Farmasi Sediaan
Steril
Anggota :
ARDI YOGA 13151046
DHARMA PATTI 13151054
MERRIZA FIRLY B
13151967
NITA MARDIANA 13151071
NISSA NUR SEWASTIKA 13151070
RAGA ABDURRAHMAN 13151074
SEDIAAN PARENTERAL
Definisi :
3.
4.
5.
Tetes Mata
Infus
Ampul
Rute-rute sediaan
Parenteral
3 Rute utama pemberian sediaan
parenteral :
1. Intramuskular
2. Intravena
3. Sub kutan.
Rute lain : intraperitonial, intratekal,
intradermal, Intraspinal, dll
Rute-Rute Pemberian
Produk Injeksi
1.
.
.
.
.
.
Intramuskular
Kelemahan
2.
Intravena
Injeksi langsung ke dalam vena
(pembuluh darah).
Dalam jumlah kecil tidak mutlak harus
isotoni dan isohidri.
Dalam jumlah besar harus isotoni dan
isohidri.
Tidak tepat untuk zat aktif yang
merangsang dinding pembuluh darah.
Contoh : injeksi kalsium glukonat, injeksi
aminofilin, infus glukosa, infus Ringer.
Keunggulan
Langsung masuk ke dalam pembuluh
darah vena.
Kelemahan
Tidak tepat untuk zat aktif yang
merangsang dinding pembuluh darah.
3.
Subkutan
Penyuntikan dilakukan ke dalam
jaringan longgar di bawah kulit
(dermis), disuntikkan ke dalam tubuh
melalui bagian yang sedikit lemaknya.
Contoh: insulin, vaksin, narkotika,
Kelemahan
Larutan yang disuntikkan sebaiknya
isotoni dan isohidri dengan kerja zat
aktif lebih lambat dibandingkan
dengan pemberian intravena dan
intramuskular.
Indikasi Penggunaan
Sediaan Parenteral
Untuk menjamin penyampaian obat
yang belum diketahui sifat-sifatnya
ke dalam suatu jaringan yang sakit
dalam kadar yang cukup.
2. Pengendalian langsung terhadap
parameter farmakologi tertentu
(kadar puncak dalam darah, dll)
1.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
5.
SEDIAAN PARENTERAL
Persyaratan:
1. Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dg etiket &
tidak
terjadi
pengurangan
kualitas
selama
penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok & tidak terjadi
interaksi antara obat dengan material dinding
wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman & pirogen.
5. Isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang
Secara khusus :
Aspek Biofarmasetika
Sediaan Injeksi
Pengaruh Kelarutan Obat terhadap absorpsi obat injeksi
1. Larutan
Dalam Air
Penambahan bahan makromolekul yang larut air ke
dalam larutan dengan pelarut air dapat memperlama
waktu aksi zat yang terkandung.
2. Suspensi Dalam Air
Penyuntikan suspensi dalam air dapat memperlama
aksi obat dan aksi ini tergantung pada ukuran
partikelnya. Karena pemakaian partikel berukuran
yang lebih besar akan menyulitkan penyuntikan dan
menimbulkan rasa sakit
Obat
diserap
disolusi
n
a
d
i
s
u
Dif rtisi
Pa
Obat larut
dalam cairan
tubuh
Obat
diserap
Partisi
n
a
d
i
s
u
Dif rtisi
Pa
Obat larut
dalam cairan
tubuh
EMULSI
Obat larut
dalam fase
minyak
Partisi
Obat larut
dalam fase air
Difusi
Difusi
pencampura
pencampura
n
pengencera
n
Obat
diserap
Difusi dan
Partisi
Obat larut
dalam cairan
tubuh
Produk farmasi
contoh : suspensi dan emulsi
Produk biologi
contohnya: vaksin dan ekstrak biologi
Agen pendiagnosa
Ekstrak alergi
Produk radio farmasi
Produk gigi
Produk bioteknologi
Liposom dan produk lipid
PELARUT AIR
Air merupakan pelarut yang paling banyak
digunakan dalam sediaan injeksi karena sifatnya
yang dapat bercampur dengan cairan fisiologis
tubuh :
a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik
yang tinggi sehingga dapat melarutkan
senyawa an-organik seperti elektrolit.
b. Air
mempunyai kemampuan membentuk
ikatan hidrogen sehingga air dapat melarutkan
sejumlah senyawa organik seperti alkohol,
aldehid, keton, dll.
