“FRAKTUR EPIFISIS”
Disusun oleh
Ishak Aldrin Sapari
2019086016445
Pembimbing
dr. Mervin Jakarimilena, Sp.OT
dr. Michael Jhon Tedjajuwana, Sp.OT
Mengesahkan Mengesahkan
PENDAHULUAN
Maka dari itu penanganan patah tulang pada anak membutuhkan pertimbangan bahwa
anak masih tumbuh. Disamping itu kemampuan penyembuhan anak lebih cepat dan
karena itulah perpendekan serta perubahan bentuk akibat patah tulang lebih dapat
ditoleransi oleh anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defini
Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis
(pusat penulangan sekunder) dan metafisis. Ini penting bagi pertumbuhan tulang
panjang agar terjadi. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua struktur
tulang terhadap trauma mekanik. Fisis, secara histologik terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
a. Resting zone: Lapisan teratas yang terdiri dari sel-sel germinal yang datar dan
merupakan tempan penyimpanan bahan-bahan metabolik yang akan digunakan
nantinya.
b. Proliferating zone: Sel-sel di area ini secara aktif bereplikasi dan tumbuh menjadi
lempeng. Sel-sel tersebut disebut seperi tumpukan lempeng. Pada area ini, sel-selnya
menggunakan bahan metabolik yang sebelumnya disimpan untuk perjalanan mereka
ke metafisis.
d. Calcified zone: Secara metabolik, matriks menyebar untuk deposisi garam kalsium,
dan membentuk osteoid. Di daerah yang dekat metafisis, cabang-cabang pembuluh
darah kecil menjalar ke lapisan basal dari lempeng fisis.
Gambar 1. Bagian-bagian dari tulang immatur
Tulang panjang pada anak-anak dapat dibagi menjadi empat bagian daerah
anatomi yang berbeda: epiphysis, physis, metaphysis dan diaphysis (Beaty, 2010).
Setiap bagian memiliki kerentanan yang berbeda terhadap pola-pola dari cedera, dan
kerentanan intrinsik cedera bervariasi oleh karena terdapat perubahan fisiologis dan
biomekanik selama perkembangan postnatal. Epi berarti pada {physis}. Epiphysis
mencakup seluruh tulang rawan pada ujung tulang panjang yang tidak termasuk
physis. Tulang rawan epiphysis bersandar pada physis dan berartikulasi dengan tulang
yang berdekatan . Saat lahir semua epiphysis, kecuali femur distal, hanya terdiri dari
tulang rawan dan oleh karena itu tidak terlihat pada alat Roentgen. Pada setiap tahap
pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan epiphysis ini memiliki karakteristik
berbeda, pada proses pematangan tulang pusat sekunder pusat osifikasi sekunder
terbentuk dan secara bertahap akan melebar sampai daerah tulang rawan telah hampir
sepenuhnya digantikan oleh tulang sejati.
Physis adalah kata Yunani (phyein) yang berarti alam, atau untuk
menghasilkan . Lempeng pertumbuhan atau lempeng epiphysis atau physis, adalah
struktur penting dalam penambahan jaringan tulang melalui proses osifikasi
endokondral. Fungsi utama dari physis adalah untuk pertumbuhan longitudinal tulang
yang cepat dan terintegrasi. Cedera pada komponen ini unik untuk pasien dengan
tulang yang belum matang.
Diaphysis ini merupakan bagian utama atau batang dari setiap tulang
panjang . Dia berarti antara (physes). Secara prinsip diaphysis ini merupakan produk
dari periosteal, membran aposisi jaringan tulang pada model endokhondral asli.
Diaphysis adalah awal dan pusat osifikasi primer. Diaphysis terdiri dari tulang
matang, tulang lamelar dengan lapisan eksterior kortikal yang kuat. Bagian ini
melebar atau tumbuh secara melingkar akibat dari pertumbuhan dan perkembangan
periosteum, tetapi tidak tumbuh secara longitudinal atau memanjang.
Physis adalah titik acuan dari tulang yang sedang tumbuh dan untuk
membedakan tulang yang belum matang dengan tulang matang, yang tidak memiliki
physis namun tetap memiliki nomenklatur anatomi lainnya. Physis adalah struktur
kompleks, dalam bentuk diskoid dan sering disebut sebagai lempeng pertumbuhan
epiphysis. Pada anak-anak dan remaja, lempeng epiphysis. dari tulang rawan hialin
memisahkan ruang sumsum epiphysis. dengan diaphysis. Pada sinar-X, lempeng ini
tampak sebagai garis transparan pada ujung tulang panjang. Lempeng epifisis adalah
zona dimana tulang memanjang melalui proses osifikasi endochondral. Pada orang
dewasa, lempeng epifisis menghilang dan tulang tida lagi tumbuh panjang, akan
tetapi garis epiphysis tetap ada yang digunakan sebagai penanda lokasi lempeng
epiphysis.
