1 Panas kering menggunakan oven pada suhu
170oC selama 1 jam
12. Membran filter 1 Panas kering menggunakan oven pada suhu
ukuran 44 mm 170oC selama 1 jam
dan 22mm
13. Pipet karet 4 Alkohol 70% selama 24 jam
14. Erlenmeyer 1 Panas basah menggunakan autoclave pada
500mL suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan
15 psi.
15. Gelas ukur 2 Panas basah menggunakan autoclave pada
100mL suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan
15 psi.
16. Gelas ukur 50 mL 1 Panas basah menggunakan autoclave pada
suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan
15 psi.
17. Buret 1 Panas basah menggunakan autoclave pada
suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan
15 psi.

X. PROSEDUR PEMBUATAN

Ruang Prosedur
(Ruang pencucian 1. Alat dan wadah dicuci bersih dan dibilas menggunakan
dan sterilisasi) Water For Injection, dan dikeringkan.
2. Beaker glass dikalibrasi sebanyak 80% sebanyak 48 mL
Grade D dan beaker glass 2 dikalibrasi sebanyak 100% sebanyak
60mL.
3. Bagian mulut alat dan wadah ditutup menggunakan
alumunium foil.
4. Beaker glass, Erlenmeyer, pipet tetes, vial, dan corong
kaca, cawan porselen, kaca arloji, batang pengaduk,
spatel, dan sendok tanduk disterilisasi menggunakan oven
pada suhu 160OC selama 1 jam.
5. Gelas ukur, buret, disterilisasi menggunakan autoclave
pada suhu 121oC, dengan tekanan 15 psi selama 15 menit.
6. Alat yang telah disterilisasi dimasukkan kedalam lemari
steril dan ditransfer ke ruangan dispensing pass box.
(Ruang 1. Timbangan neraca analitik dikalibrasi terlebih dahulu.
Penimbangan) 2. Bahan aktif (Rifampisin) ditimbang sebanyak 0,6 gram
Grade C menggunakan neraca analitik dengan kertas perkamen.
3. Butylated hydroxytoluene ditimbang sebanyak 0,0002
gram menggunakan neraca analitik diatas kertas perkamen.
4. Asam fosfat ditimbang sebanyak menggunakan neraca
analitik diatas kertas perkamen.
5. Natrium fosfat ditimbang sebanyak menggunakan neraca
analitik diatas kertas perkamen.
6. NaCl ditimbang sebanyak menggunakan neraca analitik
diatas kertas perkamen.
7. Water for Injection di ukur menggunakan gelas ukur
sebanyak mL.
8. Setelah bahan ditimbang dan diukur, bahan dimasukkan
kedalam pass box yang berada di ruang penimbangan
untuk diserahkan ke ruangan dispersing.
(Ruang 1. Rifampisin dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga
Pencampuran) halus.
Grade C 2. BHT ditambahkan kedalam mortir, dan digerus hingga
homogen.
3. Pendapar dimasukkan kedalam mortir, dan digerus hingga
homogen.
4. Water For injection dimasukkan kedalam mortir dan di
aduk ad homogen.
5. Sediaan dimasukkan kedalambeakerglass 80% dan
ditambahkan WFI hingga tanda kalibrasi.
6. Dilakukan pengecekan pH menggunakan ph meter pada
sediaan.
7. Dilakukan penyaringan larutan dengan menggunakan
membrane filter 0,44 mm dan 0,22 mm, kemudian
dimasukkan/ditampung didalam Erlenmeyer.
8. Erlenmeyer ditutup
9. Larutan sediaan dimasukkan kedalam pass box untuk
dilakukkan proses filling.
(Ruang filling) 1. Hasil penyaringan dipindahkan kedalam beaker glass yang
Grade A sudah dikalibrasi 100%.
background B 2. Ditambahkan WFI sampai tanda batas kalibrasi.
3. Disiapkan buret steril, buret dibilas menggunakan WFI
sebanyak 5 mL, dilakukan dua kali pembilasan.
4. Kemudian, buret dibilas menggunakan sediaan sebanyak
dua kali pembilasan.
5. Ujung buret didesinfeksi menggunakan kertas saring yang
telah diberi etanol, kemudian ujung buret ditutup.
6. Sediaan dimasukkan kedalam vial menggunakan bantuan
buret yang telah dibilas.
7. Vial ditutup menggunakan tutup karet dan dimasukkan
kedalam pass box untuk ditansfer ke ruang sterilisasi.
(Ruang Sediaan disterilisasi menggunakan metode panas kering
Sterilisasi) dengan menggunakan oven padasuhu 160oC selama 1 jam.
Grade A
background B
(Ruang Evaluasi) 1. Sediaan yang telah dibuat dilakukan evaluasi.
- Evaluasi Kimia
- Evaluasi Biologi
- Evaluasi Fisika
2. Wadah sediaan diberikan etiket dan kemasan

XI. PEMBAHASAN

Rifampisin merupakan obat golongan antimikroba yang dapat menghambat sintesis


asam nukleat sel mikroba. Rifampisin diindikasikan untuk pengobatan lini pertama
antituberkulosis, penyakit brucellonis legionnaires, misetoma, meningitis, Q fever, dan
berbagai infeksi staphylococcus, termasuk endokartidis (Martindale 38th, halaman 350-354).
Dengan indikasi diatas, rifampisin dibuat dalam bentuk sediaan parenteral (injeksi), karena
dibutuhkan onset waktu kerja yang cepat. Rifampisin yang akan dibuat sediaan sebanyak 10
mL, maka sediaan termasuk kedalam jenis sediaan steril small volume parenteral. Karena,
volume kurang dari 100mL (Farmakope Indonesia Edisi VI, halaman 50). Sediaan
didistribusikan melalui jalur intravena (IV) langsung melalui darah dan tanpa adanya proses
metabolisme, karena sesuai dengan indikasinya dibutuhkan onset waktu kerja yang cepat
dalam menangani pengobatannya.

