Anda di halaman 1dari 209

Teknologi

Farmasi Sediaan
Steril
Anggota :
ARDI YOGA 13151046
DHARMA PATTI 13151054
MERRIZA FIRLY B
13151967
NITA MARDIANA 13151071
NISSA NUR SEWASTIKA 13151070
RAGA ABDURRAHMAN 13151074

SEDIAAN PARENTERAL
Definisi :

Sediaan steril yang digunakan tanpa


melalui mulut namun langsung ke dalam
pembuluh darah sehingga memperoleh
efek yang cepat dan langsung sampai
sasaran.

Bentuk produk parenteral


dan steril
1.
2.

3.
4.
5.

Larutan, siap disuntikkan contoh :


Injeksi Insulin
Bentuk padatan kering yang dilarutkan
sesaat sebelum disuntikkan, contoh :
sodium steril
Suspensi
Emulsi
Larutan pekat yang harus diencerkan
sebelum disuntikkan

Contoh Produk Sediaan


Steril
Injeksi

Tetes Mata

Infus

Ampul

Perbedaan produk parenteral


berbeda dengan produk farmasi
yang lain

Produk parenteral didesain dan digunakan tanpa melalui mulut


serta tidak melewati saluran cerna, sedangkan produk enteral
di desain dan digunakan melalui mulut dan melewati proses
cerna.

Rute-rute sediaan
Parenteral
3 Rute utama pemberian sediaan
parenteral :
1. Intramuskular
2. Intravena
3. Sub kutan.
Rute lain : intraperitonial, intratekal,
intradermal, Intraspinal, dll

Prinsip Pemberian Sediaan


Parenteral
Prinsip dari sediaan parenteral: sediaan
dapat dilakukan langsung ke aliran
darah, jaringan/kulit atau organ dengan
cara merobek jaringan/kulit

Sistem dan Permasalahan


Pemberian Obat Parenteral
Obat yang diberikan secara parenteral akan
di absorbsi lebih banyak dan bereaksi lebih
cepat dibandingkan dengan obat yang
diberikan secara topical atau oral. Pemberian
obat parenteral dapat menyebabkan resiko
infeksi. Resiko infeksi dapat terjadi bila tidak
memperhatikan dan melakukan tekhnik
aseptik dan antiseptik pada saat pemberian
obat. Pemberian injeksi memberi peluang
untuk mengalami cedera akibat masukan
jarum dan kontak dengan darah.

Rute-Rute Pemberian
Produk Injeksi
1.

.
.
.
.
.

Intramuskular

Injeksi langsung ke dalam bagian otot


relaksasi, meliputi :
Otot gluteal
Otot deltoid
Otot trisep
Otot pektoral
Vastus lateralis
Contoh : Injeksi kamfer, injeksi kinin
antipirin, injeksi fenilbutazon, injeksi
amidopirin, injeksi kortison asetat.

Kelemahan

bersifat mengiritasi jaringan


subkutan
o Zat aktif dengan kerja lambat serta
mudah terakumulasi dapat
menimbulkan keracunan.
o

2.

Intravena
Injeksi langsung ke dalam vena
(pembuluh darah).
Dalam jumlah kecil tidak mutlak harus
isotoni dan isohidri.
Dalam jumlah besar harus isotoni dan
isohidri.
Tidak tepat untuk zat aktif yang
merangsang dinding pembuluh darah.
Contoh : injeksi kalsium glukonat, injeksi
aminofilin, infus glukosa, infus Ringer.

Keunggulan
Langsung masuk ke dalam pembuluh
darah vena.

Kelemahan
Tidak tepat untuk zat aktif yang
merangsang dinding pembuluh darah.

3.

Subkutan
Penyuntikan dilakukan ke dalam
jaringan longgar di bawah kulit
(dermis), disuntikkan ke dalam tubuh
melalui bagian yang sedikit lemaknya.
Contoh: insulin, vaksin, narkotika,

epinefrin, vit B12.

Kelemahan
Larutan yang disuntikkan sebaiknya
isotoni dan isohidri dengan kerja zat
aktif lebih lambat dibandingkan
dengan pemberian intravena dan
intramuskular.

Indikasi Penggunaan
Sediaan Parenteral
Untuk menjamin penyampaian obat
yang belum diketahui sifat-sifatnya
ke dalam suatu jaringan yang sakit
dalam kadar yang cukup.
2. Pengendalian langsung terhadap
parameter farmakologi tertentu
(kadar puncak dalam darah, dll)
1.

3.
4.
5.
6.
7.

Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap


obat (khusus untuk penderita rawat jalan).
Mendapatkan efek obat yang tidak
mungkin dicapai melalui rute lain.
Penderita yang tidak sadarkan diri / gila.
Mendapatkan efek lokal yang diinginkan.
Memperbaiki dengan cepat cairan tubuh
atau ketidak-seimbangan elektrolit atau
mensuplai kebutuhan nutrisi.

Faktor-Faktor Farmasetis yang


mempengaruhi pemberian obat
secara parenteral
1.

Kelarutan obat dan volume injeksi


Obat harus terlaut sempurna

Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yg

diperlukan untuk menghasilkan efek terapetik akan


menentukan volume injeksi yg harus diberikan.
Rute pemberian obat scr parenteral selain iv

memiliki keterbatasan dalam hal volume


injeksi yang dapat diberikan.

2.

Karakteristik bahan pembawa

Pembawa air : dapat diberikan


melalui rute parenteral apa saja.
Pembawa non air : yg dap bercampur
atau tidak dengan air biasanya
diberiakn dgn im.
Larutan suntik dengan pelarut campur.

3. Ph atau osmolaritas larutan injeksi


Larutan suntik harus di formulasi pH dan
osmolaritas yg sama dengan cairan tubuh
(isohidri dan isotoni).
Terkait dengan masalah
stabilitas,kelarutan atau dosis.
Pada umumnya larutan parenteral
hipertonis

4. Jenis bentuk sediaan obat


suspensi : hanya im dan sc karena
obat langsung masuk ke cairan
biologis atau jaringan sensitif(otak
dan mata).
Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan
sempurna dalam pembawa yg
sesuai sebelum diberikan.

5. Komposisi bahan pembantu


Sediaan parenteral berulang
mengandung antimikroba sebagai
pengawet, selain itu dapat
mengandung surfaktan untuk
mendpatkan kelarutan yang sesuai.

Keunggulan dan Kelemahan


Sediaan Parenteral
1.
2.

3.
4.
5.

Respons fisiologis segera


Untuk obat yang tidak efektif
jika diberikan secara oral
karena obat mudah rusak
akibat sekresi lambung.
Pengobatan pada pasien
yang tidak sadar
Bila diinginkan efek lokal
Koreksi
gangguan
kesetimbangan cairan &
elektrolit (dg diinfus)

1. Pemberian obat harus


dilakukan o/ personel
terlatih (dokter) tidak o/
pasien.
2.
Pemberian obat perlu
waktu lebih lama dr
bentuk sediaan lain.
3. Pemberian obat perlu
teknik aseptis.
4. Menimbulkan rasa nyeri
pada lokasi penyuntikkan
5. Sukar
menghilangkan
efek fisiologis jika obat
sudah
berada
dalam
sirkulasi sistemik.
6. Harga lebih mahal

SEDIAAN PARENTERAL
Persyaratan:
1. Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dg etiket &
tidak
terjadi
pengurangan
kualitas
selama
penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok & tidak terjadi
interaksi antara obat dengan material dinding
wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman & pirogen.
5. Isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang

Bahaya dan Komplikasi


Sediaan Parenteral
Secara Umum :
1.
2.
3.
4.

Sepsis, Trombosis (i.v, intraarterial),


Reaksi terhadap bahan asing yg tak
terlarut (iv / intra-arterial),
Ketidaktercampuran & reaksi karena
pH serta tonisitas ekstrim,
Reaksi hipersensitivitas, over dosis,
emboli udara ( iv dan intraarterial),
demam dan keracunan.

Secara khusus :

Disebabkan oleh senyawa yang


disuntikkan, meliputi beberapa efek
samping yang sifatnya idiosinkratik
terhadap senyawa yang diberikan
(trombositopenia, anemia,
neutropenia), imunosupresi, aritmia,
rasa nyeri.

Aspek Biofarmasetika
Sediaan Injeksi
Pengaruh Kelarutan Obat terhadap absorpsi obat injeksi
1. Larutan

Dalam Air
Penambahan bahan makromolekul yang larut air ke
dalam larutan dengan pelarut air dapat memperlama
waktu aksi zat yang terkandung.
2. Suspensi Dalam Air
Penyuntikan suspensi dalam air dapat memperlama
aksi obat dan aksi ini tergantung pada ukuran
partikelnya. Karena pemakaian partikel berukuran
yang lebih besar akan menyulitkan penyuntikan dan
menimbulkan rasa sakit

Larutan dan Suspensi Dalam Minyak


Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam
pembawa minyak jauh lebih sulit dibandingkan dengan
pembawa air.
4.Pengendapan Zat Aktif pada Tempat Penyuntikan
Molekul tertentu yang diberikan dalam larutanair atau
larutan campuran air pelarut organik akan mengendap
pada tempat penyuntikan karena pengaruh perbedaan
pH antara pembawa dan cairan biologik. Pengendapan
juga dapat memperpanjang aksi zat aktif. Misal untuk
pembiusan setempat
3.

Faktor Fisikokimia yang


mempengaruhi transport difusi pasif
Transport Difusi Pasif pada Injeksi
Ekstravaskular
1. Gradien Konsentrasi
2. Koefisien Partisi
3. Ionisasi
4. Ikatan dengan makromolekul

Proses absorbsi dalam


berbagai bentuk fisik sediaan

Larutan dalam air


Suspensi dalam air
Larutan dalam minyak
Emulsi O/W

Larutan dalam air


Obat padat
dengan
partikel halus

Obat
diserap

disolusi
n
a
d
i
s
u
Dif rtisi
Pa

Obat larut
dalam cairan
tubuh

LARUTAN DALAM MINYAK


Obat larut
dalam
minyak

Obat
diserap

Partisi
n
a
d
i
s
u
Dif rtisi
Pa

Obat larut
dalam cairan
tubuh

EMULSI
Obat larut
dalam fase
minyak

Partisi

Obat larut
dalam fase air
Difusi
Difusi
pencampura
pencampura
n
pengencera
n

Obat
diserap

Difusi dan
Partisi

Obat larut
dalam cairan
tubuh

Sistem sirkulasi darah


dan limfatik

Faktor- faktor fisiologis yang


mempengaruhi absorpsi obat
1.
2.
3.
4.

