Anda di halaman 1dari 51

SEDIAAN PARENTERAL

VOLUME OBAT SUNTIK


Apt. I Putu Yuda Pratama
PENDAHULUAN
 Pemberian cairan dalam volume besar langsung ke sirkulasi
tubuh memiliki faktor risiko penyerta yang jauh lebih tinggi.
 Karenanya, aspek keamanan adalah
 concern utama dari produk steril.
 Fungsi cairan bagi tubuh sangatlah vital. Lebih-lebih saat
tubuh mengalami syok. Pada kondisi ini, cairan menjadi
satu- satunya harapan penyambung nyawa.
CONTINUE….

Ada beberapa dimensi penting yang harus


dipertimbangkan dari suatu produk cairan.

Diantaranya keamanan, ekonomi (cost benefit dan


efectiveness), fungsi, estetika, dan kepraktisan.

Setiap dimensi memiliki syarat tertentu, dimana ada


dimensi yang bisa dikontrol, tapi ada juga yang tidak.
Dimensi yang paling penting dan tidak bisa ditawar dari
suatu produk steril adalah keamanan.

Dimensi keamanan cairan infus tidak bisa


dikompromikan, karena pemberiannya yang dalam
jumlah besar langsung masuk ke sirkulasi tubuh.
Sehingga memiliki faktor risiko penyerta yang jauh lebih
besar.
Semua cairan infus harus memenuhi standar keamanan baik
fisik, kimiawi, dan biologi.
Standar keamanan fisik mencakup pH, osmolaritas,
viskositas, kemasan yang tidak mudah bocor, dan parameter
lainnya.
Sedangkan standar kimiawi yang harus dipenuhi adalah bebas
pirogen, alergen, dan senyawa toksik lainnya baik mutagen,
teratogen, dan karsinogen.
Sementara standar biologi mengharuskan cairan infus steril
tidak mengandung mikroba.
PENGERTIAN

 Parenteral berasal dari kata “para enteron” (Yunani)


yang berarti “menghindari usus”.
 Para praktisi farmasi dan kedokteran membatasi
pemberian obat secara parenteral hanya meliputi cara
pemberian yang langsung ke dalam jaringan, rongga
jaringan, atau kompartemen-kompartemen tubuh
secara suntikan/injeksi atau infus.
 Asal kata injeksi adalah injectio yang berarti
memasukkan ke dalam, sedangkan infusio berarti
penuangan ke dalam
TUJUAN UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA
PARENTERAL

 1. Untuk menjamin penyampaian obat yang masih belum banyak


diketahui sifat-sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sakit atau
daerah target dalam tubuh dalam kadar yang cukup, khususnya jika
diantisipasi bahwa senyawa obat yang bersangkutan sulit mencapai
sasaran tersebut jika diberikan melalui rute yang lain
 Contoh: pemberian obat secara injeksi intraventrikuler (misalnya
antibiotik golongan aminoglikosida) yang sulit menembus lapisan
pembatas darah-otak-selaput otak, dapat dilakukan pada pasien-
pasien tertentu yang menderita radang selaput otak atau rongga
otak akibat bakteri atau jamur
2. Untuk memungkinkan pengendalian langsung terhadap
beberapa parameter farmakologi tertentu, seperti waktu tunda,
kadar puncak dalam darah, kadar dalam jaringan, dll. Contoh:
pemberian obat secara i.v untuk mendapatkan efek yang
segera.
3. Untuk menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat,
khususnya untuk penderita rawat jalan
4. Untuk mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai
melalui rute lain, mungkin karena obat tidak dapat diabsorbsi
atau rusak oleh asam lambung atau enzim jika diberikan
secara oral. Contoh: insulin
5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain yang lebih
disukai tidak memungkinkan, misalnya pada penderita yang
saluran cerna bagian atasnya sudah tidak ada karena
dioperasi.
6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika diinginkan untuk
mencegah atau meminimalkan efek/reaksi toksik sistemik.
Contoh: pemberian metotreksat secara injeksi intratekal pada
penderita leukemia
7. Untuk pemberian obat pada penderita yang tidak
sadarkan diri atau tidak dapat bekerja sama (gila). Contoh:
pemberian obat penenang pada orang gila
8. Untuk memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau
ketidakseimbangan elektrolit atau untuk mensuplai
kebutuhan nutrisi
9. Untuk mendapatkan efek lokal yang diinginkan, misalnya
anestesi lokal pada pencabutan gigi.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
PEMBERIAN SECARA PARENTERAL

