DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
Latar Belakang................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
LAPORAN KASUS...........................................................................................................3
BAB III............................................................................................................................12
Rumusan Masalah.........................................................................................................12
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?..........................................................12
1.1 Parturien Preterm................................................................................................12
1.2 Anemia...............................................................................................................13
2. Apa faktor risiko terjadinya persalinan prematur pada kasus ini ?.............................13
3. Apakah tatalaksana kasus ini sudah tepat ?...............................................................16
BAB IV............................................................................................................................19
SIMPULAN.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).1
juta bayi lahir prematur setiap tahunnya. Bayi yang dilahirkan prematur sebanyak
5%-18% dari bayi yang lahir di dunia dan banyak terjadi di negara berkembang
seluruh dunia terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Angka kelahiran bayi
urutan ke-5 dengan jumlah kelahiran prematur terbanyak di dunia, yaitu sebesar
675.700 bayi prematur. Angka kejadian bayi lahir prematur di Indonesia adalah
dengan empat minggu kehidupan pertama) dan penyebab kedua kematian anak
kelangsungan hidup dan kesehatan anak tidak dapat tercapai apabila kelahiran
baru lahir, serta merupakan morbiditas yang dapat berlanjut hingga ke kehidupan
berikutnya. Hal ini disebabkan oleh sistem organ yang imatur, sehingga
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (disangkal)
Diabetes Melitus (disangkal)
Penyakit Jantung (disangkal)
Asma (disangkal)
Alergi (disangkal)
4
2.2.9 Riwayat Pernikahan
Belum menikah sah ± (1 tahun)
Suami : 23 tahun/ SMA/ Swasta
Istri : 19 tahun/ SMA/ Ibu rumah tangga
2.2.10 Riwayat KB
Disangkal
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu badan : 36,50C
5
SpO2 : 99%
Kepala:
- Kepala : Normochepali
- Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
- Hidung : deformitas (-), deviasi (-), krepitasi (-), sekret (-/-), darah
(-/-), napas cuping hidung, nyeri tekan sinus (-)
- Telinga : deformitas (-), sekret (-/-)
- Mulut : bibir sianosis (-), oral candidiasis (-), ulserasi (-)
- Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax:
Jantung
- Inspeksi : IC tidak tampak, jejas (-)
- Palpasi : Sela iga normal, tidak teraba massa, IC
tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
- Auskultasi : BJ I-II Normal, Mur-mur(-), Gallop (-)
Paru
- Inspeksi : Simetris, ikut gerak nafas
- Palpasi : Vocal Fremitus (D=S)
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : SN Bronkhovesikuler, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Abdomen :
- Inspeksi : Tampak cembung
- Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan (-), Hati dan limpa
(tidak teraba pembesaran)
- Perkusi : Timpani
6
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-/-), CRT <2”
LABORATORIUM
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 9,7 11.7 - 15.5 g/dL
Hematokrit 30,2 35.2 - 46.7 %
Leukosit 7,45 3.37- 18,00 x 103 Unit/ Liter
Trombosit 201 140 - 400 x 103 Unit/Liter
7
BUN 9,7 7 - 18 mg/dL
Creatinin 0.69 ≤ 0.95 mg/dL
Anti HIV NR
2.5 RESUME
Pasien G1P0A0 datang ke IGD Kebidanan RSUD Dok II dengan
keluhan mules-mules ± 4 jam SMRS disertai keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir (+), keluar air-air dari jalan lahir disangkal., gerakan janin
dirasakan aktif, keputihan saat hamil (+), gatal (+), berbau (+), encer.
Tanda-tanda vital; TD: 100/70 mmHg, N: 95 x/menit, Respirasi: 22
x/menit, SB: 36,50C, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan fisik dan status generalis
didapatkan conjungtiva anemis (+/+). Dari pemeriksaan Obstetri pada
pemeriksaan luar didapatkan TFU : 28 cm, DJJ 137 x/m, TBBJ 2.320 gr, HIS
2x/10’/35”. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tebal, kaku, arah axial
pembukaan 2 cm, ketuban (+), dan presentasi kepala, station (-4), sutura
sagitalis sulit dinilai. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hemoglobin
9,7 g/dL Hematokrit 30,2%. Usia Kehamilan saat ini 35-36 minggu.