Lokasi anatomi pemberian injeksi


Gerakan otot
Kondisi jaringan
Suhu tubuh

Definsi Formulasi sediaan parenteral


vplume kecil (Small Volume Parenteral,
SVP)

Menurut USP SVP adalah injeksi


yang dikemas menurut label pada
kemasan, mengandung 100 ml atau
kurang.
Tipe Produk SVP:
1. Sediaan Oftalmik
2. Injeksi (i.v ; i.m ; s.c ; dll)

Kategorisasi SVP menurut USP


a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Produk farmasi
contoh : suspensi dan emulsi
Produk biologi
contohnya: vaksin dan ekstrak biologi
Agen pendiagnosa
Ekstrak alergi
Produk radio farmasi
Produk gigi
Produk bioteknologi
Liposom dan produk lipid

Tipe Bahan Pembawa


(vehicle)
Pelarut Air
2. Pelarut
non
air
yang
dapat
bercampur dengan air
3. Pelarut non air yang tidak dapat
bercampur dengan air.
1.

PELARUT AIR
Air merupakan pelarut yang paling banyak
digunakan dalam sediaan injeksi karena sifatnya
yang dapat bercampur dengan cairan fisiologis
tubuh :
a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik
yang tinggi sehingga dapat melarutkan
senyawa an-organik seperti elektrolit.
b. Air
mempunyai kemampuan membentuk
ikatan hidrogen sehingga air dapat melarutkan
sejumlah senyawa organik seperti alkohol,
aldehid, keton, dll.

Persyaratan Air pro Injeksi (USP)

Harus dibuat segar dan bebas pirogen


Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih
dari 10 ppm.
pH 5,0 7,0
Tidak boleh mengandung ion-ion klorida,
sulfat, kalsium, amonium, nitrat, nitrit.
Batas logam berat
Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan
lignin
Batas jumlah partikel

Air pro Injeksi Bebas CO2

CO2 yang bersifat asam lemah mampu


menguraikan garam natrium dari senyawa
organik seperti barbiturat dan sulfonamida
kembali membentuk asam lemahnya yang
mengendap.
Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + CO2
+ H2O Fenobarbital (endapan) (1:1000
bagian air) + Na2CO3

Air pro Injeksi Bebas CO2

Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + CO2 +


H2O Sulfadiazin (endapan) (sangat sukar
larut dalam air) + Na2CO3
Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan
etilendiamin dengan adanya CO2 dapat
menyebabkan
terbentuknya
teofilin
(endapan) yang kelarutannya 1:120 bagian
air

Air pro Injeksi Bebas CO2

Air pro Injeksi bebas CO2 dibuat dengan


jalan mendidihkan air pro injeksi selama 2030 menit setelah air mendidih, lalu dialiri
gas nitrogen sambil didinginkan.

Air pro Injeksi Bebas Oksigen

Dibuat dengan jalan mendidikan air pro injeksi


selama 20-30 menit, dihitung setelah air
mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah besar
maka saat pendinginan dialiri gas nitrogen.
Digunakan untuk melarutkan zat aktif yang
mudah
teroksidasi
seperti
:
apomorfin,
klorfeniramin,
klorpromazin,
ergometrin,
ergotamin,
metilergometrin,
proklorperazin,
promazin,
promezatin
HCl,
sulfadimidin,
tubokurarin.

PELARUT NON AIR


Digunakan bila :
1.
Zat aktif tidak larut dalam pembawa air
2.
Zat aktif terurai dalam pembawa air
3.
Diinginkan kerja depo dari sediaan

PEMILIHAN PELARUT NON AIR

1.
2.
3.
4.
5.

Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak


menyebabkan sensitisasi
Dapat tersatukan dengan zat aktif
Tidak memberikan efek farmakologi yang
merugikan
Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut
biasanya digunakan
Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga
dapat disuntikkan dengan mudah.

PEMILIHAN PELARUT NON AIR


6.
7.

8.

Pelarut tersebut harus tetap cair pada rentang


suhu yang cukup lebar.
Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga
dapat dilakukan sterilisasi yang menggunakan
panas.
Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh.
Pada umumnya tidak ada pelarut yang dapat
memenuhi seluruh kriteria di atas, oleh karena
itu biasanya diambil jalan tengah yaitu dengan
memenuhi beberapa kriteria saja.

PELARUT NON AIR YANG DAPAT


BERCAMPUR DENGAN AIR

Sebagai ko-solven dalam sediaan injeksi untuk


meningkatkan kelarutan suatu obat yang kurang
larut dalam air.
Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu yang
mudah terhidrolisis, contoh pembuatan injeksi
fenobarbital dengan pelarut yang terdiri dari
campuran air, etanol dan propilen glikol (solutio
petit)

PELARUT NON AIR YANG DAPAT


BERCAMPUR DENGAN AIR
1.

Etanol
Banyak digunakan terutama pada injeksi glikosida digitalis

2.

Propilenglikol
Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan injeksi
senyawa golongan barbiturat,beberapa alkaloida dan
antibiotika.

3.

Polietilenglikol
Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau
polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan
barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut

4.

Gliserin

Pelarut Non Air yang tidak


dapat bercampur dengan air
1.
2.

3.

Minyak hewan : Tidak digunakan sebagai pembawa


Minyak mineral atau parafin cair: tidak boleh digunakan
karena tidak dapat dimetabolisme tubuh dan dapat
menimbulkan tumor atau reaksi terhadap jaringan
Minyak tumbuhan
a. Mudah tengik
b. Sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu
penambahan benzil alkohol 5% untuk anastesi lokal.
c. Jenis minyak tumbuhan yang digunakan harus
dicantumkan dalam etiket.
d. Digunakan untuk injeksi zat aktif : Deoksikortison
asetat,
dimerkaprol, nandrolon fenilpropionat,
progesteron,
testosteron propionat, propiliodon,
estradiol benzoat, testosteron fenilpropionat.
e. Jenis minyak tumbuhan yang digunakan : ol.
Arachidis, ol. Gossypii, ol. Terebinthinae, Ol. Maydis,
Ol. Sesami, Ol. Olivarum neutral, Ol. Amygdalarum.

PELARUT NON AIR YANG TIDAK


DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

4. Minyak Semi Sintetis : Milgyol-minyak netral


5. Ester asam lemak :
1. Menghasilkan larutan yang lebih encer daripada
pembawa
minyak
sehingga
lebih
mudah
disuntikkan meski kerja depo yang timbul tidak
selama pembawa minyak.
2. Kadangkala dikombinasi dengan senyawa alkohol
seperti etanol atau benzil alkohol untuk
memperbaiki kelarutan zat aktif.
3. Contohnya adalah etil oleat, isopropil miristat,
polioksilen trigliserida oleat.

Cara Untuk Meningkatkan Kelarutan


Obat Dalam Air
1.

.
.

Kosolven
Seringkali
zat
lebih
larut
dalam
campuran pelarut daripada dalam satu
pelarut saja
Gejala itu disebut cosolvency
Pelarut
yang
dlm
kombinasi
meningkatkan kelarutan zat terlarut
disebut cosolvent
Mekanisme: pelarut campur mengatur
polaritas pelarut pada harga yang

2. Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang
sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Penambahan
surfaktan dalam larutan akan
menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk
misel,senyawa
organik
yang
kelarutan dlm air rendah tersolubilisasi oleh misel
sehingga kelarutan naik.

3. Cyclodextrin
Siklodekstrin adalah senyawa oligosakarida
siklis yang sekurang-kurangnya mengandung 6
unit D-(+)-glukopiranosa berikatan pada ikatan
glikosida -1,4 dan mempunyai bentuk
toroidal, dengan bagian dalam bersifat hidrofobik
dan bagian luar bersifat hidrofilik.

Satuan-satuan dalam kelarutan obat

Pengaruh Kelarutan Obat


1.

2.

Struktur Molekul
Semakin panjang rantai non polar dari alkohol
alifatis, semakin kecil kelarutannya dalam air.
Gaya Tarik Antar Molekul
Ada 3 jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu
gaya tarik
antar zat terlarut (A-A), zat
terlarut-zat pelarut (A-B),
dan antar zat
pelarut (B-B). Selain itu, terdapat prinsip Like
Dissolved Like, dimana senyawa polar akan
larut dalam senyawa polar, dan senyawa
nonpolar larut dalam senyawa nonpolar.

FAKTOR YNG MEMPENGARUHI


KELARUTAN OBAT
Pengaruh Suhu
Endotermik T naik Kelarutan naik
Eksoterm T naik Kelarutan turun
4. Pengaruh pH
3.

- Asam lemah (as karboksilat, as hidroksi,


asam aromatik, fenol) larut dlm NaOH encer,
karbonat
dan bikarbonat
- Basa lemah (mengandung Nitrogen basa
alkaloid)
larut dalam asam encer

Cara Memperbaiki Kualitas Air


1.

Reverse Osmosis
Osmosis merupakan proses perpindahan zat
cari dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah melalui membran semipermeabel
Proses ini terus berlangsung hingga
konsenstrasi kedua tempat sama.

2. Destilasi
Untuk menghasilkan Water for Injection,
Purified Water hasil dari proses Water
Softener
ditampung
di
tangki
penyimpanan. Dari Tangki penyimpanan ini
PW dilakukan enam tingkat destilasi untuk
menghasilkan Water for Injection (WFI).

3. Ionic Exchange

1.
2.