 Keuntungan:
1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti
3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna
4. Kerusakan obat dalam saluran pencernaan dapat
dihindarkan
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau
yang sedang dalam keadaan koma
Kelemahan:
1. Rasa nyeri pada saat disuntik, apalagi kalau harus
diberikan berulang kali
2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut
disuntik
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin
diperbaiki, terutama sesudah pemberian i.v
4. Obat hanya diberikan kepada penderita di rumah sakit atau
di tempat praktik dokter dan perawat yang kompeten
SEDIAAN PARENTERAL VOLUME BESAR

Batasan
Nonpirogenik
Partikel partikulat
Kelebihan pengisian
BATASAN
 Larutan LVP digunakan secara i.v, dikemas dalam kemasan
volume 100 mL atau lebih.
 Sediaan steril volume besar yang lain adalah cairan untuk irigasi
atau dialisis. Cairan ini dikemas dalam kemasan yang dapat
dikosongkan secara cepat dengan volume 1000 mL atau lebih.
 LVP dikemas dalam dosis tunggal dalam kemasan gelas atau
plastik, dengan ketentuan harus steril, nonpirogen, dan bebas
dari partikel partikulat.
Karena volume pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh
ditambahkan zat bakteriostatik (pengawet) karena dapat
menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat
bakteriostatik dalam jumlah besar.
Saat ini, larutan LVP digunakan juga sebagai pembawa untuk obat
lain, dan merupakan cara untuk menyediakan nutrisi parenteral.
Syarat untuk semua LVP:
Steril
Bebas pirogen
Bebas partikel partikulat
Dikemas dalam kemasan dosis tunggal
Bebas pengawet
Volume tidak boleh melebihi 1000 mL (kecuali untuk larutan irigasi)
NON PIROGENIK
 Efek pirogen dalam injeksi akan nyata sekali jika larutan diberikan
dalam volume besar secara i.v dibandingkan rute injeksi lain dan
volume kecil.
 Kontaminan pirogen dalam sediaan LVP berasal dari 3 sumber
utama:
 Air yang digunakan sebagai pelarut
 Kemasan yang kontak dengan larutan selama pembuatan,
pengemasan, dan penyimpanan
 Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan produk
PARTIKEL PARTIKULAT

 Partikel partikulat terdiri dari partikel yang terdapat dalam larutan LVP
berupa partikel yang berasal dari luar (ekstraneous) dan zat tidak larut.
 Gelembung gas (udara) juga tidak dikehendaki keberadaannya
dalam larutan parenteral.
 Komposisi partikel yang tidak dikehendaki tersebut bervariasi.
 Bahan luar yang mungkin terdapat dalam sediaan parenteral meliputi
selulosa, serat kapas, karet, logam, partikel plastik, bahan kimia tidak
larut, karat, dan ketombe.
 Secara teoretis, kemungkinannya meliputi semua bahan yang berasal dari
lingkungan di mana produk terpapar.
Partikel partikulat dalam sediaan parenteral dapat berasal
dari berbagai sumber dan aktivitas:
Larutan sendiri dan bahan kimia yang terdapat di
dalamnya
Proses pembuatan dan variabelnya, seperti
lingkungan, peralatan, dan personalia
Komponen kemasan yang berkontak dengan larutan LVP
Unit dan alat yang digunakan untuk pemberian LVP
Modifikasi selama proses pembuatan sediaan, selain
lingkungan/ruangan preparasi sediaan
Jadi, kontaminan partikulat dapat bersumber dari:
Kemasan larutan
Lingkungan
Personalia
Peralatan untuk pengisian
 Perlu diperhatikan dan diikuti ketentuan CPOB (cGMP)
PENGARUH TONISITAS

