Disusun oleh :
Destira Fitriliani Agustina
P17335120021
Dosen Pembimbing : Nikky Noviapratami. S. Farm
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan preformulasi, pembuatan sediaan parenteral dan evaluasi sediaan
parenteral injeksi dalam bentuk rekonstitusi Rifampisin 600mg/10mL.
II. PENDAHULUAN
Steril Adalah suatu kondisi absolut/mutlak bebas dari mikroorganisme hidup, tidak
sebagian atau hampir steril. Sterilitas adalah sifat atau karakteristik yang disyaratkan untuk
sediaan farmasetik yang bebas dari mikroorganisme hidup karena metode, wadah, atau rute
pemberiannya sampai batas tertentu. Sterilisasi adalah proses pembunuhan atau pemindahan
mikroorganisme dan spora yang hidup dari sediaan untuk menghasilkan keadaan yang steril
dengan cara yang mungkin (Tungadi, Robert.2017).
Injeksi atau sediaan parenteral merupakan sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan
melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan
adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan.
Obat ini dibuat dalam sediaan Injeksi volume kecil, yang dimaksud dengan injeksi volume
kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda 100 mL atau kurang. Pembuatan
Injeksi terdiri dari Bahan aktif, Zat tambahan, dan Zat pembawa.
Larutan rekonstitusi adalah larutan yang berasal dari serbuk yang dilarutkan terlebih
dahulu di dalam air sebagai pelarut sebelum digunakan. Bentuk sediaan rekonstitusi ini
terutama digunakan untuk obat yang memiliki stabilitas terbatas di dalam pelarut air seperti
golongan antibiotika. Syarat-syarat larutan untuk direkonstitusi baik sediaan steril maupun
non steril adalah:
1. Campuran serbuk harus homogen agar dosis tetap pada setiap pemberian obat.
2. Campuran serbuk harus larut secara sempurna di dalam air.
3. Larutan harus mudah dituang dan memiliki dosis yang tepat, sesuai dan sama.
4. Produk akhir haruslah memiliki penampilan yang dapat diterima, bau dan rasanya
menarik.
RIFAMPISIN
Untuk pengobatan tuberculosis laten rifampisin oral 10mg/kg dapat diberikan sekali sehari
dengan isoniazid selama 3 bulan.
- Anak umur 1-11 bulan = 5-10 mg/kg sebanyak sehari dua kali
- Anak umur 1-17 tahun = 10mg/kg sebanyak sehari dua kali
- Dewasa = 0,6-1,2 gram sehari 2-4 dalam dosis terbagi
Pembawa yang digunakan untuk sediaan irigasi yaitu water for injection. Water for
injection merupakan air dengan tingkat kemurniannya tinggi dengan standar Farmakope
untuk produksi. Water for injection memiliki pemerian seperti, cairan jernih, tidak berwarna,
dan tidak berbau. Air untuk injection diolah dari air yang memenuhi persyaratan uji pyrogen,
atau uji endotoksin bakteriseperti yang tertera dalam monografi (Farmakope Indonesia Edisi
VI, 2020 Halaman 50).
BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambahan yang sesuai, dapat ditambahkan ke dalam sediaan untuk injeksi
untuk meningkatkan stabilitas atau efektivitas, kecuali dinyatakan pada masing-masing
monografi, dan bila bahan tambahan tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan dan
tidak mengganggu efek terapetik atau respons pada uji dan penetapan kadar. Tidak boleh
diberikan tambahan bahan pewarna, kecuali hanya untuk mewarnai sediaan akhir seperti
yang tertera pada Bahan tambahan dalam Ketentuan Umum dan Uji Efektivitas Pengawet
Antimikroba.
PENGATUR TONISITAS
PH ADJUSMENT
Ph fisiologis dari plasma darah manusia yaitu 7,35 hingga 7,45 (Putra, Kadek Agus
Heryana, 2017). Sediaan harus dalam keadaan isohidris, pH sediaan sama dengan pH
fisiologis darah dan cairan tubuh. Hal ini bertujuan, agar pada saat diinjeksikan tidak terasa
sakit dan penyerapan lebih maksimal (Sulistiyaningsih,2007).
PENGAWET
PENDAPAR
Pendapar atau biasa disebut larutan buffer merupakan larutan dimana phnya hanya
berubah sedikit sekali dengan penambahan sedikit asam atau basa. Agar larutan dapat disebut
sebagai larutan buffer, maka larutan tersebut harus memiliki dua komponen, dimana yang
satu dapat menetralkan asam dan yang satu lagi dapat menetralkan basa. Larutan buffer yang
umum adalah larutan yang mengandung:
Setiap larutan buffer memiliki daerah operasi oh sendiri, maka dari itu larutan buffer
tidak beroperasi dalam semua daerah. Sebagai contoh, buffer asam asetat- natrium asetat
hanya baik untuk mempertahankan ph pada tetap ph 5,0. Untuk mendapatkan larutan buffer
pada daerah lain, maka harus digunakan komponen lain.