1.
2.
3.
4.
5.
8.
Etanol
Banyak digunakan terutama pada injeksi glikosida digitalis
2.
Propilenglikol
Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan injeksi
senyawa golongan barbiturat,beberapa alkaloida dan
antibiotika.
3.
Polietilenglikol
Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau
polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan
barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut
4.
Gliserin
3.
.
.
Kosolven
Seringkali
zat
lebih
larut
dalam
campuran pelarut daripada dalam satu
pelarut saja
Gejala itu disebut cosolvency
Pelarut
yang
dlm
kombinasi
meningkatkan kelarutan zat terlarut
disebut cosolvent
Mekanisme: pelarut campur mengatur
polaritas pelarut pada harga yang
2. Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang
sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Penambahan
surfaktan dalam larutan akan
menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk
misel,senyawa
organik
yang
kelarutan dlm air rendah tersolubilisasi oleh misel
sehingga kelarutan naik.
3. Cyclodextrin
Siklodekstrin adalah senyawa oligosakarida
siklis yang sekurang-kurangnya mengandung 6
unit D-(+)-glukopiranosa berikatan pada ikatan
glikosida -1,4 dan mempunyai bentuk
toroidal, dengan bagian dalam bersifat hidrofobik
dan bagian luar bersifat hidrofilik.
2.
Struktur Molekul
Semakin panjang rantai non polar dari alkohol
alifatis, semakin kecil kelarutannya dalam air.
Gaya Tarik Antar Molekul
Ada 3 jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu
gaya tarik
antar zat terlarut (A-A), zat
terlarut-zat pelarut (A-B),
dan antar zat
pelarut (B-B). Selain itu, terdapat prinsip Like
Dissolved Like, dimana senyawa polar akan
larut dalam senyawa polar, dan senyawa
nonpolar larut dalam senyawa nonpolar.
Reverse Osmosis
Osmosis merupakan proses perpindahan zat
cari dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah melalui membran semipermeabel
Proses ini terus berlangsung hingga
konsenstrasi kedua tempat sama.
2. Destilasi
Untuk menghasilkan Water for Injection,
Purified Water hasil dari proses Water
Softener
ditampung
di
tangki
penyimpanan. Dari Tangki penyimpanan ini
PW dilakukan enam tingkat destilasi untuk
menghasilkan Water for Injection (WFI).
3. Ionic Exchange
1.
2.
Pembuatan
Water for Injection : adalah air bebas pyrogen
yang dibuat dari proses depirogenasi purified
water
menggunakan
water
for
Injection
generator. Air jenis ini dipakai sebagai pelarut
obat tetes mata ataupun sebagai air untuk
sanitasi mesin- mesin untuk proses steril.
Persyaratan dari air ini adalah harus bebas
bacterial endotoxin dan harus steril.
Penyimpanan
Tipe-tipe Air
1. Portable water
Portable water digunakan untuk bahan baku
pembuatan purified water (PW), Highly purified
water (HPW) dan water for injection (WFI).
Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak
produk tetapi pembilasan akhir harus dg PW atau
WFI Untuk pendingin atau pemanas pada HE
atau DJ Tank dll.
Mutunya harus selalu memenuhi syarat
Sumbernya : Well water, surface water
Uji Pirogen
Isotonis
Jika suatu larutan konsentrasinya sama
besar dengan konsentrasi dalam sel darah
merah sehingga tidak terjadi pertukaran
cairan di antara keduanya, maka larutan
tersebut dikatakan isotoni (ekivalen
dengan 0,9% NaCl)
2.
Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, tekanan
osmosisnya lebih rendah dari serum
darah menyebabkan air akan melintasi
membran sel darah merah yang
semipermeabel memperbesar volume
sel darah merah dan menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan
pecahnya sel-sel darah merah. Peristiwa
demikian dikenal dengan Hemolisa.
3.
Hipertonis
Turunnya titik beku besar, tekanan
osmosenya lebih tinggi dari serum
darah menyebabkan air keluar dari
sel darah merah melintasi membran
semipermeabel mengakibatkan
terjadinya penciutan sel-sel darah
merah, peristiwa demikian dikenal
dengan nama Plasmolisa.
Perhitungan tonisitas
Tonisitas
1.
Metode penurunan
titik beku
V = w. E. Vdengan
Kesetaraan
volume NaCl
3.
W=
2. Perhitungan dengan
tetapan Liso
E = 17
Liso
BM
4. Kesetaraan NaCl
METODE PERHITUNGAN
1.
2.
Osmolalitas
Larutan molal adalah jika 1 mol zat terlarut terdapat
dalam 1
kg zat pelarut.
Osmolalitas : molal x jumlah ion dalam larutan
Osmolaritas
Osmolaritas : Molar x jumlah partikel yang
terdisosiasi
Osmolaritas 1 mol/L larutan natrium klorida adalah :
1 (jumlah mol) x 2 (jumlah partikel) = 2 osmol/L
Osmolaritas 1 mol/L larutan glukosa adalah 1 x 1 = 1
osmol/ L
Definisi ADJUVANT
1.
2.
3.
4.
5.
Buffer
: untuk mendapatkan pH
stabilitas obat dalam
sediaan
Antioksidan
: untuk menghindari
terjadinya proses oksidasi
oleh O2 dari udara
Pengawet
2.
3.
Nutrisi parenteral
Nutrisi total secara parenteral (TPN) adalah pemberian
makanan
yang mengandung larutan asam amino,
desktrosa dengan konsentrasi tinggi ( 20%), elektrolit,
vitamin, dan dalam beberapa hal insulin.
5. Restorasi keseimbangan elektrolit
Larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi
NaCl 0,9%, larutan isotonic yang mengandung 154 mEq
ion Na dal Cl.
6. Pengganti cairan
Dehidrasi memerlukan cairan sebagai larutan dasar.
Dalam hal ini dapat digunakan injeksi NaCl dan
dekstrosa.
4.
7.
8.
9.
Parameter fisologis
Beberapa komponen penunjang fisologis tubuh dapat
diberikan dalam bentuk sediaan parenteral volume
besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit,
karbohidrat, asam amino, vitamin dan mineral.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat
berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau
osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana
tekanan osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat
terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan
2 komponen, dinyatakan dalam osmole per kilogram =
osmolarita.
Parameter fisikokima
1. Kelarutan
pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk
sediaan parenteral volume besar mudah larut.
membuat
2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat
berpenagruh pada darah. pH darah normal 7.5- 7.45.
dapat
3. Pembawa
lanjutan
4. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu mempengaruhi
kestabilan obat. Contohnya yaitu vitamin
yang harus disimpan dalam wadah
terlindung cahaya.
5. Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap
kestabilan obat parenteral volume besar
seperti gelas, plastik dan tutup karet.
c. Stabilisasi LVP
Untuk bahan penambah seperti dapar,
antioksidan,
komplekson,
jarang
ditambahkan pada sediaan parenteral
volume besar.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
2.
Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh karena jika
sediaan infus terlalu kental maka akan susah
menetes, distribusi obat dalam darah akan
lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang
diinginkan akan lambat pula
Kerapatan
Kerapatan
berpengaruh
terhadap
ukuran
partikel bahan obat. Dalam sediaan LVP ukuran
partikel harus kecil karena sediaan infus
pemberiannya langsung kedalam vena.
3.
4.
Tegangan Permukaan
Tegangan
permukaan
berkaitan
dengan
kelarutan dari obat atau bahan obat yang akan
diproduksi. kelarutan sangat penting untuk
pengembangan larutan yang dapat disuntikkan
baik secara intravena maupun intramuscular.