Ion exchange atau resin penukar ion dapat


didefinisi
sebagai
senyawa
hidrokarbon
terpolimerisasi,
yang
mengandung
ikatan
hubung silang (crosslinking) serta gugusangugusan fungsional yang mempunyai ion-ion
yang dapat dipertukarkan.
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
Anion exchange resin (resin penukar
anion)
b. Cation exchange resin (resin penukar
kation)

Pembuatan dan Penyimpanan


Water for Injection

Pembuatan
Water for Injection : adalah air bebas pyrogen
yang dibuat dari proses depirogenasi purified
water
menggunakan
water
for
Injection
generator. Air jenis ini dipakai sebagai pelarut
obat tetes mata ataupun sebagai air untuk
sanitasi mesin- mesin untuk proses steril.
Persyaratan dari air ini adalah harus bebas
bacterial endotoxin dan harus steril.

Penyimpanan

Untuk penyimpanan water for injection


harus didalam tanki dan dijaga pada
panas lebih dari 80C dan diputar dengan
looping system, secara periodik dilakukan
proses sterilisasi pada pipa- pipa yang
dilalui
oleh
air
jenis
ini
dengan
menggunakan clean steam (pyrogen free
steam) pada temperatur tidak kurang dari
121C selama tidak kurang dari 20 menit.

Tipe-tipe Air
1. Portable water
Portable water digunakan untuk bahan baku
pembuatan purified water (PW), Highly purified
water (HPW) dan water for injection (WFI).
Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak
produk tetapi pembilasan akhir harus dg PW atau
WFI Untuk pendingin atau pemanas pada HE
atau DJ Tank dll.
Mutunya harus selalu memenuhi syarat
Sumbernya : Well water, surface water

High Purity Water

HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam


penyusunan produk medis dimana air berkualitas
biologis tinggi diperlukan kecuali WPI diperlukan.
(BP 2003)
Diproduksi dengan cara : double passed RO
dikombinasikan dengan ultrafiltrasi atau
deionisasi.
Spesifikasi HPW

Water for Injection

Water For Injections merupakan air yang


digunakan untuk produksi sediaan injeksi.
Dengan demikian, syaratnya sangat ketat. Water
for Injection bukanlah air steril dan bukan final
dosage form. WFI merupakan produk ruah
intermediet (intermediate bulk product).

Water for Injection

International pharmacopoeia dan European


Pharmacopoeia mengharuskan Destilasi sebagai
tahap final purifikasi. (Bebas pyrogen, bebas
endotoxin, bebas microba, bebas kandungan
kimia, dan bebas partikel, serta menggunakan
destilasi sebagai tahap akhir pemurnian
Di dalam pharmacopoeial WPU, Water For
Injection merupakan kualitas paling tinggi dari
jenis air air lainnya untuk industri farmasi.
Cara/teknik pemurnian termasuk bagian dari
spesifikasi dari WFI.

Water for Injection

Diproduksi dengan cara destilasi dari PW


Spesifikasi WFI :
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau
tidak berrasa
Nitrat maksimum 0.2 ppm
Aluminium maksimum 10 ug/l (untuk dialysis
solution)
Logam berat maksimum 0.1 ppm

Bacteriostatic WFI (USP)


Bacteriostatic WFI (USP)
Adalah air steril untuk obat suntik yg mengandung satu atau

lebih zat antimikroba yg sesuai


Dikemas dalam alat suntik atau vial-vial dengan volum
maksimal 30 ml
Digunakan sebagai pembawa steril untuk obat suntik
dengan volume kecil
Jika volum pelarut yang dibutuhkan lebih dari 5 ml, maka
digunakan steril WFI, bukan bakteriostatik WFI
Bakteriostatik yang ditambahkan harus tidak bereaksi
dengan bahan obat

Sterile Water For Injection

Sterile Water For Injecton, USP adalah air


untuk obat suntik yang telah disterilkan dan
dikemas dalam wadah-wadah dosis tunggal
yang tidak lebih besar dari ukuran 1 liter.
Syarat sterile water for injectione adalah
cairan jernih; steril; bebas pirogen; tak
berbau; tidak berwarna; tidak berasa; serta
tidak mengandung logam-logam berat
seperti Cu, Fe, Pb, zat-zat pereduksi, dan
lain-lain, pH 5,0-7,0

Uji Mutu terhadap air untuk


sediaan parenteral
Berbagai uji mutu terhadap air untuk
sediaan parenteral, yaitu uji pirogen atau
uji endotoxin.
1.

Uji Pirogen

Dengan mengukur peningkatan suhu


tubuh kelinci percobaan yang disuntikan
dengan sediaan uji pirogenitas secara
intravena
2. Uji Endotoxin

Penyediaan uap air bersih pada unit produksi


steril

Air Pro Injeksi


Dibuat dengan jalan didihkan air selama 30
menit dihitung dari setelah air mendidih di atas
api lalu didinginkan (Rep. Tek Fa. Steril)

Air pro Injeksi Bebas CO2


Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi
selama 20-30 menit setelah air mendidih, lalu
dialiri gas nitrogen sambil didinginkan.

Air pro Injeksi Bebas Oksigen


Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi
selama 20-30 menit, dihitung setelah air
mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah besar
maka saat pendinginan dialiri gas nitrogen.

PRINSIP PENGGUNAAN ELEKTROLIT &


ADJUVANT DLAM FORMULASI
PARENTERAL

Tonisitas adalah Tonisitas, :menurut


farmasi fisik ; tonisitas larutan
dapat ditentukan dengan
menggunakan salah satu yaitu
hemolisis, pengaruh berbagai
larutan di periksa berdasarkan
timbulnya efek ketika disuspensikan
dengan darah.

PRINSIP PENGGUNAAN ELEKTROLIT &


ADJUVANT DLAM FORMULASI
PARENTERAL

Osmotisitas, adalah istilah yang di gunakan


untuk membandingkan osmolaritas dari solusi
dengan osmolaritas solusi lain
Osmolalitas konsentrasi suatu larutan (dalam 1
kilogram) ditinjau dari jumlah ion larutannya,
sinyatakan dengan satuan Osmol/kg.
Osmolaritas : konsentrasi suatu larutan (dalam 1
liter) ditinjau dari jumlah partikelnya, dinyatakan
dengan satuan osmol/L.

Efek fisiologis larutan


1.

Isotonis
Jika suatu larutan konsentrasinya sama
besar dengan konsentrasi dalam sel darah
merah sehingga tidak terjadi pertukaran
cairan di antara keduanya, maka larutan
tersebut dikatakan isotoni (ekivalen
dengan 0,9% NaCl)

2.

Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, tekanan
osmosisnya lebih rendah dari serum
darah menyebabkan air akan melintasi
membran sel darah merah yang
semipermeabel memperbesar volume
sel darah merah dan menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan
pecahnya sel-sel darah merah. Peristiwa
demikian dikenal dengan Hemolisa.

3.

Hipertonis
Turunnya titik beku besar, tekanan
osmosenya lebih tinggi dari serum
darah menyebabkan air keluar dari
sel darah merah melintasi membran
semipermeabel mengakibatkan
terjadinya penciutan sel-sel darah
merah, peristiwa demikian dikenal
dengan nama Plasmolisa.

Perhitungan tonisitas

Tonisitas

1.

Metode penurunan
titik beku

V = w. E. Vdengan
Kesetaraan
volume NaCl

3.

W=

2. Perhitungan dengan
tetapan Liso
E = 17
Liso

BM

4. Kesetaraan NaCl

METODE PERHITUNGAN

1.

2.

Osmolalitas
Larutan molal adalah jika 1 mol zat terlarut terdapat
dalam 1
kg zat pelarut.
Osmolalitas : molal x jumlah ion dalam larutan
Osmolaritas
Osmolaritas : Molar x jumlah partikel yang
terdisosiasi
Osmolaritas 1 mol/L larutan natrium klorida adalah :
1 (jumlah mol) x 2 (jumlah partikel) = 2 osmol/L
Osmolaritas 1 mol/L larutan glukosa adalah 1 x 1 = 1
osmol/ L

Mengatur Tonisitas Laturan


Parenteral

Mengatur tonisitas laturan parenteral dengan


penambahan NaCl.
Tonisitas larutan parenteral harus isotonis atau
sedikit hipertonis. Berdasarkan perhitungan
tonisitas angka negatif menunjukan larutan
hipertonis, tapi kalau positif berarti hipotonis
maka formula harus ditambahkan sejumlah
hasil perhitungan dengan satuan % (dari
perhitungan titik beku).

Definisi ADJUVANT

Adjuvant adalah bahan-bahan yang


diperlukan dalam pembuatan sediaan
selain zat aktifnya, seperti bahan dasar,
pewarna, penyalut, pengawet, pemanis,
pembawa yang dapat ditambahkan ke
dalam sediaan untuk meningkatkan
stabilitas, manfaat atau penampilan
maupun untuk memudahkan pembuatan

Contoh adjuvan dalam sediaan


parenteral

1.
2.

3.
4.
5.

Zat pelarut air, contohnya : Air Pro Injeksi,


NaCl pro injeksi.
Zat pelarut non air, contohnya : propilen
glikol, gliserin, polietilen glikol, oleum
sesami.
Larutan buffer, contohnya dapar fosfat.
Zat pengawet, contohnya fenol.
Zat
antioksidan,
contohnya
Natrium
metabisulfit / Natrium pirosulfit.

Penggunaan Adjuvant dalam sediaan


parenteral

Buffer
: untuk mendapatkan pH
stabilitas obat dalam
sediaan
Antioksidan
: untuk menghindari
terjadinya proses oksidasi
oleh O2 dari udara

Pengawet

: untuk menjaga kesterilan

Penggunaan Water Miscible Solvent


Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil
dalam air, maka pengatasannya dengan
dibentuk sediaan kering steril atau dengan
sistem kosolvensi. Aqua kosolven : pelarut
pembantu tidak pernah dipakai tunggal, tetapi
campuran. Macam-macam kosolven yang bisa
digunakan : glikol, etanol/alkohol, dimetil
asetamid, dimetil formasmide, DMSO, aseton,
asam organik (asam laktat dan asam sitrat),
surfaktan (chremophor, lesitin).