 Yang dimaksud isotoni yaitu larutan parenteral yang


mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma
darah
 Jika larutan parenteral mempunyai tekanan osmosis
lebih rendah daripada tekanan osmosis plasma darah
disebut larutan hipotonis, sedangkan jika tekanan
osmosisnya lebih tinggi disebut larutan hipertonis
Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan
hipotonis, akan mengembang dan akhirnya akan pecah
karena masuknya air ke dalam sel (hemolisis)
Sedangkan jika sel darah merah diletakkan ke dalam
larutan hipertonis, maka sel akan kehilangan air dan
menciut.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi, mencegah
hemolisis, serta pemberian elektrolit yang seimbang, maka
sediaan parenteral harus isotonis
KELEBIHAN PENGISIAN

 Setiap larutan sediaan parenteral harus diisikan dalam


jumlah berlebih untuk menjamin jumlah pemberian cairan
secara lengkap.
 Kehilangan disebabkan oleh pengeluaran gelembung udara
pada saat pemberian dan antisipasi tertinggalnya cairan
dalam wadah yang digunakan selama proses pembuatan
 Kelebihan volume dalam kemasan sediaan parenteral
memungkinkan pengguna (dokter, perawat)
menggunakan volume sesuai kebutuhan (jadi tidak
kurang)
Kelebihan volume yang direkomendasikan untuk LVP:

Ukuran isi (mL) Cairan encer (mL) Cairan kental


(mL)
0,5 0,10 0,12
1,0 0,10 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 0,80 1,20
50,0 atau lebih 2% 3%
APLIKASI LVP (LARGE VOLUME PARENTERAL)