8
2.8 FOLLOW UP RUANGAN
9
DJJ : 147 x/menit
HIS : 5x/10’/45”
Vulva/Vagina : tidak ada kelainan
Pembukaan : 10 cm/ lengkap
Ketuban : (-) sisa mekoneal
Presentasi : kepala, station (+4), UUK kiri
anterior
P:
- Pimpin Ibu meneran saat datangnya HIS
- Observasi DJJ dan HIS / 5 menit
- Observasi KU dan TTV / 30 menit
- Kepala janin turun sesuai sumbu jalan lahir sehingga tampak di vulva
10
- Jam 00.50 WIT Lahir bayi Perempuan, BB 2.300gr, PB 45 cm, Apgar
Skor menit 1: 7, menit 5: 8
- Dilakukan Perineorafi
11
12
BAB III
Rumusan Masalah
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?
2. Apa faktor risiko terjadinya peralinan prematur pada kasus ini ?
3. Apakah tatalaksana kasus ini sudah tepat ?
PEMBAHASAN
13
dan presentasi kepala, station (-4 ) belum mencapai spina ischiadika.
Taksiran partus 22-04-2021 dengan usia kehamilan 36 - 37 minggu.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
pasien memenuhi kriteria diagnosis persalinan preterm.
1.2 Anemia
Anemia sering terjadi pada perempuan hamil dan batasannya ialah bila
Hb <11g/dL pada trimester ke 1 dan ke 3 dan pada trimester kedua
<10,5g/dL. Pada kasus ini, menurut hasil laboratorium bermakna yaitu
Hb = 9,7 g/dL yang berarti bahwa diagnosa Anemia pada kasus ini tepat.4
2. Apa faktor risiko terjadinya persalinan prematur pada kasus ini ?
Drive dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm terjadi
tanpa diketahui penyebabnya yang jelas, 30% akibat persalinan elektif, 10%
kehamilan ganda, dan sebagian lain sebagai akibat kondisi ibu atau janin.
Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya bayi lahir prematur. Banyak kasus persalinan
prematur sebagai akibat proses yang patogenik yang merupakan mediator
biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan
serviks. Faktor risiko persalinan prematur antara lain:
1) Gaya Hidup
Merokok, Selain itu, risiko meningkat meliputi usia ketika mengandung
adalah 16 tahun atau primigravida 30 tahun, dan nutrisi yang kurang dapat
menurunkan jumlah kalori dalam tubuh yang diketahui memicu stressor
dan biasanya dihubungkan dengan peningkatan risiko kelahiran preterm.3
Pada kasus, dari anamnesa ibu mengaku tidak merokok, usia ibu 19
tahun. Ideks Massa Tubuh (IMT) ibu adalah 23 kg/m2 dengan kategori
normal sehingga pada kasus ini tidak didapatkan faktor risiko gaya hidup
2) Kesenjangan ras dan etnik dan status sosio-ekonomi
Di Amerika Serikat dan Inggris, wanita yang berkulit hitam lebih
banyak melahirkan prematur daripada orang berkulit putih (16.3%
berbanding 7.7%). Asosiasi lainnya termasuk status sosial ekonomi dan
pendidikan yang rendah.3
14
Pada kasus, pendidikan terakhir ibu adalah SMA dimana pndidikan ibu
dikategorikan berdasarkan wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) sehingga
Pendidikan ibu tidak rendah. Pada kasus, tidak ditemukan faktor risiko
sosioekonomi
3) Stress psikososial dan bekerja berat selama kehamilan
Stres adalah kondisi yang mengganggu secara fisiologis ataupun
psikologi dapat mengisiasi respon stress dengan peningkatan pelepasan
kortisol dan katekolamin. Peningkatan kortisol fetal dan maternal
meningkatkan sekresi Corticotropin Releasing Hormone plasenta.
Peningkatan CRH menstimulasi biosintesis Fetal Adrenal
Dehydroepiandrosterone Sulfate (DHEA-S) yang berfungsi sebagai
substrat untuk meningkatkan kadar plasma estrogen pada ibu, yaitu estriol.
Peningkatan kortisol dan estrogen dini menyebabkan kontraksi uterus dan
kematangan serviks. Katekolamin dilepaskan selama respon stress tidak
hanya mempengaruhi aliran darah ke uteroplasenta tapi juga menyebabkan
kontraksi uterus.3
Pada kasus, faktor risiko stress psikososial dan bekerja berat tidak dapat
dinilai
4) Riwayat persalinan preterm sebelumnya
Risiko kelahiran kurang bulan berulang untuk wanita yang kelahiran
pertamanya kurang bulan meningkat 3x lipat dibandingkan dengan wanita
yang bayi pertamanya lahir aterm. Lebih dari 1/3 wanita yang dua
kelahiran sebelumnya kurang bulan kemudian melahirkan bayi ketiga yang
kurnag bulan juga.3
Pada kasus, ibu hamil anak pertama sehingga tidak terdapat riwayat
persalinan prematur sebelumnya.