DEFINISI & PRINSIP-PRINSIP FORMULASI


SEDIAAN PARANTERAL VOLUME BESAR
(LVP)
Definisi :
Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infuse
i.v biasanya cairan i.v dan di golongkan ke
dalam kelompok produk steril yang terdiri dari
injeksi volume tunggal yang mempunyai
volume 100 ml atau lebih, dari dalam
pewadahan tidak ditambahkan bahan-bahan,
cairan intravena dikemas dalam wadah 1001000ml (RPS 18 th:1570).
LVP digunakan juga sebagai pembawa untuk
obat lain, dan merupakan cara untuk
menyediakan nutrisi parenteral.

Indikasi Penggunaan LVP


1.

2.

3.

Larutan asam amino


Pemberian asam amino silakukan jika pemberian makanan
melalui oral
tidak mungkin lagi, atau jika absorpsi
melalui saluran cerna tidak berfungsi baik/normal.
Larutan karbohidrat (dekstrosa)
Dekstroksa adalah nutrisi penting dengan 1 g menghasilkan
3,4 kalori. Menurut USP, pH injeksi desktrosa 5% adalah
3,506,5.
Lemak intravena
Untuk memberikan makanan secara i.v, lemak harus berada
dalam bentuk
yang sesuai, biasanya berbentuk emulsi.
Rentang ukuran partikel lemak dalam emulsi adalah 0,1-0,5
m, sebanding dengan ukuran chylomicron.

Nutrisi parenteral
Nutrisi total secara parenteral (TPN) adalah pemberian
makanan
yang mengandung larutan asam amino,
desktrosa dengan konsentrasi tinggi ( 20%), elektrolit,
vitamin, dan dalam beberapa hal insulin.
5. Restorasi keseimbangan elektrolit
Larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi
NaCl 0,9%, larutan isotonic yang mengandung 154 mEq
ion Na dal Cl.
6. Pengganti cairan
Dehidrasi memerlukan cairan sebagai larutan dasar.
Dalam hal ini dapat digunakan injeksi NaCl dan
dekstrosa.
4.

7.

8.

9.

Darah dan produk darah


Darah dan produk darah hanya dapat diberikan secara i.v dan
digunakan dalam keadaan syok, pendarahan, dan kehilangan
protein darah. Pemberian darah tidak boleh dicampur dengan
obat.
Pembawa obat
Karena sifatnya menyenangkan, potensial untuk iritasi obat
dan kebutuhan pemberian obat secara kontinu, cairan i.v
biasa digunakan sebagai pembawa untuk obat yang akan
diberikan secara i.v.
Injeksi Ringer Laktat
Mengandung sejumlah kecil Na, kalium, kalsium klorida, dan
sejumlah kecil
Na-laktat. Komposisinya hamper sama
dengan cairan ekstraseluler.
Digunakan untuk pengobatan
awal: syok dan hipovolemik pada orang dewasa.

Konsep formulasi LVP


a.

Parameter fisologis
Beberapa komponen penunjang fisologis tubuh dapat
diberikan dalam bentuk sediaan parenteral volume
besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit,
karbohidrat, asam amino, vitamin dan mineral.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat
berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau
osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana
tekanan osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat
terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan
2 komponen, dinyatakan dalam osmole per kilogram =
osmolarita.

Konsep formulasi LVP


b.

Parameter fisikokima
1. Kelarutan
pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk
sediaan parenteral volume besar mudah larut.

membuat

2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat
berpenagruh pada darah. pH darah normal 7.5- 7.45.

dapat

3. Pembawa

Umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat juga


dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau
kombinasi dengan asam amino atau dekstrose.

lanjutan
4. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu mempengaruhi
kestabilan obat. Contohnya yaitu vitamin
yang harus disimpan dalam wadah
terlindung cahaya.
5. Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap
kestabilan obat parenteral volume besar
seperti gelas, plastik dan tutup karet.

c. Stabilisasi LVP
Untuk bahan penambah seperti dapar,
antioksidan,
komplekson,
jarang
ditambahkan pada sediaan parenteral
volume besar.

Tipe-tipe LVP yang meliputi:


1.

2.

3.

Larutan Elektrolit, : larutan yang paling banyak


digunakan adalah injeksi NaCl 0,9%, larutan
isotonic yang mengandung 154
mEq ion Na dan
Cl
Karbohidrat : nutrisi penting dengan 1 g
menghasilkan 3,4
kalori. Menurut USP, pH
injeksi dekstrosa 5% adalah 3,5-6,5.
TPN (total secara parenteral) : pemberian makanan
yang mengandung larutan asam amino, dekstrosa
dengan konsentrasi tinggi ( 20%), elektrolit,
vitamin, dan dalam beberapa hal insulin.

Kondisi pemroresan yang mempengaruhi


formulasi LVP

a.

Gangguan kardiovaskular dan plumonar dari


peningkatan dalam volume cairan sistem
sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume
cairan dalam jumlah besar .

b.

Perkembangan potensial trombophlebitis


Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari
kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik
Pembatasan cairan berair

c.
d.

Pertimbangan dalam admixture LVP

a.

b.

jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih


banyak dan bahkan bahan tambahan
banyak digunakan melalui intravena
daripada melalui subkutan
cairan yang disuntik pada volume besar
harus relative lebih cepat

c. pembuatan cairan dapat segera dicapai efek


sistemik
d. level darah dari obat yang terus menerus
disiapkan
e. harus secara langsung karena untuk
membuka vena
pada pemberian obat rutin dan mampu
digunakan
dalam situasi darurat

Faktor yang mempengaruhi


dalam sistem produksi LVP
1.

2.

Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh karena jika
sediaan infus terlalu kental maka akan susah
menetes, distribusi obat dalam darah akan
lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang
diinginkan akan lambat pula
Kerapatan
Kerapatan
berpengaruh
terhadap
ukuran
partikel bahan obat. Dalam sediaan LVP ukuran
partikel harus kecil karena sediaan infus
pemberiannya langsung kedalam vena.

3.

4.

Tegangan Permukaan
Tegangan
permukaan
berkaitan
dengan
kelarutan dari obat atau bahan obat yang akan
diproduksi. kelarutan sangat penting untuk
pengembangan larutan yang dapat disuntikkan
baik secara intravena maupun intramuscular.
Tekanan Uap
Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan
cahaya. Suhu dan cahaya mempengaruhi
kestabilan
obat
sehingga
dalam
hal
penyimpanan
obat
sangat
diperhatikan
karakteristik dari obat atau bahan obat yang
akan disimpan

Bahan aditif yang diperlukan


dalam formulasi LVP
1.

2.

Pembawa
Zat pembawa yang digunakan dalam sediaan infus
yaitu zat yang berbentuk larutan (air) atau yang
biasa digunakan dalam pembuatan sediaan steril
adalah aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif
dan zat tambahan.
Pengawet
Pengawet dalam sediaan steril biasanya digunakan
untuk mengawetkan sediaan tersebut. Akan tetapi
untuk sediaan infus dosis tunggal kemungkinan
terjadinya kontaminasi mikroba sangat kecil dan
tidak perlu menggunakan pengawet.

3.

Pengisotonis
Tonisitas sediaan = % NaCl sudah
termasukdidalam batas toleransi normal
tubuh yaitu 0,7 1,5 %. Maka iritasi tubuh
dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel
jaringan
tubuh
tidak
terjadi.
NaCl
digunakan sebagai larutan pengisotonis
agar sediaan infus setara dengan 0,9%
larutan NaCl, dimana larutan tersebut
mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan cairan tubuh.

SEDIAAN OPTHALMIC

Yang dimaksud obat mata adalah tetes mata,


salap mata, pencuci mata dan beberapa
bentuk pemakaian yang khusus serta inserte
sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk
digunakan pada mata utuh atau terluka.

Anatomi mata

Anatomi mata

Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu


. Sclera, membentuk kantung konjungtiva
. Korodia
. Retina
Segmen anterior mata :
. Kamera anterior
. Kamera posterior

1.

2.

3.

4.
5.

Sklera
lapisan terluar dari bola mata . Sklera adalah bagian putih (dan
buram) dari bola mata.
Selaput bening (kornea)
kornea adalah bagian transparan berbentuk kubah pada pada
bola mata.
Koroid
merupakan lapisan tengah bola mata yang terletak antara
sklera dan retina.
Ruang Anterior
merupakan ruang antara kornea dan lensa.
Akueous Humor
merupakan cairan transparan yang beredar di ruang anterior

Ruang Posterior
merupakan area yang lebih besar daripada ruang
anterior.
8. Vitreous humor
merupakan cairan seperti jeli transparan yang
mengisi ruang posterior.
9. Iris
struktur datar, tipis, berbentuk cincin menempel ke
ruang anterior.
10. Otot Siliaris
terletak di korpus silliaris, merupakan otot yang
terus menerus mengubah bentuk lensa
7.

11. Korpus

siliaris
Koroid berlanjut didepan bola mata membentuk badan siliaris, korpus
siliaris berisi otot siliaris untuk mengubah bentuk lensa.
12. Lensa
merupakan piringan transparan cembung ganda terbuat dari protein
disebut crystalline.
13. Pupil
merupakan lubang di tengah iris terletak di depan lensa.
14. Retina
lapisan terdalam bagian belakang bola mata, bagian peka cahaya
mata.
15. Fovea
16. Saraf Optik
17. Disk Optik
18. Otot Mata
19. Arteri sentral dan Vena
20. Saluran air mata

Syarat sediaan opthalmic


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Steril
Isotonis dengan air mata
Bila mungkin isohidri
Tetes mata berupa larutan harus jernih
Bebas partikel asing, serat atau benang
tidak mengiritasi mata

Syarat sediaan
opthalmic
1.

2.

Steril
Pemakaian
sediaan
ophthalmic
yang
terkontaminasi
mikroorganisme dapat terjadirangsangan berat yang dapat
menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap
terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir
(sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter
pembebas bakteri.
Isotonis
Sediaan sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat
diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan
keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan
obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat
digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya
digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,51,9%) steril.

3.Kejernihan

Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat.


Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten
dengan ukuran pori G 3 G 5.
4.Pengawetan
Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil merkuri
(0,002%)
5.Pendaparan
Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat
meningkatkannya smapai harga pH 8 9.
6.Viskositas dan Aktivitas permukaan
Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik
didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang.

Contoh Produk Sediaan


Ophtalmic

Farmakologi/terapeutik
produk opthalmic
1.
2.
3.
4.
5.

