Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
Latar Belakang................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
LAPORAN KASUS...........................................................................................................3
BAB III............................................................................................................................12
Rumusan Masalah.........................................................................................................12
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?..........................................................12
1.1 Parturien Preterm................................................................................................12
1.2 Anemia...............................................................................................................13
2. Apa faktor risiko terjadinya persalinan prematur pada kasus ini ?.............................13
3. Apakah tatalaksana kasus ini sudah tepat ?...............................................................16
BAB IV............................................................................................................................19
SIMPULAN.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada umur

kehamilan 20-37 minggu dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).1

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat sekitar 15

juta bayi lahir prematur setiap tahunnya. Bayi yang dilahirkan prematur sebanyak

5%-18% dari bayi yang lahir di dunia dan banyak terjadi di negara berkembang

(rata-rata kelahiran prematur 12%). Sekitar 60% kelahiran bayi prematur di

seluruh dunia terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Angka kelahiran bayi

prematur meningkat pada hampir semua negara di dunia. Indonesia berada di

urutan ke-5 dengan jumlah kelahiran prematur terbanyak di dunia, yaitu sebesar

675.700 bayi prematur. Angka kejadian bayi lahir prematur di Indonesia adalah

16%-18% dari semua kelahiran hidup.2

Prematuritas merupakan penyebab utama kematian bayi baru lahir (bayi

dengan empat minggu kehidupan pertama) dan penyebab kedua kematian anak

dibawah usia lima tahun setelah pneumonia. Kemajuan global dalam

kelangsungan hidup dan kesehatan anak tidak dapat tercapai apabila kelahiran

prematur tidak teratasi.2

Bayi prematur rentan terhadap berbagai komplikasi medis selama periode

baru lahir, serta merupakan morbiditas yang dapat berlanjut hingga ke kehidupan

berikutnya. Hal ini disebabkan oleh sistem organ yang imatur, sehingga

komplikasi yang dialami adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS), sepsis,

duktus arteriosus paten, Enterokolitis Nekrotikans (EKN), Retinopati Bayi

Prematur (RBP), perdarahan intraventrikuler-periventrikuler, dan serebral palsi 3

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PENDERITA


Nama Inisial : Ny.C.G
Umur : 19 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Alamat : Polimak 1
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Papua
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum menikah SAH
No. DM : 22 17 32
Tanggal MRS / Jam : 20 Maret 2021 / 14.50 WIT

2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesa)


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis (Pasien Ny.C.G) di VK pada
tanggal 20 Maret 2021 pukul 16.45 WIT.

2.2.1 Keluhan Utama


Mules-mules

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien G1P0A0 datang ke IGD Kebidanan RSUD Dok II dengan
keluhan mules-mules ± 4 jam SMRS disertai keluar lendir bercampur
darah dari jalan lahir (+), Keluar air-air dari jalan lahir (-) . Gerakan
janin dirasakan aktif (+), keputihan (+), gatal (+), berbau (+), encer.
Hari Pertama Haid Terakhir: 15-07-2020, Taksiran Persalinan : 22-04-
2021, Usia Kehamilan: 36-37 minggu

3
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
 Hipertensi (disangkal)
 Diabetes Melitus (disangkal)
 Penyakit Jantung (disangkal)
 Asma (disangkal)
 Alergi (disangkal)

2.2.4 Riwayat Operasi


Disangkal

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat Hipertensi (disangkal)
 Diabetes Melitus (disangkal)
 Penyakit Jantung (disangkal)
 Asma (disangkal)
 Alergi (disangkal)

2.2.6 Riwayat Menstruasi


 Menarche : 13 tahun
 Siklus haid : teratur tiap bulan 28 hari
 Lama haid : 3 hari
 Nyeri haid : (disangkal)

2.2.7 Riwayat Kontrol Kehamilan


 ANC Puskesmas 4x (20 minggu, 24 minggu, 28 minggu, 34
minggu ), Sp.OG (-)
 TT (-)

2.2.8 Riwayat Obstetri


G1P0A0: I Hamil ini

4
2.2.9 Riwayat Pernikahan
Belum menikah sah ± (1 tahun)
Suami : 23 tahun/ SMA/ Swasta
Istri : 19 tahun/ SMA/ Ibu rumah tangga

2.2.10 Riwayat KB
Disangkal

2.2.11 CTG dan USG


 CTG: Tidak dilakukan
 USG : Tidak dilakukan

2.2.11 Riwayat Sosial Ekonomi


 Tinggal di daerah padat penduduk
 Mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang (-)
 Konsumsi Alkohol (-), Merokok (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


2.3.1 Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 67 kg
IMT : kg/m2

Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 95 x/menit
 Respirasi : 22 x/menit
 Suhu badan : 36,50C

5
 SpO2 : 99%

Kepala:
- Kepala : Normochepali
- Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
- Hidung : deformitas (-), deviasi (-), krepitasi (-), sekret (-/-), darah
(-/-), napas cuping hidung, nyeri tekan sinus (-)
- Telinga : deformitas (-), sekret (-/-)
- Mulut : bibir sianosis (-), oral candidiasis (-), ulserasi (-)
- Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax:
 Jantung
- Inspeksi : IC tidak tampak, jejas (-)
- Palpasi : Sela iga normal, tidak teraba massa, IC
tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
- Auskultasi : BJ I-II Normal, Mur-mur(-), Gallop (-)

 Paru
- Inspeksi : Simetris, ikut gerak nafas
- Palpasi : Vocal Fremitus (D=S)
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : SN Bronkhovesikuler, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
 Abdomen :
- Inspeksi : Tampak cembung
- Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan (-), Hati dan limpa
(tidak teraba pembesaran)
- Perkusi : Timpani

6
- Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-/-), CRT <2”

2.3.2 Status Obstetri


Pemeriksaan Luar :

- Leopold: - Leopold I : Teraba bokong


- Leopold II: Teraba punggung sebelah kanan ibu
- Leopold III: Letak kepala
- Leopold IV: Penurunan kepala 4/5
- TFU : 28 cm
- TBJ : 2.320 gr (Jhonson Tossack)
- DJJ : 137 x/ menit
- His : 2x/10’/35”
Pemeriksaan Dalam :
- Vulva/Vagina: tidak ada kelainan
- Portio: tebal, kaku, arah Axial
- Pembukaan: 2 cm
- Ketuban: (+)
- Presentasi: Kepala, station (-4), UUK sulit dievaluasi

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 9,7 11.7 - 15.5 g/dL
Hematokrit 30,2 35.2 - 46.7 %
Leukosit 7,45 3.37- 18,00 x 103 Unit/ Liter
Trombosit 201 140 - 400 x 103 Unit/Liter

Eritrosit 4.03 3.69 - 5.46 x 106 Unit/Liter


PT 11,2 10,2 - 12,1 Detik
APTT 24.8 24,8 - 34,4 Detik
GDS 81 ≤ 140 mg/dL

7
BUN 9,7 7 - 18 mg/dL
Creatinin 0.69 ≤ 0.95 mg/dL
Anti HIV NR

2.5 RESUME
Pasien G1P0A0 datang ke IGD Kebidanan RSUD Dok II dengan
keluhan mules-mules ± 4 jam SMRS disertai keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir (+), keluar air-air dari jalan lahir disangkal., gerakan janin
dirasakan aktif, keputihan saat hamil (+), gatal (+), berbau (+), encer.
Tanda-tanda vital; TD: 100/70 mmHg, N: 95 x/menit, Respirasi: 22
x/menit, SB: 36,50C, SpO2: 99%. Pada pemeriksaan fisik dan status generalis
didapatkan conjungtiva anemis (+/+). Dari pemeriksaan Obstetri pada
pemeriksaan luar didapatkan TFU : 28 cm, DJJ 137 x/m, TBBJ 2.320 gr, HIS
2x/10’/35”. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tebal, kaku, arah axial
pembukaan 2 cm, ketuban (+), dan presentasi kepala, station (-4), sutura
sagitalis sulit dinilai. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hemoglobin
9,7 g/dL Hematokrit 30,2%. Usia Kehamilan saat ini 35-36 minggu.

2.6 DIAGNOSA KERJA


G1P0A0 Parturien Preterm 36 -37 minggu kala I fase Laten + Anemia

2.7 RENCANA TINDAKAN


Lapor dr. Sp. OG, Anjuran:
• Rencana persalinan pervaginam
• Observasi kemajuan persalinan per 6 jam
• Observasi DJJ dan HIS / 30 menit
• Observasi KU dan TTV / 1 jam

8
2.8 FOLLOW UP RUANGAN

Tanggal 20 Maret 2021 S: Mules-mules semakin sering dan bertambah


Jam: 20.45 (4 jam kemudian) kuat

O: KU: baik, Kes: cm, TD: 110/80 mmHg, N: 80


x/menit, RR: 20x/menit, SB: 36.6oC, SpO2:
99%, Conjungtiva anemis +/+
St. Obs:
LA : Memanjang, punggung kanan, letak
kepala, penurunan kepala 3/5
DJJ : 143 x/menit
HIS : 4x/10’/45”
Vulva/Vagina : tidak ada kelainan
Portio : tipis, lunak, arah axial
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : (+)
Presentasi : kepala, station (0), UUK kanan
anterior

A: G1P0A0 Parturien preterm kala I Fase aktif +


Anemia

P: Lapor dr,Sp.OG Instruksi


- Rencana persalinan pervaginam
- Observasi kemajuan persalinan dalam 4
jam
- Observasi DJJ dan HIS / 30 menit
- Observasi KU dan TTV / 1 jam
Tanggal 21 Maret 2021 S: ibu gelisah dan ingin meneran, ketuban pecah
Jam: 00.40 (4 jam kemudian) spontan

O: KU: baik, Kes: cm, TD: 110/70 mmHg, N:


100 x/menit, RR: 20x/menit, SB: 36.6oC,
SpO2: 99%, Conjungtiva anemis +/+
St. Obs:
LA : Memanjang, punggung kiri, letak
kepala, penurunan kepala 0/5

9
DJJ : 147 x/menit
HIS : 5x/10’/45”
Vulva/Vagina : tidak ada kelainan
Pembukaan : 10 cm/ lengkap
Ketuban : (-) sisa mekoneal
Presentasi : kepala, station (+4), UUK kiri
anterior

A: G1P0A0 Parturien preterm kala II + Anemia

P:
- Pimpin Ibu meneran saat datangnya HIS
- Observasi DJJ dan HIS / 5 menit
- Observasi KU dan TTV / 30 menit

2.9 LAPORAN PARTUS SPONTAN

- Ibu dipimpin meneran sesuai datangnya HIS

- Kepala janin turun sesuai sumbu jalan lahir sehingga tampak di vulva

- Dilakukan episiotomi mediolateral

- Tampak suboksiput dibawah simpisis. Dengan suboksiput sebagai


hipomoklion, kepala mengadakan defleksi maksimal sehingga berturut-
turut lahir UUB, dahi, muka, dagu dan seluruh kepala

- Hidung dan mulut dibersihkan dengan kassa

- Dengan pegangan biparietal, tarikan kebelakang dan ke depan, dilahirkan


bahu depan dan belakang, dan kemudian seluruh lengan

- Dengan pegangan samping badan, dilahirkan trokanter depan dan


belakang, kemudian seluruh tungkai

10
- Jam 00.50 WIT Lahir bayi Perempuan, BB 2.300gr, PB 45 cm, Apgar
Skor menit 1: 7, menit 5: 8

- Tali pusat dijepit dan dipotong

- Ibu disuntik oxytocin 10 IU IM

- Dilakukan peregangan tali pusat terkendali

- Jam 00.55 WIT lahir spontan plasenta lengkap

- Dilakukan massase fundus uteri, kontraksi baik

- Dilakukan Perineorafi

- Perdarahan kala III-IV ± 150 cc

2.9 FOTO KLINIS BAYI

11
12
BAB III

Rumusan Masalah
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?
2. Apa faktor risiko terjadinya peralinan prematur pada kasus ini ?
3. Apakah tatalaksana kasus ini sudah tepat ?

PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?


1.1 Parturien Preterm
Beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman
persalinan preterm yaitu; kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8
menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit, adanya nyeri pada
punggung bawah, perdarahan bercak, perasaan menekan pada serviks,
pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2
cm dan penipisan 50-8-%, presentasi janin rendah sampai mencapai spina
ischiadika, selaput ketuban pecah yang merupakan tanda awal, dan terjadi
pada usia kehamilan 22-37 minggu.1

Pada kasus, Ny. C.G usia 19 tahun dengan diagnosis G1P0A0


parturien preterm kala I fase Laten + Anemia. Dalam kasus ini diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan keluhan
mules-mules ± 4 jam SMRS disertai keluar lendir bercampur darah dari
jalan lahir (+), HPHT 15-07-2020. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
HIS 2x/10’/35”, letak janin memanjang, punggung kanan, letak terbawah
kepala, penurunan kepala 4/5, DJJ 137x/ menit. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan portio tebal,kaku arah axial, pembukaan 2 cm, ketuban (+),

13
dan presentasi kepala, station (-4 ) belum mencapai spina ischiadika.
Taksiran partus 22-04-2021 dengan usia kehamilan 36 - 37 minggu.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
pasien memenuhi kriteria diagnosis persalinan preterm.

1.2 Anemia
Anemia sering terjadi pada perempuan hamil dan batasannya ialah bila
Hb <11g/dL pada trimester ke 1 dan ke 3 dan pada trimester kedua
<10,5g/dL. Pada kasus ini, menurut hasil laboratorium bermakna yaitu
Hb = 9,7 g/dL yang berarti bahwa diagnosa Anemia pada kasus ini tepat.4
2. Apa faktor risiko terjadinya persalinan prematur pada kasus ini ?
Drive dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm terjadi
tanpa diketahui penyebabnya yang jelas, 30% akibat persalinan elektif, 10%
kehamilan ganda, dan sebagian lain sebagai akibat kondisi ibu atau janin.
Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya bayi lahir prematur. Banyak kasus persalinan
prematur sebagai akibat proses yang patogenik yang merupakan mediator
biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan
serviks. Faktor risiko persalinan prematur antara lain:
1) Gaya Hidup
Merokok, Selain itu, risiko meningkat meliputi usia ketika mengandung
adalah 16 tahun atau primigravida 30 tahun, dan nutrisi yang kurang dapat
menurunkan jumlah kalori dalam tubuh yang diketahui memicu stressor
dan biasanya dihubungkan dengan peningkatan risiko kelahiran preterm.3
Pada kasus, dari anamnesa ibu mengaku tidak merokok, usia ibu 19
tahun. Ideks Massa Tubuh (IMT) ibu adalah 23 kg/m2 dengan kategori
normal sehingga pada kasus ini tidak didapatkan faktor risiko gaya hidup
2) Kesenjangan ras dan etnik dan status sosio-ekonomi
Di Amerika Serikat dan Inggris, wanita yang berkulit hitam lebih
banyak melahirkan prematur daripada orang berkulit putih (16.3%
berbanding 7.7%). Asosiasi lainnya termasuk status sosial ekonomi dan
pendidikan yang rendah.3

14
Pada kasus, pendidikan terakhir ibu adalah SMA dimana pndidikan ibu
dikategorikan berdasarkan wajib belajar 9 tahun (SD-SMP) sehingga
Pendidikan ibu tidak rendah. Pada kasus, tidak ditemukan faktor risiko
sosioekonomi
3) Stress psikososial dan bekerja berat selama kehamilan
Stres adalah kondisi yang mengganggu secara fisiologis ataupun
psikologi dapat mengisiasi respon stress dengan peningkatan pelepasan
kortisol dan katekolamin. Peningkatan kortisol fetal dan maternal
meningkatkan sekresi Corticotropin Releasing Hormone plasenta.
Peningkatan CRH menstimulasi biosintesis Fetal Adrenal
Dehydroepiandrosterone Sulfate (DHEA-S) yang berfungsi sebagai
substrat untuk meningkatkan kadar plasma estrogen pada ibu, yaitu estriol.
Peningkatan kortisol dan estrogen dini menyebabkan kontraksi uterus dan
kematangan serviks. Katekolamin dilepaskan selama respon stress tidak
hanya mempengaruhi aliran darah ke uteroplasenta tapi juga menyebabkan
kontraksi uterus.3
Pada kasus, faktor risiko stress psikososial dan bekerja berat tidak dapat
dinilai
4) Riwayat persalinan preterm sebelumnya
Risiko kelahiran kurang bulan berulang untuk wanita yang kelahiran
pertamanya kurang bulan meningkat 3x lipat dibandingkan dengan wanita
yang bayi pertamanya lahir aterm. Lebih dari 1/3 wanita yang dua
kelahiran sebelumnya kurang bulan kemudian melahirkan bayi ketiga yang
kurnag bulan juga.3
Pada kasus, ibu hamil anak pertama sehingga tidak terdapat riwayat
persalinan prematur sebelumnya.

5) Infeksi Vaginosis Bakterial


Bakteri dapat memasuki jaringan intrauterin melalui infeksi sistemik
ibu ke bayi melalui plasenta dan dari vagina atau serviks. Bakteri
menyerang jaringan ibu seperti desidua, serviks, atau korio-amnion,
melepaskan endotoksin atau lipopolisakarida yang menstimulasi sel

15
amnion mensekresi sitokin. Produk sitokin yang berperan dalam persalinan
prematur adalah interleukin-1, interleukin-8, interleukin-6, dan Tumor
Necrosis Factor (TNF). Lipopolisakarida dan interleukin-1 menyebabkan
pelepasan prostaglandin dari membran korio-amnion, desidua atau serviks.
Interleukin-8 menyebabkan dilatasi serviks. Hal ini mempengaruhi
kematangan serviks dan kontraksi miometrium.3

Bakterial vaginosis adalah sindrom vagina yang terkait dengan


perubahan flora normal vagina daripada infeksi spesifik pada organisme
mana pun dan inflamasi vagina yang tidak terlalu nampak (asimtomatik)
bila dibandingkan dengan vaginitis. Wanita dengan vaginosis bakterialis
dan genotif TNF-alfa yang rentan mengalami peningkatan insiden
kelahiran kurang bulan sebesar 9x lipat.3
Pada anamnesis 50% asimtomatik, keluhan berupa duh tubuh vagina
abnormal, bau amis, yang seringkali terjadi setelah hubungan seksual
tanpa kondom. Keluhan gatal, disuria atau dispareunia jarang terjadi. Pada
periksaan klinis menunjukkan duh tubuh vagina berwarna abu-abu
homogen, viskositas rendah atau normal, berbau amis, melekat pada
dinding vagina, pH secret vagina berkisar antara 4,5-5,5, tidak ditemukan

16
tanda peradangan dan gambaran serviks normal. Untuk menegakan
diagnosis secara klinis umumnya digunakan kriteria amsel, berdasarkan 3
dari 4 temuan:
1. Duh tubuh vagina berwarna putih keabu-abuan, homogen, melekat di
vulva dan vagina
2. Terdapat clue cells pada duh vagina
3. Timbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi dengan larutan KOH
10% (tes amin positif)
4. pH duh vagina lebih dari 4,5.6
Pasien mengaku mengalami keputihan selama hamil, gatal,bau, encer
dan berwarna putih sehingga dicurigai mengarah pada bakterial
vaginosis. Namun untuk menegakkan diagnosis bakterial vaginosis ini
seharusnya dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penegakan
diagnosis secara klinis dengan kriteia amsal sedangkan, pada kasus
hanya dilakukan anamnesis.
6) Polihidramnion atau kehamilan multifetal
Kehamilan multifetal dan hidramnion meningkatkan risiko kelahiran
prematur. Distensi uterus dini menyebabkan inisiasi ekspresi Contraction
Associated Proteins (CAPs) di myometrium. CAPs berfungsi untuk
meningkatkan kontraktilitas uterus dan kematangan serviks.3
Pada kasus, tidak ditemukan faktor risiko polihidramnion atau kehamilan
multifetal
7) Ketuban Pecah Dini (KPD)
Pada kasus, ketuban masih utuh sehingga tidak ditemukan faktor risiko
ketuban pecah dini
3. Apakah tatalaksana kasus ini sudah tepat ?
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama
mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus prematur adalah:
1. Menghambat proses persalinan prematur dengan pemberian tokolisis.
Pemberian tokolitik masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai
kontraksi uterus yang regular dengan perubahan serviks. Manfaat
pemberian tokolitik adalah memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid

17
untuk menstimulir surfaktan paru sehingga mencegah mortalitas dan
morbiditas pada bayi prematur.. Obat tokolitik yang dapat dipakai adalah
nifedipin (kalsium antagonis)  30 mg loading dose peroral, selanjutnya 20
mg 8 jam kemudian dosis maintenance 10 mg/ 8 jam (dosis total 190 mg).
Beberapa studi acak memperlihatkan nifedipine berhubungan dengan
kesuksesan mempertahankan kehamilan dibanding tokolitik lain. Efek
sampingnya terhadap ibu hamil antara lain dizziness, flushing, hipotensi,
dan  peningkatan enzim transaminase hepar. Efek penekanan denyut
jantung, kontraktilitas, dan tekanan sistolik ventrikel kiri terjadi jika
digunakan bersama magnesium sulfate. Tokolisis dapat juga di berikan
obat β mimetik seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol
dapat digunakan, tetapi nifedipin memiliki efek samping lebih kecil.
Kontraindikasi penundaan persalinan yang mutlak adalah gawat janin,
korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak dan relatif adalah
diabetes mellitus, pertumbuhan janin terhambat, pembukaan serviks lebih
dari 4 cm.1,5
Pada kasus, tidak dijumpai kontraindikasi penundaan persalinan dan
pasien tidak diberikan tokolitik karna pematangan paru dengan sudah
maksimal.
2. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid.
Pemberian terapi kortikosteroid untuk pematangan paru janin
menurunkan insidensi Respiratory Distress Syndrome (RDS), mencegah
perdarahan intraventrikuler, yang akhirnya menurunkan angka kematian
neonatus. Kortikosteroid dapat diberikan bila usia gestasi kurang dari 35
minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason 4x6 mg i.v. dengan
jarak pemberian 12 jam atau betametason 2x12 mg i.m. dengan jarak
pemberian 24 jam. Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko
terjadinya pertumbuhan janin terhambat.1
Kortikosteroid dapat diberikan pada usia gestasi 24-32 minggu.
Pemberian kortikosteroid di bawah 24 minggu tidak direkomendasikan,
sedangkan pemberian kortikosteroid usia kehamilan 32 dan 34 minggu

18
tidak memberikan efek yang berarti. Sebagai aturan umum, jika tokolitik
diberikan, harus diberikan bersamaan dengan kortikosteroid.3
Pada kasus ini, pasien tidak diberikan dexamethasone untuk
pematangan paru.

3. Magnesium Sulfat sebagai neuroproteksi


Dalam laporan, neonatus dengan berat lahir rendah yang ibunya
diterapi dengan magnesium sulfat karena persalinan kurang bulan atau
preeklamsia ditemukan memiliki penurunan insiden cerebral palsy. Hal ini
logis karena magnesium pada orang dewasa terbukti menstabilkan tonus
intrakranial, mengurangi fluktuasi aliran darah otak, mengurangi cedera
reperfusi, dan memblok kerusakan intraseluler yang diperantai kalsium.
Magnesium mengurangi sintesis sitokin dan endotoksin bakteri, dehingga
juga mengurangi efek inflamasi akibat infeksi. Dosis Magnesium Sulfat
(MgSO4) loading dose 4 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit,
maintenance infus 1 gr/jam (maintenance) selama 24 jam atau sampai
lahir.3,6 . Pada kasus, tidak diberikan brain protektor.

19
BAB IV
SIMPULAN

1. Diagnosis pada kasus ini G1P0A0 parturien preterm 36 - 37 minggu kala I


fase Laten dengan anemia sudah tepat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaaan penunjang.
2. Faktor risiko persalinan prematur pada kasus ini adalah infeksi Bakterial
vaginosis
3. Tatalaksana pada kasus ini Sudah tepat karena tidak perlu diberikannya
tokolisis, tidak diberikan pematangan paru, tidak diberikannya brain
protector. karena paru-parunya sudah maksimal.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar BA. Ilmu Kebidanan. Ed ke2. Saifuddin AB, editor. Jakarta: PT


Bina Pustaka; 2009. 668-75
2. Howson CP, Kinney MV, McDougall L, Lawn JE. Born Too Soon: The
Global Action Report on Preterm Birth. World Health Organization.
2012: 2-26
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman
BL, et al. Williams Obstetrics. 24th ed. USA: McGraw-Hill Companies;
2014. 836-855
4. Marcdante KJ., Kliegman RM., Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Ed ke6. IDAI; 2014. 265-285
5. Kesuma, Hadrians dr. 2007. Obat – Obat Tokolitik dalam Bidang

Kebidanan. Departemern Obstetri dan Ginekologi Universitas Sriwijaya.

RSUP Moh. Hoesin Palembang.http://digilib.unsri.ac.id/download/obat

%20tokolitik.pdf.

6. Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed ke7. Menaldi SL,


editor. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2018. 452-454

21

Anda mungkin juga menyukai