 Larutan Asam Amino


 Bermacam larutan dan kombinasi asam
amino esensial dan nonesensial sintetik
dibutuhkan untuk suplai protein dalam
konsentrasi 5, 10, dan 15%.
 Pemberian asam amino dilakukan jika
pemberian makanan melalui oral tidak
mungkin lagi, atau jika absorpsi melalui
saluran cerna tidak berfungsi
baik/normal.
Larutan karbohidrat (dekstrosa)
Dekstrosa adalah nutrisi penting, dengan 1 g
menghasilkan 3,4 kalori. Menurut USP, pH
injeksi dekstrosa 5% adalah 3,5 – 6,5.
Lemak intravena
Untuk memberikan makanan secara i.v, lemak
harus berada dalam bentuk yang sesuai,
biasanya berbentuk emulsi
Rentang ukuran partikel lemak dalam emulsi
adalah 0,1 – 0,5 µm, sebanding dengan ukuran
chylomicron
Nutrisi parenteral
Nutrisi total secara parenteral (TPN)
adalah pemberian makanan yang
mengandung larutan asam amino,
dekstrosa dengan konsentrasi tinggi (±
20%), elektrolit, vitamin, dan dalam
beberapa hal insulin.
Restorasi kesetimbangan elektrolit
Larutan yang paling banyak digunakan
adalah injeksi NaCl 0,9%, larutan isotoni
yang mengandung 154 mEq ion Na dan
Cl.
Pengganti cairan
Dehidrasi memerlukan cairan sebagai
larutan dasar. Dalam hal ini dapat
digunakan injeksi NaCl dan dekstrosa.
Darah dan produk darah
Darah dan produk darah hanya dapat
diberikan secara i.v dan digunakan
dalam keadaan syok, pendarahan, dan
kehilangan protein darah.
Pemberian darah tidak boleh
Pembawa obat
Karena sifatnya memudahkan, potensial untuk iritasi obat, dan
kebutuhan pemberian obat secara kontinu, cairan i.v biasa
digunakan sebagai pembawa untuk obat yang akan diberikan
secara i.v
Injeksi Ringer Laktat
Mengandung sejumlah kecil Natrium, kalium, Kalsium klorida,
dan sejumlah kecil Na-laktat.
Komposisinya hampir sama dengan cairan ekstraseluler.
Digunakan untuk pengobatan awal: syok dan hipovolemik pada
orang dewasa.
Walaupun larutan untuk
pencucian (irigasi) dan dialisis
sama dengan cairan i.v dalam
banyak hal, keduanya tidak
diberikan langsung ke dalam
sistem vena
Pembuatan dan kontrol sediaan
sama halnya dengan cairan i.v,
tetapi dapat dikemas dalam
kemasan yang lebih besar
daripada 1000 mL dan
dirancang untuk dapat
dikosongkan secara cepat.
Larutan pencuci/pembilas pembedahan/splash
Digunakan untuk membersihkan dan membasahi jaringan tubuh. Dapat
digunakan untuk membasahi, mencuci luka, merendam, atau membilas
instrumen.
Contoh: NaCl untuk irigasi dan air steril untuk irigasi,
selain injeksi Ringer Laktat
Larutan irigasi urologi
Larutan berfungsi menjaga integritas jaringan, menghilangkan darah, dan
memperjelas penglihatan dokter bedah selama operasi.
Contoh: air steril untuk irigasi, larutan steril glisin, dan kadang-kadang
ditambahkan antibiotika
Larutan glisin
glisin merupakan suatu asam amino, lazim digunakan untuk eliminasi risiko
hemolisis intravaskular selama reseksi trans uretral.
Larutan dialisis peritonial
Larutan dialisis peritonial digunakan untuk menghilangkan zat toksik yang
diekskresi oleh ginjal yang berfungsi baik
Saat ini larutan dialisis peritonial juga tersedia dalam bentuk elektrolit yang
siap dilarutkan dan dalam bentuk konsentrat yang siap untuk diencerkan
sebelum digunakan
SVP (SMALL VOLUME PARENTERAL

 Menurut USP, larutan parenteral volume kecil (SVP)


adalah injeksi yang menurut label pada kemasan,
bervolume 100 mL atau kurang
 Termasuk ke dalam kategori SVP adalah kemasan injeksi
dalam ampul, vial, alat suntik, cartridges, botol, atau
kemasan lain dengan kapasitas volume 100 mL atau
kurang.
 Sediaan oftalmik yang dikemas dengan pengemas plastik
mudah ditekan termasuk kategori SVP, jika ukuran kemasan
100 mL atau kurang
SVP meliputi semua tipe produk parenteral, untuk aplikasi topikal
oftalmik, atau injeksi menurut berbagai rute:
Rute primer: i.m., i.v., s.c.
Rute skunder: hiperdermoklisis, intraperitonial, intraarterial, intraartikular, intrakardiak,
intrasisternal, intradermal, intralesional, intraokular, intrapleural, intratekal, intrauterin,
intraventrikular
Formulasi sediaan SVP relatif sederhana: berbahan aktif, eksipien
yang digunakan untuk berbagai tujuan, sistem pelarut (lebih disukai
air), kemasan, dan penutup kemasan yang sesuai.
Atau diformulasikan dalam bentuk emulsi steril.
KARAKTERISTIK SVP
 Sterilitas
 Bebas partikel partikulat
 Stabilitas fisika dan kimia
 Isotonisitas
 SVP harus isotonis dengan darah, air mata, dan cairan biologi

dalam otot, jaringan, dan cairan spinal, di mana produk


disuntikkan
 bermacam bahan digunakan untuk mengatur tonisitas SVP.