Obat
Obat
Obat
Obat
Obat

midriatikum
miotikum
anti radang mata
antiseptik dan antiinfeksi
anti glaukoma

Obat Midriatikum

Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil


mata dan untuk siklopegia (melemahkan otot siliari),
sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada obyek
yang dekat.
Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya
dengan memblokade inervasi dari pupil spingter dan otot
siliari.
Obat untuk midriatikum bisa dari golongan obat
simpatomimetik dan antimuskarinik, sedangkan obat
untuk siklopegia hanya obat dari golongan antimuskarinik.
Obat midriatikum-siklopegia :
Atropine, Homatropine, Tropicamide

Obat Miotikum

Obat
miotikum
adalah
obat
yang
menyebabkan miosis (kontriksi dari pupil
mata).
Bekerja dengan cara membuka system saluran
di dalam mata, dimana system saluran tidak
efektif karena kontraksi atau kejang pada otot
di dalam mata yang dikenal dengan otot siliari.
Contoh obat :
Betaxolol (penghambat beta adregenik).
Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).

Obat anti radang mata

Obat mata golongan kortikosteroid digunakan


untuk radang / alergi mata atau mata bengkak
yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau
oleh virus.
Menghilangkan gejalanya saja.
Contoh obat :
Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium
tetes mata dosis 1 mg/mL atau 0,1 %.
Fluorometholone tetes mata mengandung 0,1 %.

Obat antiseptik & antiinfeksi

Indikasi : Infeksi oleh mikroba, Luka /


ulkus kornea mata, Masuknya benda asing
ke dalam kornea mata

Inert (tidak menimbulkan efek pada mata


atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya)
Zat aktifnya merupakan antibiotik/ antiseptik
atau antivirus
Jenis zat aktifnya :
Sulfacetamid
Na,
Ciprofloxacin
HCl,
Tobramycin, Chloramphenicol, dll.

Obat anti glaukoma

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan


di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi
kerusakan pada saat optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan.
Terdapat 4 jenis glaucoma :
Glaukoma sudut terbuka (pilokarpin, epinephrine,
dll)
Glaukoma sudut tertutup (acetazolamide)
Glaukoma kongenitalis (Brinzolamid, timolol
maleat, latonoprast)
Glaukoma sekunder (kortikosteroid dan obat
pelebar pupil)

Obat Mata lain


1. Obat mata katarak dan paska operasi katarak
Na Pirenoksin tetes mata, kadar 750 dalam 15 ml
cairan atay 0,05 mg/ml.
Na Diklofenak tetes mata dengan kadar 1mg/ml.
2. Obat mata konjungtivitas

Pemirolast kalium tetes mata 0,1%.

Lodoxamide tetes mata 0,1%.

Natrium cromoglycate tetes mata 2%.

Proses adsorpsi pada mata


1.
2.

3.

4.

Obat harus menembus bagian dalam mata, baik


struktur
hidrofil maupun lipofil.
Epitel kornea dan endotel kornea berfungsi
sebagai pembatas lipofil, sedangkan zat hidrofil
dapat berdifusi melalui stroma.
Dengan demikian kondisi penembusan akan
sangat menguntungkan untuk obat yang dapat
menunjukan sifat
lipofil dan hidrofil bersamasama.
Ini terjadi pada asam lemat dan basa lemah yang
sebagian
dalam bentuk tak terionisasi,
sehingga bersifat larut lemak dan bagian yang
terionisasi sehingga bersifat larut dalam air.

Pertimbangan proses
pembuatan sediaan opthalmic
1.

2.

Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari
partikel asing dan jernih secara normal diperoleh
dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan
tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak
dikontribusikan untuk larutan dengan desain
peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan
penampilan dalam lingkungan bersih.
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk
tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk,
metode penyimpanan (khususnya penggunaan
suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan

3.

4.

Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen
dengan cairan mata yaitu 7,4. mayoritas bahan aktif dalam
optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada
pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada
pH asam.
Tonisitas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas
untu memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk
absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti
metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa
ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.

5.

Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan
mata
diperbolehkan,
namun
demikian
pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan,
khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,
digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%,
khususnya dalam larutan yang mengandung
garam epinefrin.

Komponen non-terapeutik
dalam sediaan opthalmic
1.

Pengawet Anti Mikroba


Pengawet diperbolehkan untuk menjaga sterilitas produk
setelah kemasan dibuka dan selama pengunaan oleh pasien.
Pemilihan zat pengawet juga dibatasi dalam hal stabilitas
fisika dan kimia, kompatibilitas dan masalah keamanannya.
1. Benzalkonium klorida biasanya dikombinasi dengan
2. Timerosal
3. Klorobutanol
4. Metil dan propil paraben
5. Venil etil alkohol
6. Polikuat

EDTA

2.

Pembuffer

3.

Stabilitas kimia dan kenyamanan mata untuk


produk-produk obat mata cair bergantung pada
nilai pH produk secara umum.
Peningkat viskositas
Beberapa produk obat mata topikal mengandung
bahan peningkat viskositas untuk meningkatkan
waktu retensi, mengurangi laju pengeluaran dan
meningkatkan bioavaibilitas mata.

4.

a.

b.

Bahan pengatur osmolaritas


Tonisitas (osmolaritas) penting pada produk obat
mata
cair
untuk
meminimalkan
potensi
ketidaknyamanan selama penetesan ke dalam
mata.
Untuk larutan Non Elektrolit:
mOsm/liter = konsentrasi dalam gram/liter x 1000
berat molekul dalam gr
Untuk larutan Elektrolit kuat:
mOsm/liter = konsentrasi dlm g/liter x jumlah ion
yg terbentuk x 1000 berat molekul dalam gr

Lanjutan bahan pengatur


osmolaritas
Hubungan osmolaritas dengan tonisitas

Osmolaritas (m osmole/liter) Tonisitas


a. 350 Hipertonis
b. 329 350 Sedikit hipertonis
c. 270 328 Isotonis
d. 250 269 Sedikit hipotonis
e.
0 249 Hipotonis

5.

Dasar salep yang dipilih :


Tidak mengiritasi mata
Bahan obat berdifusi ke seluruh mata
Titik leburnya mendekati suhu tubuh
Bahan yang digunakan harus halus
bahan dasar yang mudah dicuci dengan air
Mempertahankan aktivitas obat dalam jangka
waktu tertentu pada kondisi penyimpanan
yang tepat

Basis salep yang dipilih :


. Cairan petrolatum (minyak mineral)
. Campuran dari petrolatum
. Zat yang bercampur dengan air
(Lanolin)
. Mengandung vaselin
. Dasar absorpsi atau dasar salep larut
air
6.

Sterilitas dan Bioburden


1.

2.

Definisi Sterilitas
sterilitas adalah infertilitas yang bersifat
permanen. Bisa juga mengacu pada
kondisi bebas kuman (steril)
Bioburden
merupakan
jumlah
mikroorganisme
kontaminan yang di ketahui atau di
hitung pada objek atau material tertentu
sebelum memasuki proses sterilisasi.

Metode Sterilisasi
a.

b.

Sterilisasi Kering (Fisika)


Metode kering
Metode Uap
Metode basah
Sterilisasi Basah (Fisika dan kimia)
Metode Fisika : Radiasi dan elektron
Metode Kimia : Eto, ozon

Sterilisasi panas basah


Ciri-Ciri pemanasan basah :
1. Yang dipanaskan adalah air menjadi uap air
2. Proses pemusnahan mikroba berdasarkan
koagulasi atau penggumpalan zat putih
telur dari mikroba tersebut.
3. Waktu yang diperlukan 30 menit.
4. Suhu yang diperlukan lebih rendah
maksimal 116 C (dalam autoklaf).
5. Digunakan untuk sediaan injeksi dengan
pembawa berair

Contoh Sterilisasi Panas


Basah
1.

Pemanasan secara basah dalam


otoklaf menurut FI III (cara A)
sterilisasi dengan suhu
115-116C selama 30
30 menit. Sediaan yang
akan disterilkan diisikan ke
dalam wadah yang cocok kemudian
ditutup kedap

2.

3.

4.

5.

Sterilisasi uap menurut FI IV


cara ini menggunakan suatu siklus otoklaf yang ditetapkan
dalam farmakope untuk media atau pereaksi selama 15 menit
dengan suhu 121C.
Dimasukan ke dalam air mendidih
lama sterilisasi dihitung mulai air air mendidih, spora tidak
dapat ,ati dengan cara ini namun penambahan bakterisida
(fenol 5%,lison 2-3%) dapat mempersingkat waktu sterilisasi.
Tyndalisasi/pasteurisasi
digu7nakan untuk bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasan tinggi dan tidak dapat disaring dengan penyaring
bakteri (emulsi dan suspensi).
Dengan uap air pada suhu 100C
keuntungan uap air mepunyai daya bakterisida lebih besar jika
dibandingkan dengan pemanasan kering karena mudah
menembus dinding sel mikroba

Sterilisasi Pemanasan
Kering
Sterilisasi pemanasan kering dengan
oven kira-kira 60-180C. Sterilisasi
panas kering cocok digunakan untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dan lainnya.

Cara sterilisasi panas kering :


a. Membakar , menggunakan api
langsung
b. Menggunakan alat :
a. Oven dengan udara panas
b. Balok pemanas
c. Radio frekuensi induksi

Sterilisaasi dengan Udara


Panas
Sterilisasi dengan metode ini digunakan untuk
peralatan gelas seperti alat-alat gelas, logam,
minyak lemak, serbuk, dan tidak digunakan
untuk karet, kertas, kain, larutan air, plastik.
Alat dan gelas yang disterilisasi dengan udara
panas tidak akan timbul kondensasi sehingga
tidak ada tetes air embun didalam alat gelas. Di
dalam oven dengan suhu 140C-180C dengan
waktu tidak lebih dari 135 menit.

