Anda di halaman 1dari 4

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian Al-Hamadani (2011) menyatakan bahwa bakteri yang

paling banyak ditemukan pada infeksi endodontik adalah Streptococcus pyogenes,

yaitu sebesar 16,5%. Selain itu, ditemukan pula beberapa bakteri lain, antara lain, S.

mutans (15,6%), S. sanguis (9,5%), S.angiosus (6,8%), S. pneumonia (6,3%),

S.intermedius (6,3%), S.mitis (4%), S.salivarius (3,4%), Enterococcus faecalis

(3,4%), S.aureus (11,5%), S.epidermides (5,4%), Lactobacillus acidophilus (3,4%),

serta Candida albicans (8,1%). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan bakteri

uji S. pyogenes yang merupakan bakteri utama penyebab infeksi endodontik.

Konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) yang digunakan

dalam penelitian ini didapat berdasarkan penelitian pendahuluan, yaitu konsentrasi

1%, 5%, dan KK (kontrol kuman). Pada konsentrasi 1% masih terlihat adanya

pertumbuhan koloni Streptococcus pyogenes, sedangkan pada konsentrasi 5% tidak

terlihat adanya pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, dilakukan pengecilan rentang

konsentrasi ekstrak dimana konsentrasi akhir ekstrak daun salam yang digunakan

pada penelitian ini, yaitu konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, dan KK.

Rentang konsentrasi kecil digunakan untuk dapat menentukan Kadar Hambat

Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yang lebih tepat. Menurut Laila

(2011), berapapun rentang konsentrasi yang digunakan, hal yang perlu ditekankan

yaitu mencari bukti adanya dose-effect relationship antara ekstrak daun salam

terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes.

53
54

Penelitian ini menggunakan metode dilusi tabung, yang diharapkan dapat

menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Akan

tetapi, KHM tidak dapat ditentukan dengan dilusi tabung. Berdasarkan Accugen

Labs (2011), bila KHM tidak dapat ditentukan dengan metode dilusi tabung, maka

penentuan KHM dilakukan dengan metode dilusi agar. Pada penentuan KHM

dengan metode dilusi agar, masing-masing konsentrasi ekstrak daun salam

dicampur dengan nutrient agar (NA) yang masih cair, lalu didinginkan hingga

menjadi medium agar. Setelah itu, medium agar tersebut diberikan 1 tetes (10 µl)

suspensi bakteri Streptococcus pyogenes dengan kepadatan 106 CFU/ml, lalu

dibiarkan mengering dahulu sebelum diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27°C.

Setelah diinkubasi, pertumbuhan koloni bakteri Streptococcus pyogenes diamati.

Dari uji dilusi agar, diperoleh KHM ekstrak daun salam terhadap Streptococcus

pyogenes terletak pada konsentrasi 2%. KHM adalah konsentrasi dimana mulai tidak

terlihat adanya pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar secara kasat mata

(Forbes, 2007).

Kadar Bunuh Minimal (KBM) ditentukan dengan melakukan streaking tiap

konsentrasi yang sudah dicampur suspensi bakteri Streptococcus pyogenes pada

media nutrient agar (NA), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah

diinkubasi, dilakukan penghitungan jumlah koloni yang tumbuh pada tiap

konsentrasi. Menurut Gantz (2006), KBM didapatkan dari konsentrasi dimana mulai

tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri sehingga berdasarkan uji dilusi tabung

penelitian ini, diperoleh KBM ekstrak daun salam terhadap Streptococcus pyogenes

terletak pada konsentrasi 2,5%. Dari hasil penghitungan jumlah koloni yang tumbuh
55

pada tiap konsentrasi, dilakukan analisa data menggunakan SPSS for Windows

versi 12.0. Analisa data yang dilakukan, meliputi uji one-way ANOVA, uji korelasi

Pearson, dan uji regresi.

Data hasil penelitian uji one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan dari pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap jumlah

pertumbuhan koloni Streptococcus pyogenes. Setelah itu, dari hasil uji Post Hoc

Tukey didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada setiap pasangan

kelompok konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi <0,05 (p < 0,05).

Selanjutnya, hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan terbalik, yaitu

semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka semakin sedikit jumlah

pertumbuhan koloni bakteri. Dari hasil uji Regresi menunjukkan bahwa kontribusi

pemberian ekstrak etanol daun salam dalam menurunkan jumlah koloni

Streptococcus pyogenes sebesar 52%.

Efek antibakteri ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap

Streptococcus pyogenes dapat terjadi karena aktivitas zat-zat aktif yang terkandung

pada daun salam. Menurut Purkayastha (2012), zat-zat aktif tersebut, antara lain,

minyak atsiri, flavonoid, dan tanin. Minyak atsiri bekerja dengan berinteraksi dengan

dinding atau membran sel bakteri menyebabkan peningkatan permeabilitas sel dan

denaturasi protein sehingga terjadi perubahan struktur protein dan menyebabkan

koagulasi. Protein yang terdenaturasi dan koagulasi mengakibatkan aktivitas

fisiologis bakteri hilang dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan serta

kematian bakteri. Flavonoid bekerja dengan mendenaturasi protein yang

mengakibatkan koagulasi protein dan mengganggu permeabilitas sel sehingga hal


56

tersebut dapat menyebabkan aktivitas fisiologis sel bakteri terganggu. Tanin bekerja

dengan mengerutkan dinding sel bakteri yang mengakibatkan gangguan

permeabilitas sel. Tanin dapat pula bekerja dengan menginaktivasi adhesin bakteri,

enzim, serta sebagai koagulator bakteri sehingga mengganggu aktivitas fisiologis

bakteri dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bahkan kematian bakteri

(Dewanti & Wahyudi, 2011).

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol

daun salam (Syzygium polyanthum) memiliki efek antibakteri terhadap

Streptococcus pyogenes secara in vitro, dengan Kadar Hambat Minimal (KHM) 2%

dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) 2,5%.

Pada penelitian ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu

masih belum diketahui zat aktif mana yang terutama memiliki aktivitas antibakteri

terbesar terhadap Streptococcus pyogenes. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

secara in vivo untuk mengetahui dosis efektif, dosis lethal, dosis toksik, dan efek

samping, serta penelitian terhadap manusia. Pada bidang kedokteran gigi, perlu

dilakukan pula penelitian lebih lanjut supaya daun salam dapat diaplikasikan sebagai

alternatif bahan irigasi dan sterilisasi saluran akar.

Anda mungkin juga menyukai