Bahan yang biasa digunakan adalah elektrolit, seperti NaCl


dan garam Natrium lain
APLIKASI TERAPEUTIK SVP

 Yang termasuk dalam injeksi terapeutik adalah injeksi antiinfeksi,


steroid, hormon, vitamin, agen kardiovaskular, barbiturat, agen CNS,
protein, dan bermacam-macam obat lainnya.
 Injeksi biasanya berupa larutan yang mengandung bahan aktif
dan bahan tambahan.
 Bentuk lain injeksi: larutan hanya mengandung obat, atau obat
disuspensikan dalam medium yang sesuai, atau diformulasikan dalam
bentuk emulsi steril, injeksi yang siap guna (misal: Na-amobarbital
untuk injeksi) atau memerlukan rekonstitusi dari padat menjadi larutan
atau suspensi sebelum digunakan (contoh: amoksisilin untuk injeksi
berbentuk suspensi)
Injeksi dapat juga tersedia dalam bentuk cairan pekat yang
harus diencerkan sebelum digunakan (misal KCl untuk injeksi
konsentrat)
Injeksi dosis ganda harus mengandung pengawet antimikroba;
umumnya volume injeksi tidak melebihi 30 mL (Contoh :
difenhidramin 10 ml)
SEDIAAN RADIO FARMASETIKA
(DIAGNOSTIK AGENT)

 Ada bermacam agen diagnostik SVP, seperti larutan yang


mengandung iodium radioaktif, kromium, tekhnesium,
besi, dan elemen radioaktif lainnya.
 Produk ini terutama digunakan untuk evaluasi fungsi organ.
 Kebanyakan produk digunakan dalam waktu singkat
(beberapa jam) sesudah dibuat karena waktu paruhnya
sangat singkat.
EKSTRAK ALERGEN

 Ekstrak elergenik adalah konsentrat steril (larutan atau


suspensi) dari zat (alergen) yang bertanggung jawab
terhadap sensitivitas pada manusia, dapat digunakan
untuk tujuan terapeutik atau diagnostik.
 Ekstrak berbentuk cair (cairan garam fisiologis sebagai
pengencer) atau gliserin (50% gliserin sebagai
pengencer).
 Produk ini digunakan pada pengetesan alergi pada
dewasa ataupun anak-anak.
SVP DALAM BENTUK SOLID /PADAT
 SVP juga tersedia dalam bentuk serbuk
steril, yang penggunaannya harus
direkonstitusi dengan aqua pro injenctio
(USP)
 Serbuk steril SVP dibuat menurut 2 cara:
kering-beku (freeze-drying) dan pengisian zat
padat (serbuk) pro injectio ke dalam
vial/ampul
 Kebanyakan serbuk kering steril SVP dibuat
dengan cara kering-beku, sering dinyatakan
sebagai liofilisasi (metode untuk
menghilangkan kadar air-> freeze drying.)
AIR UNTUK SEDIAAN INJEKSI (AQUA PRO INJECTIO)

Persyaratan air untuk sediaan injeksi lebih tinggi bila dibandingkan dengan
syarat untuk air murni.
Persyaratan pelarut air untuk sediaan injeksi yang tercantum dalam USP
adalah:
1. Harus dibuat segar dan bebas pirogen
2. Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari 10 ppm
3. pH 5,0 – 7,0
4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium, amonium, dan CO2
5. Batas logam berat
6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin
7. Batas jumlah partikel
FORMULA SVP
Untuk mendapatkan formula sediaan parenteral yang baik
harus mempunyai data preformulasi yang meliputi sifat kimia,
sifat fisika, dan sifat biologis, sehingga didapatkan:
1. Pembawa yang tepat, yaitu pembawa larut air, pembawa yang tak
larut air atau pelarut campur
2. Zat penambah yang diperlukan, meliputi zat antimikroba
(pengawet), komplekson, zat pengisotoni, antioksidan, dapar,
dsb
3. Wadah dan jenis wadah yang sesuai
EFEK TONISITAS