Tekanan Uap
Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan
cahaya. Suhu dan cahaya mempengaruhi
kestabilan
obat
sehingga
dalam
hal
penyimpanan
obat
sangat
diperhatikan
karakteristik dari obat atau bahan obat yang
akan disimpan
2.
Pembawa
Zat pembawa yang digunakan dalam sediaan infus
yaitu zat yang berbentuk larutan (air) atau yang
biasa digunakan dalam pembuatan sediaan steril
adalah aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif
dan zat tambahan.
Pengawet
Pengawet dalam sediaan steril biasanya digunakan
untuk mengawetkan sediaan tersebut. Akan tetapi
untuk sediaan infus dosis tunggal kemungkinan
terjadinya kontaminasi mikroba sangat kecil dan
tidak perlu menggunakan pengawet.
3.
Pengisotonis
Tonisitas sediaan = % NaCl sudah
termasukdidalam batas toleransi normal
tubuh yaitu 0,7 1,5 %. Maka iritasi tubuh
dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel
jaringan
tubuh
tidak
terjadi.
NaCl
digunakan sebagai larutan pengisotonis
agar sediaan infus setara dengan 0,9%
larutan NaCl, dimana larutan tersebut
mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan cairan tubuh.
SEDIAAN OPTHALMIC
Anatomi mata
Anatomi mata
1.
2.
3.
4.
5.
Sklera
lapisan terluar dari bola mata . Sklera adalah bagian putih (dan
buram) dari bola mata.
Selaput bening (kornea)
kornea adalah bagian transparan berbentuk kubah pada pada
bola mata.
Koroid
merupakan lapisan tengah bola mata yang terletak antara
sklera dan retina.
Ruang Anterior
merupakan ruang antara kornea dan lensa.
Akueous Humor
merupakan cairan transparan yang beredar di ruang anterior
Ruang Posterior
merupakan area yang lebih besar daripada ruang
anterior.
8. Vitreous humor
merupakan cairan seperti jeli transparan yang
mengisi ruang posterior.
9. Iris
struktur datar, tipis, berbentuk cincin menempel ke
ruang anterior.
10. Otot Siliaris
terletak di korpus silliaris, merupakan otot yang
terus menerus mengubah bentuk lensa
7.
11. Korpus
siliaris
Koroid berlanjut didepan bola mata membentuk badan siliaris, korpus
siliaris berisi otot siliaris untuk mengubah bentuk lensa.
12. Lensa
merupakan piringan transparan cembung ganda terbuat dari protein
disebut crystalline.
13. Pupil
merupakan lubang di tengah iris terletak di depan lensa.
14. Retina
lapisan terdalam bagian belakang bola mata, bagian peka cahaya
mata.
15. Fovea
16. Saraf Optik
17. Disk Optik
18. Otot Mata
19. Arteri sentral dan Vena
20. Saluran air mata
Steril
Isotonis dengan air mata
Bila mungkin isohidri
Tetes mata berupa larutan harus jernih
Bebas partikel asing, serat atau benang
tidak mengiritasi mata
Syarat sediaan
opthalmic
1.
2.
Steril
Pemakaian
sediaan
ophthalmic
yang
terkontaminasi
mikroorganisme dapat terjadirangsangan berat yang dapat
menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap
terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir
(sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter
pembebas bakteri.
Isotonis
Sediaan sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat
diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan
keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan
obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat
digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya
digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,51,9%) steril.
3.Kejernihan
Farmakologi/terapeutik
produk opthalmic
1.
2.
3.
4.
5.
Obat
Obat
Obat
Obat
Obat
midriatikum
miotikum
anti radang mata
antiseptik dan antiinfeksi
anti glaukoma
Obat Midriatikum
Obat Miotikum
Obat
miotikum
adalah
obat
yang
menyebabkan miosis (kontriksi dari pupil
mata).
Bekerja dengan cara membuka system saluran
di dalam mata, dimana system saluran tidak
efektif karena kontraksi atau kejang pada otot
di dalam mata yang dikenal dengan otot siliari.
Contoh obat :
Betaxolol (penghambat beta adregenik).
Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).
3.
4.
Pertimbangan proses
pembuatan sediaan opthalmic
1.
2.
Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari
partikel asing dan jernih secara normal diperoleh
dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan
tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak
dikontribusikan untuk larutan dengan desain
peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan
penampilan dalam lingkungan bersih.
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk
tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk,
metode penyimpanan (khususnya penggunaan
suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan
3.
4.
Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen
dengan cairan mata yaitu 7,4. mayoritas bahan aktif dalam
optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada
pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada
pH asam.
Tonisitas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas
untu memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk
absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti
metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa
ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.
5.
Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan
mata
diperbolehkan,
namun
demikian
pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan,
khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,
digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%,
khususnya dalam larutan yang mengandung
garam epinefrin.
Komponen non-terapeutik
dalam sediaan opthalmic
1.
EDTA
2.
Pembuffer
3.
4.
a.
b.
5.
2.
Definisi Sterilitas
sterilitas adalah infertilitas yang bersifat
permanen. Bisa juga mengacu pada
kondisi bebas kuman (steril)
Bioburden
merupakan
jumlah
mikroorganisme
kontaminan yang di ketahui atau di
hitung pada objek atau material tertentu
sebelum memasuki proses sterilisasi.
Metode Sterilisasi
a.
b.
2.
3.
4.
5.
Sterilisasi Pemanasan
Kering
Sterilisasi pemanasan kering dengan
oven kira-kira 60-180C. Sterilisasi
panas kering cocok digunakan untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dan lainnya.
Sterilisasi Gas
1.
2.
3.
4.
5.
Sifat
Mudah terbakar jika tercampur udara
b. Penggunaan
Diencerkan dengan gas inert (CO2
atau hidrokarbon terflourinasi)
- Lama Kerja : 4 16 jam
- Mekanisme kerja :
Mengganggu metabolisme sel bakteri
a.
c.
Syarat :
. Tidak timbul reaksi kimia
. Tiak merusak senyawa obat
Sterilisasi Radiasi
Menggunakan sinar gamma dan sinar-sinar
katoda
2. Memerlukan peralatan khusus
3. Mekanisme :
Ikut terlibat dalam perubahan kimiawi
Membantu mikroorganisme membentuk
senyawa kimia baru yang dapat merusak
sel
Merusak nukloprotein inti dan kerusakan
menetap
1.
Jenis Radiasi
Radiasi sinar alpha (partikel)
Radiasi sinar beta/electron (partikel)
Radiasi sinar gamma (gelombang
elektromagnetik)
Sinar X (gelombang elektromagnetik)
Sumber Radiasi
Electron dan electron beam
Gamma rays dari Co-60 atau Cs-137
X-Rays dari X-Rays machine
Sterilisasi Filtrasi
Penghilangan mikroba dengan absorbsi
menggunakan mekanisme
penyaringan
Digunakan :
Larutan tidak tahan panas
Menyaring sediaan larutan yang
dibuat segar dan harus steril
Perlu dimonitoring dengan ketat
Alat-alat sterilisasi
Penyaringan
a.
MH lampu keramik
Lampu natrium-uap
2.
1.Low
Temperature Plasma
Sterilisasi plasma Suhu rendah merupakan perwakilan dari semua
jenis Sterilisasi Suhu Rendah seperti Ethylene Oxide atau
Formaldehida.
2.Suhu lebih rendah dari 60 dan waktu siklus di bawah 1 jam, yang
mencegah panas dan kerusakan kelembaban peralatan medis
canggih.
3.Alat sterilisasi berteknologi plasma yang biasa digunakan adalah
ECR Plasma (Electron Cyclotron Resonance Plasma).
4.Alat ini memanfaatkan prinsip gaya Lorentz dengan adanya
pergerakan sirkular electron-elektron bebas sehingga
membangkitkan medan magnet seragam yang statis.