Sterilisasi Gas
1.
2.
3.
4.
5.

senyawa yang tidak tahan terhadap


panas
senyawa yang tidak tahan terhadap
uap
Menggunakan gas etilen oksida atau
propilen oksida
Perlu perlengkapan khusus
Pengawasan intens

Sterilisasi gas dengan gas etilen oksida

Sifat
Mudah terbakar jika tercampur udara
b. Penggunaan
Diencerkan dengan gas inert (CO2
atau hidrokarbon terflourinasi)
- Lama Kerja : 4 16 jam
- Mekanisme kerja :
Mengganggu metabolisme sel bakteri
a.

c.

Sebagai zat pensteril pemakaian khusus


Sterilisasi peralatan operasi dan kedokteran
Alat-alat seperti kateter
Alat suntik disposible
Mensterilkan berbagai enzim tertentu
Mensterilkan antibiotik dan obat tertentu

Syarat :
. Tidak timbul reaksi kimia
. Tiak merusak senyawa obat

Perlengkapan Sterilisasi Gas


Alat sterilisasi gabungan disusun
mirip autoklaf
b) Diperlukan pengawasan khusus
Waktu
Temperatur
Kadar gas
kelembapan
a)

Sterilisasi Radiasi
Menggunakan sinar gamma dan sinar-sinar
katoda
2. Memerlukan peralatan khusus
3. Mekanisme :
Ikut terlibat dalam perubahan kimiawi
Membantu mikroorganisme membentuk
senyawa kimia baru yang dapat merusak
sel
Merusak nukloprotein inti dan kerusakan
menetap
1.

Definisi Sterilisasi Radiasi


Proses sterilisasi dengan memaparkan
produk pada sinar gamma atau elektron
berenergi tinggi, baik dalam kemasan
tunggal atau curah selama waktu
tertentu
sehingga
tercapai
faktor
keamanan /SAL 10-6

Jenis Radiasi
Radiasi sinar alpha (partikel)
Radiasi sinar beta/electron (partikel)
Radiasi sinar gamma (gelombang
elektromagnetik)
Sinar X (gelombang elektromagnetik)

Sumber Radiasi
Electron dan electron beam
Gamma rays dari Co-60 atau Cs-137
X-Rays dari X-Rays machine

Sterilisasi Filtrasi
Penghilangan mikroba dengan absorbsi
menggunakan mekanisme
penyaringan
Digunakan :
Larutan tidak tahan panas
Menyaring sediaan larutan yang
dibuat segar dan harus steril
Perlu dimonitoring dengan ketat

Alat-alat sterilisasi
Penyaringan

Penyaring Berkeffeld dan Mandler


Penyaring Pasteur-Chamberland,
Doulton dan Selas
Penyaring Seitz dan Swinney
Gelas Bucher sejenis corong

Metode Sterilisasi Baru


High Intensity Light
Lampu discharge intensitas
tinggi
(lampu HID) adalah jenis
lampu gas
discharge listrik yang
menghasilkan cahaya
melalui busur listrik antara
elektroda tungsten
ditempatkan di dalam
tabung busur menyatu
alumina kuarsa atau leburan
bening atau transparan.

Metode Sterilisasi Baru


1.

High Intensity Light


Tabung ini diisi dengan gas dan garam
logam.Gas memfasilitasi awal busur itu.
Setelah busur dimulai, memanaskan dan
menguapkan garam logam membentuk
plasma, yang sangat meningkatkan
intensitas cahaya yang dihasilkan oleh
busur dan mengurangi konsumsi daya.
Lampu discharge intensitas tinggi adalah
jenis lampu bus.

Berbagai jenis kimia yang digunakan


dalam tabung busur lampu HID,
tergantung pada karakteristik yang
diinginkan dari intensitas cahaya,
temperatur
warna
berkorelasi,
rendering indeks warna (CRI), efisiensi
energi, dan umur.

a.

Varietas lampi HID

Halida logam (MH) lampu

MH lampu keramik

Lampu natrium-uap

Lampu Xenon pendek-arc

lampu uap merkuri

Varietas lampu HID


Beberapa lampu HID menggunakan zat radioaktif
seperti kripton-85 dan thorium.
Krypton-85 adalah gas dan ditemukan dicampur
dengan argon yang dalam tabung busur lampu
thorium yang padat yang digunakan dalam elektroda
c. Isotop ini menghasilkan radiasi pengion.
Hal ini karena sifat ionisasi tertentu yang digunakan
dalam lampu. Mereka menghasilkan alpha dan beta
radiasi yang tinggi di dalam menyebabkan ionisasi
lampu tapi tanpa bisa melarikan diri dari lampu.
b.

2.

Low Temperature Plasma

Hydrogen Peroxide Low Temperature


Plasma Sterilizer

1.Low

Temperature Plasma
Sterilisasi plasma Suhu rendah merupakan perwakilan dari semua
jenis Sterilisasi Suhu Rendah seperti Ethylene Oxide atau
Formaldehida.
2.Suhu lebih rendah dari 60 dan waktu siklus di bawah 1 jam, yang
mencegah panas dan kerusakan kelembaban peralatan medis
canggih.
3.Alat sterilisasi berteknologi plasma yang biasa digunakan adalah
ECR Plasma (Electron Cyclotron Resonance Plasma).
4.Alat ini memanfaatkan prinsip gaya Lorentz dengan adanya
pergerakan sirkular electron-elektron bebas sehingga
membangkitkan medan magnet seragam yang statis.

Kinetika inaktivasi
mikroorganisme
Mikroorganisme diinaktivasi bila terjadi
reaksi intraseluler dimana terjadi
gangguan metabolisme yang tidak
reversible. Pada Suhu tinggi dan
dengan keberadaan kelembaban
seperti sterilisasi uap, input energi dari
mengaktivasi mikroorganisme melalui
cara denaturasi protein intraseluler.

Konsep SAL , D-value, Z-value, F0value


1.

SAL
Probabilitas mikroorganisme hidup yang
ada pada suatu unit produk setelah
sterilisasi
SAL dinyatakan dalam 10 -n
n=3, satu tidak steril dari seribu produk
. Umumnya untuk produk yang tidak akan kontak
dengan cairan tubuh (mis:alat laboratorium)

n=6, satu tidak steril dalam sejuta produk

Untuk produk yang akan menyentuh cairan tubuh


ataau ditanamkan pada tubuh (mis : jarum suntik,
allograft, prostese)

2.

Studi D-value
Studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas
mikroorganisme dalam produk.
Nilai-D adalah waktu dalam menit yang dibutuhkan untuk
mengurangi populiasi mikroba sejumlah 90% atau 1 log
siklus (1/10 bagian yang hidup) pada suhu tertentu
Dimana :
N= populasi mikroba
N0= jumlah awal
Nu= jumlah populasi yang bertahan hidup
T0= waktu ekpose awal
Tu = waktu yang di perlukan untuk membinasakan 90 % dari populasi awal

3.

Studi Z-value
merupakan Kenaikan suhu yang dibutuhkan
untuk menurunkan harga D menjadi
sepersepuluhnya, Z value menunjukan
perbedaan waktu yang diperlukan bagi setiap
suhu yang digunakan untuk menurunkan
jumlah mikroba menjadi 1/10nya.
Dimana :
D0= nilai D suhu awal T0
Dx= nilai D dari suhu Tx

4.

Studi f0-value
F0-value : sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam menit) objek
yang doekspose terhadap lingkungan jenuh uap air pada suhu
121oC dan merupakan nilai keseluruhan yang berasal dari formula
tertentu sebagai berikut :

Dimana :
L = kecepatan kematian 10
t
= variable waktu
T0 =waktu proses awal
Tt = waktu proses akhir
T(t) = variable suhu yang tergantung pada waktu/ 0C
Z = perbedaan suhu yang menyebabkan 10 kali perubahan
dalam kecepatan kematian

Pendekatan overkill dan bioburden


reduction pada proses sterilisasi
1.

Pendekatan Overkill
Pendekatan Overkill : metode sterilisasi
menggunakan pemanasan dengan uap
panas pada suhu 121 derajat celcius
selama 15 menit yang mampu memberikan
minimal reduksi setingkat log 12 dari
mikroorganisme yang memiliki nilai D
minimal 1 menit. Metode overkill untuk
bahan yang tahan panas seperti zat
anorganik

2.

Bioburden reduction
Pendekatan Bioburden : dimana pemanasan akhir
yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121C,
sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan
metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas
partikel namun kandungaannya tetap stabil serta
tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang
terlampau tinggi.Dapat dilihat dari pencapaian tingkat
sterilisasi yang diminta yakni 10 pangkat 6.

Alat alat yang akan digunakan untuk


proses sterilisasi harus divalidasi terlebih
dahulu dengan menggunakan indikator
yang telah distandarisasi sehingga alat
layak dipakai.
Dalam proses validasi dan monitoring
harus dapat menjamin bahwa alat
berjalan dengan baik.

Perhitungan lama siklus


sterilisasi
1.

Berdasarkan pendekatan overkill


Penentuan siklus pada metoda overkill bertujuan untuk
memastikan tingkat sterility assurance. Ini diperoleh dengan
menentukan pengurangan mikroorganisme setidaknya 12log yang memiliki D-value satu menit pada 121oC (D121=1).
Organisme yang tahan dengan pemanasan basah akan
memiliki nilai D121 > 0,1-1 menit. Sementara organisme
yang kurang tahan akan dihancurkan lebih banyak dan
tingkat lebih tinggi.
D-value dari organisme dan target minimal dari pengurangan
12-log digunakan untuk menghitung periode waktu sterilisasi
(Fo)

Grafik penentuan nilai D

2.

Berdasarkan pendekatan bioburden reduction

Sementara sterilisasi bioburden dipilih jika bahan


yang disterilkan labil terhadap pemanasan tinggi.
Siklus bioburden dilakukan dengan studi untuk
menentukan
jumlah
dan
ketahanan
panas
mikroorganisme dalam produk.

D-value
diperoleh
dengan
menggunakan
sporeforming environmental atau isolat produk. Jika
ketahanan
panas
organisme
bioburden
telah
diketahui, maka siklus bisa diperoleh. Isolat
bioburden yang paling tahan akan
digunakan
sebagai indikator biologis,

Penentuan bioburden : di lakukan terhadap


tiap tiap bets produk, baik yang diproses
dengan sterilisasi akhir maupun secara
aseptis. Bila parameter sterilisasi overkill
ditetapkan untuk produk dengan sterilisasi
akhir, pemantauan bioburden boleh hanya
secara berkala dengan interval menurut
jadwal yang sesuai.