Sediaan yang isotonis tidak selalu dapat dicapai mengingat


kadang-kadang diperlukan zat khasiat dengan dosis tinggi
untuk mendapatkan efek farmakologis yang diinginkan,
sehingga isotonis terlampaui (larutan sedikit hipertonis)
Untuk sediaan parenteral subkutan, intradermal,
intramuskular harus dibuat seisotonis mungkin,
sedangkan larutan hipotonis tidak boleh dipakai
KELEBIHAN PENGISIAN

Setiap larutan sediaan parenteral harus diisikan dalam jumlah


berlebih untuk menjamin jumlah pemberian cairan secara
lengkap.
Kehilangan disebabkan oleh pengeluaran gelembung udara pada
saat pemberian dan antisipasi tertinggalnya cairan dalam wadah
yang digunakan selama proses pembuatan
Kelebihan volume dalam kemasan sediaan parenteral
memungkinkan pengguna (dokter, perawat) menggunakan
volume sesuai kebutuhan (jadi tidak kurang)
Kelebihan volume yang direkomendasikan untuk
SVP:

Ukuran isi (mL) Cairan encer (mL) Cairan kental (mL)


0,5 0,10 0,12
1,0 0,10 0,15
2,0 0,15 0,25
5,0 0,30 0,50
10,0 0,50 0,70
20,0 0,60 0,90
30,0 0,80 1,20
50,0 atau lebih 2% 3%
EVALUASI SEDIAAN PARENTERAL
 Parameter yang dievaluasi untuk sediaan
parenteral, meliputi:
 potensi/kadar,
 pH,
 warna,
 kekeruhan,
 bau,
 benda asing,
 toksisitas,
 wadah,
 pengawet
EVALUASI SEDIAAN
PARENTERAL: POTENSI/KADAR
Evaluasi dilakukan dengan bantuan alat, seperti
HPLC, spektrometri massa, spektrofotometer
sinar X, sinar UV, sinar tampak, inframerah, dll.
Dosis yang ada tidak boleh kurang dari 90% dari yang
tertera dalam label
EVALUASI SEDIAAN
PARENTERAL: PH
 Perubahan pH dalam sediaan parenteral dapat
menjadi indikasi bahwa telah terjadi penguraian obat
atau telah terjadi interaksi antara obat dengan
wadah (gelas, plastik, atau tutup karet)
EVALUASI SEDIAANPARENTERAL: warna

Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan parenteral


yang disimpan pada suhu tinggi (lebih dari 40⁰C), karena suhu
tinggi dapat mempercepat terjadinya penguraian
Pencegahan umumnya dengan menghilangkan oksigen di
atas permukaan larutan atau penambahan komplekson
EVALUASI SEDIAANPARENTERAL:
kekeruhan

ALAT yang dipakai adalah Tyndall, karena larutan dapat


menyerap atau memantulkan sinar
Idealnya larutan parenteral dapat melewatkan 92 – 97%
pada waktu dibuat dan tidak turun menjadi 70% setelah
3 – 5 tahun.
Ada penyebab terjadinya kekeruhan sediaan parenteral,
yaitu: benda asing, terjadinya endapan, dan pertumbuhan
mikroorganisme
lat
EVALUASISEDIAAN PARENTERAL

Bau
Pemeriksaan kemungkinan terjadinya bau harus dilakukan
secara periodik, terutama larutan yang mengandung sulfur
atau antioksidan
Benda asing
Sediaan parenteral tidak boleh mengandung benda asing
dengan diameter lebih dari 10µm
EVALUASISEDIAAN PARENTERAL
Toksisitas
Lakukan uji LD50 atau LD0 pada sediaan parenteral
selama penyimpanan
Wadah
Evaluasi wadah (gelas, plastik, atau tutup karet) dilakukan
secara periodik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap zat
aktif
Pengawet
Pada sediaan yang disimpan pada 5C dan 25C dievaluasi
efektivitas pengawet apakah masih efektif atau sudah berkurang

Anda mungkin juga menyukai