IV. PERHITUNGAN DOSIS
Brucellosis in combination with other antibacterials, legionnaires, disease in combination
with other antibacterial, serious staphylococcus infection in combination with other
antibacterials.
1. Anak umur 1-11 bulan = 5-10 mg/kg sebanyak sehari dua kali
2. Anak umur 1-17 tahun=10mg/kg sebanyak sehari dua kali
3. Dewasa = 0,6-1,2gram sebanyak sehari 2-4 dalam dosis terbagi
Perhitungan;
- Volume pemberian
1. Anak umur 1-11 bulan
5 mg/ kg
x 10 ml=0,83 ml/kg
60 mg
2. Anak umur 1-17 tahun
10 mg/kg
x 10 ml=1,66 ml /kg
60 mg
3. Dewasa
0,6 g /kg
x 10 ml=100 ml/kg
60 mg
1,2 g/kg
x 10 ml=200 ml /kg
60 mg
Endocarditis in combination with other drugs
Dewasa = 0,6-1,2 gram/ml, terbagi dalam 2-4 dosis sehari
- Volume pemberian
Dewasa
0,6 g /kg
x 10 ml=100 ml/kg
60 mg
1,2 g/kg
x 10 ml=200 ml /kg
60 mg
V. FORMULASI
V.1Bahan Aktif
Cahaya
Tidak ditemukan di Farmakope Indonesia, Handbook
of Pharmaceutical Eksipient, dan Pubchem
pH stabilitas
1,2 pada 20oC
(MSDS, 2017. PT. Smart Lab-Indonesia)
Kesimpulan :
Cara Sterilisasi Panas kering menggunakan oven pada suhu 170oC
selama 1 jam
Kemasan Wadah tertutup kedap/ rapat tidak mengandung logam
simpan dibawah 30oC
(MSDS, 2017. PT. Smart Lab-Indonesia)
Struktur kimia
Struktur kimia
BHT
0,002 gram
Osmolaritas = 220,35 gr /mol x 1000 x 3 = 0,027 mOsmol/L
3,798 gram
Osmolaritas = 163,94 gr /mol x 1000 x 3=69,34 mOsmol/ L
= 131,264 mOsmol/L
PERHITUNGAN DAPAR
Dapar Fosfat
pKa 1 = 3,128
pKa 2 = 4,761
pKa 3 = 6,396
pH sediaan = 7
pH antilog [H+]
[H+] = 1 x 10-7
pKa = antilog Ka
7,2 = antilog Ka
Ka = 6,31 x 10-8
B = 2,303 x C x Ka ¿¿
[G]
pH = pKa + log
[A]
[G]
7 = 6,396 + log
[A]
[G]
0,604 = log
[A]
[G]
= anti log 0,604
[A]
= 4,0179 ~ 4,018
50 gram
asam fosfat = BM asam fosfat x [A] x
1000
= 98,00 x 0,054 x 0,05
= 0,2646
0,2646
kadar asam fosfat = x 100 %
50 mL
= 0,5295%
natrium fosfat = 174,2 x 0,218 x 0,05
= 1,899
1,899
kadar natrium fosfat = x 100 %=3,798 %
50 mL
VIII. PENIMBANGAN
Total volume/ berat sediaan yang dibuat = 10,5 mL
Alasan =
- Sediaan injeksi diwajibkan sesuai dengan ketentuan jumlah volume injeksi
berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi VI, Halaman 2073
Volume = 10 mL + 0,50 = 10,50 mL
- Volume dilebihkan 10% agar tidak mengalami pengurangan volume pada saat
pembuatan ataupun evaluasi.
10
Volume = 10,5 + ( x 10,5)=11,55 mL
100
= 11,55 mL x 5 vial = 57,75 mL ~ 60 mL
2. NaOH pH = 7 pH = 7
3. HCl pH = 7 pH = 7
4. Butylated 0,002 gram 0,0002 gram
x 10 mL=0,0002 gram
100 mL
Hydroxytoluene
5. Asam Sitrat 0,5292 gram 0,053 gram
x 10 mL=0,053 gram
100mL
6. Natrium sitrat 3 ,798 gram 0,38 gram
x 10 mL=0,38 gram
100 mL
7. Water for 60 mL – (0,6 gram+0,0002 gram+ 0,053 58,97 mL
Injection gram+ 0,38 gram) ¿ 58,97 mL
X. PROSEDUR PEMBUATAN
Ruang Prosedur
(Ruang pencucian 1. Alat dan wadah dicuci bersih dan dibilas menggunakan
dan sterilisasi) Water For Injection, dan dikeringkan.
2. Beaker glass dikalibrasi sebanyak 80% sebanyak 48 mL
Grade D dan beaker glass 2 dikalibrasi sebanyak 100% sebanyak
60mL.
3. Bagian mulut alat dan wadah ditutup menggunakan
alumunium foil.