Kinetika inaktivasi
mikroorganisme
Mikroorganisme diinaktivasi bila terjadi
reaksi intraseluler dimana terjadi
gangguan metabolisme yang tidak
reversible. Pada Suhu tinggi dan
dengan keberadaan kelembaban
seperti sterilisasi uap, input energi dari
mengaktivasi mikroorganisme melalui
cara denaturasi protein intraseluler.
SAL
Probabilitas mikroorganisme hidup yang
ada pada suatu unit produk setelah
sterilisasi
SAL dinyatakan dalam 10 -n
n=3, satu tidak steril dari seribu produk
. Umumnya untuk produk yang tidak akan kontak
dengan cairan tubuh (mis:alat laboratorium)
2.
Studi D-value
Studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas
mikroorganisme dalam produk.
Nilai-D adalah waktu dalam menit yang dibutuhkan untuk
mengurangi populiasi mikroba sejumlah 90% atau 1 log
siklus (1/10 bagian yang hidup) pada suhu tertentu
Dimana :
N= populasi mikroba
N0= jumlah awal
Nu= jumlah populasi yang bertahan hidup
T0= waktu ekpose awal
Tu = waktu yang di perlukan untuk membinasakan 90 % dari populasi awal
3.
Studi Z-value
merupakan Kenaikan suhu yang dibutuhkan
untuk menurunkan harga D menjadi
sepersepuluhnya, Z value menunjukan
perbedaan waktu yang diperlukan bagi setiap
suhu yang digunakan untuk menurunkan
jumlah mikroba menjadi 1/10nya.
Dimana :
D0= nilai D suhu awal T0
Dx= nilai D dari suhu Tx
4.
Studi f0-value
F0-value : sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam menit) objek
yang doekspose terhadap lingkungan jenuh uap air pada suhu
121oC dan merupakan nilai keseluruhan yang berasal dari formula
tertentu sebagai berikut :
Dimana :
L = kecepatan kematian 10
t
= variable waktu
T0 =waktu proses awal
Tt = waktu proses akhir
T(t) = variable suhu yang tergantung pada waktu/ 0C
Z = perbedaan suhu yang menyebabkan 10 kali perubahan
dalam kecepatan kematian
Pendekatan Overkill
Pendekatan Overkill : metode sterilisasi
menggunakan pemanasan dengan uap
panas pada suhu 121 derajat celcius
selama 15 menit yang mampu memberikan
minimal reduksi setingkat log 12 dari
mikroorganisme yang memiliki nilai D
minimal 1 menit. Metode overkill untuk
bahan yang tahan panas seperti zat
anorganik
2.
Bioburden reduction
Pendekatan Bioburden : dimana pemanasan akhir
yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121C,
sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan
metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas
partikel namun kandungaannya tetap stabil serta
tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang
terlampau tinggi.Dapat dilihat dari pencapaian tingkat
sterilisasi yang diminta yakni 10 pangkat 6.
2.
D-value
diperoleh
dengan
menggunakan
sporeforming environmental atau isolat produk. Jika
ketahanan
panas
organisme
bioburden
telah
diketahui, maka siklus bisa diperoleh. Isolat
bioburden yang paling tahan akan
digunakan
sebagai indikator biologis,
Prinsip- Prinsip
Pemastian/penjaminan sterilitas
Prinsip-prinsip pemantauan lingkungan produksi steril
1.
2.
Indikator Fisik
adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi yang
mengukur suhu, tekanan, dan parameter yang lain
apakah alat bekerja dengan baik. Keterbatasan dari
indikator ini adalah hanya memberi informasi secara
cepat tentang fungsi
alat sterilisasi. Informasi dapat
salah bila tidak dilakukan kalibrasi.
2.
Indikator Kimia
Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk
(strip, tape, kartu dan vial ). Dan peka terhadap satu
atau lebih parameter. Kelebihan dari indikator ini
adalah memberikan informasi secara spesifik pada
setiap kemasan.
3.
Indikator Biologi
adalah sediaan berisi populasimiokroorganisme
spesifik dalam bentuk spora.
a.
Spora
bersifat
resisten
terhadap
beberapaparameter yang terkontrol dan terukur
dalamsuatu proses tertentu.
b.