2.2.2. Anatomi
Suplai darah ketiga diperoleh dari cabang pembuluh darah periosteal yang
khusus melayani zona Ranvier, di mana sel-sel mesenchymal yang belum
terdiferensiasi nantinya dapat berkembang menjadi kondroblas.
Pada saat tulang mencapai titik matangnya, laju dari produksi tulang rawan
epiphysis akan menurun sebaliknya laju aktivitas osteoblas akan meningkat.
Akibatnya, tulang rawan epiphysis akan semakin menipis sampai akhirnya
menghilang. Awal mulanya proliferasi kondrosit pada germinal zone dan
proliferating zone mengalami penurunan, dan kondrosit dalam Hypertrophic
cartilage zone tidak lagi membentuk kolom-kolom melainkan lebih condong akan
membentuk kelompok. Hypertrophic cartilage zone juga terjadi penurunan jumlah sel
vakuolisasi terutama yang ukurannya besar, sehingga physis menjadi semakin tipis.
Pembuluh darah yang berasal dari metaphysis kemudian masuk melewati physis
untuk mencapai pusat osifikasi sekunder. Tulang rawan physis yang semakin
menghilang nantinya akan digantikan dengan tulang sejati yang mendapat nutrisi dari
pembuluh kapiler sampai akhirnya metaphysis dan epiphysis menyatu. Proses dari
penutupan physis atau lempeng pertumbuhan secara primer dibawah pengaruh
esterogen baik pada laki-laki ataupun perempuan. Physis femoralis distal menutup
saat umur 14-16 tahun pada anak perempuan dan 16-18 tahun pada laki-laki.
Penutupan physis pada anak laki-laki telah tercatat terjadi hingga akhir usia 20 tahun.
2.3. Epidemiologi
Patah tulang physis merupakan 15-20 % dari semua patah tulang pada masa
anak-anak. Fraktur ini dapat terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun
perempuan pada semua usia hingga menutupnya physis. Karena pada anak laki-laki
physis tetap tumbuh lebih lama, sehingga puncak khasusnya terlihat pada usia 14
tahun, sedangkan pada anak perempuan adalah usia 11-12 tahun. Pada tahun 1968 ,
Morscher mengumpulkan hasil dari 3 artikel antara tahun 1942 dan 1957, di mana
persentase anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dengan "trauma pemisahan
epifisis" berkisar antara 85% sampai 68% pada anak laki-laki sedangkan antara 15%
sampai 32 % pada anak perempuan (rasio 5,6 untuk 2.1:1). anak laki-laki akan selalu
melebihi jumlah anak perempuan karena lempeng pertumbuhan physis mereka tetap
terbuka lebih lama. Agresivitas anak laki-laki dan keinginan berpartisipasi dalam
kegiatan yang lebih beresiko terhadap terjadinya fraktur mungkin juga merupakan
faktor yang mempengaruhi angka kejadian, tetapi faktor ini akan sulit untuk diukur.
Penjumlahan seri yang mendokumentasikan perbandingan fraktur ekstremitas atas
dengan fraktur ekstremitas bawah menunjukkan bahwa 70 % terjadi pada ekstremitas
atas dan 30 % pada ekstremitas bawah (tidak termasuk patah tulang pada kerangka
aksial). Dari tahun 1900-1970 dari beberapa tempat atau lokasi fraktur physis tercatat
bahwa Radius distal adalah lokasi fraktur yang paling tersering (48%).
2.4. Mekanisme
Fraktur Epiphysis. epiphysis. biasanya akibat dari jatuh atau cedera traksi.
Terjadi paling sering saat kecelakaan di jalan dan selama kegiatan olahraga atau
bermain di taman.
2.5. Klaifikasi
Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari
struktur tulang “epiphyseal plate” serta “cartilage” (tulang rawan sendi). Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada
jenis trauma, kekuatan dan arahnya.
Fraktur Salter-Harris atau growth plate fracture merupakan salah satu jenis
fraktur yang melibatkan lempeng epifisis atau plat pertumbuh. Growth plate adalah
area lunak kartilago dan akhir tulang panjang yang melebar. Pertumbuhan tulang
anak utamanya terjadi pada growth plate. Ketika anak telah sempurna
perkembangannya, maka area tersebut akan mengeras menjadi bagian yang solid.
Growth plate relatif lemah dan mudah rusak bila terbentur, jatuh, dan tertekan dengan
tekanan berlebih. Jenis fraktur ini adalah cedera umum yang ditemukan pada anak-
anak, terjadi 15% fraktur tulang panjang pada masa kanak-kanak.
