PEMBAHASAN
yaitu sebesar 16,5%. Selain itu, ditemukan pula beberapa bakteri lain, antara lain, S.
serta Candida albicans (8,1%). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan bakteri
1%, 5%, dan KK (kontrol kuman). Pada konsentrasi 1% masih terlihat adanya
terlihat adanya pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, dilakukan pengecilan rentang
konsentrasi ekstrak dimana konsentrasi akhir ekstrak daun salam yang digunakan
pada penelitian ini, yaitu konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, dan KK.
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yang lebih tepat. Menurut Laila
(2011), berapapun rentang konsentrasi yang digunakan, hal yang perlu ditekankan
yaitu mencari bukti adanya dose-effect relationship antara ekstrak daun salam
53
54
menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Akan
tetapi, KHM tidak dapat ditentukan dengan dilusi tabung. Berdasarkan Accugen
Labs (2011), bila KHM tidak dapat ditentukan dengan metode dilusi tabung, maka
penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi agar. Pada penentuan KHM
dicampur dengan nutrient agar (NA) yang masih cair, lalu didinginkan hingga
menjadi medium agar. Setelah itu, medium agar tersebut diberikan 1 tetes (10 µl)
dibiarkan mengering dahulu sebelum diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27°C.
Dari uji dilusi agar, diperoleh KHM ekstrak daun salam terhadap Streptococcus
pyogenes terletak pada konsentrasi 2%. KHM adalah konsentrasi dimana mulai tidak
terlihat adanya pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar secara kasat mata
(Forbes, 2007).
media nutrient agar (NA), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah
konsentrasi. Menurut Gantz (2006), KBM didapatkan dari konsentrasi dimana mulai
tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri sehingga berdasarkan uji dilusi tabung
penelitian ini, diperoleh KBM ekstrak daun salam terhadap Streptococcus pyogenes
terletak pada konsentrasi 2,5%. Dari hasil penghitungan jumlah koloni yang tumbuh
55
pada tiap konsentrasi, dilakukan analisa data menggunakan SPSS for Windows
versi 12.0. Analisa data yang dilakukan, meliputi uji one-way ANOVA, uji korelasi
pengaruh signifikan dari pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap jumlah
pertumbuhan koloni Streptococcus pyogenes. Setelah itu, dari hasil uji Post Hoc
kelompok konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi <0,05 (p < 0,05).
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka semakin sedikit jumlah
pertumbuhan koloni bakteri. Dari hasil uji Regresi menunjukkan bahwa kontribusi
Streptococcus pyogenes dapat terjadi karena aktivitas zat-zat aktif yang terkandung
pada daun salam. Menurut Purkayastha (2012), zat-zat aktif tersebut, antara lain,
minyak atsiri, flavonoid, dan tanin. Minyak atsiri bekerja dengan berinteraksi dengan
dinding atau membran sel bakteri menyebabkan peningkatan permeabilitas sel dan
tersebut dapat menyebabkan aktivitas fisiologis sel bakteri terganggu. Tanin bekerja
permeabilitas sel. Tanin dapat pula bekerja dengan menginaktivasi adhesin bakteri,
Pada penelitian ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
masih belum diketahui zat aktif mana yang terutama memiliki aktivitas antibakteri
secara in vivo untuk mengetahui dosis efektif, dosis lethal, dosis toksik, dan efek
samping, serta penelitian terhadap manusia. Pada bidang kedokteran gigi, perlu
dilakukan pula penelitian lebih lanjut supaya daun salam dapat diaplikasikan sebagai