4. Beaker glass, Erlenmeyer, pipet tetes, vial, dan corong
kaca, cawan porselen, kaca arloji, batang pengaduk,
spatel, dan sendok tanduk disterilisasi menggunakan oven
pada suhu 160OC selama 1 jam.
5. Gelas ukur, buret, disterilisasi menggunakan autoclave
pada suhu 121oC, dengan tekanan 15 psi selama 15 menit.
6. Alat yang telah disterilisasi dimasukkan kedalam lemari
steril dan ditransfer ke ruangan dispensing pass box.
(Ruang 1. Timbangan neraca analitik dikalibrasi terlebih dahulu.
Penimbangan) 2. Bahan aktif (Rifampisin) ditimbang sebanyak 0,6 gram
Grade C menggunakan neraca analitik dengan kertas perkamen.
3. Butylated hydroxytoluene ditimbang sebanyak 0,0002
gram menggunakan neraca analitik diatas kertas perkamen.
4. Asam fosfat ditimbang sebanyak menggunakan neraca
analitik diatas kertas perkamen.
5. Natrium fosfat ditimbang sebanyak menggunakan neraca
analitik diatas kertas perkamen.
6. NaCl ditimbang sebanyak menggunakan neraca analitik
diatas kertas perkamen.
7. Water for Injection di ukur menggunakan gelas ukur
sebanyak mL.
8. Setelah bahan ditimbang dan diukur, bahan dimasukkan
kedalam pass box yang berada di ruang penimbangan
untuk diserahkan ke ruangan dispersing.
(Ruang 1. Rifampisin dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga
Pencampuran) halus.
Grade C 2. BHT ditambahkan kedalam mortir, dan digerus hingga
homogen.
3. Pendapar dimasukkan kedalam mortir, dan digerus hingga
homogen.
4. Water For injection dimasukkan kedalam mortir dan di
aduk ad homogen.
5. Sediaan dimasukkan kedalambeakerglass 80% dan
ditambahkan WFI hingga tanda kalibrasi.
6. Dilakukan pengecekan pH menggunakan ph meter pada
sediaan.
7. Dilakukan penyaringan larutan dengan menggunakan
membrane filter 0,44 mm dan 0,22 mm, kemudian
dimasukkan/ditampung didalam Erlenmeyer.
8. Erlenmeyer ditutup
9. Larutan sediaan dimasukkan kedalam pass box untuk
dilakukkan proses filling.
(Ruang filling) 1. Hasil penyaringan dipindahkan kedalam beaker glass yang
Grade A sudah dikalibrasi 100%.
background B 2. Ditambahkan WFI sampai tanda batas kalibrasi.
3. Disiapkan buret steril, buret dibilas menggunakan WFI
sebanyak 5 mL, dilakukan dua kali pembilasan.
4. Kemudian, buret dibilas menggunakan sediaan sebanyak
dua kali pembilasan.
5. Ujung buret didesinfeksi menggunakan kertas saring yang
telah diberi etanol, kemudian ujung buret ditutup.
6. Sediaan dimasukkan kedalam vial menggunakan bantuan
buret yang telah dibilas.
7. Vial ditutup menggunakan tutup karet dan dimasukkan
kedalam pass box untuk ditansfer ke ruang sterilisasi.
(Ruang Sediaan disterilisasi menggunakan metode panas kering
Sterilisasi) dengan menggunakan oven padasuhu 160oC selama 1 jam.
Grade A
background B
(Ruang Evaluasi) 1. Sediaan yang telah dibuat dilakukan evaluasi.
- Evaluasi Kimia
- Evaluasi Biologi
- Evaluasi Fisika
2. Wadah sediaan diberikan etiket dan kemasan
XI. PEMBAHASAN
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Indonesia
Sheskey, Paul. J,. Walter, G. Cook., & Colin, G. Cable. 2017. Handbook of Pharmaceutical
Exipients 8th Edition. London : Pharmaceutical Press
Fox, Shelley Chambers. 2014. Remington Education Pharmaceutics. London : Pharmaceutical
Press
Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Unniversitas Indonesia
Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex “Principles and Practise of Pharmaceutics”.
Edisi 20th. London: The Pharmaceutical Press
Kurnianingsih, Laela, dkk. Desember 2010. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs)
Pengobatan Tuberkulosis Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2009. Purwokerto: Universitas Purwokerto.
Ayuhastusi, Anggreni. Desember 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta Selatan : Kebayoran Baru.
Tungadi, Robert. 2017. Teknologi Sediaan Steril. Edisi Pertama, cetakan pertama. Jakarta: Jalan
Pramuka No. 27.
XIII. LAMPIRAN
RIDIN
Injeksi Rekonstitusi rifampisin
6%
RIDIN
Dalam 1 mL larutan
mengandung : RIDIN HARUS DENGAN RESEP
DOKTER
1 Ampul = 10 mL 1 Ampul = 10 mL