Sediaan rifampisin dibuat dalam sediaan injeksi rekonstitusi, karena rifampisin


bersifat sukar larut dalam air dan terhidrolisis pada suasana asam pH 2,3. Dalam pembuatan
sediaan digunakan bahan pembawa menggunakan Water For Injection. Water for injection
merupakan air yang digunakan untuk produksi obat yang diberikan secara parenteral, dimana
pelarutnya adalah air. Water for Injection merupakan air berkualitas tertinggi yang digunakan
pada industri farmasi.

Rifampisin dapat terdekomposisi pada suhu 185oC, sediaan rifampisin disterilisasi


akhir menggunakan metode panas kering pada suhu 160 oC selama 1 jam. Pada formulasi
ditambahkan bahan tambahan antioksidan yaitu, BHT (Butylated Hydroxytoluene) karena
rifampisin teroksidasi menjadi turunan quinon pada suhu 20oC pH 8,0 dan dapat teroksidasi
oleh agen logam (Codex Pharmaceutical, Halaman 1063). pH stabilitas rifampisin yaitu 5,0-
7,0 dan pH sediaan menurut Farmakope Indonesia Halaman 1481 yaitu 7,8-8,8. pH sediaan
yang digunakan yaitu5,0-7,0 dengan pH target 7,0, karena berdekatan dengan pH darah dan
pH sediaan. pH sediaan yaitu 7,8-8,8, dibutuhkan pendapar untuk menyangga pH sediaan,
agar tetap pada pH yang ditargetkan. Pendapar atau biasa disebut larutan buffer merupakan
larutan dimana phnya hanya berubah sedikit sekali dengan penambahan sedikit asam atau
basa.

Pada penggunaannya, rifampisin digunakan atau dikonsumsi dalam dosis terbagi


untuk beberapa indikasi (BNF 81st , halaman 619), sediaan dibuat dalam tipe multiple dose.
Formula sediaan masih dalam keadaan hipotonis. Hipotonis adalah larutan yang konsentrasi
zat terlarutnya lebih rendah daripada cairan didalam sel. Isotonis merupakan larutan yang
konsentrasi zat terlarutnya sama dengan cairan didalam sel, sedangkan hipertonis adalah
larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi daripada cairan didalam sel. Maka,
didalam formula perlu ditambahkannya bahan tambahan berupa agen pengisotonis seperti
NaCl 0,9%.
Sediaan injeksi pada monografi seperti Farmakope Indonesia Edisi VI, volume
sediaan harus sesuai dengan volume sediaan injeksi yang tertera. Maka, dalam pembuatannya
perlu ditambahkan 0,50 mL, karena volume sediaan yang dibuat kurang dari 100mL yaitu 10
mL per tiap vial. Pada proses pembuatan dan uji evaluasi sediaan diperlukan beberapa mL
sediaan, sehingga pada pembuatannya perlu ditambahkan volume sediaan sebanak 10%.
Dikhawatirkan, pada beberapa tahap terjadi kehilangan bobot sediaan dan akan
mempengaruhi berat sediaan akhir.

XII. DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Indonesia

Sheskey, Paul. J,. Walter, G. Cook., & Colin, G. Cable. 2017. Handbook of Pharmaceutical
Exipients 8th Edition. London : Pharmaceutical Press
Fox, Shelley Chambers. 2014. Remington Education Pharmaceutics. London : Pharmaceutical
Press

Sweetman, S. 2014. Martindale 38th Edition. London : Pharmaceutical Press

Pubchem Rifampisin. Maret 2, 2022. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Rifampicin

Pubchem. rifampin. Maret 2, 2022. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/137267378

Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Unniversitas Indonesia

Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex “Principles and Practise of Pharmaceutics”.
Edisi 20th. London: The Pharmaceutical Press

Kurnianingsih, Laela, dkk. Desember 2010. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs)
Pengobatan Tuberkulosis Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2009. Purwokerto: Universitas Purwokerto.

Ayuhastusi, Anggreni. Desember 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta Selatan : Kebayoran Baru.

Tungadi, Robert. 2017. Teknologi Sediaan Steril. Edisi Pertama, cetakan pertama. Jakarta: Jalan
Pramuka No. 27.

XIII. LAMPIRAN

RIDIN
Injeksi Rekonstitusi rifampisin
6%
RIDIN
Dalam 1 mL larutan
mengandung : RIDIN HARUS DENGAN RESEP
DOKTER

Injeksi Rekonstitusi rifampisin Rifampisin……………….6% Injeksi Rekonstitusi rifampisin Di produksi oleh :


6% BHT………………..0,0002% 6%
Asam Fosfat…………1,899% PT. DISTI
Natrium Fosfat………3,798% Bandung-Indomesia
NaCl……………..…0,8796%
No. Reg : DKL2206023543
Aturan pakai, Indikasi, kontraindikasi, No. Batch : A032554
Efek Samping, Interaksi lihat pada brosur Produksi : Feb 2022
Kadaluwarsa : Feb 2023
Penyimpanan : Disimpan ditempat
HET: Rp. 154.500,-
Untuk Pemberian Intravena tertutup, terlindung dari cahaya dan Untuk Pemberian Intravena
disimpan pada suhu 25oC

1 Ampul = 10 mL 1 Ampul = 10 mL

Anda mungkin juga menyukai