15
amnion mensekresi sitokin. Produk sitokin yang berperan dalam persalinan
prematur adalah interleukin-1, interleukin-8, interleukin-6, dan Tumor
Necrosis Factor (TNF). Lipopolisakarida dan interleukin-1 menyebabkan
pelepasan prostaglandin dari membran korio-amnion, desidua atau serviks.
Interleukin-8 menyebabkan dilatasi serviks. Hal ini mempengaruhi
kematangan serviks dan kontraksi miometrium.3
16
tanda peradangan dan gambaran serviks normal. Untuk menegakan
diagnosis secara klinis umumnya digunakan kriteria amsel, berdasarkan 3
dari 4 temuan:
1. Duh tubuh vagina berwarna putih keabu-abuan, homogen, melekat di
vulva dan vagina
2. Terdapat clue cells pada duh vagina
3. Timbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi dengan larutan KOH
10% (tes amin positif)
4. pH duh vagina lebih dari 4,5.6
Pasien mengaku mengalami keputihan selama hamil, gatal,bau, encer
dan berwarna putih sehingga dicurigai mengarah pada bakterial
vaginosis. Namun untuk menegakkan diagnosis bakterial vaginosis ini
seharusnya dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penegakan
diagnosis secara klinis dengan kriteia amsal sedangkan, pada kasus
hanya dilakukan anamnesis.
6) Polihidramnion atau kehamilan multifetal
Kehamilan multifetal dan hidramnion meningkatkan risiko kelahiran
prematur. Distensi uterus dini menyebabkan inisiasi ekspresi Contraction
Associated Proteins (CAPs) di myometrium. CAPs berfungsi untuk
meningkatkan kontraktilitas uterus dan kematangan serviks.3
Pada kasus, tidak ditemukan faktor risiko polihidramnion atau kehamilan
multifetal
7) Ketuban Pecah Dini (KPD)
Pada kasus, ketuban masih utuh sehingga tidak ditemukan faktor risiko
ketuban pecah dini
3. Apakah tatalaksana kasus ini sudah tepat ?
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama
mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus prematur adalah:
1. Menghambat proses persalinan prematur dengan pemberian tokolisis.
Pemberian tokolitik masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai
kontraksi uterus yang regular dengan perubahan serviks. Manfaat
pemberian tokolitik adalah memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid
17
untuk menstimulir surfaktan paru sehingga mencegah mortalitas dan
morbiditas pada bayi prematur.. Obat tokolitik yang dapat dipakai adalah
nifedipin (kalsium antagonis) 30 mg loading dose peroral, selanjutnya 20
mg 8 jam kemudian dosis maintenance 10 mg/ 8 jam (dosis total 190 mg).
Beberapa studi acak memperlihatkan nifedipine berhubungan dengan
kesuksesan mempertahankan kehamilan dibanding tokolitik lain. Efek
sampingnya terhadap ibu hamil antara lain dizziness, flushing, hipotensi,
dan peningkatan enzim transaminase hepar. Efek penekanan denyut
jantung, kontraktilitas, dan tekanan sistolik ventrikel kiri terjadi jika
digunakan bersama magnesium sulfate. Tokolisis dapat juga di berikan
obat β mimetik seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol
dapat digunakan, tetapi nifedipin memiliki efek samping lebih kecil.
Kontraindikasi penundaan persalinan yang mutlak adalah gawat janin,
korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak dan relatif adalah
diabetes mellitus, pertumbuhan janin terhambat, pembukaan serviks lebih
dari 4 cm.1,5
Pada kasus, tidak dijumpai kontraindikasi penundaan persalinan dan
pasien tidak diberikan tokolitik karna pematangan paru dengan sudah
maksimal.
2. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid.
Pemberian terapi kortikosteroid untuk pematangan paru janin
menurunkan insidensi Respiratory Distress Syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikuler, yang akhirnya menurunkan angka kematian
neonatus. Kortikosteroid dapat diberikan bila usia gestasi kurang dari 35
minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason 4x6 mg i.v. dengan
jarak pemberian 12 jam atau betametason 2x12 mg i.m. dengan jarak
pemberian 24 jam. Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko
terjadinya pertumbuhan janin terhambat.1
Kortikosteroid dapat diberikan pada usia gestasi 24-32 minggu.
Pemberian kortikosteroid di bawah 24 minggu tidak direkomendasikan,
sedangkan pemberian kortikosteroid usia kehamilan 32 dan 34 minggu
18
tidak memberikan efek yang berarti. Sebagai aturan umum, jika tokolitik
diberikan, harus diberikan bersamaan dengan kortikosteroid.3
Pada kasus ini, pasien tidak diberikan dexamethasone untuk
pematangan paru.
19
BAB IV
SIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
%20tokolitik.pdf.
21