Prinsip- Prinsip
Pemastian/penjaminan sterilitas
Prinsip-prinsip pemantauan lingkungan produksi steril
1.

Sertifikasi dan validasi proses aseptic dan fasilitas, dapat


dicapai dengan penentuan efisien sisistem penyaringan,
dengan menggunakan prosedur pemantauan lingkungan
secara mikrobiologi, dan membuat media biakan steril
sebagai produk simulasi.

2.

Pemantauan fasilitas aseptic harus meliputi pemeriksaan


penyaringan udara lingkungan secara berkala terhadap
partikulat dan mikroba lingkungan, dan dapat meliputi
proses pembuatan media biakan steril secara berkala.

Validasi proses sterilisasi


1.

Indikator Fisik
adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi yang
mengukur suhu, tekanan, dan parameter yang lain
apakah alat bekerja dengan baik. Keterbatasan dari
indikator ini adalah hanya memberi informasi secara
cepat tentang fungsi
alat sterilisasi. Informasi dapat
salah bila tidak dilakukan kalibrasi.

2.

Indikator Kimia
Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk
(strip, tape, kartu dan vial ). Dan peka terhadap satu
atau lebih parameter. Kelebihan dari indikator ini
adalah memberikan informasi secara spesifik pada
setiap kemasan.

3.

Indikator Biologi
adalah sediaan berisi populasimiokroorganisme
spesifik dalam bentuk spora.

a.

Spora
bersifat
resisten
terhadap
beberapaparameter yang terkontrol dan terukur
dalamsuatu proses tertentu.

b.

Prinsip
kerja
indikator
biologi
adalah
mensterilkanspora hidup mikroorganisme yang nonpatogenikdan sangat resisten dalam jumlah tertentu

Uji sterilitas
(perbedaan lingkungan bakteri)
Aerob dan Anaerob
1.

Aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen
bebas. Bakteri yang hidup secara aerob dapat memecah gula
menjadi air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob secara obligatadalah
bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya,
misalnya, bakteri Nitrosomonas.

2.

Anaerob
Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen
bebas, misalnya, bakteri asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus,
dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika bakteri tersebut dapat hidup
tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa
adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.

Uji sterilitas
Uji inokulasi kedalam media sediaan
uji
Pengujian langsung dari sampel
dalam media
pertumbuhan.
2. Metode penyaringan membrane
Filtrasi cairan melalui membran
steril. Filter ditanam dalam media
dengan masa inkubasi 7-14 hari
1.

UJI DAN METODE


PENGHILANGAN PIROGEN
1.

Pirogen
Sekumpulan zat yang mampu menimbulkan
demam. Dapat berupa lipid yang mengandung
P , protein, polisakarida ataupun N yang terdiri
dari kuman yang hancur.
Sifat-sifat pirogen diantanranya:
Larut dalam air dantidak larut dalam pelarut
pelarut organik
Bersifat termostabil terutama dalam larutan
Tidak menguap, tetapi destilasi biasa tidak
menyingkirkan pirogen
Dapat difiltrasi

2.

Endotoksin
Toksin pada gram negatif berupa
lipopolisakarida
(LPS)
pada
membran luar dari dinding sel yang
pada keadaan tertentu bersifat
toksik pada inang dotoksin dan
eksotoksin.

Sifat-sifat pirogen
1.

2.

Thermostabil, sehingga hanya dapat


dihilangkan dengan pemanasan pada
suhu 650C selama 1 menit, 250C
selama 15 menit atau 180C selama 4
jam;
Larut dalam air. Sehingga tidak bisa
memakai penyaring bakteri;

Uji Pirogen
Rabbit test
pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah
penyuntikan larutan uji secara intravena.
dengan penyuntikan 10 ml/Kg bobot
badan dalam jangka waktu 10 menit.
2. LAL test
Metode spesifik untuk bakteri
enterotoksin/ pirogen yang signifikan
berada di pabrik farmasetikal dan
peralatan medis. Berdasarkan mekanisme
penggumpalan darah dari
kepiting( Limulus polypemus)
1.

Penghilangan Pirogen
Penghilangan pirogen
a. Membilas dengan API steril
b. Destilasi
c. Ultrafiltrasi
d. Osmosa balik
e. Karbon aktif
f. Daya tarik elektrostatik
g. Daya tarik hidrofobik

Metode penghilangan pirogen dari


sediaan steril

Cara destilasi
Cara pemanasan
Cara penyerapan
Cara depyrogenasi
Dengan penukar ion
Dengan gamma radiasi
Getaran ultrasonic

BAHAYA, SUMBER-SUMBER, CARA


MENDETEKSI PARTIKEL SEDIAAN
PARENTERAL
1.

2.

Kontaminasi partikel seperti partikel


tak larut dalam sediaan injeksi dapat
menghambat aliran darah.
Sumber-sumber Kontaminasi partikel
berasal dari Air, bahan kimia, pakaian
personil, alat alat, lingkungan,
pengemasan (gelas, plastik)

Cara mendeteksi keberadaan


partikel di dalam sediaan parenteral
1.

Pengamatan Visible Manual Methods


Prosedur :
a.
Kemasan dari larutan parenteral harus bebas dari label dan stirer.
b.
Pegang kemasan pada bagian atas secara hati-hati, putar bagian
pinggang kemasan dengan gerakan memutar yang perlahan. Jika
gerakan memutar terlalu cepat akan terbentuk gelembung pada
bagian permukaan. Gelembung ini dapat menjadi bias antara
partikulat pengotor atau gelembung.
c.
Pegang kemasan secara horizontal sekitar 4inci dibawah sumber
cahaya yang berlawanan arah dengan background hitam-putih.
Cahaya harus dijauhkan dari inspector, dan tangan harus berada
dibawah sumber lampu agar tidak terlalu silau.
d.
Jika tidak ada partikel yang terlihat, balik kemasan secara perlahan
dan amati ada/tidaknya partikel berat yang tidak tersuspensi dengan
gerakan memutar.
e.
Observasi setidaknya dilakukan selama 5 detik untuk setiap bagian
hitam dan putih
f.
Tolak setiap kemasan yang memiliki partikel visible selama poses
inspeksi.

Tipe-tipe Filter
1.

2.

3.

4.

Screen Filter
filter menggunakan layar kaku atau fleksibel untuk
memisahkan pasir dan partikel halus lainnya dari air.
Depth filter
filter berbagai filter yang menggunakan porous media filtrasi
untuk mempertahankan partikel di seluruh media, bukan
yang hanya di permukaan medium.
Cake filter
Bahan padat /setengah padat terkonsentrasi yang dipisahkan
dari cairan dan tetap pada filter setelah penyaringan
tekanan.
Membrane Filter
Film polimer dengan peringkat pori tertentu, penghalang fisik
dan menangkap partikel seperti pada permukaan membran

Karakteristik, Persyaratan berbagai tipe


pengemas (Wadah dan tutup) Parenteral
1.

2.

Wadah dosis tunggal


wadah yang kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril untuk pemberian parenteral
sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak
dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan
tetap steril. Contoh: ampul.
Wadah dosis ganda
wadah kedap udara yang memungkinkan
pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa
terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial
atau botol serum

3.

Wadah Gelas
tersusun dari pasir (silica yang hampir murni),
soda abu (natrium karbonat), batu kapur
(kalsium karbonat), dancullet(pecahan gelas
yang dicampur denganbatchpembuatan dan
berfungsi sebagai bahan penyatu untuk
seluruh campuran).
Sebagai kemasan dalam farmasi, memiliki
mutu perlindungan yang unggul, ekonomis,
dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran
dan bentuk

Lanjutan
1.

Kelebihan

2.

Inert
kedap udara
dibuat dari bahan yang relatif murah
tidak mudah terbakar, bentuknya tetap
mudah diisi
mudah ditutup
dapat dikemas menggunakan packaging line
mudah disterilisasimudah dibersihkan
dapat digunakan kembali

Kelemahan
lebih rapuh (mudah pecah)
lebih berat untuk pengiriman.
Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan

merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah


akan sering dibuka berulang ulang oleh konsumen, dimana
tangannya tidakselalu bersih.

Tipe-tipe Gelas Untuk


Sediaan Parenteral
1.

2.

Tipe I borosilicate glass


Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation
tanah diganti oleh boron dan atau alumunium serta zink.
Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik
sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang
sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium karbonat.
Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
Tipe II treated soda lime glass
gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami
pengerjaan permukaan pada bagian yang berhubungan
dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang
dikemas. Pada sediaan parenteral bersifat asam dan
netral.

3.

4.

Tipe III regular soda lime glass


gelas soda kapur silikat, memiliki daya tahan
kimiawi yang cukup tidak mempengaruhi
preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika
data uji stabilitas yang sesuai menunjukkan
bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan
parenteral yang dikemas di dalamnya.
Tipe NP general purpose soda lime gelas soda
kapur silikat yang digunakan untuk produk non
parenteral yang dimaksud untuk pemakaian
penggunaan oral dan topical.

Uji pada gelas


1.

2.

powdered glass
Uji untuk mengetahui kandungan basa dalam
gelas(oksida
natrium,
kalium,
kalsium,
aluminium) dengan di larutkan ke dalam air
murni dibawah kondisi suhu tinggi dengan
metode asam basa. Biasanya digunakan pada
konnten yang telah terkena sulfur dioksida.
water attack test
Di gunakan pada gelas yang telah terpapar
sulfur di oksida dalam kondisi kelembaban
tertentu menggunakan metode titrasi asam basa

lanjutan
1.

Pencucian
Seluruh alat-alat dan wadah gelas dicuci dengan sabun cuci dan
disikat.
Dibilas dengan air kran yang mengalir sampai bersih.
Ditiriskan alat atau wadah sampai alat-alat tersebut mengering

2.

Sterilisasi
Dengan Pemanasan Basah autoklav pada suhu 121C
salama 15 menit.

3.