Fraktur transversus pada zona hipertrofi atau kalsifikasi pada epiphysis. Fraktur
ini memanjang searah dengan lempeng epiphysis. Fraktur tipe ini menyebabkan
terpisahnya lempeng epiphysis dari metafisis. Fraktur tipe ini tidak menyebabkan
cedera yang serius pada lempeng epifisis dan tidak menganggu pertumbuhan. Fraktur
tipe ini sering terjadi pada anak dengan lempeng epifisis yang tebal seperti pada
neonates dan infant.
b. Tipe 2 (Above)
Menyerupai tipe 1 tapi ujung dari fraktur mengalami deviasi dari lempeng
epifisis dan mencapai metafisis. Pemisahan fragmen fraktur membentuk daerah
triangular pada metafisis. Fraktur ini paling sering terjadi, sekitar 74% dari seluruh
fraktur lempeng epifisis.
c. Tipe 3 (Lower)
Fraktur pada lempeng epifisis kemudian berbelok menjauhi lempeng epifisis
menuju area hipertrofi pada epifisis sehingga menyebabkan fraktur intraarticular.
Fraktur tipe 3 lebih jarang dibanding fraktur tipe 2, namun memiliki risiko sequelae
yang lebih tinggi yaitu posttraumatic arthritis dan gangguan pertumbuhan.
d. Tipe 4 (Through)
e. Tipe 5 (Raised)
2.6. PATOFISIOLOGI
Gambaran histologis dari fisis sangat penting untuk memahami prognosis patah
physeal. Lapisan germinal tulang rawan berada diatas epiphisis dan menguraikan
nutrisi dari bejana epiphyseal. Sel tulang rawan tumbuh dari epiphysis menuju
metaphysis, yang kemudian terjadi degeneratif, fragmentasi dan mengalami
hipertrofi. Fragmentasi sel kemudian termineralisasi. Ini merupakan zona pengerasan
sementara yang membentuk pembatas metaphyseal, dan bukan tulang rawan.
Neovaskularisasi terjadi dari metaphysic menuju epiphysis. Sel endothelial berubah
menjadi osteoablast dan menggunakan puing-puing sel yang mengalami degeneratif
untuk membentuk tulang muda primer. Tulang muda ini secara progresif dibentuk
kembali menjadi tulang dewasa dan pembentukan ini kemudian menjadi tulang
harversian dewasa. Kerusakan baik pada saluran vascular epiphyseal maupun
metaphyseal menggangu pertumbuhan tulang, akan tetapi kerusakan lapisan tulang
rawan munkin tidak signifikan jika permukaannya tidak terganggu dan saluran
vascular ke tulang rawan tidak terganggu secara permanent. Jika kedua dasar vascular
saling bersentuhan, fisis tersebut tertutup dan tidak ada lagi pertumbuhan tulang
berikutnya yang terjadi. Daerah piringan epiphyseal merupakan bagian tulang rawan
yang mengeras, dan jika terjadi fraktur yang melibatkan piringan epiphyseal,
biasanya garis pemisah berjalan melintang melalui lapisan hipertrofik atau lapisan
kapur pada lempeng pertumbuhan, dan sering masuk kedalam metafisis pada salah
satu tepi dan mencakup bibir segitiga dari tulang. Ini tidak memberikan banyak efek
terhadap pertumbuhan longitudinal yang terjadi dalam lapisan germinal fisis dan
lapisan fisis yang sedang berkembang biak.
Tetapi kalau fraktur melintasi lapisan sel reproduksi pada lempeng dapat
mengakibatkan penulangan premature pada bagian yang mengalami cidera dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang. Selain itu suplai darah piringan
epiphyseal yang masuk dari permukaan epiphyseal dapat kehilangan pasokan
darahnya sehingga dapat mengakibatkan piringan tersebut menjadi nekrotis dan tidak
tumbuh lagi. Pada beberapa tempat suplai darah pada epiphyseal tidak rusak pada saat
terjadi luka karena pada epiphyseal femoral proximal dan epiphyseal radial proximal
pembuluh darah mengalir melalui leher tulang dan memotong sekeliling epiphyseal.
2.7. GAMBARAN KLINIK
Fraktur ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan
dan biasanya ditemukan pada masa bayi atau diantara usia 10 -12 tahun. Defomitas
biasanya sedikit sekali, tetapi setiap cedera pada anak yang diikuti dengan rasa nyeri
dan nyeri tekan di dekat sendi harus dicurigai, dan pemeriksaan dengan sinar X
penting dilakukan.