Prinsip
kerja
indikator
biologi
adalah
mensterilkanspora hidup mikroorganisme yang nonpatogenikdan sangat resisten dalam jumlah tertentu
Uji sterilitas
(perbedaan lingkungan bakteri)
Aerob dan Anaerob
1.
Aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen
bebas. Bakteri yang hidup secara aerob dapat memecah gula
menjadi air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob secara obligatadalah
bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya,
misalnya, bakteri Nitrosomonas.
2.
Anaerob
Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen
bebas, misalnya, bakteri asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus,
dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika bakteri tersebut dapat hidup
tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa
adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
Uji sterilitas
Uji inokulasi kedalam media sediaan
uji
Pengujian langsung dari sampel
dalam media
pertumbuhan.
2. Metode penyaringan membrane
Filtrasi cairan melalui membran
steril. Filter ditanam dalam media
dengan masa inkubasi 7-14 hari
1.
Pirogen
Sekumpulan zat yang mampu menimbulkan
demam. Dapat berupa lipid yang mengandung
P , protein, polisakarida ataupun N yang terdiri
dari kuman yang hancur.
Sifat-sifat pirogen diantanranya:
Larut dalam air dantidak larut dalam pelarut
pelarut organik
Bersifat termostabil terutama dalam larutan
Tidak menguap, tetapi destilasi biasa tidak
menyingkirkan pirogen
Dapat difiltrasi
2.
Endotoksin
Toksin pada gram negatif berupa
lipopolisakarida
(LPS)
pada
membran luar dari dinding sel yang
pada keadaan tertentu bersifat
toksik pada inang dotoksin dan
eksotoksin.
Sifat-sifat pirogen
1.
2.
Uji Pirogen
Rabbit test
pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah
penyuntikan larutan uji secara intravena.
dengan penyuntikan 10 ml/Kg bobot
badan dalam jangka waktu 10 menit.
2. LAL test
Metode spesifik untuk bakteri
enterotoksin/ pirogen yang signifikan
berada di pabrik farmasetikal dan
peralatan medis. Berdasarkan mekanisme
penggumpalan darah dari
kepiting( Limulus polypemus)
1.
Penghilangan Pirogen
Penghilangan pirogen
a. Membilas dengan API steril
b. Destilasi
c. Ultrafiltrasi
d. Osmosa balik
e. Karbon aktif
f. Daya tarik elektrostatik
g. Daya tarik hidrofobik
Cara destilasi
Cara pemanasan
Cara penyerapan
Cara depyrogenasi
Dengan penukar ion
Dengan gamma radiasi
Getaran ultrasonic
2.
Tipe-tipe Filter
1.
2.
3.
4.
Screen Filter
filter menggunakan layar kaku atau fleksibel untuk
memisahkan pasir dan partikel halus lainnya dari air.
Depth filter
filter berbagai filter yang menggunakan porous media filtrasi
untuk mempertahankan partikel di seluruh media, bukan
yang hanya di permukaan medium.
Cake filter
Bahan padat /setengah padat terkonsentrasi yang dipisahkan
dari cairan dan tetap pada filter setelah penyaringan
tekanan.
Membrane Filter
Film polimer dengan peringkat pori tertentu, penghalang fisik
dan menangkap partikel seperti pada permukaan membran
2.
3.
Wadah Gelas
tersusun dari pasir (silica yang hampir murni),
soda abu (natrium karbonat), batu kapur
(kalsium karbonat), dancullet(pecahan gelas
yang dicampur denganbatchpembuatan dan
berfungsi sebagai bahan penyatu untuk
seluruh campuran).
Sebagai kemasan dalam farmasi, memiliki
mutu perlindungan yang unggul, ekonomis,
dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran
dan bentuk
Lanjutan
1.
Kelebihan
2.
Inert
kedap udara
dibuat dari bahan yang relatif murah
tidak mudah terbakar, bentuknya tetap
mudah diisi
mudah ditutup
dapat dikemas menggunakan packaging line
mudah disterilisasimudah dibersihkan
dapat digunakan kembali
Kelemahan
lebih rapuh (mudah pecah)
lebih berat untuk pengiriman.
Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan
2.
3.
4.
2.
powdered glass
Uji untuk mengetahui kandungan basa dalam
gelas(oksida
natrium,
kalium,
kalsium,
aluminium) dengan di larutkan ke dalam air
murni dibawah kondisi suhu tinggi dengan
metode asam basa. Biasanya digunakan pada
konnten yang telah terkena sulfur dioksida.
water attack test
Di gunakan pada gelas yang telah terpapar
sulfur di oksida dalam kondisi kelembaban
tertentu menggunakan metode titrasi asam basa
lanjutan
1.
Pencucian
Seluruh alat-alat dan wadah gelas dicuci dengan sabun cuci dan
disikat.
Dibilas dengan air kran yang mengalir sampai bersih.
Ditiriskan alat atau wadah sampai alat-alat tersebut mengering
2.
Sterilisasi
Dengan Pemanasan Basah autoklav pada suhu 121C
salama 15 menit.
3.
Depirogenasi
Meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran.
Di keringkan dan di panaskan 250C selama 45 menit dalam
oven dan laminar air flow.
Kategori plastik
1.
2.
Termoset
stabil pada pemanasan dan tidak dapat
dilelehkan dan tidak dapat dibentuk
ulang. untuk membuatpenutupwadah
gelas atau logam.
Ter moplastik
plastik yang dapat dibentuk ulang dengan
proses pemanasan. Polimer termoplastik
digunakan dalam pembuatan berbagai
jenis wadahsediaanfarmasi.
3.
4.
5.
6.
Antioksidan
Contoh: fosfat dan tioester.
Stabilizer
Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik,
organometalik.
Lubricant
Contoh , logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty
alcohol.
Plasticizer
Contoh: dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.
Filler(Bahan Pengisi)
polimer memperbaiki fleksibilitas
Colorant(Bahan Pewarna)
untuk memberikan warna pada plastik
Jenis-Jenis Plastik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
Vulcanizing agent
Akselerator
Aktivator
Antioksidan-antiozon
Plasticizer- lubrikan
Pengisi
Pigmen
Prinsip Pengendalian
R.Aseptik Produksi Steril
Bebas
Ada
Tekanan
Minimal
195
FILTER
BLOWER / FAN
INLET
GRILL
OUTLET
GRILL
DUCTING
DAMPER
DIFFUSER
196
FILTER
BLOWER
FILTER
DAMPER
DUCTING
DIFFUSER
197
Pre-filter dan medium filter terpasang dalam rumah filter (bahasa populer : housing)
sedangkan filter HEPA terpasang dalam ruangan.
FILTER
Arti Efisiensi
Kemampuan filter untuk menahan dan membersihkan udara yang melaluinya
30% - 40%
PRE FILTER
2 dari 3 lolos
85% - 95%
MED- FILTER
1 dari 16 lolos
(> 95%)
99,997%
HEPA FILTER
Praktis tak ada
yg lolos
199
HVAC
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
Ukuran 0.5 .
Partikel dengan ukuran 0,5 dalam ruang
pengolahan non steril , dibatasi jumlahnya.
2. KELAS 100
b.
Tidak patogen
c.
3 KELAS 10.000
( White )
d.
4. KELAS 100.000
( Grey )
HVAC
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel 100 / feet 3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
pada seluruh langit-langit (plafond) atau satu
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS 100.000
( Grey )
3. DISYARATKAN BAGI
a. Ruang dalam (Bench) Laminar Air Flow (LAF)
b. Aktivitas pengisian ( filling ) sediaan steril.
201
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel max 10.000 / feet 3.
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS 100.000
( Grey )
202
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel 100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter MEDIUM yang
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS 100.000
( Grey )
2. LOKASI
a. Dalam ruang pengolahan sediaan non steril
b. Dalam ruang sampling
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan non sterilsteril.
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel > 100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter kasar atau pre
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS 100.000
( Grey )
2. LOKASI
Dalam ruang non pengolahan.
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang non pengolahan.
204