Depirogenasi
Meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran.
Di keringkan dan di panaskan 250C selama 45 menit dalam
oven dan laminar air flow.

Kategori plastik
1.

2.

Termoset
stabil pada pemanasan dan tidak dapat
dilelehkan dan tidak dapat dibentuk
ulang. untuk membuatpenutupwadah
gelas atau logam.
Ter moplastik
plastik yang dapat dibentuk ulang dengan
proses pemanasan. Polimer termoplastik
digunakan dalam pembuatan berbagai
jenis wadahsediaanfarmasi.

Keuntungan dan Kerugian


Plastik
1.Keuntungan

-Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah


-Lebih ringan
-Dapat disegel dengan pemanasan
-Mudah dicetakmenjadi berbagai bentuk
-Murah
2.Kerugian
-Kurang inert
-Beberapa mengalami keretakan dan distorsijika kontak dengan beberapa senyawa kimia
-Beberapa sangat sensitif terhadap panas
-Kurang impermeabelterhadap gasdan uapseperti gelas
-Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
-Zat tambahan pada plastik mudahdilepaskanke produkyang dikemas
-Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik

Zat-zat aditif pada bahan wadah


plastik
1.
2.

3.

4.
5.
6.

Antioksidan
Contoh: fosfat dan tioester.
Stabilizer
Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik,
organometalik.
Lubricant
Contoh , logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty
alcohol.
Plasticizer
Contoh: dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.
Filler(Bahan Pengisi)
polimer memperbaiki fleksibilitas
Colorant(Bahan Pewarna)
untuk memberikan warna pada plastik

Jenis-Jenis Plastik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Poly (vinyl Chloride)


Polyethylene Terephtalate (PET)
Acrylic multi polymer (Nitrile
Polymers)
Polycarbonate
Nylon
Polystyrene
Polyolefins

Karet tutup pada wadah


sediaan steril
Karakteristik:
Bahan: campuran kompleks polimer dasar (elastomer),
pengisi, akselerator ,vulcanizing agent(bahan
vulkanisir)
dan pigmen.
Sifat:
Permukaan harus licin dan tidak berlubang
Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan
Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi
Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan
menutup rapat kembali dengan cepat
Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi
Impermeabel terhadap udara dan lembab

Jenis Karet yang di pakai


1.

2.

Karet alami atau mentah


Berasal dari lateks(getah)Hevea
brasiliensis
Karet sintetis
Memiliki sifat lebih resisten terhadap
temperatur tinggi dan waktu, serta
lebih mahal dibandingkan karet alami

Bahan tambahan Pada


Tutup Karet

Vulcanizing agent
Akselerator
Aktivator
Antioksidan-antiozon
Plasticizer- lubrikan
Pengisi
Pigmen

Prinsip Pengendalian
R.Aseptik Produksi Steril
Bebas

mikroorganisme aktif (udara yang ada di dalam


ruangan disaring dengan HEPA filter agar
mendapatkan udara yang bebas mikroorganisme dan
partikel)

Ada

batasan kontaminasi dengan partikel

Tekanan
Minimal

positif(udara di dalam mengalir ke luar )

terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black


area), intermediate area (grey area), dan area bersih
(white area).

Metode ventilasi udara yang


menghasilkan udara bersih
1.

AHU(Air Handling Unit)


seperangkat
alat
yang
dapat
mengontrol
suhu,
kelembaban,
tekanan udara, tingkat kebersihan
(jumlah partikel/mikroba), pola aliran
udara,
jumlah
pergantian
udara
dll.Bagian alat dari AHU diantaranya:
Dumper,Ducting.,Filter,Static Pressure
Fan (blower) dan Cooling coil.

KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM


( Tanpa pendinginan )

Pada prInsipnya Air Handling System terdiri dari :


1. Blower / fan : Meniupkan udara ke ruangan-ruangan melalui ducting.
2. Filter

: Menyaring udara yang dikeluarkan blower / fan

3. Ducting : Menyalurkan udara dari blower ke ruangan


( berfungsi seperti pipa air atau selang air ).
4. Damper

: Mengatur besarnya tekanan yang akan masuk kedalam


ruangan-ruangan

5. Diffuser : Adalah ujung dari ducting yang membawa udara masuk


kedalam ruangan (supply grill) atau ujung dari ducting yang
membawa udara keluar ruangan (return grill)
Air Handling System dengan perlengkapan seperti diatas hanya menghasilkan udara
dengan kualitas tertentu tetapi tidak mendinginkan ruangan.

195

KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM


( Tanpa pendinginan )

FILTER

BLOWER / FAN

INLET
GRILL

OUTLET
GRILL

DUCTING

DAMPER

DIFFUSER
196

KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM

FILTER

BLOWER

FILTER

DAMPER

DUCTING

DIFFUSER

197

2. HVAC ( Heating Ventilation


and Air Conditioning)
Adalah bahan yang digunakan untuk menyaring udara dalam Air Handling System
dengan tujuan untuk menghasilkan udara yang lebih bersih setelah melaluinya.
Dalam HVAC dikenal 3 jenis filter yang biasa terpasang dalam pabrik
farmasi :
1. Filter

kasar atau coarse filter atau lazimnya disebut pre filter.

Filter ini mempunyai efisiensi 30% - 40%


2. Filter

menengah atau medium filter.

Filter ini mempunyai efisiensi 85% - 95%


3.

Filter halus atau HEPA ( High Efficiency Particulate Air )


Filter ini mempunyai efisiensi 99,997%

Pre-filter dan medium filter terpasang dalam rumah filter (bahasa populer : housing)
sedangkan filter HEPA terpasang dalam ruangan.

FILTER
Arti Efisiensi
Kemampuan filter untuk menahan dan membersihkan udara yang melaluinya

30% - 40%

PRE FILTER
2 dari 3 lolos

85% - 95%

MED- FILTER
1 dari 16 lolos

(> 95%)
99,997%

KESIMPULAN : PERSENTASE EFISIENSI MENUNJUKKAN KERAPATAN

HEPA FILTER
Praktis tak ada
yg lolos
199

HVAC
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

SYARAT BAGI PARTIKEL


a.

Ukuran 0.5 .
Partikel dengan ukuran 0,5 dalam ruang
pengolahan non steril , dibatasi jumlahnya.

2. KELAS 100

b.

Tidak patogen

c.

Jumlah partikel dihitung saat pabrik belum


beroperasi

3 KELAS 10.000
( White )

d.

Jumlah partikel dihitung memakai particle


counter

4. KELAS 100.000
( Grey )

5. KELAS > 100.000


( Black )
200

HVAC
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

1. ARTI
a. Udara mengandung partikel 100 / feet 3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
pada seluruh langit-langit (plafond) atau satu

2. KELAS 100

sisi dinding yang meniupkan udara kedalam


ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada seluruh area tsb

3 KELAS 10.000
( White )

adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.


d. Terminal HEPA filter adalah plafond atau dinding.
2. LOKASI

4. KELAS 100.000
( Grey )

a. Dalam ruangan atau bench Laminar Air Flow (LAF)


b. Dalam ruangan atau kamar yang seluruh langit-2
(plafond) nya atau 1 sisi dinding terdiri dari filter
HEPA.

5. KELAS > 100.000


( Black )

3. DISYARATKAN BAGI
a. Ruang dalam (Bench) Laminar Air Flow (LAF)
b. Aktivitas pengisian ( filling ) sediaan steril.

201

F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

1. ARTI
a. Udara mengandung partikel max 10.000 / feet 3.

5. KELAS > 100.000


( Black )

2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )

b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang


pada terminal tertentu yang meniupkan udara
kedalam ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada terminal tertentu
tsb adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.
d. Inlet air grill adalah filter HEPA.
2. LOKASI

4. KELAS 100.000
( Grey )

a. Dalam ruang pengolahan sediaan steril


b. Dalam ruang LAF lab. mikrobiologi
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan steril.

202

F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

1. ARTI
a. Udara mengandung partikel 100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter MEDIUM yang

2. KELAS 100

terpasang pada blower / fan untuk menyaring


udara yang akan ditiupkan melalui ducting
kedalam ruangan.

3 KELAS 10.000
( White )

4. KELAS 100.000
( Grey )

2. LOKASI
a. Dalam ruang pengolahan sediaan non steril
b. Dalam ruang sampling
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan non sterilsteril.

5. KELAS > 100.000


( Black )
203

F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

2. KELAS 100

1. ARTI
a. Udara mengandung partikel > 100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter kasar atau pre

3 KELAS 10.000
( White )

filter yang terpasang pada blower / fan untuk


menyaring udara yang akan ditiupkan melalui
atau tanpa ducting kedalam ruangan.

4. KELAS 100.000
( Grey )

5. KELAS > 100.000


( Black )

2. LOKASI
Dalam ruang non pengolahan.
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang non pengolahan.
204

3. LAF (Laminar Air Flow)


LAF(Laminair airflow)
Tempat bekerja secara aseptic, untuk
tes sterilitas, aseptic dispensing, dan
i.v. mixture (pencampuran obat suntik).
Tekanan yang ada di dalam ruangan
laminair airflow dibuat menjadi
tekanan negatif.

Desain dan Konstruksi


Clean Room
Cleaning room di kaktegorikan ke dalam dua
kelas :
Ruang Kelas I (White area)
Ruang Kelas II (Grey area)
Ruang kelas I berada di ruang kelas II namun
terdapat LAF di dalamnya

Personel sebagai sumber


kontaminasi.
Operator atau petugas merupakan media
paling
baik
dalam
pertumbuhan
mikroorganisme,Petugas produksi steril
harus
bebas
dari
kotoran
dan
mikroorganisme dengan mengganti baju,
dan
menggunakan
antiseptik
untuk
menyeterilkan badan.

Risk Analysis Program Monitoring Lingkungan

Proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang


terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari
kegiatan tertentu.
Tahapan ARI:
1. Tentukan batasan studi /analisis
2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan
informasi yang ingin di dapat
3. Uji dampak lingkungan berdasarkan
informasi data dan
pengkategorian data yang
telah dikumpulkan
Evaluasi informasi yang di peroleh

Jelaskan klasifikasi udara ruangan

Anda mungkin juga menyukai