Injeksi Intravena
Disuntikkan langsung ke pembuluh darah vena.
Bentuknya berupa larutan, sedangkan bentuk
suspense atau emulsi tidak boleh diberikan melalui
rute ini, sebab akan menyumbat pembuluh darah
vena yang bersangkutan.
Injeksi Intraartesium
Disuntikkan kedalam pembuluh darah arteri/perufer/tepi, volume antara 1-10 ml tidak boleh
mengandung bakterisida.
Injeksi Intrakordal/Intrakardiak
Disuntikkan langsung kedalam saluran sumsum tulang belakang didasar otak ( antara 3 - 4 atau 5 –
6 lumbal vertebrata) tempat terdapatnya cairan cerebrospinal. Larutan harus isotonis karena
sirkulasi cairan serebrospinal lambat, meskipun larutan anastetik untuk sumsum tulang belakang
sering hipertonis. Jaringan syaraf di daerah anatomi ini sangat peka.
Injeksi Intraartikular
Disuntikkan ke dalam cairan sendi di dalam rongga sendi, bentuknya suspense atau larutan dalam
air.
Injeksi Subkonjungtiva
Disuntikkan ke dalam selaput lendir dibawah mata. Berupa suspense atau larutan,tidak lebih dari 1
ml.
Injeksi Intrabursa
Disuntikkan ke dalam bursa subcromilis atau bursa olecranon dalam bentuk larutan suspense
dalam air.
Injeksi Intraperitonial
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut.
Karakteristik Pembawa
Pembawa air dapat digunakan untuk sediaan injeksi melalui berbagai rute
pemberian, sedangkan injeksi pembawa non air hanya digunakan untuk rute injeksi
intramuscula
pH dan Osmolaritas Injeksi
Idealnya sediaan injeksi adalah isohidri dan isotoni dengan cairan biologi tetapi sering kali tidak dapat
dicapai karena beberapa sebab, misalnya banyak obat-obat yang tidak stabil pada pH netral (pH cairan
biologis). Sehingga banyak obat diformulasikan dalam bentuk injeksi pada pH stabilitasnya yang tidak
sama dengan pH cairan biologis.
Contohnya: doiazoxide, diformulasikan kesediaan injeksi pada pH stabilitasnya yaitu 11,6. Sediaan yang
hipertoni merupakan kontra indikasi untuk rute pemberian intramuskular dan subkutan.
Komponen Formulasi
Pengawet tidak boleh diberikan pada sediaan injeksi untuk rute melalui cairan intraokuler atau
cerebrospinal karena dapat menimbulkan toktisitas.
Bentuk Sediaan Injeksi
Bentuk sediaan suspense hanya dapat digunakan melalui rute intramuscular dan
subkutan. Tidak boleh ada partikel sedikitpun pada sediaan larutan yang diberikan
secara intavena.
Komponen Formulasi
Pengawet tidak boleh diberikan pada sediaan injeksi untuk rute melalui cairan
intraokuler atau cerebrospinal karena dapat menimbulkan toktisitas.
Evaluasi Biofarmasetik Sediaan Obat yang
Diberikan Parenteral
Uji Pirogen
Potensi/Kadar
Evaluasi dilakukan dengan bantuan alat, seperti HPLC, spektrometri massa, spektrofotometer
sinar X, sinar UV, sinar tampak, inframerah, dll.
Dosis yang ada tidak boleh kurang dari 90% dari yang tertera dalam label.
pH
Perubahan pH indikasi bahwa telah terjadi penguraian obat atau telah terjadi interaksi antara
obat dengan wadah.
Warna
1. Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan parenteral yang disimpan pada suhu tinggi
(lebih dari 40°C), karena suhu tinggi dapat mempercepat terjadinya penguraian.
2. Pencegahan umumnya dengan menghilangkan oksigen di atas permukaan larutan atau
penambahan komplekson.
Kekeruhan
1. Alat yang dipakai adalah Tyndall, karena larutan dapat menyerap atau memantulkan sinar.
2. Idealnya larutan parenteral dapat melewatkan 92 - 97% pada waktu dibuat dan tidak turun
menjadi 70% setelah 3 - 5 tahun.
Bau
Pemeriksaan kemungkinan terjadinya bau harus dilakukan secara periodik, terutama larutan yang
mengandung sulfur atau antioksidan.
Benda asing
Sediaan parenteral tidak boleh mengandung benda asing dengan diameter lebih dari 10μm.
Toksisitas
Dilakukan uji LD50 atau LDO pada sediaan parenteral selama penyimpanan
Wadah
Evaluasi wadah (gelas, plastik, atau tutup karet) dilakukan secara periodik
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap zat aktif
Pengawet
Pada sediaan yang disimpan pada 5°C dan 25°C dievaluasi efektivitas pengawet
apakah masih efektif atau sudah berkurang
Terima Kasih
ANY QUESTION?