2.8. TATALAKSANA
Fraktur yang tidak bergeser dapat diterapi dengan membebat bagian itu dalam
gips atau suatu slab gips yang ketat selama 2-4 minggu (tergantung tempat cedera dan
anak umur itu). Tetapi pada fraktur tipe 3 dan tipe 4 yang tak bergeser, pemeriksaan
sinar X setelah 4 hari dan sekali lagi sekitar 10 hari kemudian wajib dilakukan agar
pergeseran yang terjadi belakangan tidak terlewatkan. Pada tipe I reduksi tertutup
tidak sulit karena perlekatan periosteal utuh disekitar lingkarannya dan kemudian
dibebat dengan erat selama 5-6 minggu. Prognosis untuk masa yang akan datang
sangat dipengaruhi oleh suplai darah pada epiphysis, dimana biasanya pada tempat
selain epiphysis femoral proximal dan epiphysis radial proximal.
Pada tipe II reduksi tertutup relatif mudah didapatkan begitu juga dengan
perawatannya karena engsel periosteal utuh dan potongan metaphysis terlindung
selama reduksi. Prognosis selama perkembangan yang sempurna dengan suplai darah
pada epiphisis adalah baik, yang hampir selalu berada pada tempat dimana fraktur
type II terjadi.
Penanganan tipe IV yaitu reduksi terbuka dan fiksasi internal dengan kawat
Kirschner diperlukan dimana tidak hanya untuk mengembalikan permukaan
sambungan normal tetapi juga untuk mendapatkan pengembalian posisi piringan
epiphyseal, kecuali jika permukaan patah piringan epiphyseal dibiarkan tereduksi
maka penyembuhan patahan tulang terjadi sepanjang piringan tersebut dan
selanjutnya memberikan pertumbuhan longitudinal yang tidak mungkin. Prognosis
untuk pertumbuhan pada tipe IV ini jelek kecuali jika reduksi sempurna dicapai dan
terjaga.
Dari penanganan diatas dapat dikatakan bahwa luka yang melibatkan piringan
epiphyseal harus dirawat dengan hati-hati dan secepatnya. Fraktur tipe I dan II hampir
dapat selalu dirawat dengan reduksi tertutup. Fraktur tipe III biasanya membutuhkan
reduksi terbuka dan tipe IV selalu membutuhkan reduksi terbuka dan fiksasi internal.
Periode immobilisasi yang dibutuhkan pada fraktur tipe I, II, dan III hanya setengah
dari yang dibutuhkan untuk patah tulang mataphysis pada tulang yang sama pada
anak dengan usia yang sama. Selanjutnya perlu diteliti secara klinis dan radiologi
dengan cemat dalam interval yang teratur paling tidak satu tahun dan kadang lebih
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan.
2.9. Komplikasi
Shalter-harris tipe I dan II, jika ditangani dengan baik memiliki prognosis
yang sangat baik dan pertumbuhan tulang tidak akan terpengaruh. Aturan tersebut
berlaku dengan peengecualian untuk cedera di sekitar lutut yang melibatkan femoralis
distal atau physis proksimal tibia, kedua lempeng pertumbuhan pada daerah ini
melewati lebih dari sekedar hypertrophic zone tetapi juga merusak proliferative zone.
Komplikasi seperti malunion atau non-union juga dapat terjadi jika diagnosis tidak
terjawab dan fraktur tetap unreduced (misalnya pemisahan fraktur epikondilus humeri
medial). Tipe III dan IV luka-luka dapat menyebabkan bagian dari lempeng
pertumbuhan.
2.10. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memperkirakan prognosis
fraktur piringan epiphyseal pada anak antara lain:
1. Tipe fraktur.
Prognosis untuk masing-masing dari kelima tipe klasifikasi fraktur piringan epifiseal
telah dibahas diatas.
2. Usia anak.
Anak dengan usia yang lebih muda pada saat mengalami fraktur akan mempunyai
gangguan pertumbuhan yang lebih besar.
4. Metode Reduksi
Manipulasi yang sangat besar pada epiphysis yang tergeser dapat merusakan piringan
epiphyseal tersebut dan oleh karenanya dapat meningkatkan gangguan pertumbuhan.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Salter Haris merupakan jenis patah tulang yang sering terjadi pada anak-anak yaitu
patah tulang yang melibatkan cedera piringan epiphyseal.
2. Fraktur piringan epiphyseal Salter Haris berdasarkan pada mekanisme fraktur dan
juga hubungan garis patahan terhadap sel tumbuh piringan epiphyseal
diklasifikasikan dalam 5 type.
3. Penanganan tipe I dan II dengan reduksi tertutup, tipe III dengan reduksi terbuka
dan tipe IV dengan reduksi terbuka dan fiksasi internal.
5. Prognosis fraktur piringan epiphyseal pada anak tergantung pada tipe fraktur, usia,
suplai darah pada epiphysis, metode reduksi, dan luka terbuka atau tertutup.
